Biologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Biologi (S1) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 749
Results Per Page
Sort Options
Item keanekaragaman jenis kelelawar dan kajian etnobiologinya di gua pawon desa gunung masigit kawasan karst citatah(2007) CANDRA ARIFIN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DAN KAJIAN ETNOBIOLOGINYA DI GUA PAWON DESA GUNUNG MASIGIT KAWASAN KARST CITATAH Oleh : Candra Arifin Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Pembimbing: Dr. Teguh Husodo, M.Si. dan Dr.Ruhyat Partasasmita, M.Si. ABSTRAK Gua karst umumnya dihuni oleh fauna khas bergantung pada keunikan ekosistem karst, salah satunya adalah kelelawar. Eksploitasi pada kawasan ini menyebabkan ancaman kerusakan dan hilangnya spesies-spesies tertentu pada kawasan karst. Penelitian ini mengkaji keanearagaman jenis kelelawar di gua Pawon dan sekitar gua (endokarst dan eksokarst) dan kajian pengetahuan serta pemanfaatannya oleh masyarakat lokal. Penelitian dilakukan dikawasan desa Gunung Masigit Kawasan Karst Citatah. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Desember 2011 sampai April 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei. Data keanekaragaman didapat dengan memasang Harpa net pada mulut gua dan mist net di luar gua, data kajian etnobiologi didapat dengan wawancara semi terstruktur menggunakan pendekatan kualitatif. Didapatkan 4 jenis kelelawar pada lokasi endokarst yaitu, Chaeropon plicatta, Mops mops, Eonycteris spalea, dan Rousetus amplexicaudatus, kemudian 5 jenis kelelawar pada pemasangan trap di lokasi eksokarst yaitu, Macroglossus minimus, Charepon plicatta, Mops mops, Eonycteris spalea, dan Rousettus amplexicaudattus. Nilai frekuensi relatif dan kelimpahan relatif paling besar dikedua lokasi didapatkan oleh Chaeropon plicatta. Data kajian etnobiologi yang diperoleh berupa hasil wawancara mengenai pengetahuan lokal dan pemanfaatan kelelawar oleh masyarakat lokal, dari hasil wawancara diketahui masyarakat lokal mengelompokan jenis kelelawar berdasarkan ukuran tubuh (lalay, codot, dan kalong), pemanfaatan yang telah dilakukan antara lain adalah guano kelelawar, dan daging kelelawar sebagai obat penyakit tertentu seperti asma dan eksim.Item Daya Kelasi Dua Jenis Formula Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan,L) pada Tikus (Rattus norvegicus, L) dalam Kondisi Kelebihan Zat Besi(2008) TIKA PURNAMA SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTelah dilakukan penelitian mengenai daya kelasi dua jenis formula granul ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan, L.) terhadap tikus (Rattus norvegicus L) dalam kondisi kelebihan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula dan dosis granul ekstrak kayu secang (EKS) yang efektif dalam menurunkan kelebihan besi pada tikus sebagaimana keadaan pasien thalassemia yang kelebihan besi akibat transfusi darah. Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 11 perlakuan dan tiga kali ulangan. Sebanyak 8 perlakuan diberikan dua jenis formula granul masing-masing dengan variasi dosis EKS 0, 100, 200 dan 400 mg/kg bb serta perlakuan kontrol terdiri dari pemberian deferipron, iron dextran dan aquades. Parameter status besi yang diuji meliputi kadar feritin, kadar transferin, kadar besi pada hepar, kadar besi serum, Total Iron Binding Capacity (TIBC), saturasi transferin dan parameter darah merah. Data yang didapatkan diuji statistik dengan analisis sidik ragam (ANAVA) dan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil pengukuran menunujukkan bahwa pemberian iron dextran pada dosis 60 mg/kg bb dapat menyebabkan kelebihan besi pada tikus dengan meningkatnya kadar feritin sebesar 70%, penurunan kadar transferin sebesar 33,5% dan peningkatan kadar besi hepar sebesar 70,14% (p>0,05). Sediaan granul EKS formula 2 lebih efektif dalam mengurangi kelebihan besi pada tikus dengan terjadinya penurunan kadar feritin sebesar 40% dan kenaikan kadar transferin sebesar 19,1%. Dosis EKS 200 mg/kg bb dalam sediaan granul merupakan dosis yang efektif mengelat besi dengan penurunan kadar feritin sebesar 30,9% dan penurunan kadar besi hepar sebesar 54,3%.Item Pemanfaatan Pupuk Hayati Dan Pupuk NPK Dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elais guineensis Jack.) Fase Main Nursery (Pembibitan Utama)(2008) DITA HARDIYANSYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPEMANFAATAN PUPUK HAYATI DAN PUPUK NPK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE MAIN NURSERY (PEMBIBITAN UTAMA) Oleh : Dita Hardiyansyah Dosen Pembimbing : Dr. Mohamad