Bedah Mulut dan Maksilofasial (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Bedah Mulut dan Maksilofasial (Sp.) by Author "Indra Hadikrishna"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYELAMAN MENGGUNAKAN COMMERCIAL MOUTHPIECE SCUBA DIVING DENGAN GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA PENYELAM TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT (TNI-AL)(2023-08-19) BAMBANG HUDIWORO KUSUMA DEWA; Endang Sjamsudin; Indra HadikrishnaPendahuluan: Commercial Mouthpiece merupakan bagian Self Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA) yang menyebabkan gangguan rongga mulut serta mikrotrauma sendi temporomandibula dan otot-otot pendukungnya apabila digunakan berulang dan dalam waktu yang lama, kondisi ini dikenal dengan Diver’s Mouth Syndrome (DMS). Indeks Helkimo merupakan alat ukur menilai derajat keparahan gangguan sendi temporomandibula didasarkan nilai Anamnestic index (Ai) dan Dysfunctional index (Di) dengan keunggulan alat ukur yang sederhana, ekonomis, cepat pada survei epidemiologi, dan mudah diterapkan pada jumlah besar. Tujuan: Menilai hubungan lama penyelaman menggunakan commercial mouthpiece SCUBA diving pada penyelam TNI-AL terhadap nilai Ai dan nilai Di serta hubungan nilai Ai dan nilai Di sebagai instrumen penilaian gangguan sendi temporomandibula. Metode: Deskriptif korelasi digunakan pada penelitian ini dengan jumlah sampel 39 penyelam militer yang dipilih secara purposive sampling dan sesuai kriteria inklusi. Penelitian dilakukan dengan wawancara kuisioner, pemeriksaan odontogram, serta pemeriksaan sendi temporomandibula di Lembaga Kesehatan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Komando Armada I, Tanjung Priok. Datanya adalah lama penyelaman, distribusi frekuensi gangguan temporomandibula secara penilaian Ai dan Di, kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman rank. Hasil: Koefesien korelasi (r) lama penyelaman menggunakan commercial mouthpiece SCUBA diving terhadap Ai adalah 0.510(P-value = 0.001) dan Di adalah 0.625(P-value = 0.001), serta nilai r antara nilai Ai dan nilai Di adalah 0.454(P-value = 0.004). Simpulan: Terdapat hubungan signifikan positif kuat antara lama penyelaman menggunakan commercial mouthpiece SCUBA diving pada penyelam TNI-AL terhadap nilai Ai dan nilai Di serta terdapat hubungan signifikan positif moderat antara nilai Ai terhadap nilai Di sebagai gambaran gangguan temporomandibula penyelam TNI-AL.Item HUBUNGAN ANTARA USIA OPERASI TERHADAP DISFUNGSI VELOFARINGEAL PADA PASIEN PASCA PALATOPLASTI(2023-10-11) FADLY RASYID; Andri Hardianto; Indra HadikrishnaPendahuluan: Celah palatum dapat menimbulkan berbagai gangguan tumbuh kembang, salah satu gangguan tersebut adalah gangguan berbicara. Palatoplasti untuk menutup celah palatum dan mengurangi resiko gangguan bicara penderita celah palatum. Usia dilakukannya operasi berpengaruh pada kemampuan bicara yang dihasilkan oleh penderita celah palatum. Tujuan: penelitian ini untuk hubungan antara usia dilakukannya operasi terhadap kemampuan bicara pasca palatoplasti. Metode: Sample penelitian adalah semua penderita celah palatum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung yang dilakukan palatoplasti. penelitian ini hanya dilakukan pengamatan dan pengukuran dengan intervensi terhadap variabel penelitian kemudian dilakukan analisa. Selanjutnya dilakukan uji perbedaan dan uji korelasi. Teknik pengambilan sampel Consecutive Sampling pasien pasca palatoplasti yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki 28 (68,29%) dan kategori usia 18 bulan - 24 bulan sebanyak 31 (75,61%). Artikulasi terbanyak pada kategori ringan 34 (82,92%), Pada kategori hipernasalitas terbanyak dengan kategori berat 21 (51,22%), nasal emisi udara terbanyak pada kategori nilai terendah dengan jumlah 19 (46,34%) dan kategori kemampuan bicara terbanyak pada kelompok cukup mampu 22 (53,66%). Terdapat korelasi antara usia operasi dengan artikulasi, hipernasalitas, nasal emisi dan kemampuan bicara (p<0,000). Simpulan: Studi ini menunjukkan pasca palatoplasti terdapat korelasi yang kuat antara usia operasi dengan artikulasi, hipernasalitas, nasal emisi dan kemampuan bicara.Item HUBUNGAN KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) SALIVA DENGAN GAMBARAN KLINIS JARINGAN PARUT PADA PASIEN PASCA OPERASI