Ilmu Pertanian (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Pertanian (S3) by Author "Achmad Rizal"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item KAJIAN KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) UNTUK PENGEMBANGAN URBAN FARMING PERIKANAN DI WILAYAH JABODETABEK(2024-01-12) HARYANTI; Iskandar; Achmad RizalKajian Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk Pengembangan Urban Farming Perikanan di Wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi) dilakukan selama kurang lebih 6 bulan (September 2021-Februari 2022) dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis kualifikasi sumberdaya manusia (SDM) yang terlibat dalam pengembangan urban farming perikanan di Wilayah Jabodetabek, mengkaji dan menganalisis kinerja berbagai jenis urban farming perikanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangannya, mengkaji dan menganalisis manfaat urban farming perikanan dalam memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi masyarakat perkotaan di Wilayah Jabodetabek dalam masa pandemi atau pasca pandemi Covid 19. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian Riset I tentang Kajian Kualifikasi Sumberdaya Manusia (SDM) Urban Farming Perikanan di Wilayah Jabodetabek, diketahui bahwa pelaku urban farming perikanan memiliki latar belakang pendidikan formal mulai dari SD sampai dengan Diploma (S0) hingga Sarjana (S1) dan tidak memiliki latar belakang keilmuan bidang perikanan. Pelaku urban farming perikanan baik ikan konsumsi (IK) maupun ikan hias (IH) didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan SLA dengan kisaran umur 28-60 tahun. Produktivitas Urban Farming Perikanan ikan konsumsi (IK) dipengaruhi Pendidikan Formal (PF) dan sebaliknya untuk ikan hias (IH). Kemampuan SDM untuk pengembangan Urban Farming Perikanan dapat diperoleh melalui Pendidikan Informal (PI) dan Pengalaman (P). Training Need Analysis (TNA) dapat diterapkan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan para anggotanya Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) untuk mengurangi gap atau kesenjangan pengetahuan yang dimiliki anggota. Berdasarkan hasil penelitian Riset II tentang Kinerja Urban Farming Perikanan di Wilayah Jabodetabek, model usaha urban farming perikanan telah menghasilkan pendapatan bersih yang cukup baik, baik per siklus maupun per unit produksi, dan bervariasi sesuai dengan model usahanya. Untuk model usaha ikan konsumsi (IK), pendapatan bersih perbulan terbesar diperoleh pada model usaha urban farming perikanan Pembesaran Ikan Lele dengan dengan media Kolam Plastik (IK-2), model usaha pembesaran Ikan Nila dengan media Kolam Plastik (IK-3), model usaha Pembesaran Ikan Lele menggunakan Tong Plastik (IK-4), Pembenihan Ikan Lele di Kolam Tanah (IK-5), Pembenihan Ikan Patin di Kolam Beton (IK-6) dan Pembesara Ikan Lele dalam Ember (IK-1). Untuk model usaha ikan hias (IH), hampir semua model usaha menunjukkan pendapatan bersih yang lebih baik dibandingkan dengan model usaha ikan konsumsi (IK). Pendapatan bersih tertinggi diperoleh dari usaha ikan hias Manfish (IH-1), diikuti oleh usaha ikan Goldfish (IH-2), Guppy (IH-4), Cupang (IH-5) dan Platis (IH-3). Usaha urban farming perikanan untuk semua model, baik untuk usaha ikan konsumsi (IK) maupun ikan hias (IH), telah memberikan keuntungan bulanan kepada para pelaku usaha urban farming perikanan dan keuntungan terbesar diperoleh dari usaha ikan hias (IH). Urban farming perikanan ikan konsumsi (IK) bisa diandalkan untuk memperkuat ketahanan pangan dan urban farming perikanan ikan hias (IH) untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan kapasitas produksinya melalui penambahan unit produksi 5-10 unit. Hasil Riset III tentang Urban Farming Perikanan Sebagai Alternatif Usaha Untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Ekonomi di wilayah Jabodetabek telah menunjukkan bahwa urban farming perikanan baik ikan konsumsi (IK) maupun ikan hias (IH) dapat dikembangkan sebagai asalah satu alternatif usaha untuk memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat perkotaan. Urban farming perikanan di wilayah Jabodetabek telah memberikan manfaat kepada masyarakatnya dalam memperoleh pendapatan tambahan baik pada masa krisis ekonomi seperti pandemi Covid 19, maupun setelahnnya. Untuk