Ilmu Komunikasi (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Komunikasi (S3) by Title
Now showing 1 - 20 of 154
Results Per Page
Sort Options
Item ADAPTASI KOMUNIKASI MANTAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KASUS KORUPSI(2019-12-02) MANAP SOLIHAT; Dadang Rahmat Hidayat; Atwar BajariA b s t r a k Manap Solihat, 201130140008, Disertasi, 2019, Adaptasi komunikasi mantan penghuni lembaga Pemasyarakatan kasus korupsi, Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos., SH, M.Si (Ketua Tim Promotor), Dr. Atwar Bajari, Drs., M.Si. (Anggota Tim Promotor), Dr. Siti Karlinah, Dra.,M.Si (Anggota Tim Promotor), Program Studi Doktor Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Kajian tentang koruptor telah banyak dilakukan, tetapi bagaimana mereka setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan belum banyak diteliti. Proses adaptasi kembali dalam lingkungan masyarakat pasca di penjara merupakan fenomena menarik untuk dikaji melalui pendekatan komunikasi dengan melihat empat fokus penelitian. Pertama, bagaimana para mantan penghuni lembaga pemasyarakatan mendefinisikan dunianya setelah bebas dari lembaga pemasyarakatan. Kedua, bagaimana para mantan penghuni lembaga pemasyarakatan beradaptasi. Ketiga bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan setelah menjalani kehidupan dalam penjara. Keempat, bagaimana impression management mantan penghuni lembaga pemasyarakatan berubah setelah menikmati kebebasan kembali dari tahanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis. Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut. manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Informan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman mantan penghuni lembaga pemasyarakatan kasus korupsi pada ambivalensi tindakan dalam beradaptasi di lingkungan masyarakat berlangsung pada awalnya ada perasaan tidak percaya diri, bahkan ada yang melakukan penghindaran diri atau alienasi. Identitas diri dan hubungan sosial di lingkungan diperlihatkan secara personal ingin menunjukkan perasaan tidak bersalah. Dalam mempresentasikan dirinya mereka mengedepankan strategi faktor kedekatan keluarga, dan bawahan yang masih menganggap dirinya sebagai ”Bos”. Mereka merasa tidak bersalah karena terjerumus oleh sistem, dijebak, risiko jabatan dan membela anak buah. Definisi atas label negatif dimaknai sebagai usaha memperbaiki diri, membentuk citra baru dan berusaha menebus kesalahan masa lalunya. Saran penelitian ini adalah pertama adanya suatu usaha yang sinergis bagi pencegahan dan pemberian efek jera pada mantan koruptor mungkin dengan sikap masyarakat yang tidak toleran kepada para pelaku korupsi. Kedua memberikan edukasi pada masyarakat memperlakukan mantan koruptor dengan memberikan semacam sangsi sosial misalnya mengharuskan mantan koruptor kerja sosial dilingkungan dimana mereka berada.Item ADAPTASI LINTAS BUDAYA PENGUNGSI DI NEGARA TRANSIT (STUDI KASUS PENGUNGSI AFGANISTAN MELAKUKAN ADAPTASI DALAM KEHIDUPANNYA SEBAGAI PENGUNGSI DI KOTA MAKASSAR, INDONESIA)(2023-08-25) A. HASAN AL HUSAIN; Eni Maryani; Jenny Ratna SuminarA. Hasan Al Husain, 210130190501, 2023. Adaptasi Lintas Budaya Pengungsi Di Negara Transit (Studi Kasus Pengungsi Afganistan Melakukan Adaptasi Dalam Kehidupannya Sebagai Pengungsi Di Kota Makassar, Indonesia). Tim Promotor; Dr. Hj. Jenny Ratna Suminar., Prof. Dr. Eni Maryani., M.Si., Dr. Hj. Tine Silvana Rachmawati., M.Si Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan mengapa pengungsi bermigrasi dari Afghanistan, serta menggambarkan proses adaptasi lintas budaya dan hasil- hasil adaptasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dan merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan 22 orang informan, yang terdiri dari 9 orang pengungsi suaka Afghanistan, 9 orang masyarakat lokal, dan 4 narasumber ahli. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan beberapa teori sebagai dasar analisis, seperti teori teori adaptasi lintas budaya, teori interaksi simbolik, teori konstruksi atas realitas, dan teori perdamaian budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) alasan pengungsi Afghanistan menjadi pengungsi adalah karena motif trauma dan harapan. Proses adaptasi mereka dipengaruhi oleh perbedaan kebiasaan, budaya, bahasa, agama, dan kondisi psikologis mereka. Motivasi untuk beradaptasi muncul sebagai hasil dari dorongan yang berasal dari faktor-faktor tersebut. Baik pengungsi Afghanistan maupun masyarakat lokal menggunakan nilai-nilai budaya mereka dalam mengelola konflik. Pengungsi Afghanistan memegang nilai "Marefat", dan masyarakat lokal memegang nilai "Siri’ na pacce’" yang menghargai dan menghormati satu sama lain. (2) Adaptasi pengungsi Afghanistan dimulai dengan mempelajari nilai dan norma yang membedakan mereka dengan masyarakat lokal di Kota Makassar melalui interaksi dan komunikasi. Interaksi dan komunikasi tersebut terjadi di pasar tradisional dan lingkungan tempat tinggal pengungsi Afghanistan di Jalan Perintis Kemerdekaan VII Kota Makassar. Dalam berinteraksi dengan masyarakat lokal, pengungsi Afghanistan menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal. Mereka juga beradaptasi dalam kebiasaan, bahasa, pakaian, dan makanan. (3) Hasil adaptasi pengungsi Afghanistan di Kota Makassar dapat dibagi menjadi dua, yaitu Beradaptasi dengan terpaksa dan adaptasi yang terkendala.Item AFOLKTALE EXPLORATION AS PART OF BANGFLO COFFEES BRAND IDENTITY THROUGH INSTAGRAM (Action Research on Bangflo Coffees Instagram Account)(20-06-2024) Ingrid Tedjakumala; Deddy Mulyana; Susie PerbawasariFolktale Exploration and Application on Instagram As A Form Of Brand Identity Enhancement On A Single-Origin Coffee Brand (An Action Research in Kopi Bangflo Brand). Supervisory team: Prof. Ninis Agustini Damayani, Prof. Deddy Mulyana and Dr. Susie Perbawasari. This study aims to explore how Sasando folktale can be explored and applied on Instagram as a digital marketing tool to enhance the brand identity of Bangflo Coffee, a single-origin coffee brand from Flores, East Nusa Tenggara. This study employs a constructivist paradigm, through qualitative approach, and Action Research Method due to its practical focus, which requires close collaboration between the researcher and practitioners. The Action Research approach for this research follows for the Action-Reflection Cycle method, with the help of 3 other research collaborators. Data collection was conducted by conducting online surveys and questionnaires, online and on-site observations, and interviews. Additional supporting data was ascertained from previous research and literature. This study finds that by utilizing the dynamics of Instagram with the influence of digital storytelling, Bangflo Coffee has catered to the preferences of millennials. The combination of cultural heritage, folktale, meaningful