LABIOPLASTI(2023-08-08) NIKEN LAKSMITARANI; Andri Hardianto; Indra HadikrishnaPendahuluan: Jaringan parut pada labioplasti adalah hasil yang tak dapat dihindarkan dari luka operasi. Jaringan parut ini dapat menimbulkan masalah secara fungsional, kosmetik dan psikologis Penilaian objektif memberikan pengukuran kuantitatif pada jaringan parut, sedangkan penilaian subjektif bergantung pada penilaian pengamat. Skala yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai tipe jaringan parut salah satunya Vancouver Scar Scale (VSS). Penilaian objektif yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai Vascular endothelial growth factor (VEGF) yang diketahui sebagai mediator angiogenensis yang mempromosi penyembuhan luka kutan dan merangsang pembentukan jaringan parut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa korelasi antara nilai kadar VEGF saliva pada hari ke 21 dengan gambaran klinis jaringan parut pada pasien pasca operasi labioplasti pada hari ke 90. Metode: Penelitian dilakukan pada 36 pasien dengan kasus celah bibir unilateral yang telah dilakukan operasi labioplasti di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan subjek penelitian untuk kelompok uji dilakukan secara acak. Setelah di lakukan tindakan labioplasti, di lakukan pengukuran kadar VEGF pada hari ke 21, selanjutnya dilakukan penilaian gambaran klinis jaringan parut dengan VSS pada hari ke 90. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan bermakna secara statistik antara kadar VEGF dengan gambaran klinis jaringan parut. Nilai koefisien korelasi antara VEGF dan gambaran klinis jaringan parut sebesar r=0.804 (p=0.001). Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara nilai VEGF saliva dengan gambaran klinis jaringan parut pada pasien pasca operasi labioplasti.Item PERBANDINGAN TIGA JENIS MATA BUR TERHADAP NILAI TARTRATE-RESISTANT ACID PHOSPHATASE (TRAP) SALIVA PADA PASIEN ODONTEKTOMI MOLAR TIGA MANDIBULA(2023-08-09) MITRA RISWANDA HUTABARAT; Andri Hardianto; Indra HadikrishnaPendahuluan: Pengangkatan gigi terpendam impaksi molar tiga rahang bawah merupakan tindakan yang umum dilakukan oleh bedah mulut. Prosedur odontektomi memiliki tingkat kesulitan berdasarkan Pederson mulai dari ringan hingga berat yang mempengaruhi penyembuhan pasca operasi. Salah satu prosedur dalam odontektomi adalah pembuangan tulang dengan instrumen putar. Penggunaan bur pada odontektomi akan menghasilkan panas dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak dan osteonecrosis. Tingkat penyembuhan pada tulang alveolar dipengaruhi oleh seberapa besar trauma atau pembuangan tulang yang dilakukan pada saat odontektomi. Kemampuan bur bergantung kepada bahan penyusun dari bur dan dalam menghasilkan panas saat digunakan. Material yang mudah menghasilkan panas akan memiliki kerentanan dalam penggunaannya seperti, lebih cepat tumpul, lebih banyak merusak jaringan, lebih mudah patah, dan membutuhkan waktu lebih lama dalam pengerjaannya. Teknik pembuangan tulang alveolar pada odontektomi akan membuat tartrate-resitant acid phosphatase muncul dan meningkat. TRAP adalah enzim yang dilepaskan akibat aktivasi osteoklas, termasuk didalamnya produk dari degradasi tulang yang menunjukkan proses resorpsi tulang. Tujuan: membandingkan tiga jenis mata bur dalam tindakan odontektomi molar 3 mandibula pada nilai TRAP saliva sebelum dan sesudah odontektomi. Metode: Penelitian dilakukan pada 30 pasien dengan kasus impaksi molar ketiga mandibula yang dilakukan odontektomi dalam anestesi lokal di Poli Bedah Minor Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Padjadjaran. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan saliva sebelum dan setelah tindakan odontektomi, kemudian diukur TRAP saliva dan dibandingkan sebelum dan sesudahnya. Data yang terkumpul kemudian diuji dengan T-test pair dan Anova. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan signifikan pada nilai TRAP saliva sebelum dan sesudah odontektomi pada penggunaan bur SS, DB, dan TC, namun perbandingan antara bur DB dan TC tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan mata bur TC dan DB menghasilkan nilai TRAP dengan perbedaan yang minimal yang menunjukkan kerusakan tulang yang minimal, sedangkan penggunaan mata bur SS menunjukkan nilai perbedaan yang signifikan yang berarti kerusakan tulang yang banyak