Periodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Periodonsia (Sp.) by Title
Now showing 1 - 20 of 70
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Biomekanis Komputasional Dua Jenis Implan Gigi Menggunakan Metode Elemen Hingga (MEH) Tiga Dimensi(2016-07-18) ALDILLA MIRANDA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenImplan gigi memiliki resiko kegagalan secara biomekanis di dalam rongga mulut akibat beban pengunyahan. Aspek biomekanis cukup kompleks untuk diteliti secara in vivo, sehingga Metode Elemen Hingga (MEH) menjadi pilihan alat yang tepat untuk menganalisis mengenai permasalahan implan gigi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan evaluasi biomekanis distribusi tegangan dan kegagalan lelah implan gigi teroseointegrasi yang digunakan di klinik Periodonsia dan Prostodonsia FKG Unpad menggunakan MEH. Penelitian ini menggunakan dua buah foto CBCT pasien berimplan lebih dari tiga bulan, kemudian dikonversi menjadi model digital elemen hingga 3 dimensi secara komputerisasi. Kedua model implan tersebut diberikan sifat material, tumpuan, serta disimulasikan beban oklusi sebesar 87N dan beban gesek lateral 29N selama 0,7 detik. Penelitian ini menunjukkan adanya konsentrasi tegangan pada kedua model di puncak tulang alveolar. Nilai tegangan Von-Misses maksimum untuk model Osstem sebesar 403,3 MPa dan 36,561 MPa pada komponen implan dan tulang alveolar secara berurutan, sedangkan untuk model Dentium 605 MPa dan 108,64 MPa. Nilai tegangan tarik lelah untuk model Osstem 136,52 MPa dan 41 MPa pada komponen implan dan tulang alveolar secara berurutan, sedangkan untuk model Dentium 310 MPa dan 269,52 MPa. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tegangan pada kedua model implan Osstem dan Dentium terkonsentrasi pada puncak tulang. Implan mampu bertahan di dalam rongga mulut selama jaringan periodontal yang mendukungnya sehat.Item ANALISIS BIOMEKANIS KOMPUTASIONAL IMPLAN GIGI PADA RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA (MEH) TIGA DIMENSI(2017-04-10) MUTIA ROCHMAWATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenImplan gigi merupakan suatu metode untuk mengganti hilangnya gigi yang semakin popular karena dinilai mampu mencapai fungsi pengunyahan, estetika dan kenyamanan yang ideal. Faktor penentu keberhasilan dan kegagalan implan adalah respon biomekanis dari jaringan tulang pendukung implan terhadap penyaluran beban oklusal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi dan nilai tegangan uji statis struktural implan gigi dan tulang teroseointegrasi implan pada rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) menggunakan metode elemen hingga tiga dimensi (MEH 3D). Prosedur penelitian meliputi pembuatan foto CBCT pasien implan gigi pada regio molar yang sudah mengalami oseointegrasi, pembuatan model MEH 3D menggunakan software 3D-DOCTOR dan CATIA V5R19, running dan solving model MEH 3D menggunakan software ANSYS 17.1. Nilai tegangan von-Mises implan gigi RA 321,46 MPa dan RB 336,08 MPa. Nilai tegangan von-Mises abutment implan gigi RA 90,869 MPa dan RB 87,827 MPa. Nilai tegangan maksimum tarik tulang kortikal RA 83,424 MPa dan RB 52,172 MPa. Nilai tegangan maksimum tekan tulang kortikal RA 104,31 MPa dan RB 72,802 MPa. Nilai tegangan maksimum tarik tulang trabekular RA 3,1119 MPa dan RB 4,1211 MPa. Nilai tegangan maksimum tekan tulang trabekular RA 4,6113 MPa dan RB 4,5515 MPa. Pola distribusi tegangan uji statis struktural implan gigi pada RA dan RB tidak merata, terletak pada ulir pertama badan implan gigi, dan tidak melebihi nilai yield strength titanium alloy. Pola distribusi tegangan uji statis struktural tulang teroseointegrasi implan pada RA dan RB tidak merata, terletak pada tulang kortikal dan tidak melebihi nilai ultimate tensile strength dan ultimate compressive strength tulangItem ANALISIS BIOMEKANIS KOMPUTASIONAL IMPLAN GIGI DESAIN NONSUBMERGED DAN SUBMERGED MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA (MEH) TIGA DIMENSI(2017-04-10) WIDIA HAFSYAH SUMARLINA RITONGA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPemasangan implan gigi dapat dilakukan dengan prosedur bedah satu tahap untuk desain implan nonsubmerged dan dua tahap untuk desain implan submerged. Perbedaan desain dan geometri dari kedua desain implan gigi ini dapat mempengaruhi aspek biomekanis yang cukup kompleks untuk diteliti secara invivo, sehingga Metode Elemen Hingga (MEH) 3D menjadi pilihan yang tepat untuk menganalisis mengenai permasalahan implan gigi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melakukan evaluasi perbedaan biomekanis pola distribusi, nilai, dan lokasi tegangan maksimum yang terdistribusi pada kedua desain implan gigi serta tulang alveolar disekitarnya dengan menggunakan MEH 3D. Penelitian ini menggunakan satu buah foto CBCT rahang bawah pasien, satu buah implan gigi desain nonsubmerged, dan satu buah implan gigi desain submerged, kemudian dikonversi menjadi model digital elemen hingga tiga dimensi secara komputerisasi. Kedua desain implan tersebut diberikan sifat material, tumpuan, serta disimulasikan beban oklusi