Periodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Periodonsia (Sp.) by Author "Agus Susanto"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
Item EFEK APLIKASI TOPIKAL GEL KUNYIT PUTIH (CURCUMA ZEDOARIA) 2% TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 SETELAH PERAWATAN SKELING DAN ROOT PLANING PADA PERIODONTITIS KRONIS(2017-01-13) CAECILIA SUSETYA WAHYU NURHAENI; Agus Susanto; AmaliyaEFEK GEL KUNYIT PUTIH (CURCUMA ZEDOARIA) 2% TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 SETELAH SKELING DAN ROOT PLANING PADA PERIODONTITIS KRONIS CAECILIA SUSETYA WAHYU NURHAENI-160521140010 ABSTRAK Periodontitis kronis merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh plak bakteri. Inflamasi dapat menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi diantaranya Interleukin-6 (IL-6). Terapi skeling dan root planing dapat mengurangi respon inflamasi yang ditandai dengan menurunnya kadar IL-6. Terapi tambahan dengan pemberian agen kemoterapeutik secara topikal dapat mempercepat proses penyembuhan dengan menurunkan derajat inflamasi. Salah satu tanaman herbal yang memiliki efek antiinflamasi adalah kunyit putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gel kunyit putih sebagai terapi tambahan terhadap kadar IL-6 setelah perawatan skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan metode Randomized Controlled Trial, single blind, dan split mouth design dengan jumlah sampel cairan sulkus gusi dari 22 pasien periodontitis kronis dengan kedalaman poket ≥ 5 mm. Pasien subjek penelitian dibagi 2 kelompok, sisi perlakuan mendapat perawatan skeling dan root planing dan diberi tambahan gel kunyit putih sedangkan sisi kontrol hanya mendapat perawatan skeling dan root planing saja. Cairan sulkus gusi diambil pada hari ke-0 dan hari ke-14 untuk diperiksa kadar IL-6 pada sisi perlakuan dan sisi kontrol. Data diolah secara statistik untuk uji normalitas data dengan Wilcoxon dan uji beda dengan Mann-Whitney dengan nilai p<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar IL-6 baik pada sisi perlakuan maupun sisi kontrol. Selisih rata-rata kadar IL-6 sebelum dan sesudah perawatan pada sisi perlakuan = 8,807 dan pada sisi kontrol = 1,675. Uji beda Mann-Whitney memperlihatkan adanya perbedaan selisih perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,011. Simpulan : Gel kunyit putih 2% memiliki efek untuk menurunkan kadar IL-6 setelah skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis. Kata Kunci: Gel kunyit putih, Kadar Interleukin-6, Periodontitis KronisItem EFEKTIVITAS GEL EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAM.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PALATUM TIKUS SPRAQUE DAWLEY(2018-04-10) REGINA KUMALA; Amaliya; Agus SusantoEFEKTIVITAS GEL EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAM.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PALATUM TIKUS SPRAQUE DAWLEY Regina kumala muhaimina 160521130003 Abstrak Tanaman kelor (Moringa Oleifera) memiliki banyak kegunaan medis dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi menjadikan kelor memiliki sifat fungsional bagi kesehatan oleh karena itu disebut miracle tree. Kelor memiliki kandungan fitokimia yang berkaitan dengan aktivitas penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas gel ekstrak etanol daun kelor (Moringa Oleifera) 2% dan 4% terhadap penyembuhan luka pada palatum tikus Spraque dawley secara klinis dan secara mikroskopis dilihat dari sel fibroblas dan kepadatan kolagen. Formulasi gel dengan variasi konsentrasi ekstrak sebesar 2% dan 4%. Kontrol (basis gel HPMC 4% tanpa ekstrak) dan kontrol positif (gel povidon iodin 10 %). Uji efek penyembuhan luka pada palatum tikus Spraque dawley diberikan perlakuan dengan pembuatan luka terbuka dan diberi povidon iodin sebagai kelompok uji dan HPMC sebagai kelompok kontrol. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan uji Kruskal wallis dan uji beda Post Hoc Duncan. Hasil menunjukkan kelompok yang diberi gel 2% dan 4% gel ekstrak daun kelor dan Povidon iodin memberikan kesembuhan pada hari ke-14 dan luas luka paling kecil pada kelompok kelor 4%. Hasil histologis menunnjukkan kerapatan kolagen terbesar pada kelompok 4% dan povidon iodin yang terkecil. Jumlah fibroblas terbesar pada kelompok kelor 4% dan yang terkecil pada kelompok HPMC. Penyembuhan luka dengan menggunakan daun kelor (Moringa Oleifera) 2% dan 4% dapat menyembuhkan luka dibandingkan kontrol. Simpulan, perawatan luka terbuka dengan menggunakan daun kelor (Moringa oleifera) dapat mempercepat penyembuhan luka dan setara dengan pembanding povidon iodin 10%. Kata kunci : Gel Moringa oleifera, Penyembuhan luka, fibroblas, Kolagen Effectivity Gel Extract Etanol Leaves Kelor (Moringa Oleifera lam) Against Wound healing in Palatum Rat Spraque Dawley Regina kumala muhaimina 160521130003 Abstract Moringa Oleifera (Moringa Oleifera) has many medical uses with nutritional content that is high enough to make kelor has functional properties for health therefore called miracle tree. Kelor has phytochemical properties related to wound healing activity. The aim of this research was to know the effectiveness of 2% and 4% Moringa Oleifera ethanol gel on wound healing of Spraque dawley rat clinically and microscopically seen from fibroblas cells and collagen density. Gel formulation with variation of extract kelor concentration of 2% and 4%. Control (4% HPMC gel base without extract) and positive control (10% povidone iodine gel). Test of wound healing effect on Spraque dawley rat palatum was treated with open wound preparation and given povidone iodine as test group and HPMC as control group. The data obtained were analyzed statistically using Kruskal wallis test and Duncan Post Hoc different test. The results showed that the 2% gel and 4% gel group of Moringa leaf extract and Povidon iodin gave healing on day 14 and the smallest extent of wound in the 4% groupof Moringa leaf. Histological results The largest collagen density in the 4% moringa group and the smallest povidone iodine. The largest number of fibroblass in 4% and the smallest number of groups in the HPMC group. Wound healing using Moringa Oleifera leaves 2% and 4% can heal wounds compared to controls. Conclusions, open wound care using Moringa leaf (Moringa oleifera) can accelerate wound healing and is equivalent to povidone iodine comparators. Keywords: Gel Moringa oleifera, Wound healing, fibroblas, CollagenItem Penentuan Dosis Sterilisasi Membran Komposit PVA-Kolagen-Kitosan dengan Iradiasi Sinar Gamma sebagai Material Bedah Regeneratif Periodontal(2023-04-11) MARIA THERESIA BEATRIX; Agus Susanto; Ira KomaraPendahuluan: Sterilitas membran sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai material implan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis iradiasi sinar gamma untuk sterilisasi membran komposit PVA-Kolagen-Kitosan yang digunakan sebagai material bedah regeneratif. Metode: Membran komposit dibuat dengan pencampuran PVA 7,5%, kolagen 3%, dan kitosan 2% dengan menggunakan metode film casting dalam 3 batch. Membran kemudian disiapkan dalam ukuran 2,0 x 1,5 cm sebanyak 100 buah. Uji bioburden dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba awal pada sampel dengan mengikuti ISO 11737-1. Hasil uji bioburden digunakan untuk penentuan dosis iradiasi sinar gamma pada sampel mengacu pada ISO 11373-2. Selanjutnya dilakukan uji verifikasi dosis pada Sterility Assurance Level (SAL) 10-6. Hasil: Rerata uji bioburden dari 3 batch adalah 6,6 CFU sehingga dosis verifikasi yang didapatkan adalah 4,8 kGy. Hasil pengujian dosis verifikasi ini terdapat 1 sampel tidak steril yang mana hasil ini dapat dilanjutkan dengan uji dosis sterilitas. Simpulan: dosis steril iradiasi sinar gamma membran komposit PVA-Kolagen-Kitosan adalah sebesar 17,1 kGy.Item PENGARUH APLIKASI BONE GRAFT HA-TCP TERHADAP KADAR OSTEOCALCIN CAIRAN SULKUS GUSI PADA BEDAH PERIODONTAL REGENERATIF(2020-01-16) RAMADHITA PARAMANANDA PRAYUDHA; Agus Susanto; Tidak ada Data DosenLatar Belakang: Tujuan perawatan bedah periodontal regeneratif adalah untuk mengembalikan struktur fungsional melalui pembentukan jaringan baru. Bone graft HA-TCP merupakan bahan yang digunakan untuk merangsang kembali pertumbuhan tulang alveolar. Selama proses pembentukan tulang, terdapat beberapa biomarker yang dapat diidentifikasi pada sairan sulkus gusi, salah satunya adalah Osteocalcin Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh bedah periodontal regeneratif dengan menggunakan bone graft HA-TCP terhadap kadar osteocalcin cairan sulkus gusi pada pasien periodontitis kronis. Bahan dan Metode: 32 subjek yang terdiri dari 12 laki – laki dan 19 wanita, dibagi menjadi kelompok uji (bone graft HA-TCP dan membran) dan kelompok kontrol (membran). Metode penelitian menggunakan Randomized Controlled Trial dengan single blind desain. Pengambilan cairan sulkus gusi dilakukan pada hari ke-0 (H0), hari ke-14(H14) dan hari ke-21 (H21) serta dianalisa menggunakan ELISA. Data dianalisis secara statistic dengan menggunakan t-test (p < 0,05) Hasil: Rata rata kadar rata - rata osteocalcin pada kelompok uji hari ke 0 (0.33 µg/ml), hari ke 14 (1.34 µg/ml), dan hari ke 21 (3.42 µg/ml) sedangkan pada kelompok kontrol (0.26; 0.56; dan 1.45). Perbandingan selisih rata – rata kadar osteocalcin pada kedua kelompok memiliki perbedaan yang signifikan (nilai p-value < 0,000 ) dengan nilai peningkatan pada kelompok uji yang lebih besar dibanding dengan kelompok kontrol. Simpulan: Penggunaan bone graft HA-TCP pada bedah periodontal regeneratif dapat meningkatkan kadar Osteocalcin cairan sulkus gusi pada pasien penderita periodontitis kronisItem Pengaruh Penambahan Periodontal Tray dengan Gel Klorin Dioksida terhadap Kedalaman Poket dan Perdarahan Gusi setelah Skeling dan Root Planing(2018-07-10) EDWIN ALFA WINATA; Agus Susanto; Ina HendianiSkeling dan root planning (SRP) merupakan perawatan utama non bedah untuk kasus periodontitis, akan tetapi efektifitasnya mempunyai keterbatasan sehingga diperlukan terapi tambahan dengan alat periodontal tray untuk meningkatkan hasil klinisnya. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh penambahan periodontal tray terhadap penurunan kedalaman poket dan perdarahan gusi setelah SRP pada pasien periodontitis kronis. Metode: penelitian ini adalah eksperimental semu dengan pre dan post design. Subjek terdiri dari 12 orang, dilakukan SRP dan aplikasi klorin dioksida. Penggunaan periodontal tray dan klorin dioksida dilakukan oleh pasien selama 20 hari setelah SRP. Pengukuran kedalaman poket dan perdarahan gusi diukur sebelum dan 30 hari setelah SRP. Data dianalisa secara statistic dengan menggunakan t-test. Hasil: Rata-rata kedalaman poket sebelum SRP sebesar 4.375 mm dan setelah 30 hari 2.146 mm. Rata-rata perdarahan gusi sebelum SRP sebesar 3.104 dansetelah 30 hari 0.375. Terdapat perbedaan signifikan secara statistic untuk rata-rata kedalaman poket dan perdarahan gusi sebelum dan setelah SRP (p-value<0,05). Simpulan: Penambahan periodontal tray dengan gel klorin dioksida setelah SRP dapat membantu penurunan kedalaman poket dan perdarahan gusi pada perawatan pasien periodontitis kronis.Item PENGARUH PLATELET RICH FIBRIN (PRF) TERHADAP KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PASKA BEDAH FLAP PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS(2018-04-10) ZAVANI NUR HIKMAH; Agus Susanto; Ina HendianiPlatelet Rich Fibrin (PRF) merupakan platelet yang mengandung growth factor, salah satunya adalah Vascular Endhotelial Growth Factor (VEFG) yang berperan dalam proses inflamasi, penyembuhan jaringan dan regenerasi tulang. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh aplikasi PRF terhadap kadar VEGF setelah bedah flap periodontal. Metode: penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan teknik consecutive sampling. Subjek terdiri dari 20 orang, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 10 orang kelompok uji yang diberi perlakuan aplikasi PRF dan 10 orang kelompok kontrol tanpa aplikasi PRF. Pengukuran kadar VEGF dilakukan sebelum dan 7 hari setelah bedah flap. Pengukuran kadar VEGF dari cairan sulkus gusi menggunakan paper poin. Kadar VEGF dihitung dengan metode ELISA. Data dianalisa secara statsitik dengan menggunakan Mann Whitney test. Hasil: rata-rata kadar VEGF pada kelompok kontrol pada H0 adalah 4,5 pg/ml dan H7 adalah 5,4 pg/ml didapatkan selisih kadar VEGF sebesar 0,9pg/ml. Pada kelompok uji, nilai H0 adalah 3,8 pg/ml dan H7 adalah 8,1 pg/ml didapatkan selisih 4,3 pg/ml. Perhitungan perbandingan rerata selisih H0 dan H7didapatkan hasil 0,038. Analisis statistik menggunakan Mann Whitney Test dengan nilai p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar VEGF yang signifikan pada kelompok uji dan kelompok kontrol. Simpulan: Aplikasi PRF dapat berpengaruh terhadap peningkatan kadar VEGF.Item PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C TERHADAP KAPASITAS ANTIOKSIDAN TOTAL PLASMA SETELAH SCALING ROOT PLANING PADA PEROKOK DENGAN PERIODONTITIS KRONIS(2020-01-10) ROBIN; Amaliya; Agus SusantoLatar Belakang: Vitamin C telah lama digunakan untuk memodulasi penyakit periodontal. Asupan vitamin C diperlukan selama penyakit infeksi dan regenerasi jaringan. Tujuan: Menilai pengaruh suplementasi vitamin C terhadap kapasitas antoiksidan total (KAT) pada perokok dengan periodontitis kronis. Bahan dan Metode: 30 subjek perokok dengan periodontitis kronis secara acak dibagi menjadi dua kelompok; 15 subjek pada kelompok uji dan kontrol. Subjek pada kelompok uji menerima perlakuan scaling root planing (SRP) dan suplementasi vitamin C, sedangkan kelompok kontrol menerima perlakuan scaling root planing (SRP) dan suplementasi plasebo. Darah sebanyak 3 mililiter diambil dari fossa antecubitus sebelum SRP dan segera setelah SRP untuk pemeriksaan KAT dan dianalisa dengan ELISA. Data diolah dengan uji t berpasangan dan Mann-Whitney (p<0,05). Hasil Penelitian: Rata-rata KAT pada kelompok uji menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah mengkonsumsi vitamin C (p<0,05), dan tindakan SRP yang dilakukan dapat menurunkan KAT namun secara statistik tidak signifikan. Simpulan: Suplementasi vitamin C dapat meningkatkan KAT pada perokok dengan periodontitis kronisItem PERBANDINGAN FAILURE LOAD DAN INTERFACE STIFFNESS IMPLAN PROTOTIPE DENGAN KOMERSIAL YANG DITANAMKAN PADA TULANG TIBIA KELINCI(2023-08-22) WIDDA MAYUYANI; Aldilla Miranda; Agus SusantoLatar belakang: Stabilitas implan memiliki peran yang penting sebagai persyaratan kesuksesan osseointegrasi yang dapat dicapai melalui stabilitas primer dan sekunder.2 Osseointegrasi memegang peranan utama dalam pencapaian keberhasilan klinis jangka panjang implan gigi.5,10,16 Desain implan umumnya menjadi kunci keberhasilan osseointegrasi. Implan didesain untuk dapat menerima berbagai macam gaya yang bekerja selama fungsi pengunyahan serta untuk memenuhi sifat estetik. Fungsi