Nurzaman, M.Si Drs. Ruly Budiono, MS ABSTRAK Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu komoditi perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian. kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki beberapa keunggulan. Dalam produktivitasnya kelapa sawit mempunyai masalah mengenai kualitas bibit. Salah satu upaya peningkatan kualitas bibit kelapa sawit adalah dengan cara pemupukan di masa pembibitan, namun pemupukan mempunyai kendala yaitu pemberian pupuk kimia yang cukup mahal untuk pembibitan, untuk itu ada upaya lain untuk menggunakan pupuk hayati di pembibitan kelapa sawit Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan dosis kombinasi pupuk hayati dan pupuk NPK yang terbaik untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit sehingga bisa menekan penggunaan pupuk kimia /anorganic. Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Condong Garut, Cikelet, Garut pada bulan Agustus sampai Desember 2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor. Faktor 1 adalah dosis pupuk hayati, 20 ml, 25 ml, 30 ml 35 ml dan 40 ml dan dilarutkan pada 2 liter air. Faktor 2 adalah dosis pupuk NPK 4 g, 6 g, 8 g, dan 10 g ditaburkan per tiap polybag. Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi bibit, lingkar batang, jumlah helai daun, luas helai daun. Hasil Penelitian menunjukan adanya interaksi antara dosis pupuk hayati (40 ml) dan pupuk NPK (4, 8, 10 g) terhadap pertumbuhan kelapa sawit (pada parameter tinggi bibit, lingkar batang bibit, luas helai daun bibit) kecuali pada jumlah helai daun. Perlakuan pemberian kombinasi pupuk hayati 40 ml per 2 liter air pada minggu ganjil dan pupuk NPK 4, 8, 10 pada minggu genap menunjukan hasil yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit pada pertumbuhan di pembibitan utama. Dosis kombinasi pupuk hayati dan NPK terbaik adalah h5n1 (40 ml pupuk hayati/2 liter air untuk 12 bibit dan NPK 4 g/bibit). Kata kunci : Kelapa sawit, bibit, main nursery, pupuk hayati, pupuk NPKItem Distribusi Alel dan Genotipe Varian Gen N-Acetyltransferase 2 pada Populasi Penduduk Terkait Tuberkulosis di Wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur(2009) DIAS TUTY UTOMO A; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGen NAT2 adalah gen yang mengkode enzim N-acetyltransferase 2 (NAT2) yang berperan dalam reaksi asetilasi obat antituberkulosis isoniazid. Polimorfisme pada gen NAT2 dapat digolongkan untuk mengetahui tipe asetilator seseorang, yaitu asetilator cepat, intermediet, atau lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi alel dan genotipe gen NAT2 sehingga diketahui pula tipe asetilatornya dengan membandingkan hasil metode GoldenGate Genotyping Assay for VeraCode/BeadXpress dan sekuensing. Alel dan genotipe gen NAT2 dianalisis dari 234 orang yang merupakan penduduk wilayah Kupang. Metode sekuensing dilakukan pada 3 sampel sebagai pembanding. Dengan menggunakan metode BeadXpress tidak diperoleh hasil yang maksimal, karena hanya dua single nucleotide polymorphism (SNP) yang dapat dideteksi sehingga tipe asetilator tidak bisa ditentukan. Dari metode sekuensing 2 sampel diperoleh hasil alel NAT2*4 dan NAT2*7B dengan genotipe NAT2*4/7B dan fenotipe asetilator intermediet, dan 1 sampel memiliki alel NAT2*4 dengan genotipe NAT2*4/*4 dan fenotipe asetilator cepat. Metode sekuensing lebih sesuai digunakan dalam menentukan alel dan genotipe varian gen NAT2. Penentuan tipe asetilator perlu dilakukan untuk menyesuaikan dosis pengobatan menggunakan obat yang metabolismenya melalui proses asetilasi, sehingga pengobatan berjalan lebih efektif.Item Status Gizi Buruh Tani dan Bandar Tani di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat(2013-02-10) HENDRA NUGRAHA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai status gizi pada buruh tani dan bandar tani di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung Jawa Barat dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2012. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi pada beberapa responden yang dijadikan sampel, yaitu buruh tani dan bandar tani. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara food recall 24 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi pada buruh tani antara lain, energi (baik), karbohidrat (lebih), protein (kurang), lemak (kurang) dan vitamin A (kurang). Kemudian status gizi pada bandar tani antara lain, energi (baik), karbohidrat (baik), protein (kurang), lemak (kurang) dan vitamin A (baik). Asupan gizi yang dikonsumsi pada buruh tani (laki-laki) yaitu: energi 2036 kalori, karbohidrat 408 gram, protein 45 gram, lemak 21 gram dan vitamin A 232 RE. Kemudian asupan gizi pada buruh tani (perempuan) yaitu: energi 1604 kalori, karbohidrat 328 gram, protein 32 gram, lemak 16 gram dan vitamin A 157 RE. Asupan gizi yang dikonsumsi pada bandar tani (laki-laki) yaitu: energi 2335 kalori, karbohidrat 292 gram, protein 59 gram, lemak 62 gram dan vitamin A 549 RE. Kemudian asupan gizi pada bandar tani (perempuan) yaitu: energi 1529 kalori, karbohidrat 202 gram, protein 35 gram, lemak 35 gram dan vitamin A 446 RE. Pemasukan energi buruh tani (laki-laki) berjumlah 2063 kalori dan pengeluaran energi berjumlah 2798 kalori. Pemasukan energi buruh tani (perempuan) berjumlah 1604 kalori dan pengeluaran energi berjumlah 2557 kalori. Pemasukan energi bandar tani (laki-laki) berjumlah 2335 kalori dan pengeluaran energi berjumlah 2431 kalori. Pemasukan energi bandar tani (perempuan) berjumlah 1529 kalori dan pengeluaran energi berjumlah 1926 kalori.Item STRUKTUR VEGETASI DAN ASOSIASI TUMBUHAN DI KAWASAN EKOTON ANTARA PADANG RUMPUT CIKAMAL DAN HUTAN DATARAN RENDAH CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN(2014-01-19) JEFRY FRIHARDIAN G; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSTRUKTUR VEGETASI DAN ASOSIASI TUMBUHAN DI KAWASAN EKOTON ANTARA PADANG RUMPUT CIKAMAL DAN HUTAN DATARAN RENDAH CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN Oleh Jefry Frihardian Gumilar Pembimbing Drs. H. Prihadi Santoso, M.S., Drs Joko Kusmoro, M.P. ABSTRAK Penelitian tentang struktur vegetasi dan asosiasi tumbuhan ekoton antara padang rumput Cikamal dan hutan dataran rendah di Cagar Alam Pananjung Pangandaran telah dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kaitan antara struktur vegetasi dengan asosiasi yang terjadi di suatu vegetasi ekoton. Asosiasi terjadi karena adanya hubungan antar spesies yang saling memberikan pengaruh satu sama lain dalam kehadiran dan ketidakhadiran suatu spesies. Asosiasi yang terjadi antar spesies tumbuhan akan membentuk suatu vegetasi tumbuhan di suatu kawasan. Metode pengumpulan data menggunakan metode kuadrat bertingkat dengan transek sepanjang 150 meter yang dibagi menjadi 15 plot. Transek yang dibuat sebanyak lima transek. Setiap garis transek dibagi ke dalam 15 plot dengan ukuran per plot 10x10 meter. Asosiasi tumbuhan dihitung dengan tabel kontingensi 2x2. Dari kelima garis transek yang dibuat didapatkan sebanyak 88 spesies tumbuhan dengan jati (Tectona grandis L.) sebagai tumbuhan yang paling dominan dengan INP tertinggi di empat garis transek dari lima garis transek yang dibuat. Asosiasi tumbuhan pada sampling unit menunjukkan adanya asosiasi positif pada 170 pasangan (4,44 %), asosiasi negatif pada 1375 pasangan (35,92 %), dan sisanya (59,64 %) berasosiasi tidak jelas. Hasil tersebut menunjukkan adanya kompetisi dan kecenderungan untuk hidup bersama-sama antar tumbuhan yang sangat kecil pada kawasan ekoton tersebut. Kata kunci: Asosiasi antarspesifik, Ekoton, Hutan Dataran Rendah, Padang Rumput, Struktur Vegetasi VEGETATION STRUCTURE AND PLANT ASSOCIATIONS IN ECOTONE AREA BETWEEN CIKAMAL PASTURE AND LOWLAND FORESTS OF NATURE RESERVE PANANJUNG PANGANDARAN By Jefry Frihardian Gumilar Supervisor Drs. H. Prihadi Santoso, M.S., Drs Joko Kusmoro, M.P. ABSTRACT Research Vegetation structure and plant associations ecotone between grassland of Cikamal and lowland forest in Pananjung Pangandaran Nature Reserve had been implemented. This study was conducted to obtain information about the link between the structure of the vegetation associations that occur in a vegetation ekoton. Association is due to the inter- relationships among species influence each other in the presence and absence of a species. Associations that occur between plant species will be form a plant vegetation in an area. Methods of data collection using the quadratic rise with a 150-meter transects were divided into 15 plots. Transects made five transects. Each line transect was divided into 15 plots with size of 10x10 meters per plot. Plant association was calculated by 2x2 contingency tables. Five transect lines made available a total of 88 species of plants with teak ( Tectona grandis L. ) as the most dominant plant with the highest IVI in four of the five line transects line transects were made. Plant associations in the sampling units showed a positive association in 170 couples (4,44%), negative association in 1375 couples (35,92%), and the rest (59,64%) association is not clear. These results indicated that competition and tendency to live together among a very small plant on the ecotone