stories, and engagement, creates a deeper connection and long-lasting relationship that evoke the feeling of brand love. By exploring The Sasando folktale as a digital communication tool, this study explores and discovers a way to create an ancient folktale through digital storytelling to transform the story to gain new place, perspective, and audience, connecting the past and present. This study also finds that by exploring the Sasando folktale, Bangflo brand�s persona has transformed from an unknown character persona, into an established and appreciated character that embodies the values of the brand.Item BELAJAR DI ERA DIGITAL BAGI SISWA DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN(2022-03-16) SISKA MARDIANA; Dadang Sugiana; Jenny Ratna SuminarTeknologi Informasi Komputer terus berkembang, dan dengan kemajuannya saat ini komputer juga dapat digunakan oleh mereka yang memiliki hambatan penglihatan. Atas dasar itulah SLBN A Pajajaran Kota Bandung menyediakan pilihan keterampilan teknologi informasi komputer, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga diperlukan upaya komunikasi dalam pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, dimana siswa mempelajari teknologi informasi komputer tanpa menggunakan visual. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses komunikasi pembelajaran di era digital pada siswa dengan hambatan penglihatan di kelas peminatan keterampilan teknologi informasi komputer di SLBN A Pajajaran Kota Bandung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Narasumber pada penelitian ini sebanyak tiga belas orang yang ditentukan berdasarkan purposive. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran teknologi informasi komputer yang berlangsung meliputi komunikasi pembelajaran secara langsung atau tatap muka di ruang kelas dan ruang praktek komputer, serta komunikasi pembelajaran berbasis digital menggunakan smartphone dengan email, whatsapp dan teamtalk. Adapun motivasi siswa memilih peminatan kerterampilan teknologi informasi komputer berasal dari dalam dan luar diri siswa, namun motivasi dari dalam (intrinsik) yang lebih dominan yaitu adanya dorongan berupa cita-cita, dan kesenangan serta kemampuan siswa mengenai komputer. Untuk dapat mempelajari komputer, ada kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dengan hambatan penglihatan yaitu menghafal shortcut, mengetik dengan sepuluh jari, dan terkadang membutuhkan alat bantu earphone atau headset sehingga dapat lebih fokus, karena siswa mengandalkan kemampuan mengingatnya selain bantuan suara screen reader pada komputer dan talkback pada smartphone), ataupun pengalaman di masa lalu (bagi yang mengalami hambatan penglihatan tidak sejak lahir) serta sedikit penglihatan bagi siswa dengan low vision. Pentingnya teknologi digital dalam komunikasi pembelajaran yang dirasakan narasumber adalah seperti meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar, untuk mencari informasi, sebagai media komunikasi, dan membantu mengembangkan bakat dan minat siswa. Hambatan yang dialami berupa hambatan teknologi, sehingga kedepannya sangat dibutuhkan teknologi yang lebih support dan accessible sehingga mereka dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi lebih maksimal dan tersedianya ruang yang lebih di dunia kerja untuk lulusan SLB A. Kata Kunci : Komunikasi Pembelajaran, Teknologi Komunikasi, Pembelajaran berbasis Digital, Motivasi Belajar, Siswa dengan Hambatan PenglihatanItem Budaya Bermedia Televisi dalam Kehidupan Masyarakat Perbatasan (Studi Etnografi Media tentang Budaya Bermedia Televisi dalam Masyarakat Desa Napan, Kab. TTU, Indonesia dan Suco Bobometo, Timor Leste)(2019-01-06) PETRUS ANA ANDUNG; Purwanti Hadisiwi; Dian Wardiana SjuchroMasyarakat perbatasan di Desa Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Indonesia dan Suco Bobometo, District Oecusse, Timor Leste sama-sama mengkonsumsi program acara dari stasiun televisi Indonesia maupun Timor Leste. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis media habit atau pola konsumsi televisi, pemaknaan khalayak atas kehadiran televisi baik dari segi teknologi maupun kontennya, posisi sosial media televisi, serta terpaan media televisi dalam masyarakat perbatasan di Desa Napan dan Bobometo. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan metode etnografi media. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, PRA, dan observasi terlibat. Hasil penelitian antara lain, pola menonton televisi pada masyarakat Indonesia di Desa Napan lebih bersifat modern dengan nonton bersama keluarga di rumah masing-masing. Sebaliknya, pola konsumsi televisi dalam masyarakat Bobometo dilakukan secara bersama di rumah-rumah tetangga untuk rekreasi sosial sehingga televisi diletakkan di ruang terbuka untuk umum. Kehadiran televisi baik dari aspek kontennya maupun fisiknya dimaknai secara berbeda. Masyarakat Napan memaknai televisi sebagai simbol kenyamanan, tempat melupakan masalah rumah tangga, membantu menjalankan bisnis perbatasan di Timor Leste, simbol kemajuan, dan sebagai sumber informasi keamanan perbatasan. Masyarakat Bobometo, memaknai televisi sebagai media yang mempererat hubungan sosial dengan tetangga, tempat melepas lelah, simbol keberhasilan, referensi untuk menjalankan bisnis perbatasan di Indonesia, sumber informasi keamanan perbatasan, dan acuan pembanding kemajuan pembangunan. Posisi sosial televisi dalam masyarakat Desa Napan dan Bobometo hampir sama dimana terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, menjadi kebanggaan nasional, dan berandil dalam memperkuat nilai-nilai masyarakat perbatasan. Tingginya terpaan media televisi dalam masyarakat di dua desa ini menyebabkan konten televisi dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari. Kuatnya keterdedahan televisi Indonesia membuat mayarakat Bobometo tetap melestarikan Bahasa Indonesia. Namun demikian, masyarakat perbatasan di dua desa ini tidak memiliki kemampuan literasi media televisi dan juga kedaulatan komunikasi.Item Budaya Nyantri, Nyunda dan Nyakola Dalam Organisasi Paguyuban Pasundan(2023-01-13) H.RASMAN SONJAYA; Tine Silvana Rachmawati; Asep SuryanaABSTRAK Rasman Sonjaya. 210130170002. Nilai Budaya Nyantri, Nyunda, Dan Nyakola Dalam Organisasi Paguyuban Pasundan. Promotor: Dr. Tine Silvana R, M.Si. Dr. Dadang Sugiana, M.Si. Dr. Asep Suryana, M.Si.Nilai budaya dalam sebuah organisasi sangat signifikan. Nilai budaya menjadi spirit dan ruh dalam membangun dan mengembangkan organisasi menjadi lebih maju. Seperti nilai budaya organisasi Paguyuban Pasundan, Nyantri, Nyunda dan Nyakola, yang bisa membantu organisasi ini bisa bertahan lama sampai saat ini di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengetahui implementasi dan komunikasi organisasi Paguyuban Pasundan yang berkaitan dengan Nyantri, Nyunda, dan Nyakola. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, pendekatan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teori yang digunakan adalah teori konveregensi simbolik dan budaya organisasi. Hasil penelitian, yaitu: Pertama, Strategi implementasi Nyunda, Nyantri dan Nyakola dalam Organisasi Paguyuban Pasundan melalui penetapan dalam Anggaran Dasar Paguyuban Pasundan, kaderisasi, dialog intensif antara pengurus pusat maupun cabang, dan penyelenggaraan kegiatan kesundaan. Kedua, komunikasi organisasi yang diterapkan dalam mengimplementasikan budaya Nyantri, Nyunda dan Nyakola dengan menggunakan bahasa Sunda, memasukkan budaya Sunda dalam nilai-nilai budaya organisasi, menyebarluaskan nilai-nilai dan budaya organisasi melalui jaringan komunikasi, baik formal maupun informal serta pemanpaatan media massa dan media sosial. Ketiga, Saluran komunikasi yang digunakan adalah komunikasi formal; meliputi komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Komunikasi informal telah menjadi media untuk mempererat hubungan individu, mencairkan suasana, jembatan komunikasi formal dan menjadi ajang looby. Saluran komunikasi formal dan informal mendukung implementasi budaya nyantri, nyunda dan nyakola. Kata Kunci: Nilai Budaya, Nyantri-Nyunda-Nyakola, Komunikasi Organisasi.Item DAKWAH DIGITAL MELALUI MEDIA SOSIAL DI MASA PANDEMI DALAM MASYARAKAT ERA DIGITAL (Etnografi Digital pada akun instagram @nuonline_id, @lensamu, @shiftmedia.id, dan @masjidjogokariyan)(2023-08-18) RIKA LUSRI VIRGA; Eni Maryani; Uud WahyudinPenelitian ini bertujuan mengungkapkan cara pandang pengelola akun @nuonline_id, @lensamu, @shiftmedia.id dan @masjidjogokariyan terhadap dakwah di era digital, mengungkapkan gaya komunikasi pengelola dalam mengembangkan dakwah melalui akun @nuonline_id, @lensamu, @shiftmedia.id dan @masjidjogokariyan, mengungkapkan keterlibatan netizen akun @nuonline_id, @lensamu, @shiftmedia.id dan @masjidjogokariyan dalam dakwah melalui Instagram di era digital dan mengembangkan konstruksi model pengelolaan dakwah melalui Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan metode etnografi digital. Subjek penelitian yaitu pengelola, akun dan followers akun @nuonline_id, @lensamu, @shiftmedia.id dan @masjidjogokariyan dengan melakukan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ditemukan cara pandang bahwa pengelola dakwah digital berbasis pada kesadaran mereka tentang pentingnya transformasi teknologi dalam kegiatan dakwah. Selain itu, pengelola akun dakwah mengembangkan komunikasi dakwah digital yang sesuai dengan karakter sasaran dan kebutuhan khalayak. Ditemukan juga respon netizen terhadap dakwah digital yang bersifat beragam serta pengembangan model pengelolaan dakwah digitalItem DINAMIKA KADERISASI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA SEBAGAI KOMUNIKASI POLITIK (Studi Kasus Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera Sebagai Komunikasi Politik)(2023-10-01) DAMAYANTI; Eni Maryani; S. Kunto Adi WibowoPartai Keadilan Sejahtera (PKS) melakukan kaderisasi melalui pendekatan kajian agama Liqo yang berbeda dengan partai lainnya. Pendekatan ini merupakan sistem yang telah berjalan pada kelompok-kelompok tarbiyah yang melahirkannya. Sebagai kelompok yang datang dari berbagai aliran agama, PKS menampung kelompok usrah dalam gerbongnya yang berbenturan dengan pragmatisme politik ketika partai dakwah tersebut berhadapan dengan parliamentary threshold dan membentuk partai PKS. Benturan tersebut memunculkan kelompok Political Party Oriented yang menyadari keberadaan partai sebagai bagian dari partai politik. Namun gerbong usrah yang memiliki pola Religious Movement Oriented belum juga beranjak dari partai yang cenderung eksklusif. Dengan menggunakan metode studi kasus peneliti mengeksplorasi bagaimana partai mengelola kelompok-kelompok dalam organisasinya. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Wawancara mendalam dilakukan dengan 20 informan, 14 diantaranya masih aktif, 2 informan sudah keluar dari PKS, dan 4 informan pengamat. Hasil dalam penelitian ini: sebagai partai berasas Islam yang kini terbuka, partai mengaplikasikan sebagai partai kader pada periode partai masih menjadi Partai Keadilan, beranjak menjadi partai massa ketika beralih sebagai Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan menjadi catch all party pada 2020 dengan menjadi partai terbuka; internalisasi dilakukan melalui sistem terstruktur dan berjenjang, bagi kader Tarbiyah, beradaptasi bagi kader Ketokohan dan Pragmatisme Politk, sedangkan kader Nonmuslim tidak mengikuti bidang studi Agama Islam. Berkembangnya inklusivitas partai berimplikasi terhadap dinamika kaderisasi antara kader Tarbiyah versus Ketokohan, Pragmatisme Politik, dan Nonmuslim.Item Dinamika Komunikasi Dalam Keberlanjutan Kawasan Konseervasi(2022-09-17) R.INDRIYATI; Iriana Bakti; Herlina AgustinKeberlanjutan cagar alam adalah sebuah upaya dalam menjawab ancaman kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh intervensi manusia dan kegiatan yang bersifat antropogenik terhadap kawasan konservasi.Upaya pelestarian kawasan cagar alam seringkali memunculkan dinamika sosial. Dinamika yang muncul di kawasan cagar alam antara lain perbedaan pandangan dalam memaknai perubahan fungsi kawasan hutan. Terbitnya SK.25/MENLHK/ SETJEN/PLA.2/1/2018 tentang perubahan fungsi pokok sebagian kawasan cagar alam Kamojang dan Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam (TWA) menimbulkan kontroversi dan penolakan para aktivis lingkungan, yang tergabung dalam Aliansi Cagar Alam Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis dinamika komunikasi antar KLHK dan Aliansi Cagar Alam dalam konflik kebijakan perubahan fungsi parsial kawasan cagar alam Kamojang menjadi taman wisata alam serta mendapatkan model komunikasi lingkungan yang dapat dijadikan alternative solusi untuk mencapai keberlanjutan kawasan cagar alam Kamojang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi, serta triangulasi data dengan informan berjumlah 20 orang. Teknik analisis data berdasarkan model interaktif Miles & Huberman yang berisi tentang reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa dinamika komunikasi antara KLHK dan Aliansi Cagar Alam dalam konflik kebijakan perubahan fungsi parsial kawasan cagar alam Kamojang menjadi taman wisata dimoderasi oleh interaksi actor yang bersifat transaksional, dinamis dan transformasional dimana terjadi perubahan pola komunikasi dari komunikasi disosiatif dan konfrontatif menjadi lebih sinergi dan akomodatif Hambatan komunikasi yang muncul dalam kebijakan perubahan fungsi parsial kawasan disebabkan adanya gangguan, kepentingan, motivasi terpendam dan prasangka diantara actor yang berkonflik. Efektivitas komunikasi terwujud melalui kesepakatan untuk meninjau ulang kebijakan perubahan fungsi Kawasan melalui aspek ; sejarah kawasan, aspek