Ilmu Komunikasi (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Komunikasi (S3) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 154
Results Per Page
Sort Options
Item AFOLKTALE EXPLORATION AS PART OF BANGFLO COFFEES BRAND IDENTITY THROUGH INSTAGRAM (Action Research on Bangflo Coffees Instagram Account)(20-06-2024) Ingrid Tedjakumala; Deddy Mulyana; Susie PerbawasariFolktale Exploration and Application on Instagram As A Form Of Brand Identity Enhancement On A Single-Origin Coffee Brand (An Action Research in Kopi Bangflo Brand). Supervisory team: Prof. Ninis Agustini Damayani, Prof. Deddy Mulyana and Dr. Susie Perbawasari. This study aims to explore how Sasando folktale can be explored and applied on Instagram as a digital marketing tool to enhance the brand identity of Bangflo Coffee, a single-origin coffee brand from Flores, East Nusa Tenggara. This study employs a constructivist paradigm, through qualitative approach, and Action Research Method due to its practical focus, which requires close collaboration between the researcher and practitioners. The Action Research approach for this research follows for the Action-Reflection Cycle method, with the help of 3 other research collaborators. Data collection was conducted by conducting online surveys and questionnaires, online and on-site observations, and interviews. Additional supporting data was ascertained from previous research and literature. This study finds that by utilizing the dynamics of Instagram with the influence of digital storytelling, Bangflo Coffee has catered to the preferences of millennials. The combination of cultural heritage, folktale, meaningful stories, and engagement, creates a deeper connection and long-lasting relationship that evoke the feeling of brand love. By exploring The Sasando folktale as a digital communication tool, this study explores and discovers a way to create an ancient folktale through digital storytelling to transform the story to gain new place, perspective, and audience, connecting the past and present. This study also finds that by exploring the Sasando folktale, Bangflo brand�s persona has transformed from an unknown character persona, into an established and appreciated character that embodies the values of the brand.Item KOMUNIKASI BANDUNG HERITAGE SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL KEMASYARAKATAN BIDANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Bandung Heritage dalam Program Pelestarian Bangunan Cagar Bud(2009) ENOK WARTIKA; Eni Maryani; Engkus KuswarnoABSTRACT Research of “Communication of Bandung Heritage as a Social Organization for Cultural Heritage Conservation” aims to uncover communication activities that have been, are being and will be implemented by social organization "Bandung Heritage" in running the preservation program of heritage buildings in Bandung. This study is very important due to the fact that their existence has now been loosing attention of its community. As a result, many heritage buildings in the city have been abandoned, damaged and even many of them are dissappeared. Whereas this potential asset has a uniqueness, beauty, and value of history, as well as may contains substantial and special meaning for community. The city of Bandung has long been known as one of the city of architecture laboratory, because it has many beautiful and unique heritage objects and structures. However, not many people know this cultural wealthy because of poor information and inadequate role of the municipal government to run their tasks in preserving heritage buildings. It has motivated us to study various communication activities implemented in “Bandung Heritage” who have committed to maintain the heritage building preservation in Bandung. This research methodology uses a qualitative approach for a case study to discover organizational communications techniques of conservationists who are joined in the “Bandung Heritage”social organization. The findings of this research indicate that “Bandung Heritage”organization has appropriate communication styles for conservation program as follows : 1) Actively establishing internal communication to keep a commitment of conservation and external communication to improve public awareness of the existence of heritage buildings; 2) Committed to conserving invaluable cultural assets of the city of Bandung through nurturing the power of love on culture and idealism as a binding instrument of the organizational membership; 3) Optimalization of the organization membership and community paricipation through maintaining good colaboration with the stake holders, research-based packaging of information, dissemination of cultural heritage knowledge in exhibition, seminars and workshops, as well as introducing of cultural heritage assets in tourism program; 4) Consistently implementing various strategies in running the program, i.e. the use of various media, style of presentation, and processing techniques of cultural heritage information. Communication activity of Bandung Heritage organization in conserving heritage building of the city of Bandung indicates that the organization has played an important role as a partner of municipal goverment of Bandung and its community, so the appreciation, pride, feeling of love and care on the cultural assets from the community has been better than before. Keywords: Communication, conservation, cultural heritage building, social organization. ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Komunikasi Organisasi Bandung Heritage Sebagai Organisasi Sosial Kemasyarakatan Bidang Pelestarian Cagar Budaya” bertujuan untuk mengungkap aktivitas komunikasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan organisasi “Bandung Heritage” dalam program pelestarian bangunan cagar budaya di Kota Bandung. Penelitian ini sangat penting karena fenomena menunjukan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kekayaan bangunan cagar budaya sudah mulai luntur. Akibatnya, banyak bangunan cagar budaya di Kota Bandung yang terlantar, rusak, bahkan ada yang telah musnah. Padahal kekayaan ini memiliki keunikan, keindahan, nilai sejarah dan makna tertentu bagi masyarakat. Kota Bandung sudah lama dikenal sebagai salah satu kota laboratorium arsitektur, karena banyak memiliki peninggalan bangunan indah dan unik. Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui kekayaan aset cagar budaya Kota Bandung karena miskinnya informasi dan terbatasnya peran pemerintah kota Bandung dalam menjaga kelestarian bangunan cagar budaya. Hal ini telah memotivasi peneliti untuk mengkaji berbagai aktivitas komunikasi organisasi “Bandung Heritage” yang telah berkomitmen menjaga kelestarian bangunan cagar budaya di Kota Bandung. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus untuk mengungkap pola komunikasi organisasi para konservasionis yang tergabung dalam organisasi “Bandung Heritage”. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi “Bandung Heritage” memiliki gaya komunikasi yang sesuai dengan program pelestarian, yaitu : 1) Aktif menjalin komunikasi secara internal untuk menjaga komitmen pelestarian dan secara eksternal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap eksistensi bangunan cagar budaya; 2) Berkomitmen menjaga pelestarian aset berharga Kota Bandung dengan memupuk kekuatan cinta budaya dan idealisme sebagai pengikat para anggota; 3) Mengoptimalkan partisipasi anggota dan masyarakat, dengan cara menjaga kerjasama dengan para stake holder, mengemas informasi berbasis riset, menyebarluaskan pengetahuan cagar budaya melalui pameran, seminar dan workshop, serta mengenalkan aset cagar budaya dalam program wisata heritage, 4) Mengimplementasikan berbagai strategi dalam melaksanakan program, yang meliputi keanekaragaman media, gaya penyajian, dan pengolahan informasi cagar budaya. Aktivitas komunikasi organisasi “Bandung Heritage” dalam program pelestarian bangunan cara budaya Kota Bandung menunjukkan bahwa organisasi tersebut telah berperan penting sebagai mitra pemerintah kota dan masyarakatnya, sehingga apresiasi, rasa bangga, rasa cinta, dan kepedulian masyarakat terhadap kekayaan bangunan cagar budaya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kata Kunci: Komunikasi, Bangunan cagar budaya, Pelestarian, Organisasi sosial.Item Komunikasi Keluarga Sabeulah (Studi Etnografi Komunikasi Tentang Komunikasi Ibu atau Ayah dan Anak di Kabupaten Ciamis)(2010) ZIKRI FACHRUL NURHADI; Agus Rahmat; Jenny Ratna SuminarABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kecenderungan keluarga ″sabeulah″ atau tingkat perceraian di Kabupaten Ciamis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini, memberikan pola pengasuhan anak berada pada dua posisi yaitu anak yang hidup bersama seorang ibu maupun dengan seorang ayah sabeulah, serta angka statistik perceraian yang ada di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Ciamis pun meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh mulai dari tahun 2009 sebanyak 3.751 sampai dengan tahun 2013 meningkat menjadi 5.319. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi komunikasi yaitu studi yang mengkaji peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya. Dengan pendekatan etnografi komunikasi, penelitian ini dapat mengungkap pola komunikasi pada keluarga sabeulah yang terjadi pada ibu atau ayah sabeulah. Adapun subjek pada penelitian ini adalah ibu atau ayah yang berstatus randa dan duda yang tinggal bersama anak akibat perceraian masalah ekonomi, kematian, perbedaan pandangan dan perselingkuhan. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam komunikasi keluarga sabeulah pada ibu atau ayah yang mendapat prioritas untuk dapat disosialisasikan kepada anak adalah nilai religius, kerukunan, ketaatan, tanggungjawab, disiplin, hormat (sopan santun), pencapaian prestasi dan kejujuran. Komponen komunikasi keluarga sabeulah yang terjadi pada ibu atau ayah terdiri atas genre, topik, tujuan, setting, partisipan, bentuk pesan, isi pesan, urutan tindakan, kaidah interaksi, dan norma-norma. Sedangkan pola komunikasi keluarga sabeulah yang terjadi pada ibu atau ayah terdiri atas: pola komunikasi tentang kepatuhan, pola komunikasi tentang harapan, pola komunikasi tentang pengaturan uang, pola komunikasi tentang peran kerabat, pola komunikasi tentang masa depan, dan pola komunikasi tentang pembelajaran dan pengalaman. Komunikasi keluarga sabeulah yang terjadi pada ibu atau ayah menghasilkan beberapa perspektif antara lain: model komunikasi keluarga sabeulah melalui komunikasi interpersonal, model komunikasi keluarga sabeulah melalui simbol verbal dan non verbal, model komunikasi keluarga sabeulah bersifat kolektivistik, model komunikasi keluarga sabeulah dilihat dari tipe dalam menghadapi masalah, model komunikasi keluarga sabeulah tentang peran dalam perspektif komunikasi interpersonal, nilai-nilai yang terbentuk dalam budaya keluarga sabeulah, model komunikasi keluarga sabeulah tentang peran keluarga besar atau kerabat, model komunikasi keluarga sabeulah dilihat dari perspektif interaksi simbolik serta model komunikasi keluarga sabeulah dalam perspektif silih asah, asih dan asuh. Kata Kunci: Komunikasi, Keluarga Sabeulah Ibu; Ayah dengan Anak, Etnografi Komunikasi.Item Fenomenologi Trainer Dalam Komunikasi Oelatihan di Kota Bandung(2011) RISMAWATY; Anter Venus; Jenny Ratna SuminarABSTRAK FENOMENOLOGI TRAINER DALAM KOMUNIKASI PELATIHAN DI KOTA BANDUNG Oleh; Rismawaty Promotor & Copromotor ; Anter Venus, Asep Suryana, Jenny Ratna Suminar Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman tentang pemaknaan komunikasi pelatihan, pengalaman komunikasi pelatihan trainer, motif trainer dalam komunikasi pelatihan serta faktor-faktor apa saja yang menunjang kesuksesan trainer dalam komunikasi pelatihan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, dengan paradigma konstruktivis, dan teknik analisis interpretif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi partisan. Validasi data dilakukan melalui: perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, dan diskusi dengan sejawat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Pemaknaan trainer terhadap komunikasi pelatihan dilihat dari makna pelatihan, tujuan pelatihan, manfaat pelatihan, dan makna komunikasi pelatihan. Pelatihan dimaknai oleh trainer sebagai anugerah yang maha kuasa, universitas kehidupan, sarana pengembangan wawasan, dan keterampilan yang unik. Tujuan pelatihan bagi trainer adalah tujuan individual, tujuan sosial, dan tujuan spiritual. Manfaat pelatihan bagi traineradalah memperluas jaringan, berguna bagi kehidupan profesional, dan memotivasi diri untuk tetap survive dalam segala kondisi. Para trainer membuat komunikasi pelatihan lebih bermakna melalui interaksi edukatif, kunci keberhasilan trainer dan ketrampilan unik. (2) Pengalaman komunikasi trainer dapat dilihat dari pengemasan suasana training, gaya komunikasi