Kedokteran Hewan (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item DETEKSI Salmonella sp. PADA FILLET IKAN SALMON DI RESTORAN SUSHI DI KOTA BANDUNG(2023-10-13) ALISHA RIZKI HANIYA; Yuli Andriani; Roostita L BaliaKeracunan pangan adalah kondisi yang dialami seseorang yang disebabkan karena mengonsumsi pangan yang diduga mengandung mikroorganisme atau zat kimia berbahaya. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan keracunan pangan adalah Salmonella sp. Rute penyebaran utama Salmonella sp. adalah perdagangan hewan dan produk pangan asal hewan mentah. Salah satu produk pangan asal hewan mentah ialah salmon saxhimi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kontaminasi bakteri Salmonella sp. pada salmon sashimi. Populasi target penelitian diambil dari 17 porsi salmon sashimi yang berasal dari 17 restoran sushi di mall di Kota Bandung. Penelitian dilakukan melalui isolasi dan identifikasi Salmonella sp. dengan menggunakan media XLD (Xylose Lysine Deoxychoalate agar), Pewarnaan Gram dan uji biokimia berupa Uji MIU (Motility Indole Urea) dan Uji Simmon`s Citrate. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa 4 dari 17 porsi salmon sashimi positif terkontaminasi Salmonella sp. Secara fenotipik. dari 4 porsi yang positif terkontaminasi tersebut, 3 porsi di antaranya positif terkontaminasi Salmonella typhi dan 1 porsi lainnya positif terkontaminasi Salmonella paratyphi Ditemukannya bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi pada populasi target salmon sashimi menunjukkan bahwa Salmonella sp. dapat mengkontaminasi salmon sashimi, bahkan yang dijual di restoran sushi di mall sekalipun, jika penanganan salmon sashimi tersebut kurang memenuhi kaidah higienitas dan sanitasi.Item Uji Efek Sedatif Aromaterapi Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Inhalasi Terhadap Perilaku Mencit (Mus musculus)(2023-10-13) HILMY LUQMAN SURACHMAT; Shafia Khairani; Eko Fuji AriyantoAromaterapi termasuk kedalam praktik pengobatan alami yang memanfaatkan khasiat dari kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi (Cymbopogon nardus) diperoleh melalui proses distilasi uap air. Minyak atsiri serai wangi (Cymbopogon nardus) mengandung senyawa aktif potensial sebagai sedatifa salah satunya senyawa linalool. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi aromaterapi dari minyak atsiri serai wangi melalui rute inhalasi. Hewan uji mencit dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol negatif, kontrol positif (Diazepam 0,012 mg/kg), perlakuan 1 (P1, 30 menit durasi paparan), perlakuan 2 (P2, 60 menit durasi paparan), dan perlakuan 3 (P3, 90 menit durasi paparan). Pengamatan dilakukan menggunakan metode uji chimney test yang menempatkan mencit pada sebuah silinder berukuran 30 cm untuk melihat pergerakan dan relaksasi otot yang terjadi setelah pelakuan. Hasil menunjukan bahwa aromaterapi serai wangi (Cymbopogon nardus) tidak memiliki efek sedatif yang terbukti dari uji statistik tidak siginifikan (P>0,05) pada komparasi kelompok kontrol negatif dengan kelompok P1 dan P3, serta kelompok P1 dengan P3. Keseluruhan hasil menunjukan kecenderungan terhadap efek stimulant daripada sedatifaItem GAMBARAN STAGING CHRONIC KIDNEY DISEASE PADA ANJING BERDASARKAN PEMERIKSAAN USG DAN KREATININ DARAH (STUDI KASUS KLINIK HEWAN SEKAR SATWA)(2023-10-09) SHOLLATUNNISA PUTRI DE TASYA; Septiyani; Eko Fuji AriyantoChronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu penyakit penyebab utama kematian hewan peliharaan anjing. Penyakit ini dipengaruhi oleh pola pakan, aktivitas, dan usia anjing. CKD terjadi secara progresif atau bertahap dengan terjadinya kerusakan pada ginjal baik secara fungsi maupun strukturnya. Ginjal anjing CKD akan mengalami penurunan ukuran ginjal dan ketebalan korteks yang menipis. Kejadian CKD