Bedah Mulut (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Bedah Mulut (Sp.) by Subject "alveolar osteitis"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
Item Efektifitas Ekstrak Batang Pisang Mauli (Musa acuminata) Terhadap Penyembuhan Alveolar Osteitis Pasca Pencabutan Gigi (Studi Eksperimental pada Tikus Sprague Dawley)(2021-10-12) TRI NURRAHMAN; Abel Tasman Yuza; Endang SjamsudinPendahuluan: Alveolar osteitis atau dry socket merupakan salah satu komplikasi pencabutan gigi yang biasa terjadi. Pilihan obat yang digunakan dalam perawatan alveolar osteitis selama ini adalah pasta iodoform. Beberapa laporan kasus telah ditemukan kasus efek samping dari penggunaan iodoform. Penggunaan bahan obat herbal dapat menjadi alternatif dengan tujuan mengurangi resiko efek samping, murah dan mudah didapat. Salah satunya batang pisang Mauli yang telah digunakan masyarakat Indonesia sejak lama sebagai bahan pengobatan dalam penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi ekstrak batang pisang Mauli terhadap penyembuhan alveolar osteitis dengan mengamati luasan fibroblas dan jumlah osteoblas. Metode: Dua puluh empat tikus Sprague Dawley yang diinduksi alveolar osteitis secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok KN tidak diberikan perlakuan apapun, kelompok KI diberi perlakuan irigasi dan aplikasi pasta iodoform dua kali sehari dan kelompok KM dilakukan irigasi dan aplikasi ekstrak batang pisang Mauli dua kali sehari selama 7 dan 14 hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan luasan fibroblas dan penghitungan jumlah osteoblas. Data luasan fibroblas menggunakan analisis oneway anova dengan uji lanjut LSD (Least Significant Difference), sedangkan pada jumlah osteoblas dilakukan analisa menggunakan analisis Kruskal-Wallis dengan uji lanjut Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan kontrol positif pasta iodoform dan kelompok ekstrak batang pisang Mauli. Hasil: Hasil analisis data menunjukkan hari ke-7 tidak terdapat perbedaan luasan fibroblas pada ekstrak batang pisang Mauli (Musa acuminata) dibandingkan pasta iodoform (signifikan p0,127>0,05), sedangkan pada hari ke-14 terdapat perbedaan luasan fibroblas (p0,009<0,05). Jumlah osteoblas memperlihatkan kesamaan bahwa tidak terdapat perbedaan antara aplikasi ekstrak batang pisang Mauli (Musa acuminata) dibandingkan pasta iodoform. Simpulan: Ekstrak batang pisang Mauli memiliki potensi untuk penyembuhan alveolar osteitis yang sebanding dengan pasta iodoform berdasarkan pengamatan dari luasan fibroblas dan osteoblas.Item EFEKTIFITAS APLIKASI EKSTRAK BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia l. merr) TERHADAP PENYEMBUHAN ALVEOLAR OSTEITIS PASCA PENCABUTAN GIGI MELALUI PEMERIKSAAN LUASAN FIBROBLAS, KERAPATAN KOLAGEN DAN JUML(2019-04-12) FAJAR REZANDARU; Indra Hadikrishna; Endang SjamsudinPendahuluan: Alveolar osteitis atau dry socket merupakan komplikasi yang paling umum terjadi setelah ekstraksi gigi. Insidensinya sekitar 1-4 % setelah prosedur ekstraksi gigi biasa, dan sekitar 30% setelah tindakan odontektomi gigi molar ketiga bawah. Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (l.) merr) adalah salah satu tanaman yang terkenal diantara suku Dayak yang tinggal di pulau Kalimantan. Secara tradisional Eleutherine palmifolia (l.)merr digunakan sebagai obat di banyak belahan dunia. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi pemberian topikal gel ekstrak Eleutherine palmifolia (l.) merr terhadap penyembuhan luka alveolar osteitis sebagai komplikasi pasca pencabutan gigi pada tikus Sprague dawley dengan mengamati luasan sel fibroblas, kerapatan kolagen, serta jumlah osteogenesis. Metoda Penelitian: Penelitian ini menggunakan metoda penelitian eksperimental murni yang dilakukan pada hewan coba tikus Sprague dawley. Tikus dibagi dalam 3 kelompok, yaitu K1 (alveolar osteitis tidak diberi perlakuan aplikasi apapun), K2 (tikus alveolar osteitis dilakukan aplikasi pasta iodoform setiap 3 hari sekali), dan K3 (tikus alveolar osteitis dilakukan aplikasi topikal gel ekstrak Eleutherine palmifolia (l.)merr). Pada hari ke-3, 5 dan 10 dilakukan tindakan nekropsi dan pengambilan soket gigi berupa jaringan lunak bersama dengan jaringan kerasnya, kemudian dilakukan pembuatan preparat dan diberi pewarnaan masson trichrome untuk pemeriksaan terhadap fibroblas, kolagen dan osteogenesis. Hasil Penelitian: Aplikasi topikal gel ekstrak Eleutherine palmifolia (l.) merr memperlihatkan rata-rata luasan fibroblas dan kerapatan kolagen dan jumlah osteogenesis yang sebanding dengan pasta iodoform pada penyembuhan alveolar osteitis.Item PERBANDINGAN EFEKTIFITAS APLIKASI EKSTRAK PUCUK BUNGUR (Lagerstroemia Species) dan LIDAH BUAYA (Aloe Vera) TERHADAP PENYEMBUHAN ALVEOLAR OSTEITIS PASCA PENCABUTAN GIGI MELALUI PEMERIKSAAN INTERLEUKIN(2019-04-12) WILLY BERNADI; Abel Tasman Yuza; Andri HardiantoLatar Belakang Alveolar osteitis merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pasca pencabutan gigi, yang terjadi setelah 2 sampai 4 hari pasca pencabutan serta menyebabkan terganggunya penyembuhan luka. Pucuk Bungur (Lagerstroemia spesies) dan lidah buaya (Aloe Vera) memiliki manfaat biologis, farmakologis pada hewan percobaan, seperti : aktifitas antimikroba, anti-inflamasi, antioksidan, antitusif, sitotoksik, anti-obesitas, inhibisi xanthine oxidase, antiviral, antitumor, antimutagenik, imunomodulator, gastroprotektif, anti jamur, terhadap usus, dan juga efek pada penyembuhan luka. Adanya manfaat tersebut merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan alveolar osteitis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gel ekstrak Lagerstroemia spesies dibandingkan aloe vera gel terhadap proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi tikus Sprague Dawley yang disertai alveolar osteitis. Metode Dua puluh tujuh tikus Sprague Dawley secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok osteitis (kontrol) yang diberi perlakuan insersi adrenalin 1 : 1000 selama 1 menit pada soket gigi molar rahang atas kiri, kelompok kedua merupakan kelompok osteitis yang diberi aplikasi gel Lagerstroemia spesies dan kelompok ketiga merupakan kelompok osteitis yang diberi aplikasi gel aloe vera. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar interleukin 6 dan penghitungan jumlah osteoblas. Data di analisa dengan ANAVA oneway untuk membandingkan efektifitas penyembuhan luka pada alveolar osteitis pada tiap kelompok. Hasil Dari analisis data didapatkan bahwa kelompok osteitis yang diaplikasikan gel Lagerstroemia spesies memiliki aktivitas yang baik terhadap proses penyembuhan alveolar osteitis terutama pada saat inflamasi dibandingkan kelompok yang lain. Kesimpulan Lagerstroemia spesies memiliki potensi untuk mengurangi lama fase inflamasi pada penyembuhan alveolar osteitis pada tikus Sprague Dawley dibandingkan dengan aloe vera.Item POTENSI EKSTRAK ALLIUM CEPA TERHADAP PENYEMBUHAN ALVEOLAR OSTEITIS PASCA PENCABUTAN GIGI (STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY)(2016-01-18) INDAH AMISANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenLatar Belakang Pencabutan gigi memiliki beberapa komplikasi, salah satunya alveolar osteitis yang dapat menunda proses penyembuhan. Di praktek kedokteran gigi digunakan pasta iodoform sebagai medikamentosa alveolar osteitis. Pengobatan herbal saat ini sedang