trainer, cara dalam menarik perhatian peserta, dan cara mengatasi hambatan-hambatan komunikasi. (3) Motif trainer dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu motif menjadi trainer dan motif berkomunikasi trainer. Motif menjadi trainer yaitu senang berbicara dimuka umum, aktif di organisasi, mempunyai rasa ingin berbagi, dan terinspirasi dari buku. Sedangkan motif trainer dalam berkomunikasi dapat dilihat dari harapan, tujuan, dan sikap trainer. (4) Keberhasilan komunikasi pelatihan oleh trainer ditentukan antara lain oleh faktor persiapan trainer, pengalaman trainer, kreativitas, penggunaan humor, dan pendekatan emosional. Dari penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berfokus pada pengalaman komunikasi trainer dalam satu pelatihan khusus dan pada tahap-tahap proses komunikasi pelatihan seperti pada tahap awal, pelaksanaan, dan akhir pelatihan yang melibatkan respon dari peserta pelatihan. Kata Kunci : Trainer, Komunikasi Pelatihan, Motif, Pengalaman KomunikasiItem PERILAKU KOMUNIKASI PRIA ETNIK MADURA DALAM PARTISIPASI PROGRAM KB VASEKTOMI (Studi Fenomenologi Terhadap Pria Etnik Madura dalam Ber KB Vasektomi di Kabupaten Sampang)(2011) BANI EKA DARTININGSIH; Atwar Bajari; Susanne DidaABSTRAK Disertasi dengan judul Perilaku Komunikasi Pria Etnik Madura dalam Partisipasi Program KB Vasektomi, bertujuan untuk memahami motif pria etnik Madura ber KB vasektomi, dan pengalaman komunikasi pria etnik Madura dalam partisipasi program KB vasektomi, makna KB vasektomi serta bagaimana presentasi diri pria etnik Madura dengan lingkungannya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan paradigma interpretif, dan jenis studi fenomenologi. Subjek penelitian adalah laki-laki ber KB vasektomi di Kabupaten Sampang yang dipilih secara “purposive”. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, pengamatan partisipasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pria etnik Madura ber KB vasektomi, dilatarbelakangi oleh motif ekonomi, motif kepemilikan anak, motif menjaga kesehatan istri, motif sebagai panutan/eksistensi diri, motif ketergantungan kepada teman, dan motif mitos/kepercayaan. Sedangkan pengalaman yang dimiliki oleh pria etnik Madura ber KB vasektomi sangatlah beragam terkait dengan keikutsertaanya ber KB vasektomi, meliputi pengalaman dalam pengambilan keputusan yang sebagian besar adalah keputusan yang diambil adalah keputusan sendiri, serta sebagian dari pria ber KB vasektomi didukung istri, dan ada beberapa yang tidak didukung istri. Pengalaman informan dalam perolehan informasi KB vasektomi sebagian besar berasal dari petugas KB, sebagian lagi dari kepala desa, dan teman. Pengalaman dalam hal pasca vasektomi terkait dengan kehidupan seksualnya sebagian besar informan menyatakan ada peningkatan dan tidak seperti rumor yang ada di masyarakat bahwa vasektomi menurunkan libido. Dalam upaya menjaga vitalitas para pria etnik Madura rajin mengkonsumsi jamu dalam upaya menjaga kesehatan dirinya. Serta pengalaman dari tetangga ketika mengetahui dirinya ber KB vasektomi, yang sebagian besar informan dianggap tidak jantan, laki-laki bodoh yang dibodohi perempuan. Sementara pengalaman konsultasi dengan Kyai tidak ada satupun dari informan bertanya kepada Kyai tentang metode kontrasepsi vasektomi. Pria etnik Madura memaknai KB vasektomi sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, serta sebagian lagi memaknai seperti KB perempuan dan bahwa KB vasektomi tidak mempengaruhi kejantanan. Sementara untuk presentasi diri pria etnik Madura yang ber KB vasektomi,tidak ada satupun yang menutup-nutupi keikutsertaannya ber KB vasektomi, mereka merasa percaya diri bahkan menerangkan dan mengajak tetangga untuk ikut menjadi peserta KB.Item Makna Kesenjangan Pembangunan Wilayah Perbatasan(2011) LIDIA DJUHARDI; Purwanti Hadisiwi; Atwar BajariItem KOMUNIKASI ANTARBUDAYA EKSPATRIAT INDONESIA DI JEPANG (STUDI FENOMENOLOGI TENTANG CROSS-CULTURE ADAPTATION)(2013) SUSI WIDIANTI; Yuyu Yohana Risagarniwa; Susanne DidaPenelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin berkembangnya peristiwa komunikasi lintas budaya di ranah dunia kerja yang melibatkan ekspatriat Indonesia dengan berbagai permasalahannya. Penelitian ini menfokuskan pada proses adaptasi lintas budaya para ekspatriat Indonesia yang bekerja dan hidup di Jepang. Yaitu, bagaimana motif, pengalaman dan makna diri informan dalam kehidupan adaptasinya. Dan mengamati pula pengalaman tahapan adaptasi yang dialami oleh informan selama masa tinggalnya. Sebagai kerangka pemikiran, penelitian ini berlandaskan pada pandangan terhadap perilaku manusia dan pengalaman komunikasi yang bersifat subjektif dan dikaji secara induktif. Dengan menggunakan pedekatan subjektif melalui kajian fenomenologi, data penelitian yang diambil menggunakan instrumen wawancara mendalam terhadap dua belas informan yang sedang bekerja dan tinggal di berbagai wilayah di Jepang. Dari hasil pembahasan, dapat dideskripsikan bahwa motif informan berpindah ke negara Jepang adalah adanya kebutuhan eksistensi, pengembangan diri, dan ekonomi. Pada pengalaman komunikasinya di tempat kerja, informan lebih dapat menyesuaikan diri dibanding dengan komunikasi personal dan sosial di luar tempat kerja. Sebagian besar informan mampu mengikuti aturan kerja dan beradaptasi walaupun pada awal masa kerja proses adaptasinya dikatakan cukup sulit. Lingkungan kerja, fasilitas yang sangat memadai, dan kebijakan perusahaan dinilai cukup membantu para informan dalam menyesuaikan diri dalam pekerjaan. Dengan proses adaptasi yang dilalui, sebagian besar informan mengalami perubahan dalam cara bekerja dengan mengikuti prosedur kerja di perusahaan. Namun di sisi lain, diketahui bahwa sebagian besar informan belum dapat menyepakati sikap berkomunikasi masyarakat Jepang yang kaku, cara bersosialisasi yang kurang terbuka, terlalu normatif, dan sikap terlalu serius. Sikap komunikasi tersebut dinilai jauh berbeda dengan budaya asal para informan. Sementara pada makna diri, informan memiliki interpretasi bahwa dirinya cukup adaptif di lingkungan kerja, selektif dalam mengikuti tradisi setempat, partisipatif, dan pekerja keras. Dengan hasil pembahasan tersebut penelitian ini menyimpulkan bahwa proses adaptasi yang dialami oleh informan para ekspatriat Indonesia, sangat diwarnai oleh cara pandang dan budaya asalnya, sehingga nilai-nilai dalam lingkungan budaya Jepang tidak seluruhnya dapat disepakati. Di masa yang akan