sebesar 87N arah vertikal dan beban geser 29N arah mesial dan lingual. Penelitian ini menunjukkan adanya lokasi tegangan maksimum pada kedua desain implan terletak pada daerah implan sekitar puncak tulang alveolar. Nilai tegangan von-Mises maksimum desain nonsubmerged terletak pada badan implan sebesar 252,53 MPa dan abutment sebesar 104,16 MPa, sedangkan badan implan desain submerged sebesar 193,31 MPa dan abutment sebesar 134,62 MPa. Nilai tegangan tarik maksimum pada implan desain nonsubmerged sebesar 43,61 MPa sedangkan implan desain submerged sebesar 41,53 MPa. Nilai tegangan tekan maksimum implan desain nonsubmerged sebesar 62,31 MPa dan implan desain submerged sebesar 73,92 MPa. Hasil nilai tegangan von-Mises maksimum pada badan implan dan abutment berada dibawah nilai yield strength aloi titanium 860 MPa. Nilai tegangan tarik maksimum berada dibawah nilai ultimate tensile strength tulang kortikal 133 MPa dan nilai tegangan tekan maksimum berada dibawah ultimate compressive strength tulang kortikal 193 Mpa. Lokasi tegangan maksimum pada desain implan nonsubmerged dan submerged terletak pada puncak tulang alveolar dan pada pembebanan statik baik implan maupun tulang alveolarnya berada pada batas amanItem Analisis Distribusi Tegangan dan Ketahanan Fatigue dari Dua Jenis Implan Komersial Berdasarkan Perbedaan Arah Pembebanan Menggunakan Metode Elemen Hingga(2021-10-14) ANDI SUPRIATNA; Ira Komara; Aldilla MirandaJenis dan desain implan gigi merupakan faktor penting dari aspek biomekanis dalam keberhasilan perawatan untuk menggantikan kehilangan gigi. Metode yang dapat digunakan dalam evaluasi tersebut diantaranya Metode Elemen Hingga (MEH). Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis distribusi tegangan dan ketahanan fatigue dari dua jenis implan komersial berdasarkan perbedaan arah pembembanan menggunakan metode elemen hingga. Penelitian ini menggunakan model digital tiga dimensi dari foto CBCT rahang pasien dan dua jenis model implan. Model implan Bicon dan Model Superline Dentium dibuat dari hasil pindai Intraoral Scanner disempurnkaan menggunakan Solidworks. Simulasi pembebanan kedua model dibuat berdasarkan tiga arah yaitu arah axial, oblique dan lingual dengan masing-masing nilai sebesar 100 N, 100 N dan 40 N, kemudian dilakukan analisis elemen hingga menggunakan peranti lunak ANSYS R 20. Hasil analisis menunjukan nilai tegangan Von Mises terbesar terjadi pada pembebanan arah oblique, secara berurutan untuk model Bicon dan Superline Dentium sebesar 114,1 MPa dan 170,34 MPa. Nilai tegangan tarik terbesar pada tulang alveolar, secara berurutan untuk model implan Bicon dan Superline Dentium sebesar 93,46 MPa dan 93,81 MPa, sedangkan nilai tegangan tekan sebesar 122,52 MPa dan 172,86 MPa. Simpulan dari penelitian ini yaitu tegangan maksimum pada kedua model implan terletak pada area kontak antara leher implan dengan puncak tulang alveolar pada arah pembebanan oblique. Kedua model implan diprediksi tidak akan mengalami kegagalan lelah dan tualng alveolar masih mampu menahan beban pengunyahan akibat pembebanan yang diberikan.Item Analisis Kadar Protein Formyl Peptide Receptor 1 (FPR1) sebagai Indikator Kerusakan Fungsi Kemotaksis Neutrofil pada Periodontitis(2016-07-15) PRAJNA METTA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenurunan fungsi kemotaksis neutrofil menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit periodontitis agresif (PA). Kemotaksis neutrofil dipengaruhi oleh formyl peptide receptor 1 (FPR1) yang dalam aktivasinya merespon peptida kemotaktik bakteri formyl methionyl leusyl phenylalanine (FMLP). Ekspresi protein FPR1 menurun terhadap respon stimulus inflamasi pada penderita PA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar protein FPR1 pada penderita PA dan mengetahui apakah kadar protein FPR1 dapat dijadikan indikator kerusakan fungsi kemotaksis neutrofil pada PA. Penelitian rancangan kasus kontrol ini dilakukan pada 20 penderita PA dan 20 kontrol. Tiga milliliter darah vena diambil untuk pemeriksaan kadar protein FPR1 dengan metode ELISA. Data diolah dengan uji Mann-Whitney (p>0.05). Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar protein FPR1 kelompok PA sebesar 0,353 pg/mL (0,11-1,18 pg/mL) dan rerata kadar protein FPR1 pada kelompok kontrol sebesar 0,296 pg/mL (0,05-0,88 pg/mL). Nilai p (0,787) > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar protein FPR1 kedua kelompok. Simpulan penelitian ini menunjukkan kadar protein FPR1 pada penderita PA tidak mengalami perubahan yang bermakna dan tidak dapat dijadikan indikator kerusakan fungsi kemotaksis neutrofil.Item ANALISIS METODE PENGASAHAN MANUAL TERHADAP TINGKAT KETAJAMAN TEPI PEMOTONG INSTRUMEN SICKLE SCALER(2018-04-10) CHANDRA ANDI BAWONO; Indra Mustika Setia Pribadi; Ira KomaraKetajaman tepi pemotong dari instrumen periodontal akan menjadi tumpul setelah beberapa kali digunakan sehingga membutuhkan pengasahan kembali untuk mempertahankan ketajaman serta bentuk orisinal instrumen tersebut. Penelitian menunjukkan setelah beberapa kali pergerakan stroke, tepi pemotong instrumen periodontal