legalitas, aspek pengambilan data, komunikasi public, aspek kemanfaatan, aspek deliniasi dan luasan perubahan, serta dinamika sosial. Advokasi media yang dilakukan entitas penggiat alam Jawa Barat melalui media sosial mempunyai peran strategis dalam memediasi wacana perubahan kebijakan SK Mentri No.25/Menlhk/PLA.2/1/2018. Partisipasi publik terwujud pada tahapan pembentukan pokja evaluasi hasil penelitian terpadu dan tim evaluasi kesesuaian fungsi (EKF) yang melibatkan Aliansi, penggiat lingkungan dan tokoh masyarakat melalui SK.732/MENLHK/KSDAE/KSA.0/9/2021 dengan melakukan evaluasi hasil kajian Tim Terpadu (Timdu) dan pencermatan secara detail kondisi kawasan melalui aspek biofisik, sosial,ekonomi,hukum dan kelembagaan. Model komunikasi lingkungan dalam penelitian ini menghasilkan model preskriptif sebagai model ideal yaitu model integrasi komunikasi keberlanjutan Kawasan konservasi dalam wacana perubahan fungsi hutan dan model komunikasi kolaborasi berbasis saptahelix untuk keberlanjutan Kawasan cagar alam Kamojang.Item DINAMIKA KOMUNIKASI HUKUM SYARIAH DI ACEH (Studi Kasus Dialektika Budaya Orang Aceh Dalam Konstruksi Realitas Syariah)(2019-03-08) WAHYUNI CHOIRIYATI; Dadang Rahmat Hidayat; Siti KarlinahPenelitian ini bertujuan menjelaskan komunikasi sebagai cara di dalam konstruksi realitas masyarakat Aceh menjalankan Perda Syariah Islam. Aceh merupakan symbol tegaknya syariat islam yang diawali dengan peradilan adat. Tahun 2004, setelah otonomi khusus Aceh memiliki kewenangan menjalan Syariat. Saat ini Aceh telah melaksanakan Qanun No.12 tanun 2003 tentang minuman khamar dan sejenisnya; Qanun No. 13 tentang Maisir (perjudian); Qanun No.14 tentang Khalwat (mesum); yang terakhira adalah Qanun Jinayah. Upaya internalisasi butir-butir dalam qanun menyangkut aktifitas komunikasi yang bersinggungan langsung dengan nilai syariah. Oleh karena itu peneliti berusaha mengungkap bagaimana peran simbol simbol kultural berupa pranata adat membangun sinergi syariah dengan struktur formal. Dalam memahami kondisi tersebut peneliti menempatkan studi kasus tunggal agar lebih terarah pada peritiwa komunikasi hukumnya. Dalam penelitian ini informan ditetapkan dengan teknik snow ball untuk memudahkan jalinan data etik dan emik yang dikonstruksi peneliti.adapun landasan teori yang dipergunakan adalah teori konstruksi realitas Berger dan Luckmann (2013) yang memperlihatkan jalinan dialektis tahapan internalisasi, ekternalisasi dan obyektifikasi perda syariah dalam praksis komunikasi warga Aceh. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepatuhan (compliance) bersumber pada kekuatan simbol-simbol kultural yang tumbuh di masyarakat. Peran pemuka adat Dayah di Aceh sangat restoratif dan dialogis dalam membangun komunikasi dengan prinsip-prinsip agama berbasis long life education. Adapun literasi syariah dilakukan dengan berbagai skema adat, sekaligus integrasi struktur Dinas syariah, wilayatul hisbah juga liputan media.Item Dinamika Komunikasi Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (Studi Kasus Tentang Pembangunan Rendah Emisi dan Berketahanan Iklim)(2023-03-30) TRIA PATRIANTI; Iriana Bakti; Atwar BajariSebagai negara kepulauan dengan luas wilayah pesisir dan kepulauan kecil yang ekstensif, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Bencana dalam kurun waktu 10 tahun terakhir juga didominasi oleh bencana hidrometeorologi, atau bencana yang ditimbulkan oleh iklim, seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung, serta dampak panjang dari kenaikan muka air laut. Perubahan iklim membutuhkan penanganan dan kebijakan pengendalian serius dan berkelanjutan. KLHK sebagai national focal point pengendalian perubahan iklim, berwenang mengkomunikasikan kebijakan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim kepada lima sektor yang termuat dalam dokumen NDC (Nationally Determined Contribution ). Interaksi dengan K/L di lima sektor tersebut memiliki pergerakan yang dinamis yang menimbulkan dinamika komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika komunikasi kebijakan antara KLHK dan lembaga pengendalian perubahan iklim dalam kebijakan pembangunan rendah emisi dan berketahanan iklim, serta menemukan model komunikasi kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagai rekomendasi bagi penentu kebijakan dalam menjalankan komunikasi kebijakan pengendalian perubahan iklim. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang digunakan untuk mengamati, menggali, memahami, mengkaji serta menganalisis dengan berbagai elemen komunikasi pada kebijakan pengendalian perubahan iklim di leading sector kebijakannya, yaitu KLHK dan beberapa instansi lainnya. Teknik pengumpulan data menggunakan indepth interview, participatory observartion, penelusuran dokumen pemerintah, dan studi kepustakaan. Informan yang menjadi subjek penelitian terdiri dari 23 orang dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dijalankan oleh national focal point (KLHK) kepada lima sektor terkait (industri, energi, limbah, kehutanan, dan pertanian) mengacu pada rutinitas koordinasi dan sosialisasi satu arah. Kebijakan perubahan iklim yang sangat dinamis dan lembaga pelaksana kebijakan pengendalian perubahan iklim yang masing-masing memiliki kepentingan, menyebabkan belum adanya key mes sages perubahan iklim . Model yang ditemukan dalam penelitian ini adalah model Penta-Helix yang mendekatkan pemerintah sebagai aktor utama dalam komunikasi kebijakan, dengan sub-sistem akademisi, industri, media, dan NGO. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dinamika komunikasi kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menimbulkan perubahan pada interaksi aktor komunikasi kebijakan As an archipelagic country with extensive coastal areas and small islands, Indonesia is highly vulnerable to the impacts of climate change. Disasters in the last 10 years have also been dominated by hydrometeorological disasters, or climate-induced disasters, such as floods, landslides and tornadoes, as well as the long-lasting effects of sea level rise. Climate change requires serious and sustainable handling and control policies. The Ministry of Environment and Forestry as the national focal point for climate change control, has the authority to communicate climate change mitigation and adaptation action policies to the five sectors contained in the NDC (Nationally Determined Contribution) document. Interaction with Ministries/Agencies in the five sectors has a dynamic movement that creates communication dynamics. This study aims to analyze the dynamics of policy communication between the Ministry of Environment and Forestry and climate change control agencies in low-emission and climate-resilient development policies, as well as find communication models for climate change mitigation and adaptation policies as recommendations for policy makers