datang, capaian adaptasi para informan akan dipengaruhi oleh pengelolaan cara pandang, upaya dan strategi komunikasi, dan lingkungan yang mendukungnya.Item Perempuan Sunda Sebagai Politisi (Studi Fenomenologi Mengenai Politisi PerempuanSunda di DPRD Jawa Barat)(2014) NUR RATIH DEVI AFFANDI; Eni Maryani; Deddy MulyanaPenelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman tentang motif dan pengalaman perempuan Sunda terjun ke dunia politik serta pemaknaan politisi perempuan Sunda mengenai komunikasi politik dan politisi perempuan sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, dengan paradigma konstruktivis dan teknik interpretif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisan. Validasi data dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi dan diskusi dengan sejawat. Hasil penelitian menyimpulkan (1) motif politisi perempuan Sunda masuk ke dunia politik dikelompokkan menjadi empat kelompok yakni motif sosial, motif politik, motif gender dan motif spiritual. (2) Pengalaman perempuan Sunda terjun ke dunia politik dikelompokkan menjadi empat kelompok mulai dari memaknai politik terlebih dahulu, kemudian masuk ke dalam pengalaman komunikasi politisi perempuan Sunda di dalam forum legislatif, pengalaman politisi perempuan Sunda dengan politisi laki-laki, pengalaman komunikasi dengan sesama politisi perempuan dan pengalaman komunikasi dengan masyarakat di luar legislatif. (3) Politisi perempuan Sunda memaknai komunikasi politik menjadi tiga makna komunikasi yakni, komunikasi yang melibatkan loyalitas, ketulusan dan konsistensi. Sedangkan pemaknaan akan politisi perempuan sendiri adalah sebagai agen yang memberikan penyadaran akan hak dan kewajiban warga negara, pejuang, abdi negara, aktor yang sedang mewujudkan filosofi kesundaan dan sebagai aktor yang membuktikan kualitas diri Saran untuk penelitian lanjutan yang berfokus pada proses komunikasi politisi perempuan Sunda dengan menggunakan paradigma dan pendekatan teori-teori yang lain.Item Konstruksi Realitas Sosial tentang Pelacuran ,elalui Pengalaman Pelaku Seks Komersial(2014) ELVA RONANING ROEM; Oekan Soekotjo Abdoellah; Atwar BajariPenelitian ini berorientasi pada interpretasi diri subjek penelitian ini, yaitu pekerja seks itu sendiri. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memahami realitas sosial praktik pelacuran rahasia melalui makna faktual, simbol dan perilaku dalam cara mereka berkomunikasi. Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan pendekatan open minded untuk memahami secara penuh informasi yang terkumpul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi untuk memberikan wawasan yang berada di balik kenyataan dalam fenomena pelacuran terselubung. Puncaknya akan diberikan pada proses pencarian arti sebenarnya dari konteks komunikasi mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa pekerja seks memiliki pola komunikasi sendiri. Istilah “terselubung†memiliki makna sebagai pekerjaan yang dilakukan bersifat tertutup dan rapat, tersembunyi serta dilakukan secara diam-diam. Mereka memiliki istilah yang dipilih untuk menunjukkan keterwakilan mereka dalam lingkungan masyarakat dengan istilah yang mereka konstruksi dari lingkungan mereka. Sementara itu Pengalaman komunikasi yang diperoleh PSK saat berinteraksi dengan lingkungan meliputi: pengalaman komunikasi yang positif dan negatif dengan sesama mereka (antar PSK), mucikari dan pelanggan.Item Jaringan Komunikasi Petani Adopter Teknologi Tanam Padi Jajar Leegowo (JARWO) di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka(2015) VIVIT WARDAH RUFAIDAH; Dadang Sugiana; Asep SuryanaProses adopsi teknologi “Jajar Legowo” (Jarwo), selain dipengaruhi faktor eksternal (karakteristik Jarwo), juga dipengaruhi oleh faktor internal (adopter Jarwo) yang berada dalam struktur jaringan komunikasi. Penelitian menunjukkan bahwa proses adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh posisi dan peran aktor dalam jaringan. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan penelitian jaringan komunikasi petani adopter Jarwo khususnya di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majelengka. Penelitian bertujuan untuk melihat (1) proses difusi inovasi teknologi Jajar Legowo (Jarwo) pada petani adopter, (2) struktur jaringan komunikasi petani adopter inovasi Jarwo, (3) peran aktor dalam jaringan komunikasi petani adopter Jarwo dan (4) model konstruksi konstruksi jaringan komunikasi petani adopter inovasi teknologi pertanian. Penelitian dilakukan di Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat. Metode penelitian dengan metode survey dan dianalisis menggunakan analisis jaringan komunikasi. Penentuan populasi menggunakan pendekatan nominalis dengan dua strategi untuk identifikasi aktor yaitu: positional, dan dan eventbased. Teknik sampling menggunakan “sampel kelompok kecil” dengan populasi 131 orang petani adopter “Jarwo”. Analisis menggunakan complete networks analysis yang terdiri atas tiga level pengukuran yaitu level aktor, level sistem dan level kelompok dan pengolahan data menggunakan UCINET VI. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: Pertama; proses adopsi inovasi yang terjadi pada jaringan komunikasi petani adopter Jarwo tidak mengikuti kurva S. Penerimaan dan pengambilan keputusan petani terhadap inovasi Jarwo dipengaruhi oleh karakteristik inovasi Jarwo, dimana hampir semua petani yang berhasil peneliti wawancara menyatakan bahwa Jarwo merupakan inovasi yang mempunyai keunggulan baik dari segi keuntungan karena bisa meningkatkan produksi padi, tidak terlalu sulit diterapkan, bisa mereka coba dengan mudah di lahan pertanian mereka, dan sudah pernah ada petani lain yang mencoba. keputusan petani mengadopsi inovasi Jarwo bukan hanya karena keunggulan inovasi tersebut tetapi juga tindakan dalam diri petani dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan tujuan, keuntungan dan apa yang membatasi mereka apabila inovasi tersebut diadopsi. Kedua; struktur jaringan komunikasi petani adopter Jarwo yang terbentuk Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk merupakan jaringan dengan kohesivitas rendah. Struktur jaringan cenderung desentralisasi dan membentuk struktur jaringan lingkaran sehingga tidak ada aktor yang sentral dalam jaringan komunikasi petani adopter Jarwo. Aktor-aktor sentral terbentuk pada kluster-kluster berbasis desa. Ketiga; Aktor-aktor dalam jaringan komunikasi petani adopter Jarwo memiliki peran sentral yang berbeda-beda