S2 - Tesis
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Tesis by Author "Ai Mardhiyah"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
Item Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Orangtua Anak Usia Sekolah Penyandang Talasemia Mayor di Jawa Barat(2019-03-04) ANITA TIARA; Ai Mardhiyah; Henny Suzana MedianiKebutuhan orang tua selama merawat anak talasemia meliputi kebutuhan informasi, profesional, emosional, sosial, finansial dan spiritual yang merupakan suatu hal yang penting bagi orang tua, karena kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan mempengaruhi kesehatan mental dan fisiknya. Faktor karakteristik sosiodemografi merupakan prediktor cukup kuat tidak terpenuhinya kebutuhan orangtua, diantaranya karakteristik orangtua dan karakteristik anak. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan orangtua anak usia sekolah penyandang talasemia mayor di Jawa Barat. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah orang tua anak usia sekolah penyandang talasemia mayor berjumlah 136 orang dengan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis bivariat menggunakan chi square dan poin biserial dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan orangtua diurutkan dari tertinggi sampai terendah adalah kebutuhan spiritual, sosial, informasi, emosional, finansial dan professional. Terdapat hubungan antara pendidikan orangtua (p= 0,028), pendapatan orangtua (p=0,006) dan lama waktu terdiagnosa (p=0,035) dengan kebutuhan orangtua, sedangkan jumlah anak talasemia, jenis kelamin dan usia orangtua tidak berhubungan dengan kebutuhan orangtua. Faktor jumlah anak talasemia mayor paling berhubungan pada kebutuhan orangtua domain emosional dan finansial, sedangkan jenis kelamin orangtua yang paling berhubungan dengan kebutuhan orangtua domain sosial, profesional, sosial dan spiritual. Pentingnya peningkatan peran perawat sebagai edukator dan konsultan serta membantu orangtua mencari sumber dukungan spiritual, emosional dan finansial pada orangtua anak usia sekolah penyandang talasemia.Item HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK MALFORMASI ANOREKTAL DAN HIRSCHPRUNG DISEASE USIA 1-5 TAHUN PASKA KOLOSTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR HASAN SADIKIN BANDUNG(2018-07-17) MIMIN MAEMUNAH; Helwiyah Ropi; Ai MardhiyahTindakan kolostomi pada anak sering dilakukan pada kelainan kongenital seperti malformasi anorektal dan Hirschprung Disease. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan kolostomi pada anak, sehingga keluarga diharapkan dapat memberikan seoptimal mungkin untuk mencapai self care kepada anak. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup anak malformasi anorektal dan Hirschprung Disease paska kolostomi usia 1-5 tahun. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional . Subjek penelitian adalah keluarga yang memiliki anak paska kolostomi malformasi anorektal dan Hirschprung Disease yang berusia 1-5 tahun. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan tehnik consecutive sampling sehingga didapatkan sampel 48 responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dukungan keluarga yang dikembangkan berdasarkan teori M.Friedman (2010) dan kuesioner kualitas hidup anak yaitu PedQL versi 4.0 inventory. Analisis data bivariat dengan menggunakan rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan skor dukungan keluarga 80,3 (49,8 - 100), skor kualitas hidup 62,5 (3,6 – 90,5) Sedangkan hasil analisis dukungan keluarga dengan kualitas hidup anak usia 1-5 tahun dengan p value 0,282 yang artinya bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup, akan tetapi hubungan dukungan keluarga terhadap dukungan emosional dengan kualitas hidup value 0,044 yang artinya terdapat hubungan emosional keluarga pada kualitas hidup anak usia 1-5 tahun yang mengalami malformasi anorektal dan Hirschprung Disease dan r tabel 0,249 yang menunjukkan adanya korelasi positif serta mempunyai kekuatan hubungan lemah. Kesimpulan hasil penelitian ini yang paling signifikan terdapat pada dukungan keluarga pada skor emosional, hal ini bisa menjadi salah satu bahan kajian ulang bagi peneliti perawat praktek di area bedah anak tentang pentingnya menciptakan optimalisasi hubungan emosional antara keluarga dan anak, bisa dijadikan data dasar bagi pelayanan di rumah sakit.Item Pengaruh Distraksi yang Dilakukan Oleh Orang Tua (Parent Distraction Coaching) Terhadap Intensitas Nyeri Anak Usia 1-5 Tahun Saat Pemasangan Infus Di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung(2017-08-22) AFRIDA RISTIA; Djatnika Setiabudi; Ai MardhiyahSaat anak mengalami hospitalisasi, tindakan pemasangan infus merupakan penyebab nyeri yang paling umum dirasakan oleh anak. Nyeri yang berulang dan tidak diatasi pada anak usia dini akan berdampak trauma pada anak sehingga pengelolaan nyeri menjadi prioritas utama bagi perawat. Namun perawat memiliki kendala untuk menerapkan manajemen nyeri secara efektif. Oleh karena itu, sangat diperlukan keterlibatan peran orang tua dalam manajemen nyeri pada anak. Salah satu manajemen nyeri secara nonfarmakologis yang melibatkan orang tua yaitu distraksi oleh orang tua (parent distraction coaching). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan intensitas nyeri anak usia 1-5 tahun antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol saat pemasangan infus di RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan jenis quasi experiment dengan menggunakan rancangan pre experimental yaitu intact group comparison. Melalui consecutive sampling, data telah dikumpulkan dari 17 anak untuk setiap kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Responden pada kelompok kontrol yaitu anak yang dilakukan pemasangan infus sesuai prosedur di rumah sakit. Sedangkan responden pada kelompok intervensi yaitu anak yang dilakukan distraksi oleh orang tua setelah mendapatkan edukasi. Penilaian intensitas nyeri dengan menggunakan intrumen FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability). Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan inferensial t test-independent dengan nilai p< 0,05. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t test-independent diperoleh p value = 0.005 (p value < 0.05), nilai ini berarti terdapat perbedaan intensitas nyeri anak secara signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi saat dilakukan pemasangan infus. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan perawat menyadari akan pentingnya keterlibatan orang tua/keluarga dalam menurunkan nyeri anak saat dilakukan pemasangan infus, agar pelaksanaan manajemen nyeri pada anak menjadi lebih efektif.Item PENGARUH FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN DI RUANG ICU RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2017-04-26) NURLAILY AFIANTI; Ai Mardhiyah; Ai MardhiyahABSTRAK Gangguan tidur di ruang ICU dapat mengakibatkan gangguan fisiologis dan psikologis. Foot massage sebagai upaya untuk membantu memperbaiki kualitas tidur pada pasien di Ruang ICU. Secara kultur budaya massage dapat diterima, dan foot massage aman diberikan pada pasien di ruang ICU, selain tidak perlu merubah posisi pasien, massage ini dapat memberikan rasa aman karena kehadiran perawat yang kontak langsung skin to skin terhadap pasien. Meski demikian penelitian sebelumnya menjelaskan terdapat pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur,akan tetapi pada penelitian ini apakah efektif pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada pada pasien di ruang ICU dengan berbagai macam jenis diagnosa. Penelitian ini melibatkan 24 pasien yang terbagi kedalam kelompok intervensi dan kontrol masing masing 12 orang per kelompok dengan dengan menggunakan quasi experimental. Instrumen tingkat kualitas tidur menggunakan Richard Campbell Sleep Quationare (RCSQ). Data dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan. Hasil karakteristik homogen, penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari rerata skor kualitas tidur (p = 0,150), sedangkan pada kelompok intervensi terdapat kenaikan skor kualitas tidur yang bermakna (p=0,002) setelah diberikan intervensi foot massage. Terdapat pengaruh positif terhadap peningkatan nilai kualitas tidur setelah dilakukan intervensi foot massage. Foot massage dapat meningkatkan skor kualitas tidur di ruang ICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Disarankan foot massage dijadikan evidence based di rumah sakit sebagai salah satu terapi komplementer untuk membantu mengatasi gangguan tidur dan di buat dalam prosedur tetap dalam intervensi keperawatan. Kata Kunci: foot massage, ICU, kualitas tidItem PERBANDINGAN EFEKTIFITAS COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY 5 SESI DAN 12 SESI TERHADAP POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA REMAJA PASCA BENCANA BANJIR BANDANG DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT(2017-07-13) URAY FRETTY HAYATI; Sari Fatimah; Ai MardhiyahBencana banjir bandang di Kabupaten Garut mengakibatkan 2375 jiwa pengungsi dan trauma berat pada remaja dengan gejala Post Traumatic Stress Disorder sebanyak 15 orang. Dampak PTSD pada remaja yaitu peningkatan kortisol, perubahan perilaku serta berkurangnya ingatan jangka pendek. Adapun psikoterapi yang terbukti efektif mengatasi PTSD adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) 12 sesi namun bukti empiris di Indonesia, pemberian CBT 12 sesi terlalu lama, membosankan, dan menyebabkan keraguan kepada terapis sehingga dalam bidang keperawatan intervensi CBT umumnya diberikan 5 sesi yang dianggap lebih fleksibel dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektifitas selisih skor PTSD antara CBT 5 sesi dan 12 sesi terhadap PTSD pada remaja korban banjir bandang. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment Design Pre test and Post test Two Group Design. Kelompok pertama diberikan CBT 5 sesi dan kelompok kedua diberikan CBT 12 sesi. Total responden usia 12-18 tahun adalah 38 orang. Sampel dipilih menggunakan Consecutive Sampling di Kecamatan Cilawu dan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Hasil penelitian ini yaitu terdapat penurunan skor PTSD yaitu selisih nilai median 6,00 pada CBT 5 sesi dan selisih rata-rata 7,58 pada CBT 12 sesi (p-value 0,05). Kesimpulannya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara efektifitas kelompok CBT 5 sesi dan kelompok CBT 12 sesi. Adapun sarannya yaitu CBT 5 sesi dapat dipertimbangkan sebagai alternatif penanganan PTSD pada remaja karena lebih ringkas. Kata Kunci: Bencana Banjir Bandang, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), Remaja.