in implementing climate change control policy communications. This research uses a qualitative approach with a case study method that is used to observe, explore, understand, study and analyze with various elements of communication on climate change control policies in the leading policy sectors, namely the Ministry of Environment and Forestry and several other agencies. Data collection techniques used in-depth interviews, participatory observation, search of government documents, and literature studies. The informants who were the subject of the study consisted of 23 people with predetermined criteria. The results of the study show that communication on climate change mitigation and adaptation policies is carried out by the national focal point (KLHK) to five related sectors (industry, energy, waste, forestry, and agriculture) referring to one-way coordination and outreach routines. Climate change policies are very dynamic and the implementing agencies for climate change control policies each have their own interests, resulting in no climate change key messages yet. The model found in this research is the Penta-Helix model which brings the government closer as the main actor in policy communication, with the sub-systems of academia, industry, media, and NGOs. It can be concluded from this research that the dynamics of climate change mitigation and adaptation policy communications lead to changes in the interaction of policy communication actors.Item DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK DALAM PENGANUGERAHAN GELAR ADAT. (POLITICAL COMMUNICATION DYNAMICS IN AWARDING CUSTOMARY TITLES)(2022-01-27) SUMARJO; Soleh Soemirat; Atwar BajariABSTRAK DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK DALAM PENGANUGERAHAN GELAR ADAT (Studi Etnografi Kritis Dalam Pemberian Gelar Adat Sebagai Model Politikdan Teori Identitas Budaya pada Pemerintahan Lokal di Provinsi Gorontalo). Oleh: Sumarjo, Dengan Tim Promotor: Dr. Atwar Bajari, M.Si, (Ketua Tim Promotor), Prof. Dr. Soleh Soemirat, MS, (Anggota Tim Promotor), dan Dr. Diah Fatma Sjoraida, M.Si, (Anggota Tim Promotor). Momentum berakhirnya kekuasaan sentralistik Orde Baru, dijadikan sebagai tonggak bangkitnya kekuatan masyarakat lokal untuk diakui terutama di dalam konteks penentuan kebijakan-kebijakan di tingkat lokal. Masyarakat lokal dengan segala bentuk keunikan identitas adat dan budayanya, kemudian mulai dijadikan komoditas dalam politik lokal yang sedang tumbuh dan berkembang. Pemberian gelar adat di Provinsi Gorontalo diberikan kepada pejabat atau tokoh yang dinilai memiliki kontribusi untuk kemajuan Gorontalo atau telah mengharumkan nama daerah Gorontalo atau pejabat tinggi di Tingkat nasional. Penganugerahan gelar adat telah dilaksanakan turun temurun, namun semakin terjadi dinamika politik dalam setiap penganugerahan gelar adat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi kritis. Metode ini dipilih karena sesuai dengan karektaristik objek penelitian yaitu ingin mengetahui sebuah seting masyarakat tertentu, dan setiap individu bebas untuk memberikan interpretasi. Penelitian ini adalah menggunakan paradigma kritis, karena dimaksudkan untuk melakukan pembelaan atau tidak sekadar menambah pengetahuan, namun dimaksudkan untuk membangun kesadaran untuk mengakhiri dominasi di masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan, Pertama Dinamika politik yang terjadi dalam penganugerahan Gelar Adat Pulanga dipicu oleh kepentingan politik, terutama penerima gelar adat, elite lokal dan pengurus organisasi adat. Dinamika ini dikuatirkan akan terus terjadi, jika pemangku adat hanya diberi peran sebatas pelaksana seremoni pemberian gelar adat atau tidak diberdayakan secara maksimal; Kedua, Pemangku adat harus dilakukan pengkaderan atau regenerasi yang teratur dan terukur, untuk menghindari kekosongan pemangku adat, sehingga mudah diisi oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan, dan Ketiga, kriteria pemberian gelar adat terkesan tidak baku, cenderung dicari-carikan alasan dan kriteria yang pas kepada orang-orang tertentu. Fenomena ini tidak bisa dihindari menimbulkan adanya kesan transaksi dibalik pemberian gelar adat; ABSTRACT THE DYNAMICS OF POLITICAL COMMUNICATIONS IN THE AWARD OF CUSTOM DEGREE (Critical Ethnographic Studies in Giving Adat Titles as Political capitals and Theory of Cultural Identity in Local Government in Gorontalo Province). By: Sumarjo, With a Team of Promoters: Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si, (Leader of the Promoter Team), Prof. Dr. Soleh Soemirat, MS, (Member of the Promoter Team), and Dr. Diah Fatma Sjoraida, M.Si, (Member of the Promoter Team). The momentum for the end of the New Order`s centralistic power was used as a milestone for the rise of local community power to be recognized, especially in the context of determining policies at the local level. Local communities with all forms of their unique customary and cultural identities, then began to become commodities in local politics that were growing and developing. The customary title in Gorontalo Province is given to officials or figures who are considered to have contributed to the progress of Gorontalo or have given the name of the Gorontalo region or high officials at the national level. The conferment of customary titles has been carried out from generation to generation, but there are increasingly political dynamics in each customary title awarding. This research is a qualitative research with a critical ethnographic approach. This method was chosen because it is in accordance with the characteristics of the object of research, namely wanting to know a certain community setting, and each individual is free to provide interpretation. This research is to use a critical paradigm, because it is intended to defend or not only increase knowledge, but is intended to build awareness to end domination in society. The results showed, First, the political dynamics that occurred in the awarding of the Pulanga title were triggered by political interests, especially the recipients of traditional titles, local elites and administrators of customary organizations. It is feared that this dynamic will continue to occur, if customary stakeholders are only given a limited role in executing the ceremonial assignment of customary titles or are not maximally empowered; Second, customary leaders must be carried out regular and measured regeneration, to avoid vacancies of customary stakeholders, so that it is easy to fill in by certain parties who have an interest, and Third, the criteria for granting customary titles seem not standard, tend to look for reasons and criteria. that fits certain people. This phenomenon inevitably creates the impression of a transaction behind the granting of customary titles.Item DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK PENCALONAN DI PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2018 (Studi Kasus Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dalam Mendapatkan Rekomendasi Partai Politik)(2022-02-18) ADIYANA SLAMET; Dadang Rahmat Hidayat; Dede MarianaAdiyana Slamet, 210130160011. 