dan membentuk apa yang dinamakan key farmer atau opinion leader, di mana peran “key farmer” menjadi salah satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi, termasuk penerimaan inovasi. Keempat; model konstruksi jaringan komunikasi pada petani adopter Jarwo perlu disosialisasikan untukmeningkatkan kohesivitas komunikasi diantara aktor-aktor dalam jaringan dan meningkatkan interaksi aktor-aktor dalam hubungannya dengan lebih memudahkannya proses difusi inovasi.Item KONSTRUKSI MAKNA TENTANG PENGALAMAN KOMUNIKASI WANITA BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DI JAKARTA(2015-07-09) SUSI YUNARTI; Mien Hidayat; Nina WinangsihSusi Yunarti : 210130100001 : Konstruksi Makna tentang Pengalaman Komunikasi Wanita Bekerja yang Memiliki Anak Balita di Jakarta ( Studi Fenomenologi Tentang Pengelolaan Keluarga Yang berkaitan dengan Pengasuhan Balita) : Program Pascasarjana UNPAD 2015: Tim Promotor:Prof. Dr.H. Engkus Kuswarno,M.Si(Ketua), Prof. Dr. Hj.Mien Hidayat ,Dra. M.S (Anggota), Prof Dr. Hj.Nina Winangsih Syam, Dra.MS(Anggota). Penelitian disertasi ini bertujuan untuk menemukan makna diri, konsep diri dan pengalaman komunikasi wanita bekerja dengan lingkungannya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, interaksi simbolik dan konstruksi sosial. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan paradigma konstruktivisme dan pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian adalah 13 wanita bekerja yang memiliki anak balita di Jakarta yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan tentang makna diri wanita bekerja yang memiliki anak balita dapat dikelompokkan menjadi diri yang eksis berprestasi, diri yang memiliki kemampuan dan diri yang mencari penghidupan. Para wanita bekerja ini dalam memilih pengasuh anak tidak lepas dari aspek pendorong, harapan, tindak lanjut dan interaksi dengan pihak-pihak yang dianggap berperan dalam mendukung eksistensi mereka melalui komunikasi antar pribadi maupun komunikasi media online. Makna diri wanita bekerja dikembangkan melalui kesadaran, perasaan dan perlakuan yang yang diterima menjadi sekumpulan pengetahuan, mendorong mereka untuk memiliki istilah yang menjadi preferensi tersendiri. Konsep diri yang dimiliki wanita bekerja yang memiliki anak balita dikembangkan melalui interaksi antara diri dengan orang lain dilingkungannya. Sedangkan pengalaman komunikasi wanita bekerja yang memiliki anak balita dengan lingkungannya meliputi pengalaman komunikasi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan serta dihasilkan dari interaksi dengan keluargan, pengasuh anak dan lingkungan kerja maupun masyarakat.Item Komunikasi Antara Etnik Pendatang dan Penduduk Lokal (Studi Kasus KOnflik Etnik Bali dan Lampung Di Desa Balinuraga Lampung Selatan(2015-10-18) IBRAHIM BESAR; Nina Winangsih; Deddy MulyanaPenelitian ini menggali dan mengkaji komunikasi sosial yang terjadi pada proses pra dan pasca konflik. Permasalahan penelitian ini adalah perilaku komunikasi etnik Bali dan Lampung dalam rekonsiliasi konflik. Penelitian ini mengacu teori fenomenologi Alfred Schutz, teori tindakan sosial Weber, interaksi simbolik Herbert Blumer, dan teori konstruksi realitas social Peter L. Berger. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode kualitatif. Beberapa informan dipilih secara purposif. Narasumber mengalami peristiwa secara langsung dan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kembali Pengalaman komunikasinya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan telaah dokumen. Prosedur analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan verifikasi/penarikan kesimpulan Penyebab terjadinya konflik antara lain, sikap tertutup, kenakalan pemuda, sikap arogan, praktek rentenir, kurang teloransi, kecemburuan sosial, provokator, Pengalaman masa lalu dan ketegasan aparat, serta labelling/penjulukan. Komunikasi antara etnik Bali dengan Lampung berkaitan dengan proses rekonsiliasi, pada dasarnya telah terjalin dengan baik di antara kedua etnik. Namun menurut narasumber, proses komunikasi masih menemui berbagai kendala. Adanya rasa was-was etnik Bali untuk bersosialisasi yang disebabkan oleh trauma dan ketakutan menyebabkan komunikasi yang terjadi antara etnik Bali dengan pemerintah masih menunjukkan adanya rasa kurang percaya. Berdasarkan perilaku komunikasi pasca konflik tersebut ditengarai masih ada kerentanan terhadap jalannya proses perdamaian.Item SUCCESS STORY PENDERITA GAGAL GINJAL TERMINAL DALAM MEMPERTAHANKAN KARIR DI BAWAH ANCAMAN KEMATIAN Kajian Dramaturgi pada Penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit Islam Jakarta(2016-08-08) IWAN SUPRIYADI; Mien Hidayat; Yanti SetiantiDisertasi ini berjudul success story penderita gagal ginjal terminal (PGGT) dalam mempertahankan karir dibawah ancaman kematian, studi dramaturgi pada PGGT di Rumah Sakit Islam Jakarta, bertujuan untuk mengetahui sisi lain kehidupan PGGT, perilaku, dan pengelolaan kesan ketika melaksanakan aktivitas ditempat ia bekerja dalam mempertahankan karirnya. Pendekatan penelitian digunakan adalah kualitatif, dengan paradigma kostruktivisme dengan jenis penelitian dramaturgi. Subyek penelitian adalah PGGT yang masih aktif bekerja pada perusahaan yang berada di seputar Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan di Depok Jawa Barat, yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, pengamatan, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa sisi lain kehidupan PGGT dalam beraktivitas merupakan wilayah belakang dari dramaturgi terlihat melalui interaksi sosial dengan lingkungan sekitar rumahnya. Ada memilih menghindari dalam berinteraksi sosial, dan ada juga yang masih aktif berinteraksi sosial. Lingkup sisi lainnya tercermin pada kondisi hubungan dalam keluarga penderita gagal ginjal terminal, ada memiliki hubungan keluarga harmonis, dan ada juga memiliki hubungan keluarga kurang harmonis. Kondisi tersebut sedikit banyak terlihat bagaimana cara berdiskusi dalam keluarga ada mendominasi, dan ada kesetaraan. Pola aturan makan sebelum cuci darah lebih pada melanggar aturan pola makan. Kemandirian penderita gagal ginjal terminal ada ketergantungan, dan ada kemandirian. Adapun pengendalian emosi diri penderita gagal ginjal terminal ada emosi meledak-ledak, dan ada emosi terkendali. Perilaku PGGT ketika melaksanakan aktivitas ditempat bekerja merupakan wilayah depan dari dramaturgi ditumbuhkan kesan penerimaan dirinya oleh lingkungan kerja. Kesan penerimaan