Keperawatan (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Keperawatan (S1) by Title
Now showing 1 - 20 of 2229
Results Per Page
Sort Options
Item 4P (PRODUCT, PRICE, PLACE, AND PROMOTION) AND THE DECISION TO PURCHASE VIRTUAL REALITY ON LEARNING AMONG NURSING STUDENTS(2023-03-20) TAZKIA BADLIANA AUDLY; Yanti Hermayanti; Raini Diah SusantiIntroduction: VNursLab Plus Padjadjaran University offers technology-based learning media, namely virtual reality (VR) to support the clinical skills of nursing students. Before mass marketing, VNursLab Plus products need to be researched in several segmentations. Marketing mix 4P (Product, Price, Place, and Promotion) is one of the marketing strategies carried out to influence the purchasing decision of a product. The purpose of this study was to analyze the relationship between 4P (Product, Price, Place, and Promotion) on VR purchasing decisions in college students. Research methodology: correlational research with a cross sectional approach and the respondents of this study were 89 Padjadjaran University Nursing students who had tried using VR. Result: The Chi-Square test obtained a p value <0.01 in each variable product, price, and place on purchasing decision decisions, while the promotion variable on purchasing decisions produced a p value = 0.29. Discussion: The test results which state that there is a relationship that makes the 4P marketing mix strategy (Product, Price, Place, Promotion) can be adapted by VNursLab Plus as a marketing strategy. Conclusion: There is a relationship between 4P (Product, Price, Place, Promotion) on VR purchasing decisions in students.Item A Narrative Review : Efektivitas Virtual Reality dalam Menurunkan Nyeri pada Anak dengan Kanker(2021-07-12) AULIA SHABRINA HASTI; Henny Suzana Mediani; Fanny AdistieABSTRAK Selama perjalanan penyakit kanker, anak-anak dan remaja mungkin akan menghadapi nyeri dalam berbagai keadaan. Nyeri merupakan salah satu gejala umum yang dialami oleh anak dengan kanker yang diakibatkan oleh perjalanan penyakit, proses pengobatan, dan efek samping dari pengobatan kanker. Virtual reality (VR) merupakan teknologi baru dari manajemen nyeri nonfarmakologis. Tujuan review ini untuk mengidentifikasi keefektifan VR dalam menurunkan nyeri pada anak dengan kanker. Metode review yang digunakan adalah narrative review. Pencarian artikel menggunakan Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Kriteria artikel yang digunakan adalah artikel tentang manajemen nyeri anak dengan kanker menggunakan VR, tahun terbit 2011-2020, berbahasa Inggris atau Indonesia, dan free full text. Pendokumentasian artikel yang telah disortir, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel. Didapatkan hasil sebanyak 6 artikel yang termasuk kedalam kriteria. Hasil literature menunjukkan bahwa VR terbukti efektif dalam mengurangi nyeri pada anak dengan kanker, terutama saat anak menjalani prosedur venipuncture, pengobatan anti kanker, dan masa hospitalisasi. Kesimpulan penelitian ini, meskipun terdapat keterbatasan metodologis dan ukuran sampel yang kecil, penggunaan VR ini terbukti efektif dalam menurunkan nyeri pada anak dengan kanker. Oleh karena itu, penggunaan VR dapat direkomendasikan kepada para tenaga kesehatan di Indonesia sebagai salah satu manajemen non farmakologi dalam mengatasi nyeri pada anak dengan kanker.Item A NARRATIVE REVIEW: HUBUNGAN STATUS VITAMIN D DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK (0-14 TAHUN)(2022-01-09) EVANIA ALTSA RADINKA; Wiwi Mardiah; Ema Arum RukmasariPermasalahan balita stunting di Indonesia pada tahun 2020 belum sepenuhnya terselesaikan. Kekurangan vitamin D pada anak dapat menyebabkan terjadinya kondisi stunting. Perawat sebagai edukator harus memahami pentingnya vitamin D bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai literatur mengenai hubungan status vitamin D dengan kejadian stunting pada anak-anak (0-14 tahun). Metode penelitian ini adalah narrative review dari hasil analisis artikel tahun 2011-2021. Kriteria inklusi: artikel penelitian primer, full text, berbahasa Indonesia atau berbahasa Inggris, sampel penelitiannya mencakup anak pada rentang usia 0-14 tahun. Kriteria eksklusinya: artikel penelitian review, sampel artikel adalah anak dengan penyakit yang dapat mengganggu metabolisme vitamin D, identitas artikel tidak lengkap, tujuan dan metode penelitian tidak tertera jelas. Berdasarkan pencarian kata kunci pada database Google Scholar dan Pubmed diperoleh, sebanyak 