implan harus dapat menyalurkan gaya kunyah ke jaringan sekitarnya, maka implan harus didesain untuk dapat menahan beban kunyah secara biomekanik agar dapat mendukung fungsi protesa. Uji push-in yang paling memiliki relevansi secara pengunyahan, clenching, dan bruxism daripada uji pull-out atau push-out. Tujuan: Menganalisis perbandingan failure load dengan interface stiffness implan prototipe dan komersial yang ditanamkan pada tulang tibia kelinci. Bahan dan Metode: Dua buah jenis desain implan yaitu implan prototipe dan implan komersial yang ditanamkan pada tibia kiri dan kanan pada lima belas ekor kelinci. Kelinci menjalankan tahap aklimatisasi selama 2 minggu kemudian pembedahan dilakukan. Setelah masing-masing 5 ekor kelinci di euthanasia, dilakukan pengujian push-in test dengan speed 10 mm/menit menggunakan alat UTM Machines Gotech AL 7000 S. Analisis statistik nilai Failure Load dan Interface Stiffness pada implan prototipe dan komersial menggunakan uji ANOVA. Hasil analisis tidak signifikan apabila nilai p > 0,05. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil analisis kelompok implan prototipe sebanding dengan kelompok implan komersial. Stabilitas sekunder dan kualitas osseointegrasi kelompok implan prototipe yang dilihat dari nilai failure load maupun interface stiffness sesuai dengan hasil yang diharapkan, yaitu memiliki kualitas yang sebanding dengan kelompok implan komersial, bahkan cenderung lebih baik. Simpulan: Nilai Failure Load dan Interface Stiffness implan prototipe dan implan komersial memiliki nilai yang hampir sama, bahkan implan prototipe cenderung lebih baik.Item Perbandingan Stabilitas Implan Prototipe dan Implan Komersial Dengan Analisis Frekuensi Resonansi (Studi In-Vivo)(2023-04-11) KELVIN GOHAN; Prajna Metta; Agus SusantoLatar belakang: Perawatan menggunakan implan gigi saat ini telah menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan gigi yang hilang dan memiliki tingkat keberhasilan jangka panjang yang tinggi. Tingkat keberhasilan ini dipengaruhi oleh proses osseointegrasi yang didapatkan melalui stabilitas primer dan sekunder. Namun demikian, prevalensi perawatan implan gigi di Indonesia masih tergolong sangat sedikit karena mahalnya harga perawatan yang disebabkan oleh belum adanya produksi implan dalam negeri. Tujuan: Menganalisis perbedaan stabilitas antara implan prototipe dan implan komersial yang telah beredar di pasaran. Bahan dan Metode: Lima belas implan prototipe dan 15 implan komersial masing-masing ditanamkan ke dalam tibia kiri dan kanan pada 15 ekor kelinci yang sebelumnya telah menjalani aklimatisasi selama 2 minggu. Pengukuran Implant Stability Quotient (ISQ) dilakukan menggunakan alat Osseo 100® setelah insersi implan (hari ke-0) serta pada hari ke-14, 28 dan 42 setelah randomisasi dilakukan untuk menentukan 5 ekor kelinci yang dieuthanasia. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik pada masing-masing implan prototipe dan komersial pada hari ke-0 sampai 42 menggunakan uji ANOVA. Uji post-hoc dengan uji t berpasangan dilakukan pada masing-masing kelompok untuk menentukan waktu observasi yang mengalami peningkatan signifikan. Sedangkan perbandingan nilai ISQ antara implan prototipe dan komersial dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil analisis signifikan apabila nilai p < 0,05. Hasil Penelitian: Nilai ISQ pada implan prototipe mengalami peningkatan yang signifikan dari hari ke-0 (61,19 ± 5,47) sampai hari ke-42 (76,63 ± 5,18) (p < 0,05). Perbedaan stabilitas yang signfikan antara implan prototipe dan komersial hanya terjadi pada hari ke-0 sedangkan pada hari ke-14, 28, dan 42 tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Simpulan: Implan prototipe pada penelitian ini