itu sendiri, Ada yang memberikan kesan empati, ada yang memberikan kesan biasa saja. Keterbukaan pada penyakitnya berdasarkan kenyamanan dirinya di lingkungannya dalam bersikap ada yang bersikap tertutup, dan ada yang bersikap terbuka. Sikap dan tanggapan yang dirasakan dipengaruhi oleh simbol-simbol penyakitnya yang menjadikan ada yang lebih perhatian, ada yang biasa saja. Adapun pengaruh penyakitnya pada kinerja pekerjaannya ada yang tidak menghambat, ada yang sebagian menghambat, dan ada yang menghambat. Komitmen PGGT pada pekerjaannya ada yang lebih mementingkan perusahaan, ada mementingkan kedua belah pihak, dan ada juga mementingkan pribadi.Adapun kepedulian menjaga penampilan dalam mendukung pekerjaannya ada yang sewajarnya, ada yang perhatian, ada juga kurang peduli. Adapun gaya dalam bekerja dan berinteraksi ada yang kerjasama, ada yang kurang berperan, dan ada juga yang dominan. Pengelolaan kesan PGGT ketika melaksanakan aktivitas ditempat kerja dilakukan dengan bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Terdapat satu kategori pengelolaan kesan informan yaitu kesan �keakraban� pada komunikasi verbal. Sedangkan penggunaan komunikasi secara nonverbal terdapat ada tiga kategori pengelolaan kesan informan yaitu kesan wibawa, kesan eksklusif, dan kesan pekerja keras.Item KOMUNIKASI ORGANISASI PERSATUAN ISLAM (STUDI KASUS PENGEMBANGAN JAMIYYAH PERSIS 2010 - 2015)(2016-08-09) IHSAN; Engkus Kuswarno; Purwanti HadisiwiABSTRAK Penelitian ini mengkaji pola komunikasi organisasi Persatuan Islam dalam menyebarkan faham keagamaan Persis dan implikasinya terhadap perkembangan organisasi Persis di Indonesia. Masalah yang dikaji difokuskan kepada pergeseran paradigma komunikasi organisasi dan komunikasi dakwah Persis terhadap umat Islam, khususnya anggota organisasi ini, dan implikasinya terhadap perkembangan jam’iyyah di daerah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana strategi dan bentuk-bentuk komunikasi organisasi Persis pada masa sekarang dan apa implikasinya terhadap perkembangan organisasi. Penelitian ini menggunakan perspektif komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi memiliki struktur baik yang bersifat vertikal, horizontal, diagonal, komunikasi ke dalam dan ke luar organisasi, komunikasi formal dan komunikasi informal dan bentuk-bentuk lainnya yang tentu saja berimplikasi terhadap hasil dari komunikasi organisasi antar pihak-pihak yang berkomunikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kasus yang dimaksud adalah organisasi massa berbasis agama atau yang disebut ormas Islam Persatuan Islam (Persis) yang dikenal sebagai organisasi yang keras dan tegas dalam masalah-masalah agama, akan tetapi tetap berkembang dan jumlah anggotanya terus bertambah. Penelitian ini menemukan bahwa telah terjadi perubahan strategi komunikasi organisasi Persis sejak didirikannya hingga sekarang. Jika Persis sebelum Muktamar 2010 dikenal sebagai organisasi Islam yang kaku dan keras dalam dakwahnya, ternyata ia mengalami pergeseran dan perubahan menjadi semakin low profile, persuasif, dan terbuka pasca Muktamar 2010. Dengan pergeseran seperti itu, kini wilayah dakwah Persis semakin meluas ke berbagai lapisan masyarakat maupun instansi-instansi pemerintahan dan perusahaan swasta. Demikian pula penyebaran organisasi dan anggota telah menjangkau lebih banyak provinsi-provinsi di Indonesia. Pergeseran terjadi karena organisasi ini menyadari bahwa strategi dan metode komunikasi organisasi memperhatikan iklim komunikasi organisasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip fleksibilitas (flexibility), konformitas (conformity), tanggung jawab (responsibility), standar (standards), imbalan (reward), kejelasan (clarity), dan komitmen kelompok (team comitment). Dimensi-dimensi ini menjadi perhatian Persis dalam mengembangkan konsep jihadnya. Kata Kunci: Pergeseran paradigmatik, iklim komunikasi organisasi, dakwah persuasif edukatif.Item POLA KOMUNIKASI DAN KONSTRUKSI IDENTITAS MASYARAKAT SAMIN (Studi Etnografi Komunikasi dalam Gerakan Sosial di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah).(2016-09-07) RINI DARMASTUTI; Atwar Bajari; Haryo Suhardi MartodirdjoMasyarakat Samin merupakan salah satu masyarakat adat yang unik yang ada di Indonesia. Sikap, tindakan dan cara berbicara masyarakat Samin sering dimaknai sebagai sikap dan tindakan yang aneh oleh masyarakat yang ada di sekitarnya. Sikap dan tindakan masyarakat Samin ini mulai berubah ketika pemerintah dan PT Semen Gresik berencana mendirikan pabrik semen di Sukolilo, Pati Jawa Tengah. Berdasarkan latar belakang ini, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pola komunikasi masyarakat Samin dalam gerakan aksi tolak ini? Bagaimana konstruksi identitas diri masyarakat Samin dalam gerakan aksi tolak ini? Tujuan dari tulisan disertasi ini adalah mendiskripsikan budaya masyarakat Samin dan menjelaskan simbol-simbol budaya serta makna simbol yang digunakan dalam gerakan. Penekanan dari tulisan disertasi ini adalah untuk memetakan pola komunikasi serta mengkonstruksi identitas diri masyarakat Samin di Sukolilo Pati, Jawa Tengah dalam gerakan sosial. Disertasi ini didasarkan dari hasil penelitian dengan paradigma interpretif dan pendekatan subyektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode penelitian etnografi komunikasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi berperan aktif serta analisis dokumenter. Hasil dari penelitian ini adalah simbol yang berupa kendi, caping, tembang, tanaman, hasil pertanian, upacara rakyat serta upacara adat menjadi simbol perlawanan secara damai. Pola komunikasi dalam gerakan aksi tolak terbentuk sebagai perkembangan dari strategi komunikasi berdasarkan kearifan lokal masyarakat Samin, yaitu strategi komunikasi Gethok tular, Dolan-dolan, Srawung dan Mbok Bakul Gendhong. Strategi komunikasi Gethok tular, Dolan-dolan, Srawung dan Mbok Bakul Gendhong membentuk pola komunikasi melalui opinion leader. Dalam kaitannya dengan konstruksi identitas diri, gerakan aksi tolak ini justru memperkuat konstruksi identitas diri masyarakat Samin. Pandangan dan penerimaan dari masyarakat non Samin yang menempatkan masyarakat Samin sebagai pemimpin dan motivator membuat masyarakat Samin semakin yakin dengan identitas diri mereka, yaitu identitas diri sebagai petani Jawa yang mengikuti ajaran Samin Surosentiko. Samin community constitutes one of the unique indigenous peoples in Indonesia. The ways they behave, act, and