Ilmu Pertanian (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Pertanian (S3) by Author "Agung Karuniawan"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item KARAKTERISTIK KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG KOMPOSIT (BONGGOL PISANG, UBI JALAR, KEDELAI HITAM) SERTA APLIKASINYA PADA BISKUIT SINBIOTIK(2017-10-17) SUMANTI DEBBY MOODY; Agung Karuniawan; Imas Siti SetiasihBiskuit sinbiotik ini adalah pangan fungsional yang mengandung frukto-oligosakarida dan inulin (prebiotik) serta Lactobacillus acidophilus (probiotik). Biskuit sinbiotik berbahan baku tepung komposit dari bonggol pisang batu, ubi jalar dan kedelai hitam dengan komposisi 45,8%, 37,5%, 16,7%. Ke dalam adonan biskuit ditambahkan mikrokapsul bakteri L. acidophilus dengan konsentrasi 10 – 20%. Tujuan penelitian : (1) Menentukan karakteristik kimia dan fungsional tepung komposit menurut standar SNI, (2) Menentukan pengaruh penambahan konsentrasi mikrokapsul bakteri L. acidophillus terhadap jumlah bakteri probiotik dalam biskuit sinbiotik menurut standar FAO dan karakteristik sensorinya, sehingga berguna untuk kesehatan masyarakat. (3) Mencari hubungan jumlah dan frekuensi pemberian biskuit sinbiotik terhadap jumlah bakteri probiotik dan penurunan jumlah bakteri patogen dalam feses serta jumlah leukosit dalam darah tikus percobaan yang dinfeksikan bakteri Salmonella typhi . Hasil penelitian menunjukkan: (1) Tepung komposit dapat diaplikasikan pada pembuatan biskuit sinbiotik. Karakteristik kimia (kadar air dan protein) dari tepung tersebut sesuai SNI 01-3751-2006 serta mengandung komponen bioaktif yaitu: fenol 14,58 g/100g, tanin 1,64 g/100g, frukto-oligosakarida 57,38 g/100g, inulin 59,47 g/100g, serat pangan 12,12 g/100 g dan isoflavon 171,35 mg/100g. (2) Mikrokapsul L. acidophilus sebanyak 15% (b/b) menghasilkan biskuit sinbiotik yang mengandung jumlah bakteri probiotik L. acidophilus 10,5 Log CFU g-1 sesuai standar FAO (bakteri probiotik minimal 7 Log CFU g-1). Karakteristik kimia biskuit sinbiotik (kadar air dan protein) sudah sesuai standar SNI No. 01-2973-1992, dan biskuit sinbiotik tersebut disukai (nilai tingkat kesukaan 4,0). (3) Pemberian biskuit sinbiotik sebanyak 5 g selama 12 jam sekali dalam kurun waktu 8 hari mampu mempertahankan jumlah bakteri probiotik L. acidophilus di usus tikus sebesar 10,1 Log CFU g-1 dan dapat menurunkan jumlah bakteri S. typhi pasca infeksi sampai 4,9 Log CFU g-1. Jumlah leukosit dalam darah tikus masih berada pada batas normal yaitu 10560 sel/µl.Item Keragaman Genetik, Aksi Gen dan Adaptabilitas Varietas Ubi Jalar Unggul Unpad di Jawa Barat(2019-01-22) YOHANIS AMOS MUSTAMU; Agung Karuniawan; HersantiYohanis Amos Mustamu. Keragaman Genetik, Aksi Gen dan Adaptabilitas Varietas Ubi Jalar Unggul Unpad di Jawa Barat. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati ubi jalar yang tinggi dan tersebar hampir diseluruh daerah. Penelitian memiliki tujuan menduga keragaman genetik diantara beberapa plasma nutfah ubi jalar di Indonesia, menduga potensi hasil beberapa plasma nutfah ubi jalar di Indonesia, menduga keragaman genotipe F1 ubi jalar, menduga potensi hasil genotipe F1 ubi jalar ubi jalar di Indonesia, menduga aksi gen 150 genotipe F1 ubi jalar di tiga lokasi, menduga pengaruh langsung dan tidak langsung karakter agronomi 150 genotipe F1 ubi jalar dan menduga genotip ubi jalar yang memiliki stabilitas hasil tinggi dan beradaptasi luas atau beradaptasi spesifik wilayah. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yang mencakup keragaman genetik 116 plasma nutfah, keragaman genetik dan aksi gen 157 genotipe F1 dan adaptasi dan stabilitas 16 genotipe unggul Unpad pada tahun 2015 sampai 2017. Beberapa variabel yang diamati adalah diameter ubi (cm), panjang ubi (cm), jumlah ubi per tanaman, bobot basah ubi (kg), bobot ubi per tanaman (kg), jumlah umbi ekonomis, bobot umbi ekonomis (kg), kadar kemanisan (ºbrix) dan spesifik gravity. Analisis data meliputi analisis ragam, uji LSI, PCA, analisis klaster, analisis korelasi dan sidik lintas, aksi gen, biplot, analisis ragam gabungan dan AMMI. Terdapat keragaman genetik pada 116 genotipe plasma nutfah dan 150 F1 ubi jalar pada Kabupaten Sumedang, Bandung dan Karawang. Tiga genotipe lebih baik dibandingkan pembanding pada karakter jumlah ubi total dan spesifik gravity pada lahan Bandung dan Karawang. Terdapat keragaman pada 157 genotipe F1 yang diuji di Sumedang, Bandung dan Karawang. Lima belas genotipe lebih baik dari pembanding untuk karakter diameter ubi di Sumedang. Sembilan genotipe lebih baik dibandingkan pembanding pada karakter diameter ubi dan 4 genotipe pada panjang ubi di Bandung. Lima genotipe lebih baik dari pembanding pada karakter Jumlah Ubi Ekonomi. Sebagian karakter dikendalikan oleh banyak gen dan sedikit gen. Jumlah ubi per tanaman berkorelasi positif nyata dan pengaruh langsung yang kuat terhadap hasil di Sumedang, Bandung dan Karawang. Genotipe Beniazuma, Awachy 1, Awachy 4 dan Nyai stabil pada tiga lingkungan berdasarkan karakter jumlah ubi per tanaman. Genotipe Ayamurasaki, Narutokinotoki, Awachy2, Biang dan Mojang, AC-putih dan Mojang, Awachy1, Biang dan 80(109), 54(160), Ayamurasaki dan Nyai, Narutokinotoki, Genotipe Awachy2, 15(112) dan Nyai stabil pada tiga lingkungan berdasarkan karakter bobot ubi per petak, bobot ubi per tanaman, jumlah ubi per petak, jumlah ubi ekonomi, bobot ubi ekonomi, diameter ubi dan panjang ubi. Hasil penelitian ini berguna untuk melengkapi kebutuhan pangan nasional.Item PERFORMA KLON UNGGUL BARU UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN DAN PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL(2023-04-13) MURGAYANTI; R. Ukun M.S. Soedjana Atmadja; Agung KaruniawanABSTRAK Ubi jalar adalah salah satu komoditas pangan potensial karena mengandung karbohidrat, vitamin, mineral dan protein yang tinggi serta menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh klon ubi yang memiliki performa terbaik dengan perlakuan interval pemberian air dan konsentrasi Paclobutrazol yang tepat untuk menunjang pertumbuhan dan hasil ubi jalar. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Ciparanje dan Arjasari Universitas Padjadjaran. Penelitian terdiri dari 3 percobaan, yaitu percobaan 1 menguji pertumbuhan dan hasil empat klon ubi jalar (Awachy, Nyai, Mojang, Biang) dan pada dua lokasi, percobaan 2(a) menguji interval pemberian air pada dua klon terbaik dari hasil percobaan 1 dan percobaan 2(b) menguji pengaruh konsentrasi Paclobutrazol pada dua klon terbaik yang diperoleh pada hasil percobaan 1. Hasil dari penelitian menunjukkan: (1) (Seleksi performa klon ubi jalar harus dilakukan pada wilayah yang spesifik lokasi. Pada lokasi Arjasari dan Ciparanje, jumlah ubi per tanaman dan bobot basah ubi terbesar diperoleh pada klon Biang. 2) Interval pemberian air 3 hari masih mampu menghasilkan pertumbuhan ubi jalar yang baik yang terlihat dari nilai panjang sulur, panjang ruas, jumlah daun dan luas daun yang lebih besar dari perlakuan lain. Hasil ubi dengan bobot kering, diameter ubi, serta kadar gula dan karbohidrat yang tertinggi juga diperoleh pada interval pemberian air 3 hari. (3) Aplikasi Paclobutrazol meningkatkan pertumbuhan klon Awachy pada beberapa parameter pertumbuhan seperti panjang sulur, panjang ruas, dan luas daun dengan dosis 100 ppm. Pemberian Paclobutrazol cenderung meningkatkan komponen hasil klon Biang. Kata kunci : ubi jalar, performa, klon, interval air, paclobutrazol.