2020. Judul penelitian “Dinamika Komunikasi Politik Pencalonan di Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2018 (Studi Kasus Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dalam Mendapatkan Rekomendasi Partai Politik)”. Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos., SH., M.Si. sebagai Ketua Tim Promotor serta Prof. Dr. Alm. Dede Mariana, M.Si dan Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. Sebagai Anggota Tim Promotor. Program Pendidikan Doktor Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara holistik dan mendalam mengenai proses komunikasi politik Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dengan Partai Politik dalam proses pencalonan pemilihan kepala daerah langsung serentak gubernur Jawa Barat tahun 2018, realitas komunikasi politik dan model dari aktivitas komunikasi politik Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dengan Partai Politik dalam proses Pencalonan dalam pemilihan kepala daerah langsung serentak gubernur Jawa Barat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bersifat holistic. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, rekaman, observasi, dokumentasi, arisp, perangkat fisik dan studi pustaka. Informan berjumlah 14 orang, ditentukan dengan teknik purposive. Analisis data dilakukan berdasarkan proposisi teoritis komunikasi politik dan mengembangkan kerangka kerja deskripsi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi politik Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dengan Partai Politik pada proses Pencalonan dalam pilkada langsung serentak gubernur Jawa Barat tahun 2018 melibatkan aktor komunikasi politik ketiga (non partai) sebagai “jembatan” untuk melakukan komunikasi politik dengan aktor komunikasi politik dari partai politik, baik Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar memunculkan simbol-simbol agama dan nasionalis, menggunakan hybrid media politik untuk merebut “hati” elit-elit partai politik untuk medapatkan modal politik berupa dukungan rekomendasi sebagai calon gubernur karena implikasi dari party system. Realitas komunikasi politik yang terjadi bakal calon gubernur menjadikan modal dasar (hasil survai) sebagai bargaining power dan bargaining position dengan elit partai politik sehingga muncul pragmatism politik. Menguatnya oligarki politik dalam proses penentuan calon gubernur yang dilakukan elit partai politik dalam pemilihan kepala daerah langsung serentak gubernur Jawa Barat tahun 2018. Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar menghasilkan model komunikasi politik yang masing-masing berbeda dengan partai yang berorientasikan agama dan partai yang berorientasikan nasionalis.Item DINAMIKA PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU ANAK JALANAN Studi Fenomenologi para Ibu Anak Jalanan Di Kota Bandung(2022-10-05) YANTI TAYO; Ninis Agustini Damayani; Wawan SetiawanAda berbagai macam keunikan dan keberagaman ibu yang dapat menjadi pilihan bagi perempuan yang selain menjalankan tugasnya menjadi ibu, dia juga memilih untuk melakukan aktivitas lain diantaranya adalah ibu yang bekerja, ibu yang menjadi politikus, hingga ibu yang memiliki anak jalanan, seperti pada penelitian yang dilakukan tentang dinamika pengalaman komunikasi ibu anak jalanan di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri ibu dengan anak jalanan, apa motif ibu mengijinkan anak dijalanan, bagaimana makna tindakan komunikasi yang dilakukan ibu anak jalanan, pengalaman ibu berada dijalanan serta pola komunikasi yang terbentuk antara ibu dengan anak, ibu dengan suami dan ibu dengan penghuni jalanan lainnya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi dari Alferd Schutz. Penelitian ini menggunakan metode Fenomenologi untuk membantu peneliti dalam memasuki sudut pandang orang lain dan berupaya memahami alasan dan motif mereka dalam melakukan sesuatu. Peneliti melakukan langkah-langkah yang dianggap penting untuk dapat menggali dan memahami alasan ibu anak jalanan dalam melakukan tindakan di jalanan, dengan cara awal mengobservasi dan melakukan wawancara tidak berstruktur, sesuai dengan pengalaman ibu anak jalanan dan sudut pandangnya, melihat dinamika di jalanan dan kehidupan kesehariannya yang dilakukannya secara sadar. Informan dalam penelitian ini berjumlah 14 orang dengan 10 informan kunci dan 4 informan tambahan. Hasil dari penelitian ini adalah Konsep diri ibu anak jalanan di lihat dari persepsi ibu terhadap dirinya, masa lalu yang dijalaninya, serta konsep psikologis ibu anak jalanan. Ibu anak jalanan dengan pandangan negatif terhadap dirinya, beranggapan bahwa dirinya adalah individu yang lemah, tidak dapat melakukan apa-apa jika tidak dibantu dan menjadikan anak sebagai penguat dalam kehidupan yang dijalani, meskipun ibu khawatir dan sedih akan kondisi anak, tetapi karena dirinya tidak dapat berbuat banyak, maka ibu mengijinkan anak turun kejalan dan menemani anak untuk memastikan mereka selamat selama dijalan. Motif ibu mengijinkan anak turun kejalan untuk bekerja sangat beraneka ragam antara lain karena kebutuhan ekonomi keluarga, keinginan anaknya, untuk menambah tabungan dimasa yang akan datang, untuk membiayai keperluan sekolah anak serta membiayai uang jajan anak sehari-hari. Makna tindakan komunikasi Ibu anak jalanan berdasarkan interaksi yang terjadi antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pengalaman ibu anak jalanan selama menemani anak bekerja dijalan, terkait dengan tindakan yang diperolehnya dari orang lain akibat tindak komunikasi yang dilakukan oleh ibu anak jalanan. Ibu anak jalanan mengalami pengalaman menyenangkan dan pengalaman tidak menyenangkan. Pola komunikasi Ibu anak jalanan dengan anak, ibu anak jalanan dengan suami dan ibu anak jalanan dengan ibu anak jalanan lainnya. Kata Kunci: Ibu Anak Jalanan, Pola Komunikasi, Komunikasi Ibu Anak Jalanan, Komunikasi KeluargItem DINAMIKA PERKEMBANGAN PERUSAHAAN PERIKLANAN INDONESIA(2018-03-06) MUHAMMAD ADI PRIBADI; Anter Venus; Dadang SugandaPenelitian ini membahas tentang perkembangan dinamika perusahaan periklanan di Indonesia. Perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang Indonesia masih terbilang muda dari segi pengalaman dibandingkan dengan perusahaan periklanan di Amerika Serikat dan Jepang yang sudah berumur lebih dari 100 tahun. Sebelum kemerdekaan, perusahaan periklanan sudah ada namun keberadaanya banyak yang merugi sehingga perusahaan-perusahaan tersebut sudah tidak ada lagi setelah kemerdekaan. kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil menjadi tantangan terberat dalam bisnis di