Bedah Mulut (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Bedah Mulut (Sp.) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 114
Results Per Page
Sort Options
Item Identifikasi Bakteri dan Uji Kepekaan Beberapa Antibiotika Dari Abses Odontogenik(2013-08-22) SAPTO HARYOSENO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAbses odontogenik merupakan penyakit infeksi jaringan gigi dan mulut. Bakteri penyebabnya merupakan flora normal rongga mulut, terutama kokus Gram positif dan batang Gram negatif aerob maupun anaerob. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional terhadap 15 orang penderita abses odontogenik yang berobat di poliklinik Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung dan Instalasi Gawat Darurat Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Bahan penelitian berupa pus, diperiksa di Laboratorium Bakteriologi untuk biakan aerob dan anaerob dan ditemukan bakteri aerob yang dominan adalah Streptococcus viridans 5 (41,67%) dan bakteri anaerob yang muncul adalah Peptococcus dan Peptostreptococcus masing-masing 3 (50%). Hasil uji kepekaan bakteri aerob menunjukkan nilai tertinggi terhadap antibiotika cefadroksil 50%, bakteri anaerob menunjukkan nilai tertinggi pada antibiotika metronidazol 100% dan seluruh bakteri menunjukkan nilai tertinggi pada antibiotika cefadroksil 33,33%.Item Korelasi Imunoekspresi Mini Chromosome Maintenance 2 dengan Gradasi Histopatologi pada Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut(2013-12-13) AJI FRANATA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPatogenesis karsinoma sel skuamosa rongga mulut sangat kompleks. Karsinoma sel skuamosa merupakan kanker yang paling banyak terjadi di rongga mulut dan mempunyai kemampuan untuk merusak struktur-struktur lokal serta dapat bermetastasis ke tempat yang lebih jauh. Penanda prognostik sangat diperlukan untuk mendeteksi lebih dini karsinoma ini sehingga dapat menunjukkan prediksi terhadap perilaku tumor, prognosis dan kelangsungan hidup penderita karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional retrospektif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia Mini Chromosome Maintenance 2 pada 30 blok parafin jaringan karsinoma sel skuamosa rongga mulut (10 diferensiasi baik, 10 diferensiasi sedang, 10 diferensiasi buruk) yang dilakukan di Bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Imunoekspresi Mini Chromosome Maintenance 2 dikorelasikan dengan gradasi histopatologis dan diuji secara statistik dengan menggunakan Correlation Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi yang signifikan antara Mini Chromosome Maintenance 2 dengan karsinoma sel skuamosa rongga mulut (rs = 0,560) tapi tidak ada korelasi yang signifikan antara Mini Chromosome Maintenance 2 dengan gradasi histopatologis (rs = -0,107). Kesimpulan dari penelitian ini adalah karsinoma sel skuamosa rongga mulut mengekspresikan Mini Chromosome Maintenance 2 dengan tingkat variabel dan lokalisasi seluler yang berbeda-beda. Terdapat korelasi imunoekspresi Mini Chromosome Maintenance 2 pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut.Item EFEK GUIDED BONE REGENERATION MEMBRAN PERIOSTEUM SAPI PADA DEFEK TULANG MANDIBULA TIKUS PUTIH SPRAGUE DAWLEY(2013-12-16) MARINA KURNIATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGuided bone regeneration merupakan usaha untuk mempercepat penyembuhan tulang. Konsep guided bone regeneration memanfaatkan barrier membrane atau membran pembatas untuk mencegah masuknya jaringan lunak sekitar ke dalam defek tulang sehingga proses penyembuhan jaringan tulang dapat terjadi lebih cepat dengan mencegah gangguan jaringan lunak sekitarnya. Berbagai bahan baku membran pembatas telah dikembangkan di dunia. Membran pembatas berbahan baku periosteum sapi produksi dalam negeri (BATAN Jakarta) diduga dapat digunakan untuk guided bone regeneration. Penelitian ekperimental murni dilakukan pada 30 ekor tikus percobaan Sprague Dawley jantan, dengan 15 ekor sebagai kelompok perlakuan dan 15 ekor sebagai kelompok kontrol. Sebuah defek tulang dibuat pada mandibula kanan seluruh kelompok tikus percobaan dan pada kelompok perlakuan diberikan membran periosteum sapi. Hewan percobaan dideterminasi pada hari ke-7, 14, dan 21. Pemeriksaan histopatologis dengan pewarnaan Hematoksilin-eosin untuk mengetahui persentase tulang imatur dan jaringan ikat fibrosa. Analisis statistik yang digunakan adalah ANAVA dan Newman Keuls. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan persentase tulang imatur dan jaringan ikat fibrosa yang bermakna (p-value<0,05) antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil tersebut menunjukkan membran periosteum sapi produksi dalam negeri (BATAN Jakarta) berpengaruh terhadap peningkatan persentase tulang imatur dan penurunan persentase jaringan ikat fibrosa.Item KORELASI IMUNOEKSPRESI P53 DAN HUMAN TELOMERASE REVERSE TRANSCRIPTASE (HTERT) DENGAN GRADASI KARSINOMA SEL SKUAMOSA RONGGA MULUT(2014-01-03) ISNANDAR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKanker pada rongga mulut berkisar 30% dari semua tumor ganas pada kepala dan leher, dimana hampir lebih dari 90% dari kanker ini merupakan karsinoma sel skuamosa. Gen penekan tumor p53 yang dikenal sebagai �penjaga genom� mempunyai fungsi utama pada kontrol siklus sel dan berperan sebagai pertahanan utama melawan kanker, terjadinya instabilitas genomik mengakibatkan inaktifasi dan mutasi p53, dimana ini terkait dengan progresifitas sel kanker dan prognosis yang buruk terhadap pasien. Human telomerase reverse transciptase (hTERT), merupakan subunit protein katalitik dari enzim telomerase kompleks, mencegah erosi telomer selama replikasi DNA, sehingga memungkinkan sel-sel untuk terhindar dari tahap penuaan sel. Hubungan antara hTERT dan transformasi keganasan yakni sekitar 90%, terdeteksinya hTERT ini dihubungkan dengan keganasan yang mengarah ke prognosis yang lebih buruk, dimana terjadinya imortalitas atau pertumbuhan secara terus menerus pada sel kanker. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional retrospektif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia p53 dan hTERT pada 30 blok parafin jaringan karsinoma sel skuamosa rongga mulut yang dilakukan di Bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Imunoekspresi P53 dan hTERT dikorelasikan dengan tingkat gradasi histopatologis karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan Rank Spearman correlation dengan kemaknaan p<0,05 (95%) dan Kendall Coefficient of Concordance dengan kemaknaan p<0,05% (95%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang signifikan, antara imunoekspresi P53 dengan gradasi histopatologis (rs = 0,497, p-value = 0,005), antara imunoekspresi hTERT dengan gradasi histopatologis (rs = 0,441, pvalue = 0,015), dan antara imunoekspresi P53 dan hTERT dengan gradasi histopatologis (W= 0,568, p-value = 3.99E-08) Kesimpulan : semakin tinggi imunoekspresi P53 dan / atau hTERT maka semakin tinggi atau buruk tingkat gradasi histopatologis karsinoma sel skuamosa rongga mulut (poorly differentiated).Item KORELASI IMUNOEKSPRESI E6 HUMAN PAPILLOMAVIRUS-16 DAN P53 DENGAN GRADASI KARSINOMA SEL SKUAMOSA RONGGA MULUT(2014-01-16) PALUPI KUMARA SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKarsinoma sel skuamosa merupakan pertumbuhan ganas yang berasal dari epitel rongga mulut dengan angka rata-rata kejadian di negara berkembang pertahun diperkirakan berkisar 25 kasus per 100.000 penduduk. Saat ini patogenesis kanker telah diduga berkaitan dengan virus Human papilloma (HPV). Selain itu telah diketahui bahwa mutasi p53 di temukan pada 50% dari seluruh kanker, termasuk pada rongga mulut. Tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui kejadian KSSRM dengan infeksi HPV juga ingin mengetahui korelasi E6 HPV-16 dan p53 dengan gradasi KSSRM sebagai perkiraan prognosa dan penentuan terapi. Penelitian ini menggunakan metode studi observasional analitik dengan rancangan penelitian secara potong silang (cross sectional study) dengan sampel blok parafin di bagian Patologi Anatomi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2007 sampai Desember 2012. Pemeriksaan dilakukan dengan membuat 2 preparat apusan imunohistokimia dengan menggunakan reagen antibodi E6 HPV-16 dan antibodi p53. Penilaian gradasi sesuai dengan hasil rekam medik patologi anatomi. Hasil penilaian yang didapat dikorelasikan secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi lemah antara E6 HPV-16 dengan gradasi KSSRM dan secara statistik tidak bermakna, dan terdapat korelasi p53 dengan gradasi KSSRM dan secara statistik bermakna. Terdapat korelasi E6 HPV-16 dan p53 dengan gradasi KSSRM. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa HPV-16 merupakan faktor resiko terhadap karsinoma sel skuamosa rongga mulut serta adanya co-factor dengan p53 menambah buruk prognosa.Item KORELASI IMUNOEKSPRESI CD146 DAN VEGF A DENGAN GRADASI KARSINOMA SEL SKUAMOSA RONGGA MULUT(2014-07-11) AHYAR RIZA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKarsinoma sel skuamosa atau karsinoma epidermoid merupakan neoplasma maligna yang berasal atau memperlihatkan gambaran morfologis dari epitel skuamosa. Merupakan kanker yang paling banyak terjadi di rongga mulut dan mempunyai kemampuan untuk merusak struktur serta dapat bermetastasis ke tempat yang lebih jauh. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional retrospektif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia CD146 dan VEGF A pada 29 blok parafin jaringan karsinoma sel skuamosa rongga mulut di Bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Imunoekspresi CD146 dan VEGF A dikorelasikan dengan gradasi histopatologis dan diuji secara statistik dengan menggunakan Spearman�s Rank Correlation dengan kemaknaan p>0,05 (95%) dan Kendall Coefficient of Concordance dengan tingkat kemaknaan p<0,05 (95%). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi antara CD146 dengan gradasi histopatologis (rs = 0,133, p-value=0,49), ada korelasi yang signifikan antara VEGF A dengan gradasi histopatologis (rs = -0,558, p-value=0,001), dan terdapat korelasi yang signifikan antara CD146 dan VEGF A dengan gradasi histopatologis (W=0,765, p-value=2,32E-10). Kesimpulan, semakin tinggi imunoekspresi CD146 maka semakin tinggi atau buruk tingkat gradasi histopatologis. Semakin tinggi imunoekspresi VEGF A maka semakin rendah atau baik gradasi histopatologisnya. Pada korelasi bersama CD146 dan VEGF A dengan gradasi histopatologis, semakin tinggi CD146 dan VEGF A maka semakin tinggi atau buruk tingkat gradasi histopatologisnyaItem PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN Anredera cordifolia DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA TIKUS Sprague dawley PENDERITA DIABETES MELITUS(2014-07-11) ACHMAD MAULUDIN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenyembuhan luka pasca pencabutan gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luasnya kerusakan jaringan, oral hygiene pasien, adanya mikroflora patogen di dalam rongga mulut dan kelainan sistemik yang menyertai seperti diabetes melitus. Penyembuhan luka pada pasien diabetes mengalami kesulitan dalam regenerasi jaringan dan mudah terjadinya infeksi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni menggunakan sampel sebanyak 36 ekor tikus Sprague dawley dengan disertai diabetes melitus yang dilakukan pencabutan gigi. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Kemudian tikus tersebut dibagi menjadi empat kelompok, kelompok I (aplikasi ekstrak etanol Anredera cordifolia 10%), kelompok II (aplikasi ekstrak etanol Anredera cordifolia 20%), kelompok III (aplikasi ekstrak etanol Anredera cordifolia 30%) sedangkan kelompok IV sebagai kontrol. Masing-masing kelompok dilakukan pengamatan histologi pada hari ke-7, hari ke-14 dan hari ke-21. Ekstrak Anredera cordifolia dihubungkan pengaruhnya dengan variabel penyembuhan luka yaitu jumlah fibroblas, kerapatan kolagen dan jumlah osteoblas dengan menggunakan uji statistik oneway anova dan uji mann whitney dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh ekstrak etanol Anredera cordifolia terhadap luka pencabutan gigi yang disertai diabetes mellitus terhadap peningkatan jumlah fibroblas, kerapatan kolagen dan jumlah osteoblas. Hal ini ditunjukkan pada uji statistik fibroblas dan osteoblas dengan oneway anova dan uji kerapatan kolagen dengan mann whitney dengan p-value = < 0.05 yang menggambarkan hasil yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun Anredera cordifolia dapat mempercepat proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi pada penderita diabetes melitus.Item PENGARUH APLIKASI MADU SECARA TOPIKAL PADA PENYEMBUHAN LUKA INSISI JARINGAN LUNAK MENCIT MUS MUSCULUS(2014-07-16) OCKY PRANATA M; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenProses penyembuhan luka jaringan lunak bertujuan untuk mempercepat proses penutupan luka secara optimal dengan memperbaiki dan mengembalikan fungsi, sehingga pada proses pembedahan perlu dipersiapkan agar hasil operasi terjadi penyembuhan yang optimal Penelitian ini adalah penelitian ekperimental murni dengan tujuan untuk mengetahui penyembuhan luka jaringan lunak menggunakan madu. Penelitian dilakukan dengan membuat luka insisi pada punggung mencit, luka insisi pada kelompok kontrol dibersihkan menggunakan NaCl 0,9% sedangkan kelompok perlakuan dibersihkan dengan NaCL 0,9% serta dioleskan madu. Masing-masing kelompok berjumlah 9 sampel. Hewan percobaan dideterminasi pada hari ke-3, 7 dan 14, kemudian dilakukan pemeriksaan lebar luka secara makroskopis, pewarnaan Hematoksilin eosin dan pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui jumlah sel fibroblas, kolagen, neovaskuler, leukosit dan kerapatan lebar celah epitel . Analisis statisik untuk desain faktorial 2X3X3 dilakukan dengan metoda ANAVA. Hasil analisa statistik hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu meningkatkan jumlah fibroblas, kolagen, neovaskuler, kerapatan lebar celah epitel dan luka serta menurunkan jumlah leukosit pada kelompok perlakuan yang bermakna.Item KORELASI IMUNOEKSPRESI VEGF-A DENGAN DENSITAS TRYPTASE SEL MAST SEBAGAI FAKTOR DIAGNOSTIK ANOMALI VASKULAR(2014-07-16) ABUL FAUZI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAnomali vaskular merupakan suatu kelainan pada pembuluh darah yang dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, anomali ini merupakan lesi jinak yang melibatkan komponen vaskuler dan sering ditemukan di regio kepala dan leher. Pembedaan lesi vaskular pada manusia masih merupakan suatu tantangan untuk para klinisi dalam menentukan diagnosa, rencana perawatan, sekaligus prognosa. Sel Mast memainkan peran penting dalam sistem imunitas dan angiogenesis dengan mensintesis dan melepaskan sekelompok mediator bioaktif, sitokin dan kemokin. Proses vaskulogenesis merupakan peristiwa penting dimana Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan suatu faktor pertumbuhan potensial yang mempromosikan pertumbuhan pembuluh darah dan sebagai elemen penting mengendalikan biologi tumor. Tujuan penelitian ini menganalisis korelasi ekspresi VEGF-A dan Densitas tryptase sel mast pada anomali vaskular. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan pendekatan analitik menggunakan sampel populasi blok parafin sebanyak 29 buah dengan diagnosa anomali vaskular. Setiap sampel dibuat 2 slide, 1 slide dilakukan pulasan IHK dengan VEGF-A dan 1 sediaan lagi dilakukan pulasan menggunakan antibodi monoklonal untuk melihat tryptase sel mast. Distribusi penderita anomali vaskular menurut jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki 52%, sedangkan rata-rata berdasarkan umur adalah 16 tahun. Ekspresi VEGF-A dan densitas tryptase sel mast terhadap anomali vaskular berdasarkan analisis statistik uji Spearman Coefficient of rank correlation bernilai signifikan dengan nilai p 0,000. Terdapat korelasi signifikan antara ekspresi VEGF-A dengan densitas tryptase sel mast pada anomali vaskular.Item Analisis Imunoekspresi Tumor Associated Macrophage M2 (CD163) untuk memprediksi agresifitas ameloblastoma tipe pleksiform dan tipe folikuler(2014-07-17) MUH IRFAN RASUL; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenANALISIS IMUNOEKSPRESI TUMOR ASSOCIATED MACROPHAGE M2 (CD163) UNTUK MEMPREDIKSI AGRESIFITAS AMELOBLASTOMA TIPE FOLIKULER DAN TIPE PLEKSIFORM ABSTRAK Ameloblastoma merupakan tumor jinak yang agresif dan paling sering ditemukan di rongga mulut. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan yang lambat namun persisten, destruktif, berinfiltrasi secara lokal ke jaringan sekitarnya, serta sering terjadi rekurensi. Oleh karena itu tumor ini digolongkan sebagai semi malignancy tumor atau borderline malignancy tumor. Tumor associated macrophage M2 (TAM M2) memiliki sifat pro tumor sehingga berkontribusi pada perkembangan dan progresifitas tumor dimana TAM M2 ini dapat diidentifikasi melalui marker CD163. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan korelasi imunoekspresi antara TAM M2 terhadap agresifitas ameloblastoma tipe folikuler dan tipe pleksiform. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional retrospective pada 34 blok parafin dengan menggunakan antibodi anti CD163 dan dilakukan penilaian secara semikuantitatif terhadap distribusi sel dan intensitas pewarnaan dengan menggunakan data ordinal. Pengujian statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon-Man/Whitney dan uji Sperman correlation dengan taraf signifikan α pada stroma dan p-value 0,2772 > α pada sel tumor. Sedangkan korelasi imunoekspresi CD163 terhadap agresifitas ameloblastoma tipe pleksiform dan tipe folikuler menunjukkan terdapat korelasi tetapi tidak signifikan secara statistik dengan p-value 0,325 > α pada stroma dan p-value 0,283 > α pada sel tumor. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan serta korelasi TAM M2 (CD163) dalam memprediksi agresifitas ameloblastoma tipe folikuler dan tipe pleksiform tetapi tidak signifikan secara statistik. Kata kunci : Ameloblastoma, TAM M2, CD163.Item IMUNOEKSPRESI GLUCOSE TRANSPORTER-1 (GLUT-1) PADA HEMANGIOMA DAN MALFORMASI VASKULAR(2014-07-21) DIANA RAHMALIA DAUD; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenHemangioma dan malformasi vaskuler merupakan kelainan vaskuler yang sering dijumpai pada bayi dan anak-anak. Kedua kelompok kelainan vaskuler ini memiliki gambaran klinis dan histologis yang serupa sehingga menentukan diagnosis yang tepat merupakan tantangan bagi klinisi untuk dapat menentukan rencana perawatan yang tepat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia Glucose Transporter-1 (GLUT-1) pada 29 blok parafin jaringan hemangioma dan malformasi vaskuler yang dilakukan di bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Imunoekspresi GLUT-1 diuji secara statistik dengan menggunakan uji z untuk uji proporsi dengan tingkat kepercayaan 95%. Tingkat sensitivitas dan spesifitas GLUT-1 juga turut diuji menggunakan tabel kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara imunoekspresi GLUT-1 pada hemangioma dan malformasi vaskuler (zhitung = 2,34) dan didapatkan hasil sensitivitas GLUT-1 pada hemangioma sebesar 100% dan spesifitas GLUT-1 pada hemangioma sebesar 100%. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan antara imunoekspresi GLUT-1 pada hemangioma dan malformasi vaskuler dan GLUT-1 dapat digunakan sebagai penanda spesifik pada jenis penyakit hemangioma.Item KORELASI IMUNOEKSPRESI GLUCOSE TRANSPORTER-1 (GLUT-1) DENGAN GRADASI KARSINOMA SEL SKUAMOSA(2014-10-20) SITI ZAIDAH ZD; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKarsinoma sel skuamosa (KSS) adalah suatu neoplasma invasif pada jaringan epitel rongga mulut dengan berbagai tingkat diferensiasi yang muncul pada tempat-tempat seperti jaringan mukosa mulut, alveolar, gingiva, dasar mulut, lidah, palatum, tonsil dan orofaring. KSS cenderung untuk bermetastase dan meluas. Karsinoma merupakan kanker yang berasal dari sel epitel, dan yang paling banyak terjadi di rongga mulut adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional retrospektif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia Glucose transporter-1 pada 30 blok parafin jaringan karsinoma sel skuamosa rongga mulut yang dilakukan di Bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Imunoekspresi Glucose transporter-1 dikorelasikan dengan gradasi histopatologis dan diuji secara statistik dengan menggunakan Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara Glucose transporter-1 dengan gradasi histopatologis karsinoma sel skuamosa rongga mulut (rs = -.572) Kesimpulan dari penelitian ini imunoekspresi Glucose transporter-1dapat berguna untuk memprediksi prognosis dan menentukan strategi perwatan untuk penanganan karsinoma sel skuamosa rongga mulut.Item PENGARUH APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK KUNYIT DIBANDINGKAN NATRIUM DEKLOFENAK TERHADAP PENURUNAN EKSPRESI PROSTAGLANDIN DAN INTERLEUKIN I ALPA PADA LUKA JARINGAN LUNAK TIKUS PUTIH SPRAGUE DAWLEY(2014-10-20) ADHE ISMUNANDAR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenProses inflamasi akut pada luka jaringan lunak menghasikan beberapa mediator seperti prostaglandin, leukotrienes, lipoksin, interleukin, infiltrasi sel inflamasi dan neovaskular sehingga dapat mempengaruhi proses inflamasi dan rasa nyeri. Penelitian ini adalah penelitian ekperimental murni dengan tujuan untuk mengetahui penurunan kadar interleukin 1 α, prostaglandin, infiltrasi sel inflamasi dan neovaskular yang mempengaruhi proses inflamasi akut dan nyeri pada luka jaringan lunak menggunakan ekstrak kunyit dan membandingkan dengan natrium diklofenak. Penelitian dilakukan dengan membuat luka menggunakan punch biopsy pada punggung tikus, luka insisi pada kelompok kontrol dibersihkan menggunakan NaCl 0,9% sedangkan kelompok perlakuan dibersihkan dengan NaCL 0,9% di aplikasikan ekstrak kunyit dan natrium diklofenak. Masing-masing kelompok berjumlah 9 sampel. Hewan percobaan dideterminasi pada hari ke-1, 3 dan 5, kemudian dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis, pewarnaan imunohistokimia dan Hematoksilin eosin untuk mengetahui jumlah kualitatif kadar interleukin 1 α, prostaglandin, infiltrasi sel radang dan neovaskular. Analisis statisik non parametric dan desain faktorial 3X3X3 dilakukan dengan metoda Kruskal-Wallis Test. Hasil analisa statistik hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kunyit dapat menurunkan dua kali lebih kuat kadar prostaglandin, infiltrasi sel inflamasi dan tidak ada perbedaan atau hampir sama menurunkan kadar interleukin 1 α, dan meningkatkan neovaskuler dibandingkan natrium diklofenak.Item PENGARUH SALEP EKSTRAK IKAN GABUS (Channa Striatus) DAN SALEP KULIT KLORAMFENIKOL PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA JARINGAN LUNAK TRAUMA OROMAKSILOFASIAL (Penelitian pada hewan Tikus Putih Sparague Dawley(2015-01-13) ZAITUN SUMULE; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenyembuhan luka merupakan proses yang kompleks melibatkan respon seluler dan humoral serta dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa kebersihan dan kontaminasi luka, ukuran luka , kehadiran mikroba, serta obat-obatan topikal. Penggunaan obat-obatan dari bahan alam dapat digunakan sebagai alternatif dalam mempercepat penyembuhan luka. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh salep ekstrak ikan gabus dan salep kloramfenikol pada penyembuhan luka jaringan lunak. Penelitian ini dilakukan dengan membuat luka insisi pada wajah tikus, luka insisi pada kelompok perlakuan diaplikasi salep ekstrak ikan gabus, kelompok kontrol positif luka insisi diaplikasi salep kulit kloramfenikol dan kelompok kontrol negatif luka insisi tanpa perlakuan. Masing-masing kelompok berjumlah 9 sampel. Hewan percobaan diterminasi pada hari ke 5,14,21, kemudian dilakukan pemeriksaan makroskopis dan histopatologis untuk mengetahui jumlah neovaskularisasi, sel fibroblas, sel leukosit, serat kolagen,epitelisasi. Analisis statistik untuk desain faktorial 3x3x3 dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil analisis statistik penelitian bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara salep ekstrak ikan gabus dan salep kulit kloramfenikol namun secara gambaran deskriptif dapat diketahui bahwa salep ekstrak ikan gabus memberikan efek penyembuhan luka jaringan lunak yang relatif lebih baik dari salep kulit kloramfenikol. Kesimpulan : Salep ekstrak ikan gabus dapat diaplikasikan pada proses penyembuhan luka jaringan lunak trauma oromaksilofasial.Item KORELASI ANTARA ARTIKULASI DENGAN NASAL EMISI PADA PENDERITA CELAH PALATUM UNILATERAL KOMPLIT PASCA PALATOPLASTI TEKNIK PUSH-BACK(2015-01-19) CONNY DIANAWATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGangguan berbicara merupakan tantangan fisik sejak penderita celah palatum dilahirkan dan merupakan salah satu masalah yang paling krusial pada penderita terutama pada tahap awal tumbuh-kembang penderita (kemampuan berbahasa). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara artikulasi dengan nasal emisi pada penderita celah palatum unilateral komplit pasca palatoplasti teknik push-back dan mengetahui perbedaan antara nasal emisi pada penderita celah palatum unilateral komplit pasca palatoplasti teknik push-back dengan anak normal. Desain penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional, dengan subjek penelitian sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan dengan cara mencatat hasil tes pemeriksaan artikulasi serta memeriksa nasal emisi dengan nasometer. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan independent t-test. Hasil penelitian uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat korelasi positif yang bermakna secara statistik antara artikulasi dengan nasal emisi, dengan korelasi antara suara inisial dengan nasalance sebesar rs= 0,92 korelasi antara suara medial dengan nasalance sebesar rs= 0,89 dan korelasi antara suara final dengan nasalance sebesar rs= 0,51. Hasil uji t-test menunjukkan thitung (12,2723) > ttabel (2,0484). Kesimpulan dari penelitian ini adalah nasal emisi yang semakin kecil akan menghasilkan artikulasi yang semakin jelas dan nasal emisi penderita celah palatum unilateral komplit pasca palatoplasti teknik push-back mendekati anak normal.Item PENGARUH APLIKASI TOPIKAL PARTIKEL NANO PERAK TERHADAP PERSEMBUHAN LUKA JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT (UJI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY )(2015-01-19) DIKI HENDRIAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenanganan luka yang baik merupakan hal penting untuk proses persembuhan luka dan hal tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan terapi secara topikal. Tujuan yang ideal yang harus dicapai oleh bahan topikal aplikasi adalah didapatkan persembuhan yang cepat, jaringan parut yang minimal terbentuk, dan fungsinya kembali maksimal seperti semula. Salah satu bahan yang dapat diaplikasikan terhadap persembuhan luka adalah gel partikel nano perak. . Partikel nano perak mulai banyak dipublikasikan dan diaplikasikan terutama dalam pengobatan luka di rongga mulut, namun untuk aplikasi di dalam rongga mulut belum banyak diteliti dan dipublikasikan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan gel partikel nano perak terhadap persembuhan luka jaringan lunak rongga mulut dalam peningkatan jumlah fibroblas, jumlah kolagen, jumlah neovaskularisasi, penurunan jumlah leukosit dan peningkatan penutupan lebar luka pada hewan percobaan tikus spraque dawley. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental murni meggunakan pada tikus spraque dawley sebanyak 27 ekor, dimana dibagi menjadi kelompok kontrol (Na Cl 0,9%) dan kelompok perlakuan (partikel nano perak konsentrasi 250 ppm dan 500 ppm) yang dilakukan di Divisi Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB- Bogor. Pengujian statistik dilakukan dengan analisa statistik ANOVA dengan taraf signifikan α < 0,05 (95%). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dari variabel penelitian jumlah fibroblas, kolagen, neovaskularisasi, leukosit dan lebar luka dengan p-value < 0,05. Kesimpulan dari penelitan ini adalah gel topikal partikel nano perak mempunyai pengaruh dalam mempercepat proses persembuhan luka jaringan lunak rongga mulut tikus spraque dawley.Item UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA LINN) SEBAGAI ANTI BAKTERI TERHADAP BAKTERI AEROB ABSES ODONTOGENIK RONGGA MULUT(2015-01-20) EKA PRASETIAWATY; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenanganan abses odontogenik menggunakan obat antibiotik mengalami masalah disebabkan oleh munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga dapat menyebabkan meningkatnya infeksi, morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak kelopak bunga rosella terhadap bakteri aerob pada penderita abses odontogenik rongga mulut. Desain penelitian bersifat eksperimental murni dengan subyek penelitian sebanyak 13 orang penderita abses odontogenik yang datang di poli bedah mulut dan maksilofasial RSHS Bandung. Uji efektivitas antibakteri ekstrak kelopak bunga rosella terhadap bakteri aerob yang ditemukan (Streptococcus viridans, Staphylococcus epidermis, Micrococcus, Bukholderia cepacia dan Klebsiella pneumoniae) dilakukan menggunakan metode difusi dengan cara memberikan serial konsentrasi (50%, 25%, 12,5%, 6,3%, 3,1%, 1,6%, 0,8%, 0,4%, 0,2%) ekstrak kelopak bunga rosella pada bakteri uji sehingga terbentuk daerah hambat berbentuk lingkaran yang selanjutnya diukur besar diameter daerah hambat (DDH) yang terbentuk pada bakteri uji. Hasil penelitian ini yaitu : a. ekstrak kelopak bunga rosella mempunyai efek anti bakteri terhadap bakteri aerob abses odontogenik rongga mulut, b. berdasarkan hasil analisis anova dan uji t maka perbedaan pemberian konsentrasi yang berbeda pada bakteri uji menghasilkan nilai DDH yang sangat signifikanItem POTENSI EKSTRAK ETHANOL BUAH MUNTINGIA CALABURA LINN TERHADAP PERSEMBUHAN LUKA JARINGAN MUKOSA PALATUM PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY(2015-04-03) DENI HERDIYANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenLatar Belakang Persembuhan luka merupakan proses biologi normal kulit ataupun mukosa dalam merespon adanya luka. Buah Muntingia calabura Linn dilaporkan memiliki efek antiinflamasi, antibakteri dan antioksidan. Adanya manfaat antiinflamasi, anti bakteri dan antioksidan merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan luka secara topikal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi potensi ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn terhadap proses persembuhan luka pada mukosa palatum tikus Sprague Dawley. Metode Dua puluh tujuh ekor tikus Sprague Dawley secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I diberi aplikasi aquades (kontrol), kelompok II diberi aplikasi topikal ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn konsentrasi 36%, dan kelompok III diberi aplikasi topikal ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn konsentrasi 72%. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan pembuatan luka sirkular pada palatum dengan diameter 4 mm. Perlakuan diberikan secara topikal sehari sekali dan tiga ekor tikus pada tiap kelompok dieuthanasia pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14. Dilakukan penghitungan jumlah makrofag, sel fibroblas, dan luas sebaran serabut kolagen. Data di analisa dengan ANOVA satu arah untuk membandingkan potensi persembuhan luka pada tiap kelompok. Hasil Dari analisis data didapatkan bahwa kelompok dengan perlakuan pemberian ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn konsentrasi 36% memberikan aktivitas yang baik terhadap proses persembuhan luka dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok yang diberi ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn konsentrasi 