Bedah Mulut (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Bedah Mulut (Sp.) by Subject "AMFR"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS IMUNOEKSPRESI AUTOCRINE MOTILITY FACTOR RECEPTOR (AMFR) PADA AMELOBLASTOMA FOLIKULAR DAN PLEKSIFORM(2017-01-11) AGUNG TRI PRAKOSO; Andri Hardianto; H. Alwin KasimLatar Belakang : Ameloblastoma folikuler dan pleksiform merupakan tumor odontogenik jinak, kistik, tumbuh lambat, agresif lokal, dengan tingkat rekurensi yang cukup tinggi, dan paling sering terjadi pada rongga mulut. Autocrine motility factor receptor (AMFR) adalah sitokin yang disekresikan oleh tumor, mampu mempengaruhi migrasi sel, invasi, proliferasi,dan angiogenesis. Tujuan Penelitian : Penelitian dilakukan untuk mengetahui sifat biologis dari ameloblastoma pleksiform dan folikuler berupa imunoekspresi AMFR untuk mengetahui agresifitas tumor sehingga dapat membantu dalam tatalaksana dan prognosa dari tumor tersebut. Metode : Dilakukan penelitian observasi analitik cross sectional dengan menggunakan uji pulasan imunohistokimia terhadap imunoekspresi AMFR terhadap 30 jaringan blok parafin ameloblastoma pleksiform dan folikuler. Hasil Penelitian: Tidak terdapat perbedaan imunoekspresi AMFR pada Ameloblastoma folikuler dan pleksiform dan tidak terdapat perbedaan ekspresi AMFR pada berbagai ukuran besar ameloblastoma.Item KORELASI IMUNOEKSPRESI PROTEIN RETINOBLASTOMA FOSFORILASI (pRb-p) DAN AUTOCRINE MOTILITY FACTOR RECEPTOR (AMFR) DENGAN GRADASI KARSINOMA SEL SKUAMOSA PADA LIDAH(2018-10-11) GOSTRY ALDICA DOHUDE; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKarsinoma sel skuamosa merupakan neoplasma maligna yang berasal atau memperlihatkan gambaran morfologis dari epitel skuamosa. Merupakan kanker yang paling banyak terjadi pada lidah dan mempunyai kemampuan untuk merusak struktur serta dapat bermetastasis ke tempat yang lebih jauh. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional retrospektif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia pRb-p dan AMFR pada 30 blok parafin jaringan karsinoma sel skuamosa rongga mulut di Bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Imunoekspresi pRb-p dan AMFR dikorelasikan dengan gradasi histopatologis dan diuji secara statistik dengan menggunakan Spearman’s Rank Correlation dengan kemaknaan p>0,05 (95%) dan Kendall Coefficient of Concordance dengan tingkat kemaknaan p<0,05 (95%). Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi yang signifikan pRb-p dengan gradasi histopatologis (rs = 0,408, p-value=0,012), terdapat korelasi lemah antara AMFR dengan gradasi histopatologis dan secara statistik tidak bermakna (rs = -0,128, p-value=0,249), dan terdapat korelasi antara pRb-p dan AMFR dengan gradasi histopatologis (W=0,899, p-value=1,92E-12). Kesimpulan, temuan pada penelitian ini semakin tinggi imunoekspresi pRb-p maka semakin tinggi atau buruk tingkat gradasi histopatologis. Semakin tinggi imunoekspresi AMFR maka semakin rendah atau baik gradasi histopatologisnya. Pada korelasi bersama,terdapat korelasi pRb-p dan AMFR dengan gradasi histopatologis.