dari bahan Stainless Steel akan mengalami deformasi sehingga tepi pemotongnya akan menjadi tumpul. Penelitian eksperimental laboratoris ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat ketajaman (cutting edge index) tepi pemotong 24 buah instrumen sickle scaler yang diasah menggunakan dua metode pengasahan yang berbeda yaitu metode moving instrument technique serta moving stone technique dengan masing masing menggunakan batu arkansas dan batu ceramic. Data diolah dengan uji Mann-Whitney (p-value<0,05) Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketajaman yang signifikan antar kelompok pengasahan manual, hal ini dapat dilihat dari nilai p- value yang memiliki nilai 0,000 (p-value <0,05). Rata-rata cutting edge index memperlihatkan hasil terbaik pada kelompok VI (1,75) dan terendah pada kelompok III (4,0). Pengasahan manual dengan metode moving instrument technique dengan batu asah ceramic memberikan hasil tingkat ketajaman tepi pemotong yang terbaik dibandingkan dengan metode pengasahan manual yang lain dan mendekati nilai rata-rata kelompok kontrol positif.Item Daya Guna Pemberian Lokal Gel Lidah Buaya (Aloe vera Barbandesis miller) Pada Perawatan Periodontitis Kronis(2014-10-16) ERIANA MAYASARI HUSNA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerawatan inisial penyakit periodontal berupa skeling dan penghalusan akar yang disertai dengan pemberian terapi tambahan bahan kemoterapeutik merupakan perawatan efektif untuk periodontitis kronis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai daya guna pemberian lokal gel lidah buaya pada perawatan periodontitis kronis. Jenis penelitian randomized controlled trial (RCT) dengan desain split mouth. Bahan dan Metode: Kepada seluruh subjek penelitian (17 orang) dilakukan skeling (S) dan penghalusan akar (PA). Masing-masing rahang dibagi menjadi sisi uji (SPA+gel lidah buaya) dan kontralateralnya sebagai sisi kontrol. Parameter klinis yang diuji yaitu perdarahan saat probing (BOP), kedalaman poket periodontal (PPD), dan kehilangan perlekatan epitel (CAL). Evaluasi dilakukan pada awal dan 1 bulan setelah pemberian lokal gel lidah buaya. Data dianalisis dengan uji-t berpasangan. Hasil:Terjadi penurunan PPD dan periolehan CAL di distobukal, mesiobukal, dan distolingual (p < 0,05), sementara terjadi penurunan BOP pada sisi bukal (p=0,003). Kesimpulan:Pemberian lokal gel lidah buaya dapat menurunkan PPD, meningkatkan perolehan CAL dan mengurangi BOP. Kata Kunci: Gel Lidah Buaya, Skeling dan penghalusan akar, kedalaman poket periodontal (PPD), perdarahan saat probing(BOP), kehilangan perlekatan epitel (CAL).Item EFEK APLIKASI MEMBRAN GELATIN KARBONAT APATIT TERHADAP KADAR IL-1β CAIRAN SULKUS GINGIVA PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS(2017-04-10) RENALDY SARTIONO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPeriodontitis kronis merupakan peradangan kronis yang mengenai jaringan pendukung gigi ditandai dengan adanya inflamasi gusi, pendalaman poket, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar bahkan sampai terjadinya kegoyangan gigi. Terapi inisial perawatan periodontitis kronis adalah skeling dan root planing. Pemberian obat-obatan antimikroba dapat diberikan sebagai penunjang perawatan periodontal setelah tindakan skeling root planing. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek aplikasi membran gelatin karbonat apatit terhadap kadar IL-1β cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis kronis. Metode penelitian ini adalah double blind, randomized controlled trial, dengan purposive sampling,dan split mouth. Parameter yang diukur yaitu kadar IL-1β cairan sulkus gingiva sebelum perawatan dan setelah perawatan. Membran gelatin karbonat apatit diaplikasikan ke dalam poket periodontal pada kelompok perlakuan setelah skeling root planing. Analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan p<0,05. Nilai kadar IL-1β cairan sulkus gingiva pada hari ke-0 dengan kadar IL-1β hari ke-30 baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol masing-masing menunjukkan nilai yang signifikan (p<0,001) Perbandingan persentase penurunan kadar IL-1β cairan sulkus gingiva pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan, tetapi cenderung menunjukkan penurunan kadar IL-1β yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi membran gelatin karbonat apatit mempunyai efek penurunan kadar IL-1β cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis kronis.Item EFEK APLIKASI MEMBRAN KARBONAT APATIT (CHA) TERHADAP PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN PADA KASUS PERIODONTITIS KRONIS SETELAH SKELING DAN ROOT PLANING(2017-01-13) NURYANNI DIHIN UTAMI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenEFEK APLIKASI MEMBRAN KARBONAT APATIT (CHA) TERHADAP PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN PADA KASUS PERIODONTITIS KRONIS SETELAH SKELING DAN ROOT PLANING Nuryanni Dihin Utami 160521140001 ABSTRAK Pendahuluan : Perawatan periodontal dapat menyebabkan terjadinya hipersensitif dentin akibat terbukanya permukaan akar. Membran karbonat apatit (CHA) saat ini sedang dikembangkan sebagai alternatif perawatan kasus hipersensitif dentin. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh aplikasi membran CHA terhadap perawatan kasus hipersensitif dentin akibat periodontitis kronis. Metode : Penelitian dilakukan pada 32 pasien Klinik – PPDGS - Periodonsia – FKG - UNPAD yang mengalami periodontitis kronis. Gigi dengan kedalaman poket lebih dari 5 mm dibagi menjadi dua kelompok secara acak dengan metode split mouth, yaitu kelompok perlakuan dengan aplikasi membran CHA pada poket yang terdalam dan kelompok kontrol. Skeling dan root planing dilakukan terhadap pasien dan dilanjutkan pengukuran tingkat sensitivitas gigi dengan menggunakan tiga metode pengukuran, yaitu melalui pemberian stimulus taktil, stimulus thermal evaporative, dan penggunaan alat ukur electric pulp tester (EPT). Pengukuran dilakukan kembali pada hari ke- 7 dan ke-30. Hasil Penelitian : Uji Wilcoxon pada pengukuran hari ke-7 dan ke-30 dengan stimulus taktil menunjukkan perbedaan yang signifikan (p < 0,005) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, namun dengan stimulus thermal evaporative signifikan hanya pada hari ke-7. Pengukuran dengan EPT mengalami perbedaan tingkat sensitivitas pada hari ke-7 dan ke-30, namun tidak signifikan. Aplikasi membran CHA dapat menurunkan tingkat sensitivitas gigi hingga hari ke-7 secara subyektif dan hingga hari ke-30 secara obyektif. Pembahasan : Tingkat sensitivitas gigi yang berbeda pada hari ke-7 hingga ke-30 melalui metode pengukuran yang berbeda dapat dipengaruhi oleh variasi degradasi dan resorbsi membran CHA yang terjadi. Aplikasi membran CHA yang dapat menurunkan tingkat sensitivitas gigi hingga hari ke-30 menunjukan bahwa material tersebut dapat bertahan lebih lama dan aplikasinya tidak perlu diulang. Simpulan : Aplikasi membran CHA berpengaruh terhadap penurunan tingkat sensitivitas dentin yang lebih baik dan bertahan lama pada perawatan kasus hipersensitif dentin akibat periodontitis kronis setelah skeling dan root planing. Penurunan tingkat sensitivitas dentin secara subyektif efektif hingga hari ke-7, sedangkan secara obyektif efektif sampai dengan hari ke-30. Kata Kunci : Hipersensitif dentin, periodontitis, membran CHA.Item Efek Aplikasi Membran Karbonat Apatit Terhadap Kadar MMP-8 Cairan Sulkus Gingiva Setelah Skeling dan Root Planing Pada Pasien Periodontitis Kronis(2017-01-13) SITI SOPIATIN; Ina Hendiani; Ira KomaraEFEK APLIKASI MEMBRAN KARBONAT APATIT TERHADAP KADAR MMP-8 CAIRAN SULKUS GINGIVA SETELAH SKELING DAN ROOT PLANING PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS Siti Sopiatin 160521140003 ABSTRAK Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi yang menghasilkan inflamasi di dalam jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang secara progresif. Terapi inisial perawatan periodontitis kronis adalah skeling dan root planing. Terapi tambahan diperlukan untuk meningkatkan perbaikan respon inflamasi setelah skeling dan root planing. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek aplikasi membran karbonat apatit terhadap kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva setelah tindakan skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis. Metode Penelitian : Jenis penelitiaan ini adalah randomized control trial, double blind, dan split mouth. Parameter yang diukur yaitu kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva sebelum perawatan dan setelah perawatan. Membran karbonat apatit diaplikasikan ke dalam poket periodontal pada Kelompok perlakuan setelah skeling dan root planing. Analisa data menggunakan Wilcoxon dengan nilai p < 0,001. Hasil Penelitian : Selisih antara kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva pada hari ke-0 dengan kadar MMP-8 hari ke-30 baik pada Kelompok Perlakuan maupun Kontrol masing-masing menunjukkan nilai yang bermakna (p < 0,001). Perbandingan penurunan kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva pada Kelompok Perlakuan dengan Kelompok Kontrol memiliki nilai yang bermakna (p < 0,001). Diskusi: Kadar MMP-8 pada hari ke-30 pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol, keduanya mengalami penurunan. Penurunan kadar MMP-8 pada kelompok perlakuan lebih tinggi pada Kelompok Perlakuan dibandingkan dengan penurunan kadar MMP-8 pada Kelompok Kontrol. Simpulan : Aplikasi membran karbonat apatit mempunyai efek terhadap penurunan kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva yang artinya terjadi peningkatan perbaikan respon inflamasi setelah skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis. Kata Kunci : Membran karbonat apatit, kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva, skeling root planing, periodontitis kronis.Item EFEK APLIKASI TOPIKAL GEL KUNYIT PUTIH (CURCUMA ZEDOARIA) 2% TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 SETELAH PERAWATAN SKELING DAN ROOT PLANING PADA PERIODONTITIS KRONIS(2017-01-13) CAECILIA SUSETYA WAHYU NURHAENI; Agus Susanto; AmaliyaEFEK GEL KUNYIT PUTIH (CURCUMA ZEDOARIA) 2% TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 SETELAH SKELING DAN ROOT PLANING PADA PERIODONTITIS