region. Keyword: Ecotone, Interspecific Association, Lowland Forest, Pasture, Vegetation structureItem PENGGUNAAN BAMBU AIR (Equisetum hyemale) DAN ZEOLIT DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR LINDI (LEACHATE) TPA SARIMUKTI BANDUNG(2014-04-21) DEWI MULYANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPENGGUNAAN BAMBU AIR (Equisetum hyemale) DAN ZEOLIT DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR LINDI (LEACHATE) TPA SARIMUKTI BANDUNG Oleh : Dewi Mulyani 140410090036 Pembimbing : Sunardi, M.Si.,Ph.D Keukeu Kaniawati Rosada, S.Si.,M.Si ABSTRAK Aktivitas rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar bagi daerah perkotaan. Sampah perkotaan tersebut akan ditampung pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA), salah satunya ialah TPA Sarimukti. Sampah yang ditampung pada TPA akan mengalami proses dekomposisi, salah satu hasil dari proses tersebut adalah air lindi (leachate) dan lindi tersebut mengandung logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifitasan bambu air (E. hyemale) dan zeolit dalam menurunkan kandungan logam berat dalam air lindi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan terdiri dari dua faktor, yaitu tanaman bambu air (E. hyemale), dan zeolit dengan empat kali pengulangan. Parameter yang diukur diantaranya kadar logam berat Pb, TDS, BOD, suhu dan pH. Data logam Pb yang didapat kemudian dianalisis dengan analisis statistik ANAVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan zeolit dan bambu air 20 batang dapat menurunkan kandungan logam berat Pb sebesar 83,3%. Hal ini disebabkan oleh faktor kerapatan bambu air yang berhubungan dengan pertumbuhan akar sehingga akar dapat melakukan filtrasi zat/partikel termasuk logam Pb secara optimal. Selain itu, adanya interaksi antara zeolit dan bambu air ialah zeolit sebagai media tanam yang baik (KTK=171,32 meq/100gr) bagi bambu air dan sebagai media tumbuh dan berkembangnya bakteri pendegradasi bahan organik. Penggunaan E. hyemale dan zeolit juga dapat menurunkan kandungan TDS sebesar 28,9%, BOD 68,15% dan dapat memperbaiki nilai pH. Kata Kunci : Air Lindi, Logam Berat Pb, Equisetum hyemale, Zeolit, TPA SarimuktiItem Studi Vegetasi dan Kondisi Fisik Wilayah Pada Kawasan Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) Di Gunung Geulis Bagian Selatan, PP KPH Cianjur Jawa Barat(2014-04-22) DADIEH KURNIADI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai studi vegetasi dan kondisi fisik pada kawasan habitat macan tutul jawa telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kondisi vegetasi dan fisik wilayah pada habitat yang diperkirakan terdapat Macan Tutul Jawa di Gunung Geulis bagian Selatan. Metode yang digunakan adalah survey dengan pengambilan data struktur vegetasi dengan menggunakan metode diagram profil (Mueller-Dumbois, 1974; Bengen, 2002; Williams, 1991), sedangkan kondisi fisik wilayah dengan menggunakan metode analisis deskriptif (Acrenaz, et al. 2012). Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa kawasan Gunung Geulis bagian Selatan diperkirakan sebagai habitat Macan Tutul Jawa. Tanda-tanda keberadaan Macan Tutul Jawa ditemukan pada kawasan yang memiliki struktur dan profil vegetasi tidak terlalu rapat. Ditemukan sebanyak 63 jenis dari golongan habitus pohon, semak, dan herba. Jenis vegetasi yang diduga dipergunakan oleh Macan Tutul Jawa adalah Ficus benjamina dan Ficus elastica Roxb ex Blume. Ketersediaan sumber air ditemukan dalam jumlah yang melimpah pada Sungai Cikapa, Sungai Cipicung, Sungai Cijambe dan kuluk-kuluk. Selain itu ketersediaan cover yang diduga dipergunakan oleh Macan Tutul Jawa pada kawasan ini adalah tajuk pohon, banir pohon dan gua.Item EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KEANEKAAN SPORA MIKORIZA INDIGEN PADA AREA TAMBANG BATUBARA PT. KIM, JOB SITE MUARA BUNGO, JAMBI(2014-04-23) KHAIDIL PRAYUDA K; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai eksplorasi dan identifikasi keanekaan spora mikoriza indigen pada area tambang batubara PT. KIM di Muara Bungo, Jambi, yang bertujuan untuk mendapatkan isolat JMA, dan spesies tumbuhan yang diinfeksi JMA. Sampling tanah rhizosfir dan tumbuhan dilakukan di 5 tempat yaitu Wika 1, Kelok S, Kampung Jawa, KIM 2, dan Pit Timur. Isolasi dan identifikasi spora JMA menggunakan metode Pacioni dan brundret, dilakukan untuk mengetahui keberadaan spesies JMA. Pewarnaan dan perhitungan infeksi akar menggunakan metode Koske dan Gemma, dilakukan untuk mengetahui spesies tumbuhan yang terinfeksi JMA. Analisis tanah untuk mengetahui kandungan logam