itu diharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan pengembangannya dengan memberikan fasilitas pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia (SDM), bimbingan teknis dan organisasi, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemberian akses terhadap pendanaan atau permodalan untuk pengembangan usahanya.Item MODEL PENGELOLAAN SUMBERDAYA GLASS EEL (Anguilla bicolor bicolor Mc.Clelland,1844) BERKELANJUTAN DI SUKABUMI, JAWA BARAT INDONESIA(2015) INE MAULINA; Achmad Rizal; JuniantoDinamika dari sumber daya glass eel pada dasarnya dapat digambarkan dari hasil tangkapan yang berubah-ubah sebagai fungsi dari input produksi dan output yang dihasikan sebagai proses dari usaha penangkapan ikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran model pengelolaan sumberdaya glass eel (Anguilla bicolor bicolor) berkelanjutan yang sampai sekarang belum tersentuh kebijakan yang komperehensif menyangkut parameter biologi sumber daya ikan sidat dan kegiatan ekonomi dari pemanfaatannya. Tujuan khusus penelitian ini adalah menilai indeks dan status keberlanjutan ketersediaan glass eel di Sukabumi Jawa barat melalui pendekatan Rapfish serta mengidentifikasi atribut sensitif yang berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan pada masing-masing dimensi melalui leverage analysis, serta analisis prospektif untuk menentukan peubah dominan yang sangat berpengaruh terhadap sistem ketersediaan glass eel. Menganalisis nilai hasil tangkapan aktual, optimal (MEY), lestari (MSY) dan rente sumberdaya perikanan pada pemanfaatan sumber daya glass eel di perairan pesisir Sukabumi, dengan menggunakan model bioekonomi Copes dan dampak kesejahteraan bagi nelayan. Menganalisis model distribusi rantai pasokan, margin keuntungan dan nilai tambah serta merumuskan instrumen kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan glass eel berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan indept interview. Alat analisis yang dipakai adalah pendekatan teknik RAPFISH, model bioekonomi Gordon – Shaefer dan bioekonomi Copes, Analisis Regresi dan analisis margin dan nilai tambah pemasaran. Serta analisis instrument kebijakan menggunakan Data Envelopment Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Status perikanan sidat di pesisir Kabupaten Sukabumi berdasarkan kondisi eksisting diperoleh nilai indeks keberlanjutan perikanan (IKP) sebesar 46,96 % termasuk dalam status kurang berkelanjutan “Less Sustainable” selang nilai 25,01-50. Analisis Rapfish terhadap keberlanjutan sumberdaya glass eel dengan parameter perbedaan zonasi daerah penangkapan. Menunjukkan nilai indeks tertinggi pada zonasi B yaitu daerah penangkapan di muara Sungai Cimandiri. Pengevaluasian terhadap status keberlanjutan pengelolaan perikanan sidat dengan pandangan yang komprehensif yaitu mencakup kelima dimensi yaitu; dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan etik. Peningkatan status keberlanjutan dari kurang berlanjut kearah status berlanjut dapat melalui beberapa arahan kebijakan yang sesuai dengan perbaikan dari atribut yang memiliki daya ungkit tinggi. Pemanfaatan sumberdaya glass eel dengan hasil tangkapan aktual rata-rata berdasarkan data asli maupun data terkoreksi (138965 trip) belum melewati tingkat upaya pada kondisi MSY, Kebijakan rezim pengelolaan berkelanjutan melalui implementasi MEY akan menghasilkan surplus pemerintah sebesar Rp 2.063.560.160,- per tahun, dengan harga glass eel rata-rata Rp, 874.718,871 per kg. Salah satu upaya regulasi adalah diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2009 yang melarang ekspor ikan sidat ukuran di bawah 100 g dan atau berdiameter 2,5 cm. Secara tidak langsung membuka peluang usaha baru dan kesempatan kerja di sektor perikanan melalui sistem budidaya yang memiliki nilai tambah 112,3 persen pada peningkatan ukuran pemasaran benih sidat. Rata-rata skor CU selama periode 2004-2018 adalah 0,88 yang mengindikasikan bahwa selama periode tersebut perikanan beroperasi 88 % dari kapasitas optimal. Upaya menjaga kelestarian ikan sidat adalah adanya kesepahaman dan perhatian secara lintas sektoral. Pengelolaan sumber daya alam yang diusulkan pada perikanan tangkap glass eel ini adalah Community Based Fisheries Management atau pengelolaan berbasiskan masyarakat.