KRONIS CAECILIA SUSETYA WAHYU NURHAENI-160521140010 ABSTRAK Periodontitis kronis merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh plak bakteri. Inflamasi dapat menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi diantaranya Interleukin-6 (IL-6). Terapi skeling dan root planing dapat mengurangi respon inflamasi yang ditandai dengan menurunnya kadar IL-6. Terapi tambahan dengan pemberian agen kemoterapeutik secara topikal dapat mempercepat proses penyembuhan dengan menurunkan derajat inflamasi. Salah satu tanaman herbal yang memiliki efek antiinflamasi adalah kunyit putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gel kunyit putih sebagai terapi tambahan terhadap kadar IL-6 setelah perawatan skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan metode Randomized Controlled Trial, single blind, dan split mouth design dengan jumlah sampel cairan sulkus gusi dari 22 pasien periodontitis kronis dengan kedalaman poket ≥ 5 mm. Pasien subjek penelitian dibagi 2 kelompok, sisi perlakuan mendapat perawatan skeling dan root planing dan diberi tambahan gel kunyit putih sedangkan sisi kontrol hanya mendapat perawatan skeling dan root planing saja. Cairan sulkus gusi diambil pada hari ke-0 dan hari ke-14 untuk diperiksa kadar IL-6 pada sisi perlakuan dan sisi kontrol. Data diolah secara statistik untuk uji normalitas data dengan Wilcoxon dan uji beda dengan Mann-Whitney dengan nilai p<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar IL-6 baik pada sisi perlakuan maupun sisi kontrol. Selisih rata-rata kadar IL-6 sebelum dan sesudah perawatan pada sisi perlakuan = 8,807 dan pada sisi kontrol = 1,675. Uji beda Mann-Whitney memperlihatkan adanya perbedaan selisih perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,011. Simpulan : Gel kunyit putih 2% memiliki efek untuk menurunkan kadar IL-6 setelah skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis. Kata Kunci: Gel kunyit putih, Kadar Interleukin-6, Periodontitis KronisItem Efek Beralih Ke Vaping Pada Perokok Tembakau Dengan Penyakit Periodontal Terhadap Kadar Interleukin-6 Saliva, Sebuah Penelitian Uji Acak Terkontrol(2024-01-14) PUTRI SRI WAHYUNI; Amaliya; Ina HendianiAbstrak Pendahuluan. Merokok dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal. Paparan asap rokok dalam jangka panjang telah terbukti menghambat proliferasi fibroblas gingiva manusia. Fibroblas gingiva merupakan jenis sel yang penting dalam perbaikan dan pemeliharaan jaringan gingiva. Rokok dapat mempengaruhi produksi sitokin pro-inflamasi seperti Interleukin-6 oleh fibroblast gingiva. Rokok elektrik merupakan salah satu alat pengganti asupan nikotin dan tidak ada pembakaran sehingga menghasilkan senyawa kimia yang lebih sedikit dibandingkan merokok. Tujuan. Mengetahui Efek Beralih Ke Vaping Pada Perokok Tembakau dengan Penyakit Periodontal Terhadap Kadar Interleukin-6 Saliva. Metode. Penelitian dengan metode uji acak terkontrol dengan jumlah sampel 38 orang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok uji dan kelompok kontrol. kelompok uji yaitu perokok tembakau beralih ke vape sebanyak 20 orang dan kelompok kontrol yaitu perokok tembakau sebanyak 18 orang. Dua minggu sebelum penelitian dilakukan scaling root planning dan profilaksis pada kelompok uji dan kelompok kontrol. Sampel saliva sebanyak 10 ml pada masing-masing kelompok dikumpulkan pada hari ke-0 dan hari ke-90 untuk memeriksa kadar Interleukin-6 menggunakan ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Analisis Statistik. Normalitas data diverifikasi menggunakan Uji Shapiro-Wilk dan didapatkan data tidak berdistribusi normal sehingga digunakan transformasi Box-Cox untuk mendapatkan asumsi data berdistribusi normal. Uji statistik menggunakan uji T-Test dengan p-value <0,05. Hasil. Kadar Interleukin-6 setelah 90 hari pada kelompok perokok tembakau yang beralih ke vape dibandingkan dengan kelompok perokok tembakau, p=0,050. Kesimpulan. Peralihan dari merokok tembakau ke vaping mengalami penurunan Kadar Interleukin-6 saliva yang lebih besar dibandingkan perokok tembakau.Item Efek Beralih Ke Vaping Pada Perokok Tembakau dengan Penyakit Periodontal terhadap Kadar RANKL Saliva, Sebuah Penelitian Acak Terkontrol(2024-01-13) ILFI RAHMI; Ina Hendiani; AmaliyaPendahuluan : Perokok dengan penyakit periodontal memiliki kadar RANKL yang lebih tinggi dibandingkan non-perokok penderita penyakit periodontal. RANKL merupakan salah satu regulator dalam metabolisme tulang dan berperan dalam mengaktifkan osteoklas yang memicu terjadinya resorpsi tulang. Vape merupakan alternatif pengganti asupan nikotin dari rokok tembakau dengan kadar nikotin yang jauh lebih rendah dan tidak melalui pembakaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa efek substitusi penggunaan rokok tembakau menjadi vape terhadap kadar RANKL saliva pada perokok penderita penyakit periodontal. Bahan dan Metode penelitian : Penelitian dengan metode uji acak terkontrol ini melibatkan 38 orang subjek yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Subjek terbagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok uji yaitu subjek