berat di area tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 16 spesies JMA yaitu, Glomus sp1, Glomus sp2, Glomus sp3, Glomus sp4, Glomus sp5, Glomus sp6, Glomus sp7, Glomus sp8, Glomus sp9, Glomus sp10, Glomus sp11, Glomus sp12, Glomus sp13, Septoglomus constrictum, Rhizophagus clarus, Septoglomus deserticola. Spesies tumbuhan yang terinfeksi adalah Mikania micrantha, Ipomoea triloba, Axonopus compresus, Chromo laena odorata, Mallotus panniculatus, Cyperus sp., Hevea brassiliensis, Axonopus paspalum, Clidemia hirta. Serta kandunga Al-dd 1-24.5 ppm, Fe tersedia 8.15-44.3 ppm, Cu tersedia 0.02-0.05 ppm, Mn tersedia 1.78-15.52 ppm, dan Pb tersedia 0.35-0.4 ppm, dengan derajat keasaman (pH) sekitar 4,44 – 6,23.Item KARAKTERISASI JENIS KALUS DARI EKSPLAN DAUN LADA (P. nigrum L.) PADA MEDIUM MS (Murashige & Skoog) DENGAN PENAMBAHAN NAA (Naphthaleneacetic Acid) DAN BERBAGAI KONSENTRASI SITOKININ(2014-04-29) FADHILLA RAMADHONA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKalus merupakan kumpulan sel yang belum berdiferensiasi. Kalus berpotensi untuk membentuk organ, embrio dan keduanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi sitokinin pada medium MS dengan penambahan auksin NAA 1 mg/l untuk karakterisasi kalus lada (Piper nigrum L.) yang embriogenik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut yaitu, perlakuan pertama : tanpa sitokinin (Kontrol) (s0), perlakuan kedua : BA 1 mg/l (s1), perlakuan ketiga : BA 3 mg/l (s2), perlakuan keempat : BA 5 mg/l (s3), perlakuan kelima : Kinetin 1 mg/l (s4), perlakuan keenam : Kinetin 3 mg/l (s5) , perlakuan ketujuh : Kinetin 5 mg/l (s6), perlakuan kedelapan : 2-iP 1 mg/l (s7), perlakuan kesembilan : 2-iP 3 mg/l (s8), perlakuan kesepuluh : 2-iP 5 mg/l (s9), perlakuan kesebelas : zeatin 1 mg/l (s10), perlakuan keduabelas : zeatin 3 mg/l (s11), perlakuan ketigabelas : zeatin 5 mg/l (s12). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kinetin 5 mg/l berpengaruh baik terhadap pertambahan diameter kalus terbesar, yaitu 13,33 mm, berat basah terbesar yaitu 0,195 gram, dan koefisien proliferasi terbesar yaitu 1,769 yang menghasilkan kalus bertekstur remah tipe embriogenik dengan warna kuning kehijauan.Item PERTUMBUHAN MISELIUM JAMUR ENOKI (Flammulina velutipes (CURT.: FRIES (SINGER) PADA MEDIA BIBIT INDUK JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI TAKARAN KACANG MERAH(2014-06-03) YARENA AMANDASARI D; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan takaran penambahan kacang merah yang tepat pada media bibit induk jagung guna menghasilkan pertumbuhan miselium jamur enoki (Flammulina velutipes) terbaik. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Padjadjaran, serta Laboratorium Pusat Penelitian Antar Universitas, Ilmu Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada bulan Mei 2013 - Januari 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap, dengan enam perlakuan dan empat kali pengulangan. Parameter yang diukur adalah rata-rata pertambahan panjang miselium (%/hari), waktu pertumbuhan miselium mencapai 100% (hari), dan bobot bibit induk (gram). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kacang merah pada media bibit induk jagung memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan miselium jamur enoki (Flammulina velutipes). Perlakuan k2 (media bibit induk jagung 100% + kacang merah 10%) merupakan perlakuan terbaik dengan rata-rata pertambahan panjang miselium sebesar 4,46%/hari, waktu pertumbuhan miselium mencapai 100% tercepat selama 23 hari, dan nilai bobot bibit induk terbesar yaitu 370,75 gram.Item PERTUMBUHAN MISELIUM JAMUR ENOKI (Flammulina velutipes (CURT.:FR.)SING.) PADA MEDIA BIBIT INDUK BIJI JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN KACANG TOLO(2014-06-11) DINA PUSPA ANDINI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai pengaruh penambahan kacang tolo pada media bibit induk biji jagung terhadap pertumbuhan miselium jamur enoki (Flammulina velutipes (Curt.:Fr)Sing.) telah dilakukan pada bulan Mei 2013 sampai Januari 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase jumlah penambahan kacang tolo yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan miselium dan bobot bibit induk jamur enoki yang terbaik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari enam taraf perlakuan yaitu penambahan kacang tolo (P) pada media dasar bibit induk biji jagung, dilakukan empat kali pengulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari komposisi media bibit induk biji jagung 100% ditambahakan kacang tolo 0% (p0), 5% (p1), 10% (p2), 15% (p3), 20% (p4), 25% (p5). Parameter yang diukur adalah rata-rata pertambahan panjang miselium jamur, waktu pertumbuhan miselium mencapai 100%, dan bobot bibit induk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kacang tolo pada media bibit induk biji jagung memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan miselium jamur yaitu dalam bobot bibit induk. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata pertambahan panjang miselium jamur, dan waktu pertumbuhan miselium mencapai 100%. Penambahan kacang tolo (p3) merupakan perlakuan terbaik dengan bobot bibit induk sebesar 377.292 g.Item Infeksi Berbagai Tingkat Konsentrasi Spora Metarhizium anisopliae S. yang Diaplikasi Bersama Andrografolida Terhadap Tingkat Konsumsi Makan dan Berat Badan Larva Crocidolomia pavonana Fabricius,1794(2014-07-11) RISMA RAMADHANY PUSPITASARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai pengaruh infeksi agensia hayati jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae yang diaplikasi bersama senyawa andrografolida terhadap tingkat konsumsi makan dan berat badan larva Crocidolomia pavonana F. telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama perlakuan adalah konsentrasi spora (k) yang terdiri dari enam taraf yaitu (k0 : 0 (kontrol); k1 : 105 spora/ml; k2 : 106 spora/ml ; k3 : 107 spora/ml; k4 : 108 spora/ml; k5 : 109 spora/ml) menggunakan metode topical. Faktor kedua menggunakan larutan andrografolida pada kosentrasi 0 ppm (kontrol) dan 1000 ppm menggunakan metode leaf dip. Perhitungan data hasil penelitian tidak dapat dilakukan dengan ANAVA sehingga data dibahas secara deksriptif. Hasil menunjukkan bahwa infeksi spora jamur M. anisopliae dengan rentang konsentrasi 105-109 spora/ml yang diaplikasi bersama andrografolida lebih baik dalam menekan peningkatan konsumsi makanan total dan harian yaitu sebesar 1%, dibandingkan dengan yang hanya diinfeksi spora jamur yaitu sebesar 11%. Infeksi spora jamur M. anisopliae berpengaruh terhadap pertambahan dan penurunan berat badan, berat badan larva yang diaplikasi bersama andrografolida lebih rendah yaitu sebesar 3%, dibandingkan yang diinfeksi spora jamur saja sebesar 4%. Pertumbuhan terhambat pada larva yang diaplikasi andrografolida dan diinfeksi spora jamur, sedangkan pada larva yang hanya diinfeksi spora jamur tidak terjadi pertumbuhan berat badan.Item VARIASI KOMPOSISI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH KAYU SISA DEKORTIKASI RAMI DENGAN MANUR SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF(2014-07-13) OOM NURUL KOMARIAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenVARIASI KOMPOSISI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH KAYU SISA DEKORTIKASI RAMI DENGAN MANUR SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Oom Nurul Komariah Pembimbing : Asri Peni Wulandari, M. Sc., Ph. D. Prihadi Santoso, Drs. MS. ABSTRAK Rami (Boehmeria nivea (L.) Gaud.) merupakan salah satu tanaman penghasil serat alam yang dapat dibuat sebagai bahan baku tekstil. Dalam proses produksi serat tersebut dihasilkan limbah hasil dekortikasi tanaman rami (chip kayu) yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku yang menghasilkan energi berupa biobriket. Manur sapi merupakan salah satu limbah peternakan yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan baku biobriket. Penelitian ini bermaksud untuk menguji variasi komposisi bahan baku biobriket dari limbah kayu sisa dekortikasi rami dengan manur sapi sehingga diketahui komposisi optimumnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berdasarkan analisis data karakteristik kimia dan fisika biobriket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan variasi komposisi 75% arang rami dan 25% arang manur sapi memiliki nilai kalor terbaik yaitu 4887 kal/gr, dengan kadar air 8%, kadar abu 21,56%, kadar zat terbang 27,72%, dan kadar karbon terikat 42,72%. Rata-rata waktu penyalaan awal biobriket ini adalah 24 detik dan rata-rata waktu pembakaran biobriket sampai menjadi abu yaitu 82,6 menit dengan berat rata-rata 7,5 gram. Kata kunci: Biobriket, Dekortikasi rami, Energi alternatif, Limbah, Manur sapiItem SENSITIVITAS BAKTERI Escherichia coli (ATCC 25922), Staphylococcus aureus (ATCC 25953) DAN Wild Type (E. coli dan S. aureus) PENYEBAB DIARE TERHADAP EKSTRAK JAMUR YANG DI ISOLASI DARI Sarcophyton sp.