KONSTRUKSI MASKULINITAS DALAM SUBKULTUR METAL BANDUNG
No Thumbnail Available
Date
2021-04-25
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
ABSTRAK
Dinamika sosial dalam ranah musik metal Bandung telah lama membangun
wacana kritis tentang musik metal dan maskulinitas. Beragamnya karakter
subgenre metal kemudian mempengaruhi lahirnya persona metal yang
merepresentasikan model maskulinitas hegemonis dan alternatif. Beragam model maskulinitas ini secara terus menerus diproduksi melalui musik, lirik, dan tubuh
selama hampir tiga dekade. Situasi ini melahirkan gerakan sebagian besar laki-laki metal yang menentang konstruksi maskulinitas yang telah mapan di lingkungan subkultur metal Bandung. Penentangan ini diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar gender dengan menampilkan perilaku egaliter di ruang publik dan domestik yang tercermin dalam lirik dan perilaku yang lebih menghargai, dan menentang
kekerasan perempuan. Penelitian ini mengeksplorasi konstruksi maskulinitas
dalam subkultur metal Bandung. Data penelitian dikumpulkan dengan
menerapkan metode etnografi karena menawarkan aspek praktis dan metodologis yang secara umum mengacu pada pekerjaan pemaknaan perilaku, pengetahuan, dan artefak budaya yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan dengan 20 musisi metal laki-laki profesional asal Bandung, berusia 39-44 tahun, sudah menikah, dan muslim. Penelitian ini menyelidiki strategi musisi laki-laki metal Bandung dalam perannya sebagai musisi metal, ayah, dan suami di tengah budaya Muslim yang dominan di Bandung dan Indonesia. Fokus penelitiannya terhadap perilaku dan praktik maskulinitas yang ditampilkan musisi-musisi metal Bandung di ruang publik atau domestik. Teori dramaturgi Goffman digunakan sebagai teori utama untuk mempertajam serta memahami persoalan maskulinitas dalam subkultur
metal Bandung di ruang publik. Persoalan tentang konstruksi maskulinitas musisi metal Bandung di ruang domestik akan dibahas menggunakan teori struktur relasi gender Connell. Selain kedua teori tersebut, digunakan pula teori-teori pendukung seperti teori persona Marshall dan teori semiotika Barthes untuk memahami gejala secara utuh. Hasil analisis menunjukkan bahwa persona metal ditampilkan melalui aspek musik dan ekstra-musikal yang mencakup lirik, logo, pakaian, perlakuan tubuh, tata panggung, aksesoris, dan video musik. Maskulinitas yang disosialisasikan rezim gender Negara, keluarga, dan ajaran agama turut memapankan persona musisi-musisi metal Bandung. Model maskulinitas yang dikonstruksi menjadi indikator bagaimana Negara, keluarga, agama, dan lingkungan metal mengatur relasi gender musisi-musisi metal Bandung. Temuan
lainnya adalah negosiasi maskulinitas laki-laki metal Bandung diwujudkan dalam perilaku menghormati perempuan baik istri, ibu, maupun teman-teman
perempuannya. Perilaku sadar gender itupun diwujudkan dalam sikap kemitraan
sejajar, berbagi pekerjaan domestik, berbagi keputusan, pengasuhan anak,
bersama-sama mencari nafkah untuk keluarga, dan anti kekerasan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa subkultur metal Bandung mengonstruksi model
maskulinitas normatif dan alternatif secara bersamaan. Konstruksi maskulinitas
yang terjadi di ruang publik dan domestik saling mempengaruhi peran-peran yang
ditampilkan di kedua ruang tersebut. Ketika berperan sebagai musisi metal mereka
membangun persona laki-laki metal yang menampilkan atribusi tangguh, kuat,
ofensif, dan ramah perempuan. Melalui peran suami dan ayah mereka
menampilkan model maskulinitas alternatif yang bersedia melakukan negosiasiv
dengan pasangannya. Dengan demikian, model maskulinitas alternatif yang
dibangun adalah maskulinitas yang menampilkan laki-laki tangguh dan tegas
tetapi lebih suportif, egaliter dan sensitif gender. Laki-laki ideal dalam perspektif
subkultur metal Bandung bukan lagi persoalan atribusi yang melekat dengan
maskulinitas normatif, tetapi persoalan kemanusiaan. Realitas yang dipraktikkan
menjadi penanda bahwa maskulinitas alternatif memiliki peluang besar dalam
membentuk subkultur metal yang mendefinisikan ulang peran, kekuasaan dan
pembagian kerja dalam perspektif gender tradisional
Description
Keywords
subkultur, maskulinitas, persona