Browsing by Author "PRATIWI"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Pada Fermentasi Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Tipe Forastero(2016-03-10) PRATIWI; Indira Lanti Kayaputri; Sumanti Debby MoodyABSTRAK Fermentasi biji kakao di pabrik perkebunan kakao di Jawa Barat berlangsung secara spontan selama 4 hari sehingga kualitas hasil produknya tidak dapat dikontrol. Salah satu mikroorganisme yang tumbuh dominan dalam fermentasi biji kakao adalah bakteri asam laktat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui peran dari mikroorganisme selama fermentasi biji kakao, diantaranya berperan dalam proses pembentukan warna, aroma dan rasa secara enzimatis di dalam biji serta mempunyai efek pengawetan. Informasi mengenai jenis bakteri asam laktat yang terlibat selama proses fermentasi dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kualitas biji kakao. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan jenis bakteri asam laktat selama proses fermentasi biji kakao. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif pada tahap isolasi dan pengamatan sifat morfologi koloni yang kemudian diidentifikasi dengan skema klasifikasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology dilanjutkan dengan Analytical Profile Index (API) Test Kit ; serta analisis model regresi untuk perubahan suhu, kelembaban, dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri asam laktat tertinggi selama proses fermentasi diawali saat hari kedua fermentasi (48 jam) sebesar 9,15 log cfu/g. Terdapat lima isolat bakteri asam laktat yang telah teridentifikasi dalam biji kakao selama 4 hari fermentasi yaitu Lactobacillus plantarum, Lactobacillus paracasei sub Sp. paracasei 1, Lactobacillus curvatus, Lactobacillus paracasei sub Sp. paracasei 3, dan Lactobacillus rhamnosus. Lama fermentasi akan meningkatkan suhu dan derajat keasaman (pH) serta menurunkan kelembaban. Kata kunci : biji kakao, fermentasi, isolasi, identifikasi bakteri asam laktatItem Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan terhadap Niat Beli Obat di Depo Farmasi Anggrek RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2012) PRATIWI; Emma Surahman; Ahmad MuhtadiABSTRAK Kualitas pelayanan adalah evaluasi terpusat yang mencerminkan kesadaran pelanggan pada suatu produk atau jasa yang meliputi lima aspek yaitu: bukti langsung, empati, daya tanggap, kehandalan, dan jaminan. Berdasarkan laporan bulanan Instalasi Farmasi hanya sekitar 30% pasien yang membeli obat di Depo Farmasi Anggrek dari pasien yang berkunjung ke Poli Spesialis Anggrek RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan terhadap niat beli pelanggan di depo farmasi Anggrek RSHS. Metode yang digunakan adalah metode survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.Sampel yang digunakan 200 pasien Poliklinik Spesialis Anggrek di RSHS, terdiri dari 104 pelanggan lebih dari satu kali kunjungan dan 96 pelanggan yang satu kali kunjungan ke Poliklinik Spesialis Anggrek. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan aplikasi Smart PLS V 2.0. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pelanggan (p0,05 dan α=0,05), artinya pelanggan pada saat berniat membeli obat di Depo Farmasi Anggrek mencari informasi dan menilai tentang kualitas pelayanan ditempat tersebut, ternyata hasil evaluasinya tidak mempengaruhi keputusan pelanggan terhadap niat beli obat. Kualitas pelayanan yang mempengaruhi pelanggan sehingga pelanggan tidak berniat membeli obat di depo farmasi Anggrek yaitu tidak ada konseling untuk pasien, waktu tunggu yang lama.,kebutuhan akan ruang konseling khusus, ruang tunggu kurang yang luas dan ketidaklengkapan obat. Kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan pelanggan yang kemudian mempengaruhi niat beli pelanggan, sedangkan kualitas pelayanan tidak mempengaruhi secara langsung terhadap niat beli di Depo Farmasi Anggrek.Item Pengendalian Usaha Pertambangan di Kabupaten Bandung Barat(2022-01-25) PRATIWI; Rita Myrna; Sawitri Budi UtamiPenelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pengambilan bahan galian tambang yang dilakukan di Kawasan lindung dan jumlah izin untuk Kawasan tersebut semakin bertambah setiap tahunnya. Selain itu masih banyaknya tambang illegal yang masih saja beroperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengendalian usaha pertambangan di Kabupaten Bandung barat dilaksanakan. Penulis melakukan analisis menggunakan teori pengendalian dari Gareth R. Jones dan Jennifer M. George, yang mengemukakan terdapat empat langkah pengendalian yaitu Establish thes tandars of performance, goals, or targets against which performance is to be evaluated, Measure actual performance, Compare actual performance against chosen standards of performance, Evaluate the result and initiate corrective action if the standars is not being achieved. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami, menganalisis, dan menjelaskan langkah pengendalian usaha Pertambangan di Kabupaten Bandung Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumen. Dan untuk memvalidasi data penulis menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengendalian usaha pertambangan di Kabupaten Bandung Barat belum berjalan dengan efektif dan efisien. Hal tersebut dilihat dari pemeriksaan lapangan yang belum dilakukan terhadap seluruh perusahaan tambang, dikarenakan masih kurangnya anggaran dan sumber daya manusia sehingga belum seluruh perusahaan tambang yang memiliki izin dapat dilakukan pemeriksaan, hal tersebut menyebabkan masih adanya perusahaan yang belum tertib administrasi dan teknis. Selanjutnya pada dimensi membandingkan standar dengan kinerja masih terdapat pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan standar yang ada. Kemudian dalam melakukan penindakan apabila terdapat pelanggaran hanya dilakukan sebatas sebatas membina, mengarahkan dan memberi informasi, serta melakukan pencabutan izin dan penutupan lokasi tambang untuk sementara. Belum adanya tindakan secara tegas seperti pemberian denda untuk memberikan efek jera kepada para pelaku usaha pertambangan, sehingga masih banyak pelaku usaha pertambangan yang melakukan pelanggaran.