speak have often been seen as something bizarre. They have changed their attitudes and behaviors when the government in collaboration with PT. Semen Gresik planned to build cement factory in Sukolilo, Pati, Central Java. According to this background, this research focuses on how the communication pattern of Samin people and how Samin’s self-identity building in this resistance movement were. This research aims at describing Samin people’s culture and explaining the cultural symbols with their meanings used in the movement. The emphasis of this research is on the mapping of communication pattern and Samin people’s identity building in the social movement happened in Sukolilo, Pati, Central Java. This research was based on the research result with interpretive paradigm using subjective approach. Descriptive qualitative method using ethnography of communication approach is employed as the strategy in this research. In-depth interviews, participative observations and document analysis were used to gather the data in this research. The findings, The cultural symbols in the forms of “kendi” (A container of Asian derivation, usually handle less, used to hold liquid with a broad opening on top for inserting liquid and usually only one spout for pouring), “caping” (special hat for the farmer), “tembang” (traditional Javanese songs), crops (paddy, corn and cassava), various types of plants and customary rituals became the symbols for admonishing the government. Communication pattern in the refusement movement is formated as a growth of local wisdo-based-communication strategies called gethok tular, dolan-dolan, srawung and mbok bakul. These communication strategies form a communication pattern by opinion leader.Samin’s communication pattern in the resistance movement is not totally centered on the leaders. Having to do with self-identity building, this resistance movement has just strengthened Samin’s self-identity building. Non Samin’s point of views and acceptance that positioned Samin people as the leaders and motivators have ensured Samin people about their identities, which is as the Javanese peasants following Samin Surosentiko teaching.Item KOMUNIKASI KEKERASAN DALAM TAWURAN PELAJAR DI JAKARTA STUDI FENOMENOLOGI TERHADAP PENGALAMAN TUJUHBELAS PELAKU TAWURAN PELAJAR SLTA DI JAKARTA(2016-10-27) HENI SE MM SI; Anter Venus; Tine Silvana RachmawatiKOMUNIKASI KEKERASAN DALAM TAWURAN PELAJAR DI JAKARTA (Studi Fenomenologi Terhadap Pengalaman Tujuhbelas Pelaku Tawuran Pelajar SLTA di Jakarta) Oleh: Heni Hayat Promotor & Copromotor: Dr. Anter Venus, M.A, Comm, Dr. Hj. Tine Silvana R., M.Si, Prof.Dr. Alo Liliweri, M.S Tawuran yang dilakukan pelajar merupakan reaksi dari komunikasi kekerasan yang kerap dilakukan di lingkungan sekolah. Kekerasan komunikasi yang tanpa disadari telah membentuk konsep diri seorang pelajar yang awalnya takut untuk melakukan kekerasan menjadi berani melakukan kekerasan karena desakan situasi. Desakan situasi berupa tekanan dan ancaman bisa berasal dari dalam dan luar lingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)pemaknaan komunikasi kekerasan, 2)pengalaman dalam melakukan komunikasi kekerasan dan 3)mengetahui motif yang melatarbelakangi siswa melakukan komunikasi kekerasan dipahami dari perspektif pelaku. Teori-teori yang relevan dalam penelitian adalah: Teori Fenomenologi, Teori Interaksionime Simbolik, Teori konvergensi Simbolik, dan Teori Labelling.. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif yang menekankan pada pemahaman subjek terhadap realitas yang ada dengan menggunakan metode Fenomenologi dalam mengungkap realitas fenomena komunikasi kekerasan yang menjadi penyebab tawuran. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui indepth interview dan observasi. Validasi data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi terhadap sumber-sumber lain yang dinilai lebih kompeten. Hasil penelitian ditemukan bahwa kekerasan komunikasi yang menjadi penyebab tawuran dimaknai sebagai komunikasi kekerasan bermuatan kebencian, pertentangan dan permusuhan. Komunikasi kekerasan juga digunakan untuk kepatuhan, sebagai hukuman dan sebagai motivasi terhadap kelomponya. Kata Kunci: Komunikasi kekerasan, Menyinggung harga diri, Tawuran Pelajar.Item komunikasi konselor adiksi narkoba(2016-10-28) MARHAENI FAJAR KURNIAWATI; Susanne Dida; Purwanti HadisiwiABSTRAK Penelitian ini berangkat dari asumsi awal maraknya kasus penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh oknum pejabat dan profesional. Usaha pemulihan ditangani oleh konselor yang bertugas merehab klien. Kesulitan menjadi semakin bertambah manakala konselor yang merehab klien oknum memiliki latar belakang penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari berbagai profesi seperti klien yang berasal dari berbagai oknum seperti anggota DPR, Jaksa, Hakim, TNI, POLRI, Bupati, Ketua KONI daerah, artis dan lain sebagainya. Oleh karena itu tujuan utama penelitian ini untuk memahami dan mengeksplorasi secara mendalam makna diri, makna konseling bagi konselor adiksi narkoba dan pengalaman komunikasi konselor pada klien oknum. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan paradigma konstruktivisme dan tradisi fenomenologi serta pendekatan teori interaksi simbolik dan konstruksi realitas sosial. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, pengamatan dan literatur terhadap sebelas orang konselor adiksi narkoba dengan secara purposive. Teknik analisis dengan cara reduksi data, penyajian dan kesimpulan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa makna diri diperoleh melalui interpretasi dan persepsi secara subjektif dalam interaksi yang dilakukan oleh konselor adiksi narkoba dalam melakukan konseling kepada klien oknum. Diperoleh memaknai diri menjadi konselor adiksi narkoba adalah sebagai sebuah profesi, ketertarikan menjadi konselor adiksi narkoba serta hikmah menjadi konselor adiksi narkoba. Makna konseling bagi konselor diperoleh melalui pengalaman melakukan konseling kepada klien oknum yang siap direhab dan kepada klien oknum yang tidak siap direhab. Pengalaman komunikasi yang bersifat positif dan negatif diperoleh dari interaksi dengan klien oknum selama direhab. Pengalaman melakukan konseling pertama kali terhadap klien serta menghadapi klien oknum yang tidak mau direhab. Ditemukan juga bahwa saat konselor melakukan konseling kepada klien oknum menggunakan intuisi profesionalitas konselor.Item Komunikasi