(2014-07-26) NIDIA PRIMASTIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenMikroba yang bersimbiosis dengan Karang Lunak Sarcophyton sp., atau ekstrak hasil fermentasinya memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat jamur dari karang lunak Sarcophyton sp. yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap bakteri standar uji dan bakteri strain wildtype penyebab diare. Jamur hasil isolasi ditapis dan ditentukan konsentrasi hambat minimumnya dengan metode dilusi cair. Hasil penelitian ini menunjukkan isolat jamur NPS 4 memiliki aktivitas antibakteri terbaik terhadap dua bakteri standar uji. Ekstrak dari isolat jamur NPS 4 memiliki nilai konsentrasi hambat minimum terhadap bakteri E.coli ATCC adalah 150 mg/l, sedangkan E.coli wildtype 300 mg/l. Nilai KHM untuk S.aureus ATCC 300 mg/l dan S.aureus wildtype 600 mg/l. Hasil identifikasi dengan menggunakan metode moist chamber menunjukkan bahwa isolat jamur NPS 4 termasuk dalam marga Aspergillus.Item PENGARUH Ethyl Methane Sulphonate (EMS) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PENINGKATAN KERAGAMAN MORFOLOGI TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana (Bertoni) Bertoni)(2014-09-17) WIWI INDRIANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenStevia (Stevia rebaudiana (Bertoni) Bertoni) adalah tanaman yang dikembangkan sebagai bahan baku pemanis alami. Penurunan produksi gula tebu dan keterbatasan jumlah varietas stevia, merupakan masalah dalam penyediaan bahan baku pemanis alami. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi EMS yang paling efektif untuk meningkatkan keragaman morfologi planlet tiga aksesi stevia dan mendapatkan aksesi stevia yang memberikan respon terbaik terhadap EMS. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi EMS (E) yang terdiri dari enam taraf faktor , yaitu : 0 % (e0), 0,025 % (e1), 0,05 % (e2), 0,075% (e3), 0,1 % (e4) dan 0,5% (e5). Faktor kedua adalah aksesi stevia (S) yang terdiri dari tiga taraf faktor yaitu aksesi stevia Bogor (s1), aksesi stevia Garut (s2) dan aksesi stevia Tawangmangu (s3). Percobaan terdiri dari tiga tahap yakni perlakuan EMS dan inisiasi tunas, multiplikasi tunas, dan inisiasi akar. Konsentrasi EMS 0,05% merupakan konsentrasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan keragaman morfologi planlet, berpengaruh mandiri terhadap tinggi tunas 4,61 cm. Aksesi stevia Bogor memberikan respon terbaik terhadap pemberian EMS, berpengaruh mandiri terhadap berat basah kalus yaitu yaitu 0,689 gram, waktu muncul tunas yaitu 11,5 HST, tinggi tunas yaitu 8,32 cm, waktu muncul akar yaitu 5,5 HST, dan jumlah akar tertinggi yaitu 33 akar. Kombinasi perlakuan EMS 0,05% dan aksesi stevia Bogor memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap jumlah tunas yaitu 1,851 tunas, jumlah daun yaitu 26,75 helai, perubahan warna daun, bentuk daun, dan tepi daun, dibandingkan dengan aksesi stevia Garut dan Tawangmangu.Item Gangguan Aktivitas Manusia Terhadap Struktur Komunitas Burung di Daerah Rencana Proyek Pembangunan PLTA Cisokan, Jawa Barat(2015-01-28) ELVYRA APRILLIA F; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai struktur komunitas burung di Daerah rencana proyek pembangunan PLTA Cisokan dilakukan untuk mengetahui komposisi komunitas burung yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa perubahan pada habitat dan gangguan oleh aktivitas manusia. Penelitian dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda yaitu di Curug Walet, Gowek dan Curug Japarana. Pengumpulan data jenis burung dilakukan dengan metode point count, metode opportunistic observation, metode wawancara, dan metode identifikasi burung. Hasil penelitian mencatat terdapat 51 jenis yang termasuk ke dalam 20 suku dari 552 individu burung di ketiga lokasi dan 10 sub-lokasi penelitian. Nilai indeks Keanekaan Shannon-Wiener di ketiga kawasan penelitian yaitu hutan Gowek, Curug Walet dan Curug Japarana adalah 3.01, 2.77 dan 2.71. Kelimpahan Jenis burung yang dominan di sebagian besar lokasi penelitian adalah Burung Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Bondol jawa (Lonchura leucogastriodes). Gangguan yang terjadi adalah Perburuan burung dan Perubahan lahan yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu dan jenis burung di daerah rencana proyek pembangunan PLTA Cisokan, Jawa Barat.Item UJI BIOAKTIVITAS ANTIFIDAN EKSTRAK METANOL dan FRAKSI-FRAKSI DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata Lam. Pers) terhadap LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabricius, 1775)(2015-02-03) MARDIAN WIDIASTUTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian mengenai uji bioaktivitas antifidan dari ekstrak metanol dan fraksi-fraksi daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap larva ulat grayak (Spodoptera litura) telah dilakukan di laboratorium. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode daun cakram (leaf disc method) dengan uji pilihan (antifeedant choice test) dan tanpa pilihan (antifeedant no choice test). Konsentrasi yang digunakan untuk masing-masing uji terdiri atas 625, 1250, 2500, 5000 ppm dan kontrol. Setiap pengujian diulang 3 kali. Data berupa rata-rata jumlah luas daun yang dimakan larva instar III larva S. litura dan dianalisis dengan Mann Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana memiliki aktivitas antifidan terhadap larva instar III S. litura pada konsentrasi 625 ppm, 1250 ppm, dan 5000 ppm dan fraksi etil asetat pada konsentrasi 625 ppm, 1250 ppm, dan 5000 ppm.Item LAYANAN EKOSISTEM DI TAMAN TEMATIK KOTA BANDUNG (Studi Kasus: Taman Lansia, Taman Kandaga Puspa, Pet Park, dan Taman Balai Kota)(2016-01-20) RESTU AJENG SAPUTRI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenLayanan ekosistem merupakan keuntungan yang diperoleh dari ekosistem (MEA, 2005). Millenium Ecosystem Assesment (MEA) mengklasifikasi layanan ekosistem menjadi empat kategori, yaitu layanan penyediaan, layanan pengaturan, layanan kultural, dan layanan pendukung. Taman tematik adalah salah satu program Walikota Bandung untuk merevitalisasi dan memberikan tema terhadap beberapa taman kota. Penelitian dilakukan di empat taman tematik Kota Bandung, yaitu Taman Lansia, Taman Kandaga Puspa, Pet Park, dan Taman Balai Kota. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif. Metode kualitatif menggunakan data sekunder yang akan diperoleh dari literatur, sedangkan metode kuantitatif menggunakan pengisian kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian di keempat taman, terdapat 93 spesies tanaman dan 26 spesies burung yang menjadi parameter layanan penyedia. Perbedaan suhu dan kebisingan suara di luar dan di dalam taman adalah 0,6-1,1 oC dan 2,92-12,94 dB. Taman Lansia, Taman Kandaga Puspa, Pet Park, dan Taman Balai Kota masing-masing memiliki kemampuan menyerap polutan (CO2) sebesar 54,23 tonC/Ha; 43,45 tonC/Ha; 82,70 tonC/Ha; dan 18,32 tonC/Ha. Modifikasi suhu, kebisingan suara, dan kemampuan menyerap polutan menjadi parameter layanan pengaturan. Layanan kultural pada keempat taman memiliki fungsi yang baik-sangat baik sebagai sarana edukasi, kesehatan, rekreasi, bersosialisasi, dan estetika. Layanan pendukung pada keempat taman mendukung penyediaan habitat untuk berbagai jenis tanaman dan hewan liar terutama burung.Item AKTIVITAS MAKAN, PENGGUNAAN RUANG, DAN PREFERENSI PAKAN LUTUNG (Trachypithecus auratus , Geoffroy, 1812) DI HUTAN ALAM GUNUNG GEULIS BAGIAN SELATAN RPH CIJEDIL, BKPH CIANJUR, JAWA BARAT(2016-01-20) GEMI PAMULA LUKMAN N; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenLutung (Trachypithecus auratus É, Geoffroy, 1812) merupakan salah satu primata yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia, status primata ini tergolong rentan (vulnerable). Pakan merupakan aspek penting dalam pengelolaan populasi satwa, ketersediaan pakan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup satwa. Pengungkapan preferensi makanan penting dilakukan guna memberikan pengetahuan tentang makanan yang disukai serta pemanfaatan habitat oleh primata. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei – Juni 2015 yang bertujuan untuk mengetahui proporsi serta pola aktivitas makan, komposisi serta pola konsumsi pakan, proporsi konsumsi setiap jenis tumbuhan pakan, penggunaan vegetasi berdasarkan aktivitas makan pada setiap kategori umur. Pencatatan data aktivitas makan, pemanfaatan ruang secara vertikal, dan preferensi pakan dilakukan menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson, 1986) pada setiap kategori umur dengan interval waktu 4 menit. Metode kuadrat digunakan untuk mengetahui kondisi vegetasi pada daerah jelajah (Muller-Dombois & Ellenberg, 1974). Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi sebanyak 23 jenis tumbuhan merupakan tumbuhan pakan. Jenis tumbuhan pakan yang disukai pada setiap kategori umur bervariasi, namun hanya 4 jenis tumbuhan yang disukai oleh semua kategori umur. Hampelas (Ficus sinuata) merupakan sumber pakan dengan nilai indeks pemilihan tertinggi, sedangkan Kaliandara merah (Calliandra calothyrsus) merupakan satu-satunya tanaman introduksi yang disukai setiap kategori umur. Proporsi aktivitas makan bervariasi pada setiap kategori umur, dengan proporsi makan tertinggi dimiliki oleh remaja. Aktivitas makan baik pada pagi, siang, maupun sore hari lebih banyak dilakukan pada strata B, pada ketinggian 6 – 10 meter dari permukaan tanah, dan pada tajuk atas.