Ekonomi Terapan (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ekonomi Terapan (S2) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 292
Results Per Page
Sort Options
Item Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Berkelajutan di Perairan Wini Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Berbasis Pendekatan Bioekonomi(2012) MARIA YANTI AKOIT; Wawan Hermawan; YayanDalam penelitian pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di perairan Wini Kecamatan Insana Utara ini bertujuan untuk mengetahui optimal effort (E*), optimal yield (Y*) dan manfaat ekonomi lestari ( menggunakan metode dekriptif analisis dengan teknik dan analisis kuantitatif melalui pendekatan bioekonomi. Data time seris yang digunakan adalah hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan Insana Utara dengan menggunakan alat tangkap payang, jaring insang, bagan dan pancing tonda dari tahun 2002 sampai tahun 2012. Hasil estimasi parameter biologi menggunakan model Schaefer teknik CYP (Clark, Yoshimoto dan Pooley) diperoleh produksi lestari sebesar 12574,12 ton, sebesar 3550 trip dan sebesar Rp.277.285123.112,39. Koefisien pertumbuhan alami ikan (r) sebesar 0,134, koefisien daya tangkap sebesar (q) 0,0001543 ton dan koefisien daya dukung (k) sebesar 2.462.076,68 ton. Hasil estimasi bioekonomi Gordon-Schaefer diperoleh manfaat ekonomi lestari pada kondisi MEY sebesar 12566,46 ton, sebesar 3458,48 trip dan sebesar Rp.277.479.066.346,59. Analisis keseimbangan bioekonomi berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil yang berdasarkan perhitungan nilai MEY, diperoleh biomas sebesar 1.231.608,89 ton dengan tingkat produksi (optimal yield) sebesar 82.479,55 ton. Produksi ini dihasilkan melalui upaya optimal (optimal effort) 436,56 trip/tahun. Perhitungan berdasarkan MSY diperoleh biomas sebesar 1.231.083,34 ton dan optimal yield sebesar 82.479,57 ton dengan optimal effort 436,77 trip/tahun. Pada rezim open acces (OA) diperoleh biomas sebesar 1.141,10 ton, optimal yield sebesar 152,84 ton, optimal effort 873,13 trip/tahun dan tingkat keuntungan yang diperoleh = 0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan wini Kecamatan Insana Utara secara biologi dalam kondisi underfishing dan secara ekonomi dalam kondisi underexploited.Item Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Expected Return Sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia(2013-10-19) HERDIANSYAH GUSTIRA PRAMUDIA SURYONO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental (book to market ratio, cash flow yield, size dan earnings yield) terhadap expected return sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2006-2011. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam sektor Otomotif dan Komponen dengan menggunakan metode panel data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental (book to market ratio, cash flow yield, size dan earnings yield) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap expected return sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia. Dari empat faktor fundamental yang diteliti diperoleh bahwa variabel book to market ratio, size dan earnings yield yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap expected return. Kata kunci : book to market ratio, cash flow yield, size, earnings yield dan expected return.Item Analisis Struktur Faktor Produksi pada Perdagangan Indonesia-Australia Periode 2000-2009(2013-12-20) BERLIAN SITORUS SSI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerbedaan struktur capital dan labor antara Indonesia dan Australia merupakan studi kasus yang baik untuk menguji model Heckscher-Ohlin-Vanek (HOV) yang terkait dengan perbedaan endowments faktor pada perdagangan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi intensitas faktor produksi pada perdagangan Indonesia-Australia periode 2000-2009 berdasarkan persyaratan Leamer (1980). Model penelitian mengacu pada definisi factor content perdagangan dari Trefler & Zhu (2010) berdasarkan data World Input-Output Database (WIOD) yang diuji dengan asumsi teknologi sama dan pada saat teknologi berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa asumsi teknologi sama memberikan hasil yang tidak memuaskan dibandingkan dengan teknologi berbeda, karena teknologi yang sama akan menyebabkan tabel WIOT menjadi tidak seimbang sehingga tidak menggambarkan perekonomian secara benar untuk menghasilkan perhitungan yang benar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia adalah value added capital