juga dapat ditandai dengan kadar kreatinin yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran staging CKD pada anjing berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi dan kadar kreatinin darah. Penelitian ini dilakukan di Klinik Hewan Sekar Satwa, kota Blitar. Prevalensi CKD di klinik ini adalah 1,7%. Adapun metode yang diterapkan adalah analisis deskriptif. Penelitian ini menunjukkan hasil berupa 10 sampel terbagi menjadi stage 2 (40%), stage 3 (40%), dan stage 4 (20%). Pada hasil pemeriksaan didapati adanya perubahan morfologi ginjal melalui pemeriksaan ultrasonografi meliputi penurunan ukuran dan ketebalan kortikomedular yang cukup parah pada masing-masing stage. Hasil pemeriksaan kreatinin darah menunjukkan kadar kreatinin meningkat pada semua sampel yang menunjukkan stage 3 dan 4.Item Gambaran Akurasi Hasil Penentuan Jenis Kelamin Pada Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) Melalui Pendekatan Morfometrik dan DNA Sexing di Pusat Konservasi ELang Kamojang(2019) MUHAMMAD FADLI ILHAM; Aziiz Mardanarian Rosdianto; Susanti WithaningsihElang jawa (N. bartelsi) merupakan jenis elang yang dilindungi dan endemik di Indonesia yang, keberadaannya dilambangkan sebagai garuda pancasila. Burung pemangsa berperan sebagai puncak tertinggi rantai dan sebagai indikator kesehatan lingkungan. Data IUCN menyebutkan bahwa N. bartelsi masuk ke dalam daftar merah terancam punah. Oleh karenanya, pelestarian melalui program konservasi diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin N. bartelsi jantan melalui pendekatan morfometrik dan DNA sexing. Subjek penelitian menggunakan 7 ekor N. bartelsi yang merupakan satwa rehabilitasi di Pusat Konservasi Elang Kamojang, Garut - Indonesia. Pengukuran morfometrik sexing memperoleh hasil 2 jantan konsisten setelah dibandingkan dengan DNA sexing dan data PKEK. Hasi analisis yang didapat menggunakan primer 2550F/2718R untuk CHD1-Z berkisar 600 - 700 bp, dan CHD1-W memiliki panjang 400 - 500 bp. Amplifikasi yang dilakukan berhasil membaca jenis kelamin N. bartelsi yang berada di PKEK, analisis menggunakan primer set terutama untuk raptor dapat membantu program pelestarian satwa seperti program kembang biak, pendataan jenis kelamin untuk pemetaan program pelepasliaran. Selain itu, analisis berbasis PCR ini dapat membantu pengelolaan tempat konservasi in-situ maupun ex-situ.Item POTENSI PEMBERIAN MINYAK ATSIRI KAPULAGA JAWA DAN EKSTRAK KUNYIT TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN, MASSA OTOT DADA (m. pectoralis major), DAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING(2023-08-03) RIFA SYAHIRA WIBOWO; Eko Fuji Ariyanto; TyagitaMinyak atsiri kapulaga Jawa dan ekstrak kunyit termasuk ke dalam jenis imbuhan pakan fitogenik dengan efek antibakteri dan antioksidan yang baik. Berdasarkan manfaat yang diberikan kedua tanaman tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri kapulaga Jawa dan ekstrak kunyit pada air minum terhadap performa pertumbuhan, massa otot dada pectoralis major, dan kualitas karkas ayam pedaging. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), kemudian data dianalisis dengan Analisis Varians (ANOVA). Sebanyak 100 ekor ayam pedaging strain cobb berumur satu hari dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan dan 4 ulangan. Kelompok pertama (P0) sebagai kontrol negatif, kelompok kedua (P1) sebagai kontrol positif, kelompok ketiga (P2) diberi minyak atsiri kapulaga Jawa dengan dosis 0,05 ml/L air minum, kelompok keempat (P3) diberi ekstrak kunyit dengan dosis 0,1 ml/L air minum, dan kelompok kelima (P4) diberi campuran minyak atsiri kapulaga Jawa 0,05 ml/L dan ekstrak kunyit 0,1 ml/L air minum. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan uji ANOVA kelompok perlakuan memberikan pengaruh terhadap performa pertumbuhan, massa otot dada (m. pectoralis major), dan kualitas karkas ayam pedaging yang tidak jauh berbeda dengan kontrol positif (P>0,005). Meskipun begitu, hasil rerata paling baik untuk performa pertumbuhan dicapai oleh kelompok P4, rerata massa otot dada pectoralis major paling baik dicapai oleh kelompok P1, dan rerata untuk kualitas karkas paling baik dicapai oleh kelompok P3.Item ISOLASI BAKTERI Escherichia coli (E. coli) RESISTAN ANTIBIOTIK PADA CEKER AYAM BUMBLEFOOT DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN JATINANGOR(2023-07-26) YASMINTA SHAKILA PUTRI; Trianing Tyas Kusuma Anggaeni; Andry PratamaCeker ayam merupakan by-product dengan kandungan protein yang cukup tinggi. Produk asal unggas ini sering diperjual-belikan di Pasar Tradisional yang rentan akan pencemaran bakteri resistan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya potensi bakteri E. coli resistan antibiotik dan mengetahui prevalensi antibiotik terhadap bakteri E. coli yang diisolasi pada ceker ayam di pasar tradisional Kecamatan Jatinangor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan yaitu ceker ayam sebanyak 32 potong dengan indikasi bumblefoot. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) sebagai media selektif bakteri koliform, uji biokimia, dan uji kepekaan menggunakan 5 jenis antibiotik yaitu tetrasiklin, ampisilin, siprofloksasin, enrofloksasin, dan kolistin. Dari 32 sampel isolat ceker dengan indikasi bumblefoot yang diperdagangkan, diperoleh 24 sampel positif bakteri E. coli atau prevalensi 75%. Berdasarkan pengujian yng dilakukan terhadap uji kepekaan antibiotik diperoleh hasil 24 isolat mengandung bakteri E. coli menunjukkan hasil resistan terhadap tetrasiklin (70,83%), ampisilin (66,67%), enrofloksasin (41,67%), siprofloksasin (29,17%), dan kolistin (4,17%). Hasil tersebut diikuti dengan adanya multi-drug resistent atau resistan terhadap lebih dari tiga golongan antibiotik, sebesar 33,3%. Hal ini menjadikan, cemaran bakteri E. coli yang berasal dari ceker ayam dengan indikasi bumblefoot dapat menjadi salah-satu sumber penyebab terjadinya resistensi antibiotik.Item DETEKSI RESIDU TETRASIKLIN PADA DAGING SAPI MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS(2023-08-15) ARNESTASYA FITRI ANDRIANI SYAEFULOH; Aziiz Mardanarian Rosdianto; Wendry Setiyadi PutrantoPermintaan kebutuhan daging sapi secara nasional yang terus meningkat berjalan linear dengan penggunaan antibiotik pada sapi dalam hal penanggulangan penyakit, terapi, suportif atau pencegahan hingga digunakan sebagai growth promoters. Penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) pada sapi telah dilarang dalam Permentan No. 14 Tahun 2017 Pasal 16 tentang Klasifikasi Obat. Namun, residu antibiotik, khususnya tetrasiklin pada daging sapi masih ditemukan dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan residu tetrasiklin pada daging sapi dan mengetahui apakah residu tetrasiklin pada daging sapi berada dalam kadar maksimum yang ditentukan oleh SNI. Penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeteksi residu tetrasiklin pada daging sapi dengan metode purposive sampling. Sampel daging sapi yang digunakan dalam penelitian sebanyak 8 ekor berasal dari daging sapi lokal, impor, dan daging dari sapi impor yang dipotong di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan di daerah Bandung dan sekitarnya. Setelah sampel dikumpulkan, sampel diuji menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 354 nm dengan metode standar adisi. Hasil analisis kuantitatif memperoleh semua sampel yang diuji positif mengandung residu tetrasiklin di atas BMR yang ditentukan oleh SNI dengan rata-rata residu sebanyak 36,53 μg/g.Item Temuan Patologi Organ Pernafasan dan Reproduksi Pada Tikus Jantan Yang Terpapar Asap Rokok Tembakau dan Rokok Elektronik(2023-08-03) BRIAN