memiliki stabilitas yang sebanding dengan implan komersial.Item Perbandingan Tingkat Biodegradasi, Jumlah Pembuluh Darah, dan Reaksi Inflamasi antara Membran Kolagen-Kitosan-PVA, Membran Perikardium, dan Membran Perikardium Cross-linked Secara In Vivo pada Tikus(2024-01-14) FURI ANDANAWARI; Ira Komara; Agus SusantoPendahuluan. GTR merupakan teknik bedah regeneratif dengan menempatkan membran sebagai barrier. Kolagen merupakan bahan alami yang umum digunakan pada membran resorbable, namun kolagen memiliki sifat mekanik yang rendah dan mudah terdegradasi. Kitosan dan PVA merupakan polimer yang dapat ditambahkan pada materal lain untuk menambah sifat fisik dan mekanik dari membran. Membran kolagen-kitosan-PVA dapat dikembangkan untuk alternatif membrane GTR. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan biodegradasi, jumlah pembuluh darah baru, dan reaksi inflamasi antara membrane kolagen-kitosan-PVA dengan membran perikardium dan membran perikardium crosslinked. Metode penelitian. Penelitian ini adalah randomized controlled trial dengan sampel tikus wistar sebanyak 51 ekor dan dibagi ke dalam 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok uji. Kelompok uji diberi perlakuan dengan menempatkan membran pada tikus yaitu membran kolagen-kitosan-PVA, membran perikardium dan membran perikardium crosslinked. Pada hari ke-0, ke-7, ke-14, dan ke-30 dilakukan terminasi pada tikus wistar kemudian diambil membran dan jaringan di sekitarnya untuk dibuat preparat. Pengamatan bistologis dilakukan untuk menguji biodegradasi membran, jumlah pembuluh darah yang terbentuk, dan reaksi inflamasi. Analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney dengan nilai p 0,05) pada sel eosinofil dan sel mast. Kesimpulan. Waktu biodegradasi membran kolagen-kitosan-PVA lebih lama dibandingkan dengan membran perikardium dan membran perikardium crosslinked. Jumlah pembuluh darah pada membran kolagen-kitosan-PVA lebih banyak dibandingkan dengan membran perikardium dan membran perikardium crosslinked. Pada tahap akhir penyembuhan luka jumlah sel-sel inflamasi pada membran kolagen-kitosan-PVA lebih sedikit dibandingkan dengan membran perikardium dan membran perikardium crosslinked.Item PERBEDAAN RESPON INFLAMASI GINGIVA PADA PEROKOK TEMBAKAU DAN ELEKTRIK SELAMA GINGIVITIS EKSPERIMENTAL(2021-10-14) JIMMY GUNAWAN; Amaliya; Agus SusantoLatar Belakang: Dalam gingivitis eksperimental, dengan tingkat plak yang sama, inflamasi dan perdarahan gingiva lebih berat pada bukan perokok dibandingkan dengan perokok. Tujuan: Mengevaluasi perbedaan respon inflamasi gingiva yang diukur berdasarkan angulated bleeding index, dan gingival index pada perokok tembakau, pengguna rokok elektrik, dan bukan perokok selama gingivitis eksperimental. Bahan dan Metode: Partisipan berjumlah 15 orang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok bukan perokok, perokok, dan vaper, lalu dilakukan skeling pada semua kelompok pada hari ke-0. Setelah itu, dimulai periode gingivitis eksperimental pada semua kelompok selama 21 hari, dan selama prosedur penyikatan gigi, daerah rahang bawah ditutup dengan customized soft acrylic guard. Pemeriksaan angulated bleeding index, dan gingival index dilakukan pada awal penelitian (H0), setelah 14 hari (H14), dan 21 hari (H21) periode gingivitis eksperimental. Sampel saliva diambil pada H0 dan H21. Hasil: Gingival dan Bleeding Index H0, H14 pada kelompok vaper lebih tinggi daripada kelompok perokok dan bukan perokok. Gingival dan Bleeding Index H21 pada kelompok bukan perokok dan vaper lebih tinggi daripada kelompok perokok. Simpulan: Nilai GI dan Angulated BI selama gingivitis eksperimental lebih tinggi pada bukan perokok, dan vaper dibandingkan dengan perokok tembakau.