intensive dan Australia adalah value added labor intensive karena pada perdagangan bilateral kedua negara, net capital trade Indonesia positif dan net labor trade-nya negatif.Item Alokasi Dana Perimbangan Desa, Dampaknya Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Bandung(2014-01-17) ADRIAN PUSPAWIJAYA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh timbal balik antara Alokasi Dana Perimbangan Desa (ADPD) dengan tingkat kemiskinan dan variabel lainnya yang mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, kepadatan penduduk dan PDRB per kapita serta partisipasi masyarakat di Kabupaten Bandung. Data yang digunakan adalah data sekunder dari 30 kecamatan selama Tahun 2007 – 2010. Data ini kemudian dianalisis dengan dengan metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan model persamaan simultan dan data panel. Teknik analitis menggunakan metode Two Stage Least Squares (TSLS) Fixed Effect Model dengan Panel Corrected Standar Error (PCSE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan dipengaruhi signifikan secara negatif oleh ADPD, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan selama Tahun 2007 sampai 2010. Model ADPD dipengaruhi signifikan secara positif oleh partisipasi masyarakat namun tidak signifikan oleh tingkat kemiskinan, pendidikan dan kesehatan.Item Konsumsi Rokok Kepala Rumah Tangga dan Kebutuhan Dasar Rumah Tangga Miskin Di Indonesia(2014-01-20) NUGRAHANA FITRIA RUHYANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenIndonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Konsumsi rokok memiliki potensi menjebak orang miskin dalam lingkaran setan kemiskinan dan kesehatan yang buruk. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengeluaran rumah tangga miskin masih menempatkan rokok sebagai porsi pengeluaran pangan terbesar setelah padi-padian. Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi kajian tentang fenomena kemiskinan, khususnya dikaitkan dengan perilaku merokok kepala rumah tangga dan dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga. Data diperoleh dari Indonesian Family Live Surveys tahun 2007 (IFLS4). Observasi dilakukan pada 3.371 rumah tangga dengan pengeluaran per kapita per hari kurang dari PPP US$ 2. Tabulasi silang dan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mengestimasi perbedaan konsumsi rumah tangga miskin berdasarkan status merokok kepala rumah tangga. Variabel terikat terdiri dari pengeluaran rumah tangga per kapita untuk pangan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan serta total pengeluaran per kapita yang sudah dikurangi dengan pengeluaran tembakau per kapita. Adapun variabel bebas yang menjadi fokus penelitian ini adalah status merokok kepala rumah tangga yang dibedakan berdasarkan jenis konsumsi rokok, terdiri dari rokok linting, rokok kretek, rokok putih, dan kombinasi dari ketiga jenis rokok. Umur, pendidikan, gender dan status perkawinan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang berusia di bawah 18 tahun dan di atas 65 tahun, serta lokasi/domisili rumah tangga merupakan variabel kontrol yang penting dan dianggap dapat menjelaskan pola pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan data IFLS tahun 2007 dan garis kemiskinan Bank Dunia sebesar PPP US$ 2, sebanyak 63% kepala rumah tangga yang tergolong miskin merupakan perokok. Rokok kretek merupakan jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi, diikuti dengan rokok linting dan rokok putih, bahkan sebagian kepala rumah tangga mengkonsumsi lebih dari satu jenis rokok. Prevalensi merokok masih lebih tinggi pada kepala rumah tangga dengan gender laki-laki, usia produktif, tingkat pendidikan sekolah dasar, menikah, dan tinggal di perdesaan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa konsumsi rokok kepala rumah tangga berhubungan dengan taraf hidup yang lebih rendah diantara rumah tangga miskin di Indonesia. Terdapat perbedaan total pengeluaran rumah tangga per kapita pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perokok, apapun jenis rokoknya, dibandingkan dengan kepala rumah tangga yang bukan perokok setelah dikontrol dengan variabel penjelas yang juga memiliki hubungan kuat dengan pengeluaran rumah tangga, yaitu karakteristik kepala rumah tangga (meliputi umur, tingkat pendidikan, gender, dan status perkawinan), ukuran dan komposisi anggota rumah tangga, serta domisili rumah tangga.Item Penerimaan Pendapatan Sektor Pariwisata di Provinsi Jawa Barat(2014-01-20) ARISTO GUMANTI ARDAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKepariwisataan merupakan sektor potensial yang dapat memberikan konstribusi untuk menggerakan industri pariwisata sehingga bisa meningkatkan pendapatan pemerintah dan masyarakat serta menyerap lapangan kerja. Idealnya, pariwisata hendaknya dikembangkan sesuai dengan daerah tujuan wisatanya dengan memperhatikan tingkatan budaya, sejarah dan ekonomi dari daerah tujuan wisata. Penelitian ini meneliti penerimaan pariwisata pada 20 (dua puluh) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat selama periode 2006 – 2011. Metode penelitian menggunakan data panel dengan model Fixed Effect dan menggunakan variabel jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah usaha perjalanan wisata, rata-rata lama tinggal wisatawan, dan jumlah objek wisata sebagai variabel independennya dan penerimaan pariwisata sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian, secara serempak variabel jumlah wisatawan yang berkunjung baik nusantara dan mancanegara, jumlah usaha perjalanan wisata, rata-rata lama tinggal wisatawan baik nusantara dan mancanegara, dan jumlah objek wisata mempengaruhi secara signifikan penerimaan pariwisata.Item Kerentanan Rumah Tangga terhadap Kemiskinan : Studi Kasus di Kabupaten Purwakarta(2014-01-20) MUHAMMAD BAYU PERMANA ROSIYAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerentanan rumah tangga terhadap kemiskinan di Kabupaten Purwakarta. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010 untuk wilayah Kabupaten Purwakarta. Model ekonometrik yang digunakan adalah metode probit, dimana digunakan berbagai Garis Kemiskinan untuk mengetahui kerentanan rumah tangga terhadap kemiskinan, khususnya apabila ada guncangan dalam perekonomian. Garis Kemiskinan (GK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Garis Kemiskinan Normal; 0,8 x GK Normal; 1,7 x GK Normal dan 2,0 x GK normal. Hasil dari analisis menunjukan bahwa jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, rumah tangga yang tidak memiliki WC / jamban dan rumah tangga yang tidak memiliki satu asetpun merupakan variabel yang berpengaruh dalam kerentanan kemiskinan rumah tangga. Penelitian ini merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Purwakarta untuk selalu menganggarkan program dan kegiatan berdasarkan kepada keempat variabel ini, khususnya dalam upaya untuk mempercepat pengurangan penduduk miskin.Item Pengaruh infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat(2014-01-21) VEGA FEBRIASTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenThesis ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan Ekonomi di 17 Kabupaten Kota di Sumatera Barat tahun 2007 sampai 2011. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah PDRB sebagai variabel terikat dengan total panjang jalan dengan kondisi baik, total panjang jalan dengan kondisi rusak, aksesibilitas, share Human Capital terhadap jumlah tenaga kerja, share Belanja Modal terhadap APBD serta variabel dummy interaksi yang merupakan perkalian antara variabel share Belanja modal terhadap APBD dengan Predikat opini laporan keuangan dari BPK sebagai variabel bebas. Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generelized Least Square (GLS) dengan Fixed Effect Model. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa panjang jalan dengan kondisi baik aksesibilitas, share Human Capital berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel panjang jalan dengan kondisi buruk akan berakibat negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel belanja modal pemerintah akan menghasilkan efek yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jika pemerintahan tersebut tidak memiliki tata pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Kata Kunci: infrastruktur jalan, aksesibilitas, human capital, belanja modal, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), good governance.Item KEJAHATAN DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF: BUKTI EMPIRIS DARI INDONESIA(2014-02-08) CAHYO INDARTOMO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kejahatan terhadap tingkat kebahagiaan sebagai kesejahteraan subjektif di Indonesia pada tahun 2007. Disamping itu penelitian ini juga meneliti jenis kejahatan mana yang berdampak negatif terhadap penurunan kebahagiaan para korbannya. Penelitian ini dilakukan dengan model ordered probit termasuk probit dan OLS sebagai perbandingan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Indonesian Family Life Survey tahap 4 (IFLS4) 2007. Tingkat kebahagiaan dijadikan sebagai variabel dependen sedangkan variabel independennya adalah pengalaman ART yang pernah mengalami kejahatan, jenis-jenis kejahatan yang menimpa responden serta faktor sosial demografi dan ekonomi individu. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan subjektif individu korban kejahatan secara signifikan negatif berhubungan langsung dengan pengalamannya yang pernah mengalami kejahatan. Jenis kejahatan yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan kesejahteraan subjektif korbannya adalah KDRT, perampokan dan kejahatan lainnya. Variabel lainnya yang juga signifikan adalah tingkat pendapatan, ukuran RT, status kepemilikan rumah tempat tinggal ART, wilayah domisili, jenis kelamin, status menikah, tingkat pendidikan, dan suku asal responden. Variabel lainnya yang tidak signifikan adalah jenis kejahatan pencurian dan status pekerjaan.Item PENGARUH PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI AKSELERASI PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (PPK IPM) TERHADAP PENCAPAIAN IPM DI JAWA BARAT(2014-02-22) DENI ISMAIL; Sutyastie Sumitro; Mohamad FahmiPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Program Pendanaan Kompetisi Akselerasi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (PPK IPM), pertumbuhan ekonomi, serta pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan terhadap pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data panel pada 25 Kabupaten/Kota di Jawa Barat pada periode 2003-2011. Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah model fixed effect dengan metode pooled EGLS (cross-section weight) yang dilanjutkan dengan uji perbedaan dan analisis kuadran. Sedangkan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pendanaan Kompetisi Akselerasi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (PPK IPM) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.Item DAMPAK KREDIT MIKRO TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA(2014-02-25) EDI IRAWAN; Adiatma Yudistira Manogar Siregar; Tidak ada Data DosenKredit mikro merupakan salah satu upaya yang dilakukan berbagai negara guna menurunkan tingkat kemiskinan di negaranya dengan cara mandiri. Pelaksanaan program kredit mikro untuk masyarakat yang berkecimpung di dunia UMKM juga dilaksanakan di Indonesia guna menurunkan tingkat kemiskinan lewat program dari tim nasional percepatan penanggulangan kemiskinan (TNP2K). Pihak perbankan juga turut mengambil andil dalam pelaksanaan program kredit mikro dimana konsumennya cukup banyak. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pelaksanaan program kredit mikro dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin dan juga mampu untuk menggeser status kemiskinan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data KOR Panel susenas tahun 2011 dan tahun 2012. Observasi dilakukan pada 1924 rumah tangga dengan pengeluaran per kapita per bulan kurang dari PPP US$ 2. Penelitian ini menggunakan metode difference in difference dengan membandingkan antara kelompok aksi yang mengikuti program kredit mikro dengan kolompok kontrol yang tidak mengikuti program kredit mikro. Kelompok aksi pada penelitian in dibagi menjadi dua, yaitu rumah tanggga miskin yang mengikuti program kredit mikro dari pemerintah (Kelompok Aksi I) dan rumah tanggga miskin yang mengikuti program kredit mikro dari perbankan (Kelompok Aksi II). Variabel independen dalam penelitian ini adalah delta pengeluaran konsumsi per kapita per bulan, sedangkan variabel dependen terdiri dari karakteristik rumah tangga (ukuran rumah tangga, jumlah ART yang bekerja, usia kepala RT, serta lama pendidikan kepala RT), karakteristik domisili (dummy perkotaan), serta karakteristik sektor usaha (dummy sektor pertanian, dummy sektor industri, dan dummy sektor perdagangan). Dari hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa dampak kelompok aksi I lebih baik dari dampak kelompok aksi II baik dari sisi peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin maupun dasi sisi pergeseran status kemiskinan. Dari variabel independen yang digunakan untuk mengukur pengaruh tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin di Indonesia, yang mempunyai arah positif adalah mengikuti program kredit mikro, domisili rumah tangga miskin di kawasan perkotaan, usia kepala rumah tangga, lama pendidikan kepala rumah tangga serta pekerjaan di sektor perdagangan.Item ANALISIS PENGARUH BELANJA LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI : STUDI DATA PANEL KECAMATAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2009-2012(2014-02-25) IRNO BHAKTI PUTRA; Kodrat Wibowo; Adhitya WardhanaTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Belanja Langsung Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung Barat. Mengingat bahwa belanja langsung pemerintah Kabupaten Bandung Barat mengalami kenaikan setiap tahunnya diiringi dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diproxy sebagai pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Belanja Langsung pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menggunakan data panel 15 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, selama periode tahun 2009-2012 dengan variable bebas yaitu Belanja Langsung dan PDRB, dan variable penjelas yaitu : Belanja barang jasa, Belanja Modal, Belanja Pembangunan, Jumlah Penduduk, jumlah penduduk yang bekerja dalam Angkatan kerja, dan dummy investasi. Dalam menganalisis model Belanja langsung dan PDRB, digunakan metode Two Stage Least Square (TSLS), hasil dari regresi model belanja langsung didapatkan bahwa belanja barang jasa, belanja pembangunan, belanja modal, PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap belanja langsung. Untuk model PDRB hasil yang didapat bahwa belanja langsung, dan jumlah penduduk yang bekerja dalam angkatan kerja berpengaruh secara positif signifikan terhadap PDRB, sedangkan interaksi antara variabel dummy investasi dan belanja langsung tidak signifikan, begitupun dengan variable dummy investasi.Item PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH URUSAN KESEHATAN TERHADAP ANGKA KEMATIAN BAYI KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN TENGAH(2014-03-07) ERYSTINA LELUNI LISWANTI; Ferry Hadiyanto; Viktor PirmanaPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah urusan kesehatan yang bersumber dari APBD kabupaten/kota terhadap angka kematian bayi di 14 Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah tahun 2010 sampai dengan 2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Angka Kematian Bayi sebagai variabel terikat dengan share belanja daerah urusan kesehatan terhadap total belanja APBD kabupaten/kota, PDRB perkapita, angka melek huruf, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan desa/kelurahan UCI (Universal Child Immunization), persentase bayi yang mendapatkan ASI ekslusif, rasio puskesmas dan puskesmas pembantu serta rasio tenaga kesehatan sebagai variabel bebas. Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effect Model Hasil dari analisis menunjukkan bahwa share belanja daerah urusan kesehatan terhadap total belanja APBD kabupaten/kota dan pemberian ASI ekslusif berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap angka kematian bayi Sementara itu, variabel PDRB perkapita,angka melek huruf, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan desa/kelurahan UCI, rasio puskesmas dan puskesmas pembantu serta rasio tenaga kesehatan berpengaruh negatif dan secara statistik signifikan terhadap angka kematian bayi kabupaten/kota di Kalimantan Tengah.Item KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI WILAYAH SUMATERA UTARA(2014-03-07) AHMAD MARTUA NASUTION; Sutyastie Sumitro; Anhar Fauzan PriyonoPenelitian ini membahas mengenai kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi pada 20 (dua puluh) Kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara selama perode 2006-2011 dengan menggunakan variabel PDRB, kredit perbankan, jumlah kantor bank, tenaga kerja dan pendidikan. Penelitian ini menggunakan data panel Random Effect Generalized Least Square (GLS) regression untuk menjelaskan model. Hasil penelitian menunjukkan secara bersama-sama bahwa kredit perbankan, jumlah kantor bank, tenaga kerja, pendidikan, dan krisis keuangan global memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera UtaraItem ANALISIS FAKTOR PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP GILL NET MILLENIUM (MALONG) KOTA SIBOLGA(2014-03-15) BERNARD; Ferry Hadiyanto; Wawan HermawanPenelitian ini membahas tentang analisis faktor produksi perikanan tangkap Kota Sibolga. Dengan menggunakan data crossection, data primer hasil survey terhadap nelayan yang mengunakan alat tangkap gillnet millennium (malong) di Kota Sibolga. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan dengan menggunakan jaring gillnet millennium dan juga untuk menganalisis potensi pengembangan perikanan tangkap Kota Sibolga. Model ekonometrik yang digunakan adalah OLS, dengan 8 (delapan) variabel bebas yang dipakai dalam model penelitian ada variabel bebas yang benilai negatif yaitu variabel mata jaring terhadap produksi, tetapi hal ini dapat dijelaskan sesuai teori dan logika, bahwa semakin besar mata jaring maka kemungkina ikan lolos dari jaring semakin besar. Variabel-variabel yang signifikan adalah GT kapal, jumlah set jaring, es, lama hari operasi dan jumlah nelayan, sedangkan variabel yang tidak signifikan adalah, kekuatan mesin kapal (PK) dan BBM.Item Faktor Sosial Ekonomi Penyebab "Stunting" Pada Balita Di Indonesia(2014-03-15) DINI HERVIANI; Usman Hardi; Pipit PitriyanABSTRAK FAKTOR SOSIAL EKONOMI PENYEBAB “STUNTING” PADA BALITA DI INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor sosial ekonomi yang menjadi penyebab stunting pada balita di Indonesia dan ingin melihat perbedaan status gizi balita berdasarkan klasifikasi desa dan kota. Penelitian ini menggunakan data Indonesian Family Life Survey tahap 4 (IFLS4) Tahun 2007 dan model probit. Stunting (Height for Age Z Score < -2 SD) dijadikan sebagai variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian terbagi menjadi 2, faktor sosial ekonomi: pengeluaran rumah tangga perkapita, pendidikan ibu, penggunaan air bersih, penggunaan jamban dan faktor proksimal yaitu jumlah anggota rumah tangga, umur dan jenis kelamin balita, status imunisasi balita, status gizi ibu (ibu kekurangan gizi dan tinggi badan ibu) serta tempat melahirkan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita di Indonesia adalah sebesar 8,02% serta kejadian stunting pada balita lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan. Pengeluaran rumah tangga perkapita (untuk melihat status ekonomi rumah tangga) merupakan faktor sosial ekonomi yang menyebabkan kejadian stunting pada balita di Indonesia. Faktor lainnya yang merupakan penyebab stunting adalah umur balita, imunisasi balita, serta status gizi ibu yang terdiri dari variabel kekurangan gizi (underweight) ibu serta tinggi badan ibu. Kata kunci: stunting, balita, faktor sosial ekonomi, model probit.Item Pola Konsumsi Pangan di Provinsi Jawa Barat(2014-03-29) KANIA AGUSTINI; Arief Anshory Yusuf; YayanPenelitian ini menganalisa pola konsumsi pangan pokok di Jawa Barat dengan menggunakan data Modul Konsumsi Susenas tahun 1999 dan 2008. Persamaan Engel digunakan untuk melihat share pengeluaran rumah tangga dari enam kelompok pangan pokok (beras, jagung, singkong, ubi kayu, terigu, mie dan pangan pokok lainnya) yang dikonsumsi masyarakat Jawa Barat. Dari hasil penelitian, konsumsi pangan pokok Jawa Barat masih didominasi oleh beras. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerintah tetap harus meningkatkan produksi padi baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Variabel pengeluaran total rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap share pengeluaran pangan pokok. Elastisitas mie dan terigu memiliki nilai lebih besar dibandingkan elastisitas pangan pokok lokal, sehingga dengan meningkatnya pendapatan maka penambahan proporsi pengeluaran untuk mie dan terigu akan lebih besar dibandingkan pangan pokok lainnya.Item Pengaruh Resiko Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia(2014-04-01) PRAPTONO IMAM NUGROHO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa pengaruh risiko pembiayaan terhadap profitabilitas bank syariah atau return on asset (ROA) bank syariah studi kasus pada bank umum syariah di Indonesia, adapun yang menjadi variabel independen pada penelitian ini risiko pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah, dan ijarah, sedangkan variabel dependennya adalah ROA bank syariah . Adapun yang menjadi variabel controlnya adalah Tingkat inflasi dan SBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) . Analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pengolahan regresi data panel. Data yang digunakan adalah data sekunder nilai standar deviasi pertumbuhan perolehan pembiayaan dan ROA per semester, dengan jumlah time series 4 (empat) buah jenis risiko pembiayaan dan 3 (tiga) cross section bank syariah untuk kurun waktu Januari 2009 sampai dengan Desember 2012 sehingga terbentuk 24 data panel. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa risiko pembiayaan secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia. Sedangkan berdasarkan nilai koefesien setiap risiko pembiayaan maka untuk risiko pembiayaan murabahah berpengaruh positif tidak signifikan , risiko pembiayaan musyarakah berpengaruh positif signifikan , risiko pembiayaan mudharabah berpengaruh negatif signifikan dan risiko pembiayaan ijarah berpengaruh positif signifikan. Hal tersebut menunjukan bahwa risiko pembiayaan kontrak dengan perolehan pasti ( murabahah dan ijarah) memiliki pengaruh positif terhadan profitabilitas bank syariah di Indonesia. Untuk risiko pembiayaan kontrak dengan perolehan tidak pasti berpengaruh positif pada musyarakah dan berpengaruh negatif pada risiko pembiayaan mudharabah.Item PENGARUH EFISIENSI dan RISIKO BANK TERHADAP KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA(2014-04-06) ACHMAD HIDAYAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenJumlah bank syariah telah berkembang cepat sejak 2008 di Indonesia.Pertumbuhan ini mendorong bank syariah meningkatkan tingkat efisiensi dan manajemen risiko.Bank syariah harus memberikan banyak perhatian terhadap efisiensi dan risiko karena bank yang lebih efisien mendapatkan profit lebih tinggi dan risiko-risiko harus dikelola agar sejalan dengan tujuan perusahaan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh efisiensi dan risiko bank terhadap kinerja bank syariah menggunakan data panel dari lima bank syariah selama periode 2009 – 2012. Ukuran kinerja bank syariah adalah profitabilitas dan rasio Economic Value Added (EVA) sebagai indikator profitabilitas.Kinerja dipengaruhi oleh efisiensi dan risiko-risiko bank.Tingkat efisiensi diukur dengan efisiensi-X biaya yang diestimasi menggunakan Distributioni Free Approach.Risiko bank terdiri atas tiga risiko yaitu risiko kredit, risiko operasional, dan risiko likuiditas.Risiko kredit diproksi oleh rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Pembiayaan (PPAP).Risiko operasional diproksi oleh rasio beban modal atas risiko operasional.Risiko likuiditas diproksi dengan rasio aset likuid terhadap liabilitas likuid. Berdasarkan rasio EVA, hasil penelitian memperlihatkan bank syariah memberikan nilai tambah positif kepada investor.Hasil penelitian juga menemukan efisiensi biaya mempengaruhi kinerja secara signifikan.Tingkat efisiensi bank syariah sebesar 94% efisien secara rata-rata. Biaya dana menjadi porsi terbesar biaya bank. Bank syariah harus meningkatkan bagian giro dan tabungan untuk menurunkan biaya.Risiko kredit, risiko operasional, dan risiko likuiditas mempengaruhi kinerja secara signifikan.Penggunaan PPAP untuk mitigasi risiko kredit harus diperbaiki dengan penghapusan nilai agunan pada perhitungan PPAP.Bank dapat menghapus buku dengan lebih cepat tanpa mengganggu profit berjalan.Hasil penelitian menemukan bank syariah lebih suka menempatkan kelebihan likuiditas di bank sentral sebagai penjagaan risiko likuiditas.Bank syariah didorong untuk menempatkan dananya di Pasar Uang Antarbank Syariah daripada bank sentral.Hal ini dapat meningkatkan fungsi PUAS sebagai bentuk mitigasi risiko likuiditas.Item Analisis Pengaruh PDRB Upah dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Barat(2014-04-07) YUYUS YUDISTRIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAbstrak Penyerapan tenaga kerja merupakan masalah penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Tenaga kerja dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, maksudnya penyerapan tenaga kerja mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB, upah tenaga kerja dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Propinsi Jawa Barat? Metode penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang tempat (cross section) di 24 Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, PDRB, upah dan investasi secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Propinsi Jawa Barat. Kemudian secara parsial, variabel PDRB memiliki arti positif berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Faktor upah memiliki signifikan negatif berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan faktor investasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini menyarankan pemerintah daerah diharapkan lebih mendorong dan memacu lagi pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan di setiap sektor. Pemerintah daerah perlu mengatasi masalah pengupahan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa mengorbankan kepentingan pengusaha. Investasi di propinsi Jawa Barat yang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja mengindikasikan bahwa selama ini para investor cenderung memberlakukan system padat modal bukan padat karya, sehingga pemerintah daerah hendaknya lebih selektif dalam memberikan ijin bagi investor terkait dengan kebutuhan penyerpaan tenaga kerja. Kata Kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Upah, investasi