CHRISTIAN SARNIEM; Tyagita; Mas Rizky Anggun Adipurna SyamsunarnoRokok merupakan kegiatan merugikan yang sudah lama dilakukan oleh manusia dan menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia maupun hewan yang terpapar. Rokok dibagi menjadi 2 jenis, yaitu rokok tembakau dan rokok elektronik yang diperjualbelikan secara bebas. Rokok sudah diketahui dapat menyebabkan berbagai macam kelainan pada sistem pernafasan, seperti kesulitan bernafas, penurunan aktifitas difusi oksigen, hingga kasus penyakit seperti penyakit paru obstuktif kronis (PPOK) dan Smoking Related Interstitial Fibrosis (SRIF) serta didapatkan temuan patologi seperti emfisema, fibrosis, dan destruksi. Sistem reproduksi pun dapat terdampak akibat rokok, seperti penurunan spermatogenesis, destruksi, dan vakuolisasi. Terdapat klaim bahwa rokok elektronik memiliki dampak buruk lebih minim pada kesehatan, namun belum terbuktikan secara ilmiah maupun publikasi mengenai komparasi kedua rokok dan peralihan dari rokok tembakau ke rokok elektronik secara in vivo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan patologi yang timbul dari kedua jenis rokok yang dirancang untuk merepresentasikan perokok pasif/kondisi terpaparnya asap rokok. Penelitian ini menggunakan 32 tikus Rattus norvegicus yang dibagi menjadi 4 kelompok (kontrol, rokok tembakau, rokok elektronik, peralihan), mesin penghisap rokok otomatis, dan berdurasi selama 1 bulan. Parameter pengamatan patologi anatomi dan histopatologi semikuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk memaksimalkan temuan patologi. Hasil signifikan (P0,05) pada komparasi ketiga kelompok paparan asap. Temuan patologi pada penelitian ini diantaranya flek, nodul, fibrosis, emfisema, degenerasi pada paru dan penurunan spermatogenesis, vakuolisasi, separasi germinal, serta destruksi pada testis.Item Pengaruh Pemberian Salep Minyak Ikan Gabus (Channa striata) pada Model Luka Terbuka di Tikus Putih (Rattus norvegicus)(2023-08-11) HARUMAN TRY ERAWAN; Sriwidodo; Aziiz Mardanarian RosdiantoProblematika pengelolaan luka terbuka di hewan, masih belum maksimal. Hal tersebut masih banyak terjadi di lapangan dengan bukti riset yang masih terbatas untuk uji preklinisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian salep minyak ikan gabus (Channa striata) terhadap proses penyembuhan pada model luka terbuka di tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian eksperimental laboratorik dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok secara acak yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus putih. Kelompok kesatu (kelompok kontrol negatif) yaitu tikus putih yang dilukai namun tidak diterapi, kelompok kedua (kelompok kontrol positif) yaitu tikus putih yang dilukai namun diterapi menggunakan gentamicin, kelompok ketiga, keempat dan kelima (kelompok perlakuan) yaitu tikus putih yang dilukai namun diterapi masing-masing secara berurutan menggunakan salep minyak ikan gabus 10%, 20%, dan 30%. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh pemberian salep minyak ikan gabus (Channa striata) pada model luka terbuka di tikus putih (Rattus norvegicus) selama 2 minggu (14 hari) masa terapi dengan rata-rata penutupan luka pada kelompok perlakuan satu (P1) yaitu SMIG 10% sebesar 77,8%, perlakuan dua (P2) yaitu SMIG 20% sebesar 85,7%, dan perlakuan tiga (P3) yaitu SMIG 30% sebesar 89,4%. Hasil terbaik penyembuhan luka ditunjukkan pada kelompok perlakuan tiga yaitu pemberian salep minyak ikan gabus 30%. Secara bersama-sama, kami mengamati dosis maksimum dapat membantu penyembuhan luka lebih baik dan lebih cepat.Item Prevalensi Dan Faktor Risiko Suspect Skabiosis Pada Kucing Di Kabupaten Pemalang Tahun 2020-2022(2023-09-11) SITI FARIDHA AMALIA IHSANU NADYA; Ita Krissanti; Nisa FauziahSkabiosis atau skabies merupakan penyakit kulit menular yang bersifat zoonosis, penyakit ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. canis dan Notoedres cati pada kucing. Kasus skabiosis pada kucing mengalami peningkatan tiap tahunnya, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko (umur, jenis kelamin, wilayah, musim, suhu, dan kelembapan) terhadap skabiosis pada kucing suspect. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pola perubahan prevalensi dan sebaran kucing suspect skabiosis di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kabupaten Pemalang. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan menggunakan data rekam medis Puskeswan Kabupaten Pemalang tahun 2020-2022 yang diambil menggunakan metode total sampling. Data rekam medis yang telah diambil dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), data juga diolah menggunakan sistem informasi geografis agar sebaran suspect skabiosis dapat dilihat dalam bentuk pemetaan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa prevalensi skabiosis tahun 2020, 2021, dan 2022 secara berurutan adalah sebesar 21,05%, 25,17%, dan 19,15%. Faktor risiko umur, wilayah, musim, suhu, dan kelembapan berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap kejadian suspect skabiosis pada kucing, sedangkan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan. Analisis data juga menunjukkan bahwa suspect skabiosis lebih banyak ditemukan pada kucing umur ≤1 tahun (76%) dan kucing jantan (50,9%). Suspect skabiosis juga lebih banyak ditemukan di Kecamatan Pemalang (44,2%) pada musim kemarau (52,3%) pada suhu rata-rata sekitar 27,7oC (52,18%) dan kelembapan sekitar 77% (40,61%). Kesimpulannya, prevalensi suspect skabiosis pada kucing cenderung menurun, di mana faktor umur, wilayah, musim, suhu dan kelembapan berpengaruh signifikan terhadap kejadian suspect skabiosis.Item Potensi Pembentukan Biofilm Bakteri Coagulase Negative Staphylococci (CoNS) dari Isolat Susu Sapi Perah Mastitis Subklinis di Wilayah Kabupaten Sumedang(2023-08-05) NADISSA ALIKA RAHMA HERMAN; Sarasati Windria; Adi Imam CahyadiStaphylococcus sp. merupakan bakteri patogen penyebab mastitis subklinis. Bakteri ini terbagi menjadi kelompok bakteri Coagulase Negative Staphylococci (CoNS) dan kelompok bakteri Coagulase Positive Staphylococci (CoPS). Bakteri CoNS merupakan kelompok flora normal pada kulit manusia dan hewan, walaupun demikian beberapa penelitian telah membuktikan bahwa bakteri CoNS merupakan mikroorganisme yang paling banyak diisolasi dari susu sapi perah penderita mastitis subklinis. Kemampuan untuk membentuk biofilm merupakan faktor virulensi yang penting bagi bakteri CoNS. Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi potensi pembentukan biofilm dari 54 sampel bakteri CoNS berupa Bahan Biologi Tersimpan (BBT), yang diisolasi dari susu sapi perah penderita mastitis subklinis dengan hasil uji California Mastitis Test (CMT) positif 2 (++). Deteksi pembentukan biofilm dilakukan secara kualitatif dengan metode Congo Red Agar (CRA) dan Test Tube (TT). Hasil deteksi menunjukkan bahwa 51 dari 54 isolat (94,44%) positif membentuk biofilm.Item Karakteristik Fisikokimia Gelatin Ceker Ayam Broiler (Gallus domesticus) sebagai Bahan Farmasetika dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Penyimpanan(2023-10-11) HEIDIJA DZIAZAHRA; Andi Hiroyuki; Yasmi Purnamasari KuntanaCeker ayam sebagai limbah by product rumah pemotongan ayam (RPA) dengan jumlah bahan baku dan kandungan kolagennya, memiliki prospektifitas untuk ditingkatkan nilai gunanya sebagai bahan farmasetika melalui pembuatan gelatin. Proses transformasi kolagen ceker ayam menjadi gelatin dapat dilakukan secara kimiawi menggunakan asam sitrat. Asam sitrat sebagai asam poliprotik, bersifat memudahkan konversi kolagen menjadi gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi asam sitrat dan lama penyimpanan yang paling baik terhadap karakteristik fisikokimia gelatin ceker ayam broiler yang dihasilkan untuk diaplikasikan sebagai bahan farmasi. Penelitian bersifat eksperimental di laboratorium dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variasi konsentrasi asam sitrat yang digunakan sebagai larutan perendaman yaitu sebesar 0,4%, 0,7% dan 1% dan variasi lama penyimpanan yang dilakukan yaitu selama 0, 1, 2, 3, dan 4 minggu. Parameter karakteristik fisikokimia yang diamati adalah rendemen, aktivitas air (Aw), derajat keasaman (pH), viskositas, dan kekuatan gel. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi asam sitrat sebagai larutan perendaman dan lama penyimpanan terhadap karakteristik fisikokimia gelatin ceker ayam broiler dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat 0,4% menjadi gelatin terbaik sesuai dengan standar mutu SNI dan kriteria gelatin farmasi yang memperoleh nilai kekuatan gel 146,62 gr bloom, viskositas 50,50 mps, rendemen 8,5%, pH 3,96 dan Aw 0,57. Hasil lama penyimpanan terbaik ditunjukkan pada lama penyimpanan minggu ke-0 hingga minggu ke-1 dengan memiliki nilai karakteristik fisikokimia yang sesuai dengan standar pada seluruh parameter. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ceker ayam broiler berpotensi menjadi gelatin yang digunakan sebagai salah satu sumber bahan farmasetika.Item Analisis Penerapan Higiene dan Sanitasi Rumah Potong Hewan di Desa Sagaracipta Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung(2023-08-11) AGNES AGUSTIN; Okta Wismandanu; Kuswandewi MutyaraRumah Potong Hewan (RPH) merupakan salah satu sarana untuk menghasilkan daging yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH), namun jika tidak mendapatkan penanganan yang baik maka daging mudah rusak, sehingga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu penerapan higiene dan sanitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan higiene personal, kondisi sanitasi dan fasilitas bangunan, serta persepsi pekerja mengenai penerapan higiene dan sanitasi di RPH. Penelitian ini dilakukan di RPH di Desa Sagaracipta dan data diperoleh dari 7 informan dengan melakukan observasi dan wawancara. Data observasi dianalisis secara deskriptif dan data hasil wawancara dianalisis dengan Nvivo 12 Plus. Hasil penelitian menunjukkan beberapa persyaratan higiene telah terpenuhi, seperti pemakaian sepatu boots dan pakaian kerja, dan beberapa persyaratan sanitasi telah terpenuhi, seperti lokasi RPH yang tidak rawan bencana, jauh dari daerah industri, memiliki air yang cukup, sarana jalan yang baik, terdapat kendaraan pengangkut, dan peralatan yang tidak korosif, sedangkan beberapa persyaratan higiene yang tidak terpenuhi adalah kurangnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, tidak adanya pelatihan pekerja, terdapat pekerja yang tidak memakai sarung tangan, masker, penutup kepala, dan apron, dan kurangnya kesadaran pekerja terhadap penerapan higiene, dan beberapa persyaratan sanitasi yang tidak terpenuhi adalah lokasi yang berdekatan dengan pemukiman, permukaan lantai, dinding, dan langit-langit yang memiliki celah, tidak terdapat sarana pengelolaan limbah, dan tidak terdapat sarana cuci tangan khusus.Item Gambaran Faktor Risiko Sindrom Diare pada Sapi Potong di Wilayah Desa Sagaracipta, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung(2023-08-11) STEPHANIE OPHIRA WIHARJA; Kuswandewi Mutyara; Okta WismandanuSindrom diare merupakan istilah kumpulan gejala infeksi pada saluran pencernaan dengan manifestasi feses encer cenderung cair dengan frekuensi sering. Hewan ternak sapi di pedesaan umum mengalami sindrom gangguan pencernaan diare. Prevalensi bovine viral diarrhea virus (BVDV), bovine coccidiosis, dan infeksi cacing (helminthiasis) yang