Ilmu Komunikasi (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Komunikasi (S3) by Author "AGUSTINUS RUSTANTA"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item POLA KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA NON-FORMAL CAREGIVERS DAN PENDERITA GANGGUAN JIWA (Kajian Etnografi Pada Pendampingan Penderita Gangguan Jiwa Di Yayasan Dzikrur Ghofilin, Kabupaten Wonosobo)(2019-07-18) AGUSTINUS RUSTANTA; Purwanti Hadisiwi; Deddy MulyanaPenelitian ini dilatarbelakangi adanya keingin-tahuan peneliti pada sebuah gerakan sekelompok kecil masyarakat di sebuah Yayasan bernama Yayasan Dzikrur Ghofilin di Kabupaten Wonosobo untuk mengumpulkan, menampung, dna merawat penderita gangguan jiwa. Terdapat beberapa keunikan dalam mendampingi para pasien gangguan jiwa, antara lain perawat atau pendamping para penderita gangguan jiwa juga mantan penderita gangguan jiwa. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dengan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian etnografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola komunikasi dalam mendampingi dan merawat 158 penderita gangguan jiwa hingga para penderita gangguan jiwa ini dapat kembali normal dan mampu berbaur dengan masyarakat secara harmoni. Data diperoleh melalui observasi partisipatori, wawancara mendalam, field work, dan introspeksi. Informan ditentukan dengan menggunakan purposive sampling technique dengan diperoleh 12 informan. Data lain diperoleh dari observasi dan studi dokumen yang ada di Yayasan Dzikrur Ghofilin. Teori yang digunakan menjadi dasar penelitian ini adalah teori interaksi simbolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendampingan terhadap penderita gangguan jiwa di Yayasan Dzikrur Ghofilin unik. Proses pendampingan fokus pada memanusiakan manusia. Selain itu, drug free therapy menjadi unggulan pendampingan para pasien. Para pasien secara individu mendapat perawatan atau penanganan yang berbeda-beda tergantung tingkat keseriusan gangguan jiwa yang diderita para pasien. Ditemukan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh para relawan untuk membantu para penderita gangguan jiwa antara lain aktivitas fisik/biologis yang terdiri dari terapi mandi, sentuhan, mengisolasi, aktivitas yang berhubungan dengan psikologis penderita antara lain terapi tidur, terapi drug free, terapi diam, terapi zikir, terapi sugesti, membangun kepercayaan, shock therapy, terapi sharing (curhat), dan aktivitas yang berhubungan dengan kemasyarakatan antara lain peer support therapy, sosialisasi, bekerja. Pendekatan komunikasi persuasi dapat membantu para pasien menemukan identitasnya kembali. Dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para relawan tersebut diperoleh sebuah model pola pendampingan penderita gangguan jiwa yaitu experienced peered support model. Sebuah model pendampingan oleh para relawan/pendamping kepada para penderita gangguan jiwa. Peran para pendamping didukung oleh pengalaman mereka sebagai mantan penderita gangguan jiwa memberikan dampak dan daya dorong bagi para penderita gangguan jiwa memiliki harapan untuk menjadi manusia yang bermakna. Dengan dimilikinya harapan, akan muncul motivasi dan usaha untuk mencapai “kesembuhan”.