ditingkatkan karena alasan murah dan mudah didapat. Bawang merah (Allium cepa) merupakan obat tradisional yang mempunyai kandungan senyawa fitokimia seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan sulfur dengan kemampuan penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi ekstrak A.cepa terhadap penyembuhan alveolar osteitis. Metode Delapan belas ekor tikus Sprague Dawley yang diinduksi alveolar osteitis secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok KN tidak diberi perlakuan apapun, Kelompok KI diberi perlakuan kuretase, irigasi dan aplikasi pasta iodoform. Kelompok KA dilakukan kuretase, irigasi dan aplikasi gel A. cepa. Pada ketiga kelompok tersebut dilakukan penghitungan luasan fibroblas, kerapatan kolagen serta jumlah osteoblas pada hari pengamatan ke-3, 5 dan 10 setelah alveolar osteitis. Data kemudian dianalisis dengan ANAVA untuk membandingkan potensi persembuhan luka alveolar osteitis pada tiap kelompok. Hasil Rata-rata luasan fibroblas (%) pengamatan hari ke-10, yaitu KN (13,1 ±14,0a), KI (1,9 ± 2,7ab) dan KA (0,7± 1,6b), rata-rata luasan kolagen (%) pada pengamatan hari ke-10, yaitu KN (35,2 ± 18,1a), KI (24,4 ± 11,9a ) dan KA (39,7±13,6a), rata-rata jumlah osteoblas pada pengamatan hari ke-10, yaitu KN (34,7 ±4,5a), KI (148,7 ± 54,9b), KA(126,0 ±26,4b). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan luasan fibroblas, kerapatan kolagen dan jumlah osteoblas antara aplikasi Allium cepa dengan pasta iodoform. Kesimpulan Allium cepa memiliki potensi yang sebanding dengan pasta iodoform dalam penyembuhan alveolar osteitis pada tikus Sprague dawley.Item POTENSI ROYAL JELLY DALAM PENYEMBUHAN ALVEOLAR OSTEITIS PASCA PENCABUTAN GIGI (STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY SEBAGAI MODEL)(2015-04-20) AFIFUDDIN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenLatar Belakang Alveolar osteitis merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pasca pencabutan gigi permanen, yang terjadi setelah 2 sampai 4 hari pasca pencabutan serta menyebabkan terganggu/tertunda penyembuhan luka. Royal jelly memiliki manfaat biologis, farmakologis dan immuno-regulator yang telah diujicobakan pada hewan percobaan, seperti : aktifitas hipotensi dan vasodilatasi sehingga menurunkan level serum kholestrol, anti-tumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, menekan reaksi alergi,immunomodulator dan anti penuaan. Adanya manfaat anti-tumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan alveolar osteitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi potensi royal jelly terhadap alveolar osteitis yang diinduksi adrenalin pada soket gigi insisivus tikus Sprague Dawley. Metode Dua puluh tujuh ekor tikus Sprague Dawley secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 diberi aplikasi NaCl 0,9% (kontrol), kelompok 2 diberi perlakuan insersi adrenalin 1 : 1000 selama 1 menit pada soket gigi insisivus rahang atas, dan kelompok 3 memiliki perlakuan yang sama dengan kelompok 2 tetapi ditambahkan royal jelly pada soketnya. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan satu pencabutan gigi insisivus rahang atas.Dilakukan penghitungan jumlah fibroblas, sel osteoblas, dan luas sebaran serabut kolagen. Data di analisa dengan ANOVA satu arah untuk membandingkan potensi persembuhan luka ekstraksi pada tiap kelompok. Hasil Dari analisis data didapatkan bahwa kelompok dengan perlakuan pemberian royal jelly memberikan aktivitas yang baik terhadap proses persembuhan alveolar osteitis dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kesimpulan Royal jelly memiliki potensi untuk penyembuhan alveolar osteitis pada tikus Sprague Dawley lebih baik.