yang melanjutkan merokok tembakau sebanyak 18 orang dan kelompok kontrol yaitu subjek yang beralih ke vape sebanyak 20 orang. Kedua kelompok mendapatkan terapi profilaksis, scaling dan root planing pada 2 minggu sebelum penelitian dimulai. Sampel saliva sebanyak 10 ml pada masing-masing kelompok dikumpulkan pada hari ke-1 dan hari ke-90 untuk diperiksa kadar RANKL nya menggunakan tes ELISA. Uji statistik menggunakan uji t-test dengan signifikansi hasil ditentukan pada nilai p<0.05. Hasil penelitian : Kadar RANKL saliva setelah 90 hari pada kelompok uji menurun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Simpulan : Peralihan dari merokok tembakau ke vaping menurunkan kadar RANKL saliva pada perokok penderita penyakit periodontal.Item EFEK GEL SERAI DAPUR (CYMBOPOGON CITRATUS) SEBAGAI TERAPI TAMBAHAN PERAWATAN SKELING ROOT PLANING PADA PERIODONTITIS KRONIS (PENELITIAN KLINIS DAN MIKROBIOLOGIS)(2016-03-03) YULIA SANTI EKO WULANSARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPeriodontitis merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium dan kehilangan gigi. Faktor penyebab periodontitis yaitu bakteri dalam plak. Bakteri dapat dihilangkan dengan skeling root planing yang disertai pemberian agen kemoterapeutik secara sistemik maupun topikal. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui dan menganalisa efek dari aplikasi gel serai dapur (cymbopogon citratus) sebagai terapi tambahan skeling root planing pada periodontitis kronis. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah randomized controlled trial, single blind, dan split mouth. Parameter yang diukur yaitu kedalaman poket, tingkat perlekatan epitel, perdarahan gingiva, identifikasi jenis bakteri dipoket dan jumlah koloni bakteri. Gel serai dapur diaplikasikan secara topikal pada sisi uji segera setelah skeling root planing dan diulangi 1 minggu setelah perawatan. Pengambilan plak gigi dilakukan sebelum perawatan dan 30 hari setelah perawatan. Analisa data menggunakan uji t berpasangan membandingkan hasil sebelum perawatan dan setelah perawatan dengan nilai P<0,05. Hasil penelitian: Sisi kontrol dibandingkan sisi uji tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter klinis kedalaman poket dan tingkat perlekatan klinis. Perbedaan signifikan terjadi pada parameter perdarahan saat probing. Pengurangan jumlah koloni bakteri terdapat pada sisi uji yaitu bakteri P.gingivalis dan A.naeslundii. Kesimpulan : Aplikasi gel serai dapur sebagai terapi tambahan perawatan skeling root planing mempunyai efek pada pengurangan perdarahan saat probing di sisi mesiobukal dan disto bukal. Gel serai dapur berefek sebagai antibakteri pada periodontitis kronisItem EFEK GENIPIN 0,1 % SEBAGAI BAHAN CROSSLINKING PLATELET RICH FIBRIN (PRF) TERHADAP SIFAT MEKANIS, KADAR PLATELET DERIVED GROWTH FACTOR (PDGF) DAN INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR 1 (IGF-1)(2018-04-10) FIRLINA AZRINI; Indra Mustika Setia Pribadi; Ira KomaraPlatelet Rich Fibrin (PRF) digunakan dalam bedah regenerasi periodontal mengandung banyak faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor (PDGF) dan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) dalam matriks fibrin terpolimerisasi yang dapat mendukung proses penyembuhan memiliki sifat mekanis yang rendah. Salat satu cara meningkatkan sifat mekanis biomaterial adalah crosslinking dengan genipin. Crosslinking merupakan proses ikat silang antar rantai polimer suatu material yang dipengaruhi oleh jenis bahan, konsentrasi, suhu serta waktu perlakuan. Genipin telah digunakan sebagai bahan crosslinking namun belum diteliti efeknya terhadap sifat mekanis dan faktor pertumbuhan pada membran PRF. Penelitian eksperimental laboratoris ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sifat mekanis serta perubahan kadar PDGF dan IGF-1 pada membran PRF crosslinking genipin konsentrasi 0,1% (pelarut PBS) dengan perlakuan perendaman 2 jam serta 72 jam dibanding kontrol (PBS). Uji tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanis yang dilihat dari nilai kekuatan tarik dan Modulus Young diikuti dengan scanning electron microscope (SEM) untuk melihat struktur permukaan membran PRF. Uji ELISA dilakukan untuk mengetahui kadar PDGF dan IGF-1. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan 2 jam dengan genipin 0,1% terjadi peningkatan sifat mekanis tanpa perubahan signifikan kadar PDGF dan IGF-1 dibanding kontrol, sedangkan pada perlakuan 72 jam peningkatan sifat mekanis tidak signifikan serta terjadi penurunan kadar PDGF walaupun kadar IGF-1 tidak mengalami perubahan signifikan dibanding kontrol. Sifat mekanis perlakuan genipin 0,1% selama 2 jam lebih tinggi dibanding 72 jam, serta tidak memberikan perubahan bermakna kadar PDGF dan IGF-1 antara keduanya. Genipin 0,1% dengan waktu perlakuan 2 jam memiliki potensi untuk meningkatkan sifat mekanis membran PRF tanpa menghilangkan faktor pertumbuhan PDGF dan IGF-1 yang terkandung didalamnya.Item EFEK GENIPIN 0,1% SEBAGAI BAHAN CROSSLINKING PLATELET RICH FIBRIN TERHADAP DEGRADASI, KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR-BETA1 (TGF-β1) DAN VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF)(2018-04-10) SULISTIAWATI; Ina Hendiani; Janti RusyantiPlatelet rich fibrin (PRF) digunakan sebagai membran pembatas pada perawatan regeneratif periodontal. PRF diketahui mampu melepaskan faktor pertumbuhan (diantaranya transforming growth factor-beta 1 (TGF-β1) dan vascular endothelium growth factor (VEGF)), namun sifat degradasi PRF juga harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan perawatan. PRF direndam dalam bahan crosslinking genipin 0,1% untuk meningkatkan ketahanan PRF terhadap degradasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek genipin 0,1% sebagai bahan crosslinking PRF terhadap degradasi, kadar TGF-β1 dan VEGF. Metode Penelitian: Sampel membran PRF dibuat dari 20cc darah sukarelawan sehat. Sampel kemudian direndam dalam larutan genipin 0,1% (kelompok perlakuan) dan larutan PBS (kelompok kontrol) selama 2 jam dan 72 jam. Ketahanan PRF terhadap degradasi enzimatik dilihat dengan merendam setiap sampel dalam tripsin 0,01% dan diinkubasi pada suhu 37°C. Kadar TGF- β1 dan VEGF diukur dengan metode ELISA. Hasil Penelitian: Persentase degradasi PRF yang direndam genipin 0,1% menurun secara signifikan dibanding kelompok kontrol. Penurunan kadar TGF-β1 dan VEGF tidak signifikan pada PRF yang direndam genipin 0,1% selama 2 jam. Diskusi: Genipin bereaksi dengan gugus amin pada fibrin membentuk ikatan kovalen yang stabil dan tahan terhadap degradasi enzimatik. Genipin 0,1% sebagai bahan crosslinking PRF diharapkan efektif meningkatkan sifat biomekanis PRF dan tidak mengurangi kemampuan biokompatibilitasnya yang dievaluasi melalui penurunan kadar TGF-β1 dan VEGF. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa efek genipin 0,1% dengan waktu rendaman 2 jam sebagai bahan crosslinking pada PRF yaitu menurunkan degradasi dan tidak menghilangkan kadar TGF-β1 dan VEGF yang terkandung di dalamnya. Kata kunci: Platelet rich fibrin, genipin, crosslinking, degradasi, TGF-β1, VEGFItem EFEK TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP KADAR MMP - 8 SALIVA PENDERITA PERIODONTITIS KRONIS : SEBUAH PENELITIAN PENDAHULUAN(2021-10-12) NIRMALA PUTRI SORANTA; Ina Hendiani; Nunung RusminahPeriodontitis kronis merupakan inflamasi jaringan periodontal akibat akumulasi dari bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang secara progresif. Scaling root planing menjadi terapi inisial periodontitis dan seringkali dibutuhkan terapi tambahan untuk meningkatkan perbaikan dari respon inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi oksigen hiperbarik (TOHB) terhadap kadar MMP-8 dalam cairan saliva pada periodontitis kronis. Bahan dan Metode : Jenis penelitian ini adalah convenience sampling. Sampel sebanyak 9 orang penderita periodontitis kronis yang terbagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 (SRP), kelompok 2 (TOHB), kelompok 3 (SRP+TOHB) yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. Pengukuran kadar MMP-8 cairan saliva dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan pada hari ke 14. Analisis data untuk membandingkan perbedaan rata-rata kadar MMP-8 pada ketiga kelompok perlakuan (sebelum dan sesudah) digunakan analisis varians (uji F); sedangkan untuk membandingkan penurunannya digunakan uji Kruskal-Wallis. Perbandingan kadar MMP-8 antara sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji t berpasangan. Hasil : Perbedaan kadar MMP-8 pada data sebelum dan data sesudah perlakuan pada gabungan ketiga kelompok dengan analisis varians (uji F) tidak menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p>0,05); namun perbedaan kadar MMP-8 antara sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p0,05) Kesimpulan : Pemberian terapi oksigen hiperbarik (TOHB) setelah perawatan scaling root planing pada pasien periodontitis kronis berpengaruh terhadap penurunan kadar MMP-8 dalam saliva. Kata Kunci : peridontitis kronis, terapi oksigen hiperbarik, kadar MMP-8.Item EFEK TOPIKAL GEL KLORHEKSIDIN DIGLUKONAT 0.2 % TERHADAP KADAR IgG1 PADA CAIRAN SULKUS GUSI SETELAH TERAPI INISIAL PADA PENDERITA PERIODONTITIS KRONIS (UJI LABORATORIUM)(2017-04-10) FRITA FERLITA SHAFRI DJOHAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPendahuluan: Penyakit periodontal merupakan proses inflamasi jaringan pendukung gigi dengan etiologi utama bakteri periopatogen. Inflamasi menyebabkan poket periodontal, kegoyangan dan terlepasnya gigi. Produk Kgp bakteri periopatogen Porphyromonas gingivalis dapat menguraikan IgG1 (cleavage) di hinge region yang dapat dideteksi pada cairan sulkus gusi (GCF). Skeling dan root planing merupakan terapi gold standard untuk mengeliminasi bakteri periopatogen. Topikal gel klorheksidin diglukonat 0.2% pilihan terapi tambahan untuk memaksimalkan eliminasi bakteri Porphyromonas gingivalis. Metode: Subjek penelitian penderita periodontitis kronis sebanyak 20 orang, kedalaman poket ≥ 5 mm pada satu gigi atau lebih di setiap rahang, dibagi menjadi kelompok I (SRP+Gel CHX) dan kelompok II (SRP). Desain penelitian double blind-randomized controlled trial. IgG1 yang terurai diukur