8 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil kajian terhadap 8 artikel, diketahui status vitamin D menjadi salah satu faktor utama terjadinya stunting pada 2 artikel. Adanya faktor penyebab lain yang lebih berpengaruh terhadap stunting maka, status vitamin D bukan menjadi faktor utama pada 6 artikel lainnya. Peran vitamin D terhadap pertumbuhan dan pembentukan tulang menyebabkan, kurangnya vitamin D pada anak akan berkontribusi terhadap stunting.Item Aktivitas Fisik Untuk Mengurangi Demensia Pada Lansia: A Narrative Review(2021-09-20) SYAVIERA PUTRI ROSTIANI; Ahmad Yamin; Iwan SuhendarKejadian demensia umum terjadi dan sangat berkaitan dengan pertambahan usia seseorang. Banyaknya dampak yang ditimbulkan dari demensia perlu adanya pencegahan dan pengobatan demensia yang efektif. Aktivitas fisik merupakan salah satu intervensi non-farmakologis yang mudah dilakukan bagi lansia. Studi literatur ini ditujukan untuk mengetahui jenis aktivitas fisik seperti apa yang dapat mengurangi demensia pada lansia. Metode penelitian ini adalah studi literatur dengan pendekatan narrative review. Strategi yang digunakan dalam pencarian artikel menggunakan kata kunci bahasa Indonesia yaitu lansia DAN demensia DAN aktivitas fisik, sedangkan bahasa Inggris yaitu elderly OR older adult OR geriatric AND dementia AND physical activity OR physical exercise dengan kriteria tahun terbit artikel 10 tahun terakhir (2012-2021). Database yang digunakan untuk pencarian artikel adalah EBSCO, PubMed, dan Science Direct. Setelah dilakukan pencarian, ditemukan 39.227 artikel yang kemudian dilakukan cek duplikasi, dan pemeriksaan berdasarkan judul, abstrak, serta ketersediaan artikel fullteks dan didapatkan 61 artikel. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali menggunakan JBI Critical Appraisal Checklist, sehingga didapatkan 9 artikel yang digunakan. Dari 9 artikel yang ditemukan, terdapat beberapa intervensi yang menjelaskan terkait aktivitas fisik yang dapat digunakan sebagai intervensi untuk lansia yang mengalami demensia, yaitu Activity of Daily Living (ADL), Home Support Exercise Program (HSEP), latihan ketahanan, latihan aerobik (berjalan, sepeda statis, treadmill), chair-yoga, dan terapi dance movement. Studi literatur ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan referensi bagi pelayanan kesehatan khususnya perawat dalam memberi intervensi aktivitas fisik yang tepat untuk lansia dengan demensia, dan bagi para peneliti diharapkan melakukan penelitian secara komprehensif. Kata Kunci : Lansia, Demensia, Aktivitas Fisik. Kepustakaan : 59, 2003 - 2021Item Analisis Beban Kerja Perwat Pelaksana Berdasarkan Jenis Kegiatan Keperawatan dan Jadwal Shift Kerja di Instalasai Perawatan Intensif Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung(2016-06-28) RISKA DARWATI TAMPUBOLON; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenBeban kerja perawat merupakan total waktu yang dibutuhkan perawat dalam melakukan seluruh kegiatan pada setiap jadwal shift kerja dalam satu hari di suatu unit pelayanan rumah sakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui beban kerja perawat pelaksana berdasarkan jenis kegiatan keperawatan dan jadwal shift kerja di Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi. Sampel dalam penelitian ini yaitu 576 pengamatan yang diambil melalui perhitungan dengan ketentuan 5 menit sebagai interval observasi dalam 24 jam selama 2 hari. Beban kerja perawat pelaksana berdasarkan jenis kegiatan keperawatan dilihat dari produktivitas pada Rabu, 06 Mei 2015 tertinggi pada kegiatan produktif yaitu 774 menit (53,7%), sedangkan pada Jumat, 15 Mei 2015 tertinggi pada kegiatan non produktif yaitu 803 menit (55,8%). Beban kerja berdasarkan jenis kegiatan keperawatan dilihat dari pelaksanaan tugas tertinggi pada kegiatan mandiri. Beban kerja pada shift pagi dan sore tertinggi pada kegiatan produktif, sedangkan pada shift malam tertinggi pada kegiatan non produktif. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan evaluasi terhadap metode penugasan dan supervisi yang berlaku terhadap perawat pelaksana intensif.Item Analisis Determinan Lama Hari Rawat Pada Pasien Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Al Islam Bandung(2019-10-24) RIFA ADINDA NADHIFAH; Urip Rahayu; Neti JuniartiAngka kejadian fraktur di Indonesia cenderung lebih tinggi dari angka kejadian fraktur di dunia, dan sebagian besar terjadi pada ekstremitas bawah. Lama hari rawat pasien fraktur ekstremitas bawah sangat bervariasi sehingga tidak terdapat faktor resiko yang berkaitan terhadap lama hari rawat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan dari lama hari rawatnya di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Metode penelitian menggunakan pendekatan epidemiologi dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang telah menjalani operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit Al Islam (RSAI) Bandung pada tahun 2018 sebanyak 31 responden. Pengambilan data menggunakan data rekam medis pasien. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan lembar isian. Analisis penelitian menggunakan perhitungan prevalensi rasio. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lama rawat inap pasien fraktur ekstremitas bawah di RSAI 3,6 hari dengan standar deviasi 1,51. Hampir seluruh variabel memiliki prevalensi rasio > 1, dimana variabel tersebut kemungkinan dapat beresiko meningkatkan lama hari rawat. Hal yang dapat diupayakan oleh tenaga medis maupun perawat yaitu membuat skala prioritas serta jenis perawatan yang tepat untuk mengurangi perpanjangan lama hari rawat pada pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.Item ANALISIS KEBUTUHAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNPAD BERDASARKAN HAMBATAN PADA SAAT MENJALANKAN CCSA(2014) AMIATUN; Valentina Belinda Marlianti Lumbantobing; Ati Surya MediawatiCCSA (Comprehensive Clinical Skill Analysis) merupakan mata kuliah yang memperkenalkan mahasiswa dengan lahan praktik perawat dan berbagai keterampilan klinik dasar keperawatan sebagai bekal memasuki Profesi Ners. Pada pelaksanaanya, berdasarkan data evaluasi CCSA mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran angkatan 2014 yang telah melaksanakan CCSA mengalami 12 hambatan. Secara keseluruhan hambatan bingung paling banyak terjadi dengan jumah 69 kejadian (36,31%). Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan mahasiswa keperawatan pada saat menjalani CCSA. Desain penelitian menggunakan studi deskriptif kualitatif teknik pengumpulan data FGD dengan teknik non probability sampling jenis sampling aksidental (N=6). Pengumpulan data dilakukan pada Agustus 2018. Hasil data kemudian ditranskrip dan dianalisis menggunakan metode analisis data tematik tujuh langkah yang dikenalkan oleh Colaizzi (1978) dan dilakukan uji keabsahan data. Hasil penelitian ini didapatkan tujuh tema permasalahan yang selanjutnya berdasarkan masing-masing tema tersebut peneliti menganalisis kebutuhan yang diperlukan diantaranya penguatan keterampilan praktis, penguatan pendampingan dalam tindakan kepada pasien, penguatan kesiapan pengetahuan akademis, penguatan orientasi lingkungan praktik klinis, penguatan kemampuan berkomunikasi dengan baik, pengaturan manajemen waktu, dan penguatan karakter building. Berdasarkan hasil peneliti ini, peneliti menyarankan kepada program studi S1 Keperawatan memberikan penguatan kepada mahasiswa sebelum pelaksanaan CCSA guna meningkatkan kemampuan dan kesiapan mahasiswa dalam menjalani pembelajaran klinis.Item Analisis Pelayanan Antenatal Di Puskesmas Wilayah Garut Kota Kabupaten Garut(2019-08-26) IMA YUSMIAWATI P; Lilis Mamuroh; Restuning WidiasihABSTRAK Angka Kematian Ibu di Jawa Barat masih merupakan salah satu kematian tertinggi di Kabupaten Garut dan kematian tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan, prenatal dan post partum. Upaya pencegahan kematian ibu dilakukan pada masa kehamilan dengan pelayanan 10 T, namun terbatas informasi tentang aplikasi pelayanan 10 T di Kabupaten Garut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelayanan antenatal dengan standar pelayanan 10 T di Puskesmas wilayah Garut Kota Kabupaten Garut. Metode Penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Sampel berjumlah 30 petugas kesehatan di 6 Puskesmas Garut kota, metode total sampling. Instrumen yang digunakan lembar observasi standar ANC 10 T. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan pelayanan antenatal yang dilakukan petugas kesehatan yaitu dengan tingkat sedang yang melakukan pelayanan antenatal 5-7 dari 10 pelayanan antenatal tindakan yang dilakukan. Hasil penelitian sebagian besar sedang. Dengan hasil penelitian dilakukan yaitu BB, TD, TFU, Letak janin & DJJ, Konseling dan tidak dilakukan pengukuran TB, LILA, Imunisasi TT, tablet Fe, LAB, Tatalaksana kasus. Pelayanan 10 T masih belum maksimal sehingga disarankan untuk mengembangkan strategi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan pada ibu hamil salah satunya dengan cara melakukan evaluasi dan observasi secara terjadwal kepada petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan 10 T. Kata Kunci : Antenatal Care, Layanan 10 T, Petugas KesehatanItem Aplikasi Telenursing dalam Meningkatkan dan Mempertahankan Manajemen Diabetes Mellitus Selama Pandemi COVID-19: Scoping Review(2022-07-07) NUR HALIMAH TRI HANDAYANI; Hana Rizmadewi Agustina; Bambang Aditya NugrahaMortalitas dan mordibitas COVID-19 dapat meningkat pada orang yang memiliki penyakit penyerta salah satunya adalah diabetes mellitus. Telenursing menjadi solusi terbaik selama COVID-19 karena dapat menurunkan penyebaran COVID-19. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi aplikasi telenursing dalam meningkatkan manajemen diabetes mellitus selama COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode scoping review yang dikemukakan oleh Arksey dan O’Malley tahun 2005. Proses pencarian menggunakan database CINAHL, PubMed, ScienceDirect, Wiley dan SAGE serta menggunakan search engine yaitu Google Scholar dan GARUDA. Kata kunci yang digunakan yaitu “Patient with diabetes mellitus OR Diabetes mellitus AND Telenursing OR Telehealth OR Digital nursing OR enursing OR Telecare AND Diabetes mellitus management during COVID-19 OR Diabetes mellitus care during COVID-19 OR Diabetes mellitus treatment during COVID-19 OR Complication”. Kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu artikel penelitian, artikel ulasan, grey literature, berbahasa Inggris, diterbitkan periode 2019-2022. Kemudian artikel yang memenuhi kriteria inklusi dianalisis. Sebanyak 6 artikel dianalisis dan menggambarkan terkait penggunaan aplikasi telenursing, meliputi: 1) Jenis layanan berbasis telenursing; 2) Telenursing di masa depan; 3) Penatalaksanaan layanan telenursing pada pasien diabetes mellitus; 4) Manfaat telenursing. Penelitian ini menunjukkan pentingnya telenursing dalam meningkatkan manajemen diabetes mellitus selama COVID-19. Kajian terkait penggunaan aplikasi telenursing merupakan dasar untuk mengoptimalkan perkembangan sistem telenursing di masa depan.Item Asertivitas Seksual pada Remaja Putri di SMK Baabul Kamil Jatinangor(2018-07-20) VISI AURORA AMARTHA; Imas Rafiyah; Laili RahayuwatiPacaran remaja meningkat sejalan dengan meningkatnya kejadian pemaksaan perilaku seksual pranikah dalam pacaran, kehamilan diluar nikah dan aborsi, remaja putri rentan terhadap dampak negatif tersebut. Hal ini dapat dicegah dan diatasi dengan asertivitas seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi asertivitas seksual pada remaja putri di SMK Baabul Kamil Jatinangor. Desain penelitian yaitu deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian yaitu remaja putri di SMK Baabul Kamil Jatinangor dengan metode total sampling sebanyak 98 orang tetapi saat penelitian tidak ada proses belajar mengajar di sebagian kelas, sehingga digunakan kuesioner online dan diperoleh sampel 65 orang dengan tingkat drop out 33,7%. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Skala Asertivitas Seksual oleh Natalia Tholense dan Wahyu Rahardjo (2013). Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif berupa nilai mean dan crosstab. Asertivitas seksual responden berada dikategori tinggi dengan mean 146,25. Komponen menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri menunjukkan skor tertinggi (5,10), diikuti dengan berani mengemukakan pendapat secara langsung (5,05), jujur (4,37), memperhatikan situasi dan kondisi (4,19), dan memperlihatkan bahasa tubuh yang sesuai (4,12). Karakteristik responden mean asertivitas seksual tertinggi didapatkan pada usia 17 tahun (148,9), jurusan administrasi perkantoran dan keperawatan(147,6), kelas XI (149,5), dan jumlah pengalaman pacaran 4-6 kali (148,2). Asertivitas seksual remaja putri secara umum berada pada kategori tinggi, tetapi masih ada yang dikategori sedang. Dengan demikian, diperlukan peer education agar seluruh siswi dapat memiliki asertivitas seksual tinggi dan dapat mempertahankan asertivitas seksual yang sudah tinggi pada mayoritas siswi.Item Asupan Nutrisi dan Status Gizi Remaja pada Masa Transisi Pandemi menuju Endemi Covid-19(2023-01-04) CITRA REZA PUJIKURNIAWATI; Sukmawati; Ema Arum RukmasariCovid-19 merupakan penyakit menular yang berdampak pada bidang ekonomi, kesehatan maupun pendidikan. Pandemi Covid-19 mengakibatkan adanya penurunan sistem imun tubuh dan perubahan asupan makanan sehingga berpengaruh pada status gizi remaja. Untuk meningkatkan sistem imun tubuh dan status gizi maka diperlukan asupan nutrisi yang tepat guna mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana asupan nutrisi dan status gizi pada remaja pada masa transisi pandemi menuju endemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Tangerang Selatan yang berjumlah 1193. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dan jumlah sampel sebanyak 102 siswa. Instrumen yang digunakan adalah formulir Food Recall 24 jam yang kemudian akan diolah menggunakan aplikasi Nutrisurvey dan status gizi akan diukur menggunakan pengukuran langsung Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan timbangan dan alat ukur tinggi badan digital. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil persentase penelitian ini asupan karbohidrat rata-rata lebih (74.5%), asupan protein responden rata-rata lebih (84.3%), dan asupan lemak responden ratarata lebih (65.7%). Hasil perhitungan status gizi menunjukkan sebagian besar responden memiliki status gizi normal (83.3%). Simpulan penelitian ini adalah mayoritas remaja memiliki asupan makronutrien dalam kategori lebih dan status gizi yang normal. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang menyebabkan asupan gizi berlebih pada remaja.Item BEBAN FAMILY CAREGIVER PASIEN PALIATIF DI RUMAH TEDUH SAHABAT IIN BANDUNG(2020-07-12) HESTY ADHA; Ristina Mirwanti; Tuti PahriaKeluarga yang merawat pasien paliatif berisiko mengalami beban caregiver. Beban yang dialami caregiver disebabkan oleh kebutuhan perawatan pasien paliatif sangat kompleks. Beban caregiver yang paling sering disebutkan oleh caregiver sebagai masalah adalah kesehatan caregiver, kesehatan psikologis, finansial, kehidupan sosial dan hubungan antara caregiver dengan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran beban family caregiver pada pasien paliatif di Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah keluarga pasien paliatif di Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung yang berjumlah 120 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling (n=120). Beban keluarga diukur menggunakan kuesioner Zarit Burden Interview (ZBI). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan 30% responden memiliki sedikit atau tidak ada beban, 53,3% memiliki beban ringan sampai sedang, 14,2% memiliki beban sedang sampai berat, dan 2,5% memiliki beban berat. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden memiliki beban ringan sampai sedang. Namun, masih terdapat responden yang memiliki beban berat. Keluarga pasien paliatif dapat berbagi tanggung jawab perawatan sehingga beban yang dirasakan dapat berkurang. Tenaga kesehatan dapat bekerja sama dengan pihak Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung untuk meningkatkan pengetahuan dalam merawat dan menangani pasien paliatif.Item Beban Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Psikiatrik RSUP DR Hasan Sadikin Bandung(2016-06-23) BACHTIAR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosenv ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang membutuhkan pengobatan dan perawatan lebih lanjut di rumah. Perawatan yang optimal pada pasien skizofrenia memerlukan keterlibatan keluarga, sehingga ada beban yang dirasakan oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban keluarga dalam merawat pasien skizofrenia di Poliklinik Psikiatrik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sample 49 responden di ambil secara purposive sampling . Data diperoleh menggunakan instrumen MCSI (Modified Caregivers Strain Index) yang diisi oleh responden. Data dianalisis dengan proporsi. Hasil penelitian yang didapat adalah rerata skor beban keluarga dalam merawat pasien skizofrenia 25,6 (SD 7,39). Responden dengan bebantinggi 63,3% dan beban rendah 36,7%. Pada aspek subjektif, responden dengan beban tinggi 57,1% dan beban rendah 42,9%. Pada aspek objektif, responden dengan beban tinggi 61,2% dan beban rendah 38,8%. Berdasarkan hasil penelitian did apatkan bahwa beban keluarga dalam merawat pasien skizofrenia berada pada kategori tinggi, baik ditinjau dari aspek subjektif ataupun aspek objektif. Berdasarkan hasil penelitian maka di sarankan untuk melakukan pendidikan kesehatan mengenai perawatan pasien Skizofrenia (discharge planning) dan peningkatan kompotensi perawat melakukan Family Psychoeducation Therapy. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan kajian mengenai hubungan Family Psycoeducation Therapy dengan Beban Keluarga Pada Skizofrenia. Kata kunci : Skizofrenia, beban keluarga, MSCIItem Beban Keluarga sebagai Caregiver pada Klien dengan Stroke(2016-07-25) RIDILLAH VANI JASMIA; Efri Widianti; Ayu Prawesti PriambodoKeluarga berperan sebagai caregiver ketika salah satu anggotanya menderita penyakit. Sebagai caregiver, memberikan perawatan lebih berisiko untuk mengalami beban, dimana beban yang dapat ia rasakan adalah akibat dari permasalahan beban umum, isolasi, kekecewaan, emosional dan lingkungan yang dialami oleh klien stroke yang dirawatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat beban keluarga sebagai caregiver pada klien dengan stroke. Penelitian deskriptif ini menggunakan instrument Caregiver Burden Scale (CBS) berupa kuesioner dengan sampel penelitian yaitu keluarga sebagai caregiver pada klien stroke. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan didapatkan responden sebanyak 78 orang. Metode analisa data menggunakan persentase dan nilai rata-rata (mean). Hasil menunjukkan hampir setengah (41,0%) dari responden memiliki beban sedang. Diperoleh nilai persentase dari setiap subvariabelnya yaitu beban tertinggi pada beban umum (38,4%), beban sedang pada kekecewaan (52,5%), lingkungan (50,0%) dan beban rendah pada isolasi sosial (46,1%) emosional (80,7%). Disarankan bagi pemberi layanan kesehatan untuk lebih memperhatikan kondisi keluarga, keluarga sebagai caregiver juga membutuhkan perhatian karena beban merawat klien stroke yang begitu berat. Terjaganya kondisi caregiver akan berpengaruh pada perawatan yang akan dia berikan kepada klien stroke yang nantinya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dari klien stroke.Item Beban Kerja Mental Perawat Ruang Kritis dan IGD RSUD Kota Bandung(2019-01-23) TIA DWI APRILIA; Irman Somantri; Ristina MirwantiPerawat ruangan intensif dan gawat darurat memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Perawat intensif dan gawat darurat dituntut melaksanakan pelayanan keperawatan dengan tepat dan cepat serta memiliki beban kerja yang tergolong berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja mental yang dialami oleh perawat di ruang kritis dan IGD RSUD Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik total sampling yang melibatkan 63 perawat yang bekerja di ICU, PICU/NICU, dan IGD. Instrumen penelitian yang digunakan adalah NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index). Analisa data menggunakan analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi dan mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang memiliki beban kerja mental tinggi adalah perawat ruang IGD sebanyak 42,9%. Pada ruang PICU/NICU sebanyak 33,3% dan ICU sebanyak 23,8% keduanya termasuk dalam kategori beban kerja mental sedang. Kategori responden dalam penelitian ini seperti jenis kelamin, usia, dan lama bekerja dapat menjadi penyebab beban kerja mental tinggi. Dimensi yang memiliki nilai mean tertinggi hingga terendah adalah dimensi kebutuhan mental (x̄= 16,72), tingkat usaha (x̄= 15,68), kebutuhan waktu (x̄= 12,59), kebutuhan fisik (x̄= 12,48), performansi (x̄= 12,25) dan tingkat frustasi (x̄= 10,17). Nilai mean yang lebih besar yaitu dimensi kebutuhan mental menandakan bahwa dimensi tersebut berpengaruh besar dalam beban kerja mental tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perawat ruang kritis dan IGD mampu menyeimbangkan waktu bekerja dengan rekreasi, serta memenuhi kebutuhan istirahat. Hasil penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan mengkaji upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan beban kerja mental perawat. Kata kunci: Beban Kerja Perawat, Beban Kerja Mental, Perawat Ruang Kritis, Perawat Ruang Gawat Darurat Kepustakaan : 69, 1988-2017Item Beban Orang Tua dengan Anak Disabilitas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cileunyi(2018-07-20) YUSI DESRIYANI; Fanny Adistie; Ikeu NurhidayahAnak disabilitas merupakan anak yang memiliki keterbatasan, baik keterbatasan fisik, intelektual, mental, sensorik bahkan memiliki lebih dari satu jenis keterbatasan. Anak disabilitas cenderung memiliki kualitas hidup yang buruk dikarenakan rendahnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Oleh karena itu membutuhkan pelayanan khusus dari orang tua. Hal tersebut dapat menimbulkan beban pada orang tua sebagai caregiver utama anak dengan disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban orang tua dengan anak disabilitas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cileunyi. Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yaitu ayah atau ibu dengan anak disabilitas di SLBN Cileunyi yang berjumlah 158. Sejumlah 67 responden berpartisipasi dalam penelitian ini yang diambil dengan teknik convenience sampling. Beban orang tua diukur menggunakan kuesioner Zarit Burden Interview (ZBI). Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan 46,3% responden memiliki sedikit atau tidak ada beban, 37,3% memiliki beban ringan - sedang, 14,9% memiliki beban sedang -berat, dan 1,5% memiliki beban berat. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan hampir setengah responden memiliki sedikit atau tidak ada beban. Namun, masih terdapat responden yang memiliki beban berat, hal ini dikarenakan karateristik dari orang tua, karakteristik ank, kontrol diri yang masih kurang dan kurangnya dukungan sosial. Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan berbasis keluarga misalnya konseling dan pemberian pendidikan kesehatan kepada orang tua dengan anak disabilitas serta mengoptimalkan support group yang telah ada.Item Budaya Keselamatan Pasien Pada Tenaga Kesehatan Puskesmas Cikembulan dan Puskesmas Parigi Kabupaten Pangandaran(2021-04-15) RANGGA QISTANSYAH; Ryan Hara Permana; Atlastieka PraptiwiKeselamatan pasien masih menjadi perhatian secara global. Dalam sebuah publikasi yang menganalisis tentang pelaporan insiden keselamatan pasien di Indonesia menemukan bahwa sebagian besar pedoman, kebijakan, dan peraturan tentang pelaporan insiden keselamatan pasien belum memenuhi standar dari WHO. Budaya keselamatan sangat penting bagi Puskesmas yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama bagi individu, keluarga, dan komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan budaya keselamatan yang ada di Puskesmas Cikembulan dan Puskesmas Parigi. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif. Populasi penelitian ini merupakan seluruh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Cikembulan dan Puskesmas Parigi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) yang telah dialihbahasakan. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dengan proporsi secara kolektif. Berdasarkan analisis data, hasil penelitian menunjukkan bahwa respons positif pada budaya keselamatan pasien di Puskesmas Cikembulan dan Puskesmas Parigi masing-masing sebesar 67,1% dan 54,6%. Terdapat beberapa dimensi yang mempunyai respons positif yang rendah di Puskesmas Cikembulan, antara lain ketenagaan, umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan, frekuensi pelaporan kejadian, dan keterbukaan komunikasi. Sedangkan dimensi yang mempunyai respons positif yang rendah di Puskesmas Parigi antara lain, frekuensi pelaporan, keterbukaan komunikasi, respons tidak menghukum terhadap kesalahan, ketenagaan, dan harapan dan tindakan manajer dan supervisor dalam mempromosikan keselamatan pasien. Masih terdapat beberapa dimensi budaya keselamatan pasien yang mempunyai nilai respons positif yang rendah, sehingga diperlukan upaya peningkatan melalui edukasi, pelatihan, diskusi baik kepada tenaga kesehatan maupun para manajer di Puskesmas Parigi dan Puskesmas Cikembulan.Item Child Feeding Practice, Picky Eating Behavior and Nutritional Status among Toddlers in West Java, Indonesia(2024-01-24) FADILA KHOIRUNNISA; Ema Arum Rukmasari; Laili RahayuwatiBackground: Nutritional problems in toddlers in Indonesia are still a serious concern considering that this age group is vulnerable to nutritional problems that cannot be corrected as before, thus having an impact on the growth and development process. Purpose: To determine the association between feeding practice and picky eating behavior with the nutritional status of toddlers in Sukamulya Village. Method: Correlational quantitative research design. The data used comes from secondary data. The sample was 145 mothers with toddlers in Sukamulya Village. Data analysis used univariate analysis and bivariate analysis with the Spearman`s rho correlation test. Result: Most of the feeding practice carried out by mothers in Sukamulya Village are proper (94.5%). Regarding food choice behavior, there were 73 toddlers (50.3%) who were not picky eating and 72 (49.7%) toddlers who were picky eating. The nutritional status of toddlers in Sukamulya Village consists of 92 toddlers (63.4%) in the good nutritional status category, 28 toddlers (19.3%) are at possible risk of overweight, 12 toddlers (8.3%) were overweight, 8 toddlers (5,5%) were obese, 3 toddlers (2.1%) experienced severely wasted and 2 toddlers (1.4%) were wasted. Conclusion: There is no significant association between maternal feeding practice (r= -0.007; p= 0.936) and picky eating behavior (r= -0.010; p=0.907) with the nutritional status of toddlers in Sukamulya Village.Item Communication Apprehension pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran(2017-07-24) GITA PUSPITASARI; Imas Rafiyah; Dyah SetyoriniCommunication Apprehension (CA), adalah perasaan subjektif seseorang berupa perasaan gugup, takut, dan cemas pada saat melakukan komunikasi. Pada studi pendahuluan, dosen mengeluhkan bahwa mahasiswa kurang asertif dalam berpendapat dan beberapa mahasiswa mengungkapkan merasa cemas saat berkomunikasi pada situasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat communication apprehension pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel yang diambil merupakan mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad sebanyak 240 Mahasiswa dengan sebaran A2013 60 mahasiswa, A2014 68 mahasiswa, A2015 52 mahasiswa dan A2016 60 mahasiswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Personal Report of Communication Apprehension (PRCA) dengan nilai validitas .74 dan nilai reliabilitas .97, kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 13 (5,4%) mahasiswa menunjukan tingkat CA tinggi, 191 (79,60%) mahasiswa menunjukan tingkat CA sedang, dan 36 (15%) mahasiswa menunjukan tingkat CA rendah. Hasil CA pada setiap angkatan, yaitu pada A2013 1 (1,7%) tinggi, 48 (80%) sedang, dan 11 (18,30%) mahasiswa berada pada kategori rendah. Pada A2014 didapatkan 3 (4,40%) tinggi, 57 (83,30%) sedang, dan 8 (11,80%) rendah. A2015 menunjukan 2 (3,8%) tinggi, 41 (78,80%) sedang, dan 9 (17,30) rendah, dan pada A2016 hasil yang didapatkan 7 (11,70%) tinggi, 45 (75%) mahasiswa sedang, dan 8 (13,30%) rendah. Simpulan penelitian ini sebagian besar mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran berada pada tingkat CA sedang. Berdasarkan hasil tersebut, maka pihak Fakultas Keperawatan diharapkan mampu melakukan intervensi terkait tingkat CA yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, dan mengadakan kegiatan pelatihan public speaking.Item Correlation Between Basic Immunization Status and IHC Visits to Stunting Incidents on Toddlers(2023-03-21) JESSICA AZZAHRA DIVA; Citra Windani Mambang Sari; KosimStunting could be found in a circumstance where children`s height is unusual compared to their age. There are multifactor that cause stunting which some of them are repeated infections and the utilization of health services. Recurrent infections can be prevented if the child`s basic immunization consisting of BCG, hepatitis B, polio, DPT, Hib, and measles is complete. A complete history of immunization status can lower the incidence of recurrent infections. In addition, ANC examinations and measurements of weight and height as the form of the utilization of health services are perceivable by the frequency of visits of mothers and toddlers to integrated healthcare. The more frequently mothers and toddlers go to integrated healthcare, the faster stunting symptoms will be detected thus the toddler is less likely to experience stunting. This study aims to examine associations between toddlers` basic immunization status and visits to integrated healthcare regarding the stunting incidence among toddlers at the stunting locus in Desa Sukamulya, Kabupaten Bandung. The study used a quantitative correlation design with a secondary data approach. Respondents are acquired from secondary data, which is the society in Sukamulya Village, Bandung Regency. Samples were selected through purposive sampling technique with specific criteria which is mother with children under five, resulting 96 people in total. The variables in the study consisted of basic immunization status, visits to integrated healthcare, and stunting. Data processing uses univariate and bivariate analysis. The instrument consists of a toddler’s immunization history, ANC examination, also toddler’s weight and height measurement. Statistical test using Chi square with 5% significance level. This study results that there are no associations between basic immunization status (p value = 0.284) with stunting incident and visits to integrated healthcare is associated with (p value = 0.001) the incidence of stunting. These findings are caused by the variety of immunity levels of toddlers and there are multifactors that cause infectious diseases.