bidang periklanan saat itu. Perusahaan periklanan milik orang Indonesia saat ini yang dianggap tertua dan masih beroperasi adalah Fortune Indonesia yang sudah ada sejak tahun 1971 dan Dwi Sapta IMC yang telah hadir di tahun 1989. Kondisi ekonomi dan politik di Indonesia beberapa kali mengalami gangguan namun kedua perusahaan periklanan ini masih mampu beroperasi dalam menghadapi semua tantangan tersebut. Terdapat empat pertanyaan yang ingin diungkap peneliti, pertama, mengapa perusahaan periklanan yang dimiliki oleh publik dan keluarga bisa berkembang di Indonesia ? kedua, bagaimana pengelolaan yang terjadi pada perusahaan Dwi Sapta Integrated Marketing Communication dan Fortune Indonesia? ketiga, bagaimana komunikasi dan budaya organisasi yang terjadi di perusahaan Dwi Sapta IMC dan Fortune Indonesia? keempat, apa aspek-aspek keunggulan komparatif dan kompetitif organisasi Dwi Sapta IMC dan Fortune Indonesia?. Metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ekspolatoris. Peneliti memilih studi kasus eksploratoris agar bisa menggambar fenomena perkembangan perusahaan periklanan secara utuh. Wawancara mendalam dengan tiga orang dari Fortune Indonesia dan satu orang dari Dwi Sapta. Peneliti memaparkan faktor-faktor penentu keberhasilan dari kedua perusahaan ini dalam mempertahankan para kliennya dalam jangka panjang. Keduanya memiliki kemiripan dalam membangun perusahaan periklanan walaupun kealamian kedua perusahaan ini berbeda. Fortune Indonesia adalah perusahaan miliki publik karena perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan Dwi Sapta IMC adalah perusahaan milik keluarga. Kesamaan keduanya dalam membangun bisnis periklanan adalah dengan menggunakan komunikasi dan budaya organisasi untuk mendukung perencanaan komunikasi pemasaran terpadu dalam upaya mencapai tujuan, yaitu memuaskan klien. Pimpinan dari kedua perusahaan percaya bahwa dalam menjalankan bisnis periklanan, setiap anggota organisasi perlu mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dalam mencurahkan ide kreatif mereka dalam menghasilkan komunikasi pemasaran yang dibutuhkan klien. Perubahan struktur organisasi adalah upaya yang dilakukan untuk melancarkan komunikasi yang terjadi didalam organisasi. Budaya organisasi yang terdiri dari nilai-nilai diperlukan untuk menjaga cara kerja dari setiap anggotanya didalam upaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para klien. Dwi Sapta IMC memposisikan perusahaannya saat berkomunikasi dengan para klien sebagai rekan kerja yang saling membutuhkan sedangkan Fortune Indonesia memposisikan dirinya sebagai pihak yang mendengarkan dan melaksanakan keinginan klien.Item DINAMIKA TV DIGITAL SEBAGAI WUJUD DEMOKRATISASI PENYIARAN (Studi Kasus Peluang TV Lokal di Surabaya)(2021-02-14) IGN. ISMOJO HERDONO; Dadang Rahmat Hidayat; Siti KarlinahPerkembangan digitalisasi sejak tahun 2000-an, membawa perubahan besar pada dunia pertelevisian di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, dan Jepang. Sistem televisi analog, pelan tapi pasti mulai ditinggalkan, dan bermigrasi ke sistem digital, yang lebih hemat dari sisi pemakaian listrik, serta memiliki kualitas suara (audio) dan gambar (video) yang lebih bagus. Indonesia sebagai anggota International Telecommunication Union (ITU), memutuskan mengadopsi sistem televisi digital dengan teknologi DVB-T2, melalui Permen Kominfo Nomor 07/P/M.Kominfo/3/2007. Untuk mendukung Permen tersebut, diterbitkanlah Permen Kominfo nomor 22 tahun 2011, tentang: Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak berbayar (free to air), serta Permen Kominfo nomor 32 tahun 2013, tentang: Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital dan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial. Namun, proses migrasi sistem digital tidak berjalan lancar. Permen Kominfo nomor 22 tahun 2011 digugat Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) dan menang. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan metode studi kasus dengan paradigma interpretif konstruktivis. Tujuan penelitian disertasi ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika TV digital dapat mewujudkan demokratisasi penyiaran, dikaitkan dengan peluang TV lokal di Surabaya. Hasil penelitian ini menyebutkan, bahwa migrasi dari sistem analog ke sistem digital masih membutuhkan proses, karena berimplikasi pada manajemen penyiaran TV lokal di Surabaya. Selain itu, regulasi yang mengatur migrasi ke sistem digital, belum mampu mewujudkan demokratisasi penyiaran. Bahkan, ada kekhawatiran akan banyak TV lokal yang tidak bersiaran (gulung tikar).Item Dinamika Wacana Multikultur Dalam Film Indonesia Dengan Isu Minoritas Pasca 1998 (Analisis Wacana Kritis Film Gie, Tanda Tanya dan Soegija)(2018-01-16) FILOSA GITA SUKMONO; Eni Maryani; Herlina AgustinFilosa Gita Sukmono: 210130140003, Disertasi, 2018 : Dinamika Wacana Multikultur dalam Film Indonesia dengan Isu Minoritas Pasca 1998 (Analisis Wacana Kritis Film Gie, Tanda Tanya dan Soegija), Tim Promotor : Dr. Atwar Bajari, M.Si (Ketua), Dr. Eni Maryani, M.Si (Anggota), Dr. Herlina Agustin, MT (Anggota), Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNPAD. Sejarah perjalanan film Indonesia cukup panjang dan mengalami naik turun, salah satu momen kebangkitan film Indonesia adalah pasca 1998, kebangkitan disini tidak hanya bicara kuantitas namun secara isu dan tema yang diangkat cukup beragam dan banyak mengandung kritik sosial. Salah satu yang cukup menonjol adalah tentang multikultur dan kelompok minoritas. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan melihat bagaimana dinamika atau pergerakan wacana multikultur dalam film Indonesia dengan isu minoritas pasca 1998, dengan memilih tiga film yaitu Gie, Tanda Tanya dan Soegija. Peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough, dengan menganalisis film Gie, Tanda Tanya dan Soegija mulai dari teks, praktik kewacanaan, sampai praktik sosial budaya. Kemudian untuk mengetahui pergerakan dan dinamika wacana multikultur dalam film Indonesia pasca 1998 peneliti mendiskusikan ketiga film tersebut sehingga memunculkan berbagai peristiwa komunikasi yang membentuk wacana multikultur dengan isu minoritas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga film yang muncul pasca 1998 yaitu Gie, Tanda Tanya, Soegija menunjukkan pergerakan wacana multikultur dengan isu minoritas, dimana dalam film-film tersebut banyak muncul peristiwa-peristiwa komunikasi yang sebelum 1998 tidak terdengar sama sekali seperti munculnya peristiwa 1965, perjuangan dan perlawanan etnis Tionghoa, berani menampilkan dua wajah Islam dalam konteks ke Indonesiaan, menunjukkan nasionalisme minoritas dalam diri Gie dan Soegija, serta menunjukkan bagaimana eksistensi umat kristiani dalam mewarnai kemerdekaan. Setelah melihat pergerakan wacana multikultur dengan isu minoritas tersebut terlihat