dari GCF sebelum dan sesudah perlakuan, Hasil dan pembahasan: Persentase penurunan kadar IgG1 terurai pada Kelompok I lebih tinggi dibandingkan Kelompok II pada hari ke-21 (p < 0,05), sebesar 222,08 ng/mL dan 26,95 ng/mL. Pemberian topikal gel klorheksidin diglukonat 0,2% setelah terapi inisial bermakna secara statistik, dapat menurunkan kadar IgG1 yang terurai lebih baik dibandingkan terapi SRP saja. Simpulan: Aplikasi topikal gel klorheksidin diglukonat 0.2% setelah terapi inisial dapat menurunkan kadar IgG1 yang terurai pada penderita periodontitis kronis.Item EFEK VARIASI DOSIS 15 DAN 25 KGY IRADIASI SINAR GAMA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, MORFOLOGI, SIFAT DAN PELEPASAN ION PERMUKAAN PROTOTIPE TITANIUM(2024-01-11) ANASTASIA SUSILO; Prajna Metta; Aldilla MirandaLatar Belakang. Proses sterilisasi merupakan proses yang penting pada berbagai industri, termasuk salah satunya pada bidang kesehatan. Tujuan utama dari proses sterilisasi adalah untuk mengeliminasi berbagai bentuk mikroba seperti bakteri, virus, fungi dan spora sehingga implan yang ditanamkan ke tulang rahang manusia terbebas dari infeksi dan mendukung kesuksesan prosedur perawatan implan. Berbagai metode sterilisasi yang tersedia, yang dipilih adalah sterilisasi sinar gama. Tujuan. menganalisis pengaruh variasi dosis 15 kGy dan 25 kGy sinar gama terhadap karakteristik fisik, morfologi, sifat dan pelepasan ion permukaan implan. Bahan dan Metode. Empat puluh delapan titanium implan berbentuk silindris tanpa ulir dengan perlakuan permukaan SLA diameter 4 mm tebal 8 mm diberi perlakuan sinar gama 0 kGy, 15 kGy, dan 25 kGy. Setelah itu dibagi ke kelompok uji fisik, morfologi, sifat dan pelepasan ion. Uji fisik menggunakan Vickers Hardness Tester, uji morfologi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), uji sifat hidrofilisitas dilihat menggunakan alat contact angle measurement device dan uji pelepasan ion menggunakan alat Graphite Furnace Atomic Absorption Spectroscopy (GFAAS). Hasil pengukuran uji fisik dan pelepasan ion dianalisis menggunakan uji T berpasangan sedangkan hasil pengukuran uji sifat menggunakan uji Wilcoxon- Mann/ Whitney. Hasil analisis signifikan bila p < 0,05 Hasil. Pemberian dosis sinar gama pada implan titanium memiliki hasil yang signifikan terhadap uji fisik, morfologi, sifat dan pelepasan ion, namun pemberian variasi dosis hanya berpengaruh secara signifikan terhadap efek pelepasan ion. Simpulan. Pemberian dosis sinar gama dapat mempengaruhi sifat fisik, morfologi, penyerapan air dan efek pelepasan ion. Variasi dosis sterilisasi sinar gama dipilih pada 15 kGy karena cukup mensterilkan titanium secara optimal dengan perubahan fisik, morfologi, sifat dan pelepasan ion yang paling baik.Item EFEKTIFITAS PERAWATAN PERIODONTAL INISIAL TERHADAP KONDISI PERIODONTAL PENDERITA OBESITAS DENGAN PERIODONTITIS(2013-10-21) APTANTI M.H.; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenIndividu obesitas dengan periodontitis memiliki kondisi periodontal yang lebih parah dibandingkan individu berat badan normal dengan periodontitis. Perawatan periodontal inisial berupa tindakan skeling dan root planing bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologi yang mempengaruhi keberhasilan perawatan periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perawatan periodontal inisial terhadap kondisi periodontal pada penderita obesitas dengan periodontitis. Metode : Tiga puluh delapan subjek penelitian terdiri dari 26 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, terbagi menjadi dua kelompok yaitu 15 orang memiliki berat badan normal dengan periodontitis dan 25 orang obesitas dengan periodontitis, dengan rentang usia antara 28 – 49 tahun berpartisipasi pada penelitian ini. Pengukuran antropometrik (berat badan dan tinggi badan), pemeriksaan klinis yaitu kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis dan kondisi gingiva dilakukan pada kunjungan awal lalu, dilanjutkan perawatan periodontal inisial (berupa tindakan skeling dan root planing), kemudian kontrol 1 minggu dan 1 bulan setelahnya dilakukan pemeriksaan klinis kembali. Data dianalisis menggunakan paired t-test. Hasil : Nilai Rata-rata kedalaman poket sebelum dan sesudah perawatan periodontal inisial pada berat badan normal adalah 2,88 (0,32) dan 2,33 (0,23) (p≤0,001), obesitas 2,97 (0,29) dan 2,46 (0,28) (p≤0,001). Nilai rata-rata perolehan perlekatan klinis pada berat badan normal adalah 3,34 (0,47) dan 2,79 (0,47) (p≤0,001), obesitas 3,48 (0,43) dan 2,97 (0,41) (p≤0,001), sedangkan untuk nilai rata-rata indeks gingiva pada berat badan normal adalah 0,64 (0,23) dan 0,21 (0,10) (p≤0,001), obesitas 0,89 (0,23) dan 0,24 (0,13) (p≤0,001). Sementara terdapat hubungan antara penurunan kedalaman poket dan perolehan perlekatan klinis (r = 0,815 dan 0,933). Kesimpulan : Perawatan periodontal inisial dapat menurunkan kedalaman poket, perolehan perlekatan klinis dan kondisi gingiva serta makin dangkal kedalaman poket maka kehilangan perlekatan semakin kecil, baik pada berat badan normal dengan periodontitis maupun obesitas dengan periodontitis