72%. Tidak terdapat perbedaan bermakna jumlah sel makrofag antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (ANOVA, p > 0.05). Terdapat perbedaan bermakna jumlah sel fibroblas dan luas sebaran serabut kolagen antara kelompok yang diberi ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn konsentrasi 36% dengan kelompok kontrol (Tukey HSD, p < 0.05). Kesimpulan Ekstrak ethanol buah Muntingia calabura Linn konsentrasi 36% memiliki potensi untuk persembuhan luka mukosa palatum pada tikus Sprague Dawley lebih baik.Item KORELASI ANTARA KADAR INTERLEUKIN-10 (IL-10) SERUM DAN SKOR NYERI VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) PASCA PEMBERIAN PARASETAMOL INTRAVENA PADA PEMBEDAHAN DAERAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL(2015-04-19) HARFINDO NISMAL; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKerusakan sel pasca bedah akan menghasilkan dua proses, yaitu mekanisme pelepasan prostaglandin dan Interleukin-10 (IL-10) sebagai mediator nyeri dan inflamasi. Dua mediator ini akan merugikan jika tidak dihambat produksinya. Efektivitas keseluruhan dari suatu obat analgetik tergantung pada adekuatnya pengurangan nyeri dan insidensi efek samping atau komplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar Interleukin-10 (IL-10) serum dan skor nyeri Visual Analogue Scale (VAS) serta korelasi antara keduanya pasca pemberian analgetik parasetamol intravena pada pembedahan daerah mulut dan maksilofasial. Metode penelitian ini adalah observasional, bersifat analitik korelasional dengan pendekatan cross-sectional, dan subjek penelitian sebanyak 15 orang. Penelitian dilakukan dengan cara mencatat hasil pemeriksaan kadar Interleukin-10 (IL-10) serum dan skor nyeri Visual Analogue Scale (VAS) pasca pemberian parasetamol intravena pada pembedahan daerah mulut dan maksilofasial. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan student t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kadar Interleukin-10 (IL-10) serum dengan p-value (0,02) dan skor Visual Analogue Scale (VAS) dengan p-value (0,0002) serta korelasi antara keduanya pasca pemberian parasetamol intravena pada pembedahan daerah mulut dan maksilofasial dengan koefisien korelasi Rank Spearman (rs=0,906) dan p–value (1,65373E-06) yang bermakna secara statistik dengan p-value < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah parasetamol intravena dapat direkomendasikan dan dijadikan alternatif obat analgetik pasca pembedahan daerah mulut dan maksilofasial.Item POTENSI ROYAL JELLY DALAM PENYEMBUHAN ALVEOLAR OSTEITIS PASCA PENCABUTAN GIGI (STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY SEBAGAI MODEL)(2015-04-20) AFIFUDDIN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenLatar Belakang Alveolar osteitis merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pasca pencabutan gigi permanen, yang terjadi setelah 2 sampai 4 hari pasca pencabutan serta menyebabkan terganggu/tertunda penyembuhan luka. Royal jelly memiliki manfaat biologis, farmakologis dan immuno-regulator yang telah diujicobakan pada hewan percobaan, seperti : aktifitas hipotensi dan vasodilatasi sehingga menurunkan level serum kholestrol, anti-tumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, menekan reaksi alergi,immunomodulator dan anti penuaan. Adanya manfaat anti-tumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan alveolar osteitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi potensi royal jelly terhadap alveolar osteitis yang diinduksi adrenalin pada soket gigi insisivus tikus Sprague Dawley. Metode Dua puluh tujuh ekor tikus Sprague Dawley secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 diberi aplikasi NaCl 0,9% (kontrol), kelompok 2 diberi perlakuan insersi adrenalin 1 : 1000 selama 1 menit pada soket gigi insisivus rahang atas, dan kelompok 3 memiliki perlakuan yang sama dengan kelompok 2 tetapi ditambahkan royal jelly pada soketnya. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan satu pencabutan gigi insisivus rahang atas.Dilakukan penghitungan jumlah fibroblas, sel osteoblas, dan luas sebaran serabut kolagen. Data di analisa dengan ANOVA satu arah untuk membandingkan potensi persembuhan luka ekstraksi pada tiap kelompok. Hasil Dari analisis data didapatkan bahwa kelompok dengan perlakuan pemberian royal jelly memberikan aktivitas yang baik terhadap proses persembuhan alveolar osteitis dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kesimpulan Royal jelly memiliki potensi untuk penyembuhan alveolar osteitis pada tikus Sprague Dawley lebih baik.