Hizbut Tahrir (Studi Fenomenologi Tentang Konsep Diri, Makna dan Pola Komunikasi Aktivis Hizbut Tahrir di Pekanbaru)(2016-11-01) MUHAMMAD FIRDAUS; Engkus Kuswarno; Atwar BajariHizbut Tahrir sebagai kelompok gerakan perubahan memiliki konsep ideologi yang senantiasa diperjuangkan dalam kehidupan masyarakat. Agenda perjuangan politik aktivis Hizbut Tahrir adalah tegaknya daulah khilafah Islamiyah. Dengan tegaknya daulah khilafah Islamiyah sehingga bisa diterapkannya syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan masyarakat dan negara. Hizbut Tahrir mengidentifikasi dirinya sebagai gerakan partai politik Islam non Parlemen yang memiliki jaringan luas dengan keberadaannya di berbagai negara. Pemikiran Hizbut Tahrir anti demokrasi yang bergerak di luar sistem politik yang berlaku secara umum. Penelitian dengan judul Komunikasi Hizbut Tahrir (Studi Fenomenologi tentang Konsep Diri, Makna dan Pola Komunikasi aktivis Hizbut Tahrir di Pekanbaru) bertujuan untuk mengetahui konsep diri baik secara fisik, psikis dan sosial dari aktivis Hizbut Tahrir sebagai anggota gerakan perubahan dan mengetahui konstruksi makna ideologi khilfah dan ideologi politik Hizbut Tahrir. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan oleh aktivis Hizbut Tahrir dalam mengembangkan ajarannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis studi fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah aktivis Hizbut Tahrir Pekanbaru. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta. Data penunjang penelitian diperoleh melalui studi literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik konsep diri aktivis Hizbut Tahrir Pekanbaru menggunakan jenggot bagi laki-laki dan pakaian berdasarkan syariat Islam (syar’i) bagi perempuan. Secara psikis, hampir semua pelaku penelitian merasa tenang, bahagia dan bersyukur masuk Hizbut Tahrir hanya satu orang yang merasa cemas. Secara sosial bahwa pelaku penelitian melakukan interaksi yang baik dengan kalangan sesama aktivis maupun non aktivis Hizbut Tahrir. Makna ideologi khilafah dikonstrusikan oleh aktivis terdiri dari enam makna dan makna politik juga dikonstruksikan oleh aktivis terdiri dari enam makna. Pola komunikasi yang dikembangkan oleh aktivis Hizbut Tahrir terdiri dari empat pola komunikasi. Pertama, komunikasi mushrif dengan calon darish disebut dengan halaqah umum. Kedua, komunikasi mushrif dengan darish disebut dengan halaqah murakazah. Ketiga, komunikasi darish dengan keluarga inti dan keempat, komunikasi darish dengan keluarga besar.Item KAMPANYE DALAM PILKADA(2017-02-25) FATMAWATI; Soleh Soemirat; Anter VenusDisertasi ini bermula dari ketertarikan peneliti terhadap Pilkada Jawa Timur. Pilkada Jatim menjadi Pilkada yang memiliki beragam keunikan, baik dari sisi kampanye politik yang dilakukan oleh pasangan kandidat dan tim suksesnya maupun dari sisi persaingan diantara pada kandidatnya. Disertasi ini mengeksplorasi pengalaman subyektif pasangan Soekarwo – Saifullah Yusuf dan Tim Suksesnya dalam melakukan kampanye politik pada Pilkada Jatim tahun 2013. Sebagai Incumbent, pasangan ini berlaga kembali untuk memperebutkan kursi kekuasaan. Khofifah juga tampil kembali menjadi pesaing terkuat KarSa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian dipilih dengan metode purposive. Data dianalisis menggunakan teknik analisis fenomenologi dengan menemukan tema-tema penting dan membuat model-model dari hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan informan terhadap kampanye politik adalah sebuah proses politik. Pemaknaan KarSa dan Tim sukses terhadap khalayak pemilihnya adalah relasi dialektis antara informan dengan kondisi Sosial budaya yang melatarbelakangi khalayak pemilihnya. Pengalaman kampanye politik KarSa adalah model kampanye komprehensif dan transaksional. Strategi kampanye politik adalah model sustainable terhadap empat elemen, yakni strategi jejaring, strategi pengemasan pesan, strategi optimalisasi program dan strategi media. Strategi tersebut merupakan strategi keberlanjutan posisi KarSa sebagai incumbent. Dalam Konteks Dramaturgi, Peneliti menemukan dua jenis panggung drama dalam kampanye politik KarSa, yakni panggung depan (front stage), Panggung belakang (back stage).Item KOMUNIKASI KRISIS DALAM KONFLIK INTERNAL (Studi Kasus Interpretif Komunikasi Krisis Di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat)(2017-04-02) DIAN PURWORINI; Engkus Kuswarno; Agus RahmatKOMUNIKASI KRISIS DALAM KONFLIK INTERNAL (Studi Kasus Interpretif Komunikasi Krisis di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat) Berbagai penelitian menunjukkan jika komunikasi krisis dengan perspektif Asia semakin dibutuhkan di tengah dominasi perspektif Barat. Hal ini juga disebabkan karena minimnya isu budaya dalam pembahasan kajian komunikasi krisis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengeskplorasi komunikasi krisis yang dilakukan oleh Karaton Surakarta Hadiningrat dan stakeholdernya ketika krisis terjadi di karaton Surakarta. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk menjelaskan peran budaya dalam komunikasi krisis. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksploratif. Penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal, yaitu hanya fokus pada satu kasus yaitu krisis yang berlangsung di karaton Surakarta. Data diambil dengan wawancara mendalam, observasi partisipatif dan dengan didukung oleh jurnal, buku-buku referensi serta situs di internet. Adapun informan dipilih dengan “snowballing”. Sesuai dengan kebutuhan data, maka terkumpul 14 informan dari kalangan keluarga karaton Surakarta, abdi dalem dan jurnalis media. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan “pattern matching”. Dalam penelitian ini, krisis yang terjadi disebabkan karena konflik berkelanjutan yang tidak mampu diselesaikan dan justru memicu munculnya konflik baru. Komunikasi yang terjadi selama krisis berlangsung belum mampu merespon krisis secara positif. Hasil penelitian juga menunjukkan jika tipe komunikasi krisis yang dilakukan antar pihak yang berkonflik dan dengan stakeholder memiliki perbedaan. Temuan lain yaitu bahwa budaya adat KKSH belum banyak dimanfaatkan dalam implementasi komunikasi krisis. Budaya adat justru kadang menjadi penghambat dalam komunikasi. Kehadiran model komunikasi berbasis budaya memberikan gambaran bagaimana budaya, komunikasi krisis, sensemaking, konstruksi sosial dan citra menjadi bagian yang saling berkaitan dalam komunikasi krisis.