bagaimana wajah multikulturalisme di Indonesia lebih mengarah pada multikulturalisme akomodatif.Item Dominasi Radio Jaringan Prambors Terhadap Radio Lokal di Indonesia ( Studi Kritis Pada Radio Jaringan Prambors)(2019-12-19) KARTIKA SINGARIMBUN; Siti Karlinah; Dadang Rahmat HidayatStasiun radio berjaringan menyebabkan jangkauan siaran lebih luas tanpa batas, dimana konten siaran seharusnya bervariasi dan mengangkat tema lokal justru menjadi seragam dan cenderung Jakartasentris. Pemanfaatan radio streaming untuk menjangkau pendengar global hanya dilakukan oleh kelompok radio yang mapan, sementara radio daerah hanya mengandalkan siaran radio teresterial. Hal ini memarginalkan kelompok minoritas yang berada di daerah hingga mengalihkan kepemilikannya kepada kelompok dominan. Konsentrasi kepemilikan radio yang semula hanya pada tingkat regional meningkat menjadi level nasional dimana celah hukum dimanfaatkan oleh pemilik radio mapan. Atas kondisi tersebut, fenomena ini diteliti melalui penelitian kualitatif yang mengkritisi organisasi media dalam penyelenggaraan stasiun radio jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar praktek komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi yang dijalankan oleh radio jaringan Prambors. Teori yang digunakan dalam penelitian ini selain teori-teori kritis, juga teori ekonomi politik komunikasi dari Vincent Mosco. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran radio jaringan Prambors telah mengeksploitasi pendengar dan tenaga kerja serta memarginalkan budaya lokal. Teknologi informasi dan komunikasi yang terus bertumbuh digunakan pemilik untuk mempertahankan dan memperlancar kelangsungan dominasinya terhadap masyarakat. Kepemilikan radio menjadi terkonsentrasi pada sekelompok orang yang tidak sejalan dengan semangat undang-undang penyiaran No. 32 tahun 2002 yang menjunjung keragaman kepemilikan (diversity of ownership) yang akan mendorong keragaman isi (diversity of content).Item Dramaturgi Musisi Death Metal (Studi Kasus Pada Band Metal Burgerkill)(2019-07-25) AHMAD FAHRUL MUCHTAR AFFANDI; Dadang Sugiana; Asep SuryanaABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pemaknaan tentang konsep diri, front stage atau panggung depan dan back stage atau panggung belakang dari para personil Burgerkill di hadapan keluarga fans maupun komunitas Burgerkill yang disebut sebagai Begundal. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain studi kasus yang akan mengkaji kelompok, individu-individu maupun peristiwa-peristiwa pada personil Burgerkill. Teknik pengumpulan data dalam pene¬litian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi partisipan. Validasi data dilakukan dengan melalui observasi yang lebih lama, triangulasi dan diskusi de¬ngan sejawat. Hasil penelitian menunjukkan (1) Konsep diri personil Burgerkill dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni sebagai panutan dalam keluarga dan sebagai panutan dalam komunitas. (2) Front stage dari personil Burgerkill dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni front stage panggung pertunjukkan, front stage dalam komunitas, dan front stage di hadapan keluarga yang terbagi menjadi front stage di hadapan anak dan front stage di hadapan orang tua. (3) Back stage personil Burgerkill dike¬lom¬pokkan menjadi lima poin yakni tutur kata lebih santun, mengkonsumsi minuman beralkohol, penyayang anak, humoris dan kreatif dalam bidang selain musik. Simpulan penelitian, adanya perbedaan peran dan gaya berkomunikasi dalam kehidupan mereka. Teori dramaturgi memperlihatkan perbedaan panggung depan dan panggung belakang pada para personil Burgerkill. Saran untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan pada sisi proses komunikasi personil band dengan menggunakan pendekatan metode etnografi atau pendekatan objektif. Kata Kunci : Dramaturgi, Konsep Diri, Front Stage, Back StageItem EKOSISTEM INTERAKSI DIGITAL (STUDI KASUS MILENIAL TIONGHOA DI GLODOK MELALUI INSTAGRAM)(2023-08-17) SINTA PARAMITA; Engkus Kuswarno; Agus RusmanaKehidupan Milenial Tionghoa saat ini tidak terlepas dari kisah rangkaian sejarah panjang keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia. Kedatangan bangsa Tiongkok ke Nusantara hingga proses pendewasaan politik dan demokrasi di Indonesia khususnya tragedi Mei 1998 di Jakarta, membawa cerita tersendiri bagi masyarakat etnis Tionghoa. Glodok sebagai Kawasan Pecinan di Jakarta menjadi pusat kerusuhan pada tregedi tersebut, peristiwa tersebut merenggut korban jiwa disertai dengan pengerusakan, pembakaran, dan penjarahan pertokoan yang ada di kawasan Glodok. Peristiwa tersebut masih melekat diigatan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat etnis Tionghoa Glodok. Ingatan-ingatan tersebut menjadi cerita untuk generasi ke generasi bahwa Indonesia pernah mengalami situasi yang sulit pada saat itu. Milenial Tionghoa saat ini adalah generasi yang hidup dimasa kejayaan teknologi komunikasi dan informasi. Instagram sebagai salah satu media sosial merupakan alat populer yang digunakan milenial dalam berinteraksi di ruang virtual. Selain membawa sisi positif Instagram juga membawa sisi negatif, seperti maraknya hoaks, disinformasi, dan konten negatif dapat memicu konflik dalam lingkup sosial dan virtual. Salah satunya adalah peristiwa pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang bernuansa SARA, telah menimbulkan konflik dan ancaman bagi masyarakat etnis Tionghoa. Peristiwa tersebut seakan mengingatkan milenial Tionghoa atas peristiwa yang telah terjadi sebelumnya yang menimpa etnis Tionghoa. Dari cerita singkat tersebut penelitian ini melihat bagaimana gambaran nilai-nilai Tionghoa diwariskan kepada milenial Tionghoa, dan mengetahui bagaimana milenial Tionghoa dalam berinteraksi melalui media sosial khususnya Instagram, serta bagaimana Pola ekosistem komunikasi digital terhadap generasi Milenial Tionghoa. Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah Studi Kasus dan menggunakan aplikasi Analisi.io sebagai alat untuk membaca interaksi Instagram. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pewarisan nilai-nilai Tionghoa diturunkan melalu memori kolektif. Kedua dalam menggunakan Instagram Milenial Tionghoa kurang aktif dalam berinteraksi, namun aktif dalam menonton informasi baik melalui reels atau newsfeed Instagram. Hal tersebut bertujuan menciptakan filter harmonisasi di media sosial untuk tidak terpapar dalam informasi palsu atau informasi yang mengarah pada unsur SARA. Ketiga Model yang dihasilkan dari penelitian ini adalah model Ekosistem Interaksi Digital yang meliputi aspek historis, aspek memori, aspek digital media sosial, dan aspek penggunaan media sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ekosistem Interaksi Digital yang dilakukan Milenial Tionghoa adalah dengan menciptakan filter harmonisasi dalam pemanfaatan Instagram.