menyebabkan diare pada sapi potong di Indonesia secara berturut-turut mencapai 28%, 75%, dan 72%. Diare pada sapi memiliki konsekuensi ekonomi yang serius karena peran hewan ternak yang penting dalam mata pencaharian masyarakat pedesaan. Kecenderungan terjadinya penyakit dipengaruhi oleh paparan atau faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor risiko sindrom diare pada sapi potong di wilayah Desa Sagaracipta, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan kuesioner dan pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Persentase kejadian sindrom diare pada peternakan rakyat Desa Sagaracipta adalah sebesar 9,52%, yaitu terjadi pada 2 dari 21 peternakan rakyat sapi potong. Sindrom diare di peternakan rakyat Desa Sagaracipta, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung memiliki delapan faktor risiko, yaitu umur hewan ternak, jenis kelamin hewan ternak, nutrisi hewan ternak, kebersihan hewan ternak, kebersihan kandang, kepadatan kandang, jenis lantai kandang dan kemiringan lantai kandang.Item GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN KOLESTEROL PADA SAPI MASTITIS KLINIS DI KECAMATAN TANJUNGSARI PERIODE MEI-JUNI 20233(2023-09-15) JESICA AYU PUTRI YOWA; Dwi Cipto Budinuryanto; Adi Imam CahyadiGlukosa dan kolesterol berperan dalam pencegahan kerusakan sel, jaringan, dan organ. Tidak terkontrolnya gula darah dan kolesterol berpengaruh terhadap adanya infeksi yang terjadi pada sapi mastitis klinis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar glukosa darah dan kolesterol pada sapi mastitis klinis di Kecamatan Tanjungsari. Penelitian ini menggunakan sepuluh ekor sampel darah sapi perah mastitis klinis. Pengambilan darah dilakukan pada vena coccygealis menggunakan venoject 18G. Sampel darah diambil menggunakan spuit dan dilakukan pemeriksaan menggunakan alat Nesco Multicheck 3 in 1 (glukosa, kolesterol. asam urat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sapi penderita mastitis klinis masih tergolong normal dengan mean 47,6 mg/dL dan SD 13,69 mg/dL. Hasil penelitian terhadap kadar kolesterol dalam darah menunjukkan peningkatan dari normal. Mean kadar kolesterol dalam darah yaitu 218,2 mg/dL dan 45,37 mg/dL. Rendahnya SD dibandingkan mean mengartikan bahwa sebaran rata-rata akurat.Item EKSPLORASI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PETERNAK RUMAH TANGGA TERHADAP MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK DI DESA SAGARACIPTA KECAMATAN CIPARAY KABUPATEN BANDUNG(2023-08-28) ALYA YUVIDA; Okta Wismandanu; Dwi AgustianSub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui penyediaan protein hewani dalam mendukung ketahanan pangan nasional serta dalam menyediakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja. Peternakan di Indonesia belum mampu secara optimal meningkatkan kesejahteraan rakyat karena usaha peternakan yang dijalankan pada umumnya masih dilakukan secara tradisional sehingga aspek manajemen pemeliharaan yang diterapkan secara keseluruhan belum memadai termasuk aspek manajemen kesehatan ternak. Manajemen kesehatan ternak penting diterapkan dalam pemeliharaan ternak untuk menjaga produktivitas dan mencegah terjadinya penularan penyakit zoonotik ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan praktikpeternak rumah tangga terhadap manajemen kesehatan ternak di Desa Sagaracipta Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Pengumpulan data dilakukan terhadap informan yang dipilih dengan teknik snowball sampling dan didapatkan 11 informan yang terdiri dari peternak sapi, domba dan unggas. Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengeksplorasi tiga tema yaitu pengetahuan peternak rumah tangga, sikap peternak rumah tangga dan praktik peternak rumah tangga. Pada penelitian ini, pengetahuan peternak rumah tangga diperoleh dari pengalaman pribadi, studi percobaan, penyuluhan, pelatihan, lingkungan, informasi dari orang lain dan media masa. Sikap peternak rumah tangga dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan peternak. Praktik peternak rumah tangga dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, keterbatasan lahan, biaya dan fasilitas peternakan.Item Hubungan Paritas Terhadap Kasus Retensi Plasenta serta Dampaknya terhadap Days Open dan Calving Interval Sapi Perah di KPSBU Lembang(2023-07-27) IDZNI HAFILAH; Septiyani; Nurcholidah SolihatiGangguan reproduksi yang dapat terjadi pada sapi perah salah satunya yaitu retensi plasenta. Hal tersebut akan menggangu efisiensi reproduksi salah satunya yaitu days open dan calving interval pada sapi perah tersebut. Retensi plasenta merupakan kegagalan memisahkan diri plasenta (vili kotiledon) terhadap plasenta induk yang disebut sebagai kripta karunkula dengan waktu lebih dari 8 jam setelah partus. Tujuan dilakukannya studi ini untuk mengatahui hubungan antara paritas terhadap retensi plasenta serta dampaknya terhadap days open dan calving interval pada sapi perah. Studi dilakukan di wilayah KPSBU Lembang. Metode yang digunakan berupa analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif serta analisis jalur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa paritas memiliki hubungan yang signifikan terhadap retensi plasenta dan retensi plasenta dengan paritas yang meningkat dapat mempengaruhi terhadap panjangnya waktu days open serta calving interval pada sapi perah di KPSBU Lembang. Melalui analisis jalur didapatkan bahwa hasil nilai t-statistik sudah melebihi 1.96 dengan signifikansi p-value yang tidak melebihi 0.05 sehingga terdapat hubungan signifikan antar variabel pada penelitian. Sapi perah yang sudah mengalami retensi plasenta di KPSBU Lembang memiliki efisiensi reproduksi yang rendah ditandai dengan days open dan calving interval yang panjang dan sudah melebihi waktu normalnya.Item Profil Resistensi Antibiotik pada Escherichia coli asal Feses, Susu, Tanaman, dan Lingkungan Peternakan Sapi Perah Terintegrasi Pertanian di Wilayah Kecamatan Lembang(2023-07-30) RINA JUWITA; Trianing Tyas Kusuma Anggaeni; Tidak ada Data DosenResistensi antibiotik merupakan salah satu ancaman global dalam bidang kesehatan. Penyebaran resistensi antibiotik dapat ditimbulkan dari berbagai sektor, salah satunya adalah sektor peternakan yang kerap kali terpapar penggunaan antibiotik. Penerapan sistem pertanian terpadu, termasuk integrasi peternakan sapi perah dengan pertanian berpotensi meningkatkan resiko penyebaran resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil resistensi antibiotik pada E. coli yang diisolasi dari feses segar ternak sapi perah, feses dari tempat penampungan, susu, tanaman, air bersih, air limbah, dan tanah dari dua peternakan sapi perah terintegrasi pertanian di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang. Penelitian dilakukan melalui isolasi dan identifikasi E. coli menggunakan media EMB, pewarnaan Gram, dan uji biokimia. Selanjutnya, dilakukan uji resistensi antibiotik dengan metode disk diffusion Kirby-Bauer serta wawancara terhadap peternak dan dokter hewan koperasi. Dari total 14 sampel, didapatkan 32/36 (89%) isolat positif E. coli. Dari 32 isolat positif E. coli, 16% isolat didapatkan dari feses segar, 19% dari feses penampungan, 19% dari susu, 9,4% dari tanaman umbi kentang, 9,4% dari air bersih, 19% dari air limbah, dan 9,4% dari tanah. Uji resistensi antibiotik menunjukkan resistensi dari 1/5 (20%) isolat E. coli asal feses segar terhadap ampicillin, intermediet resisten dari 1/6 (17%) isolat E. coli asal feses dari tempat penampungan terhadap ampicillin, dan resistensi dari 1/3 (33%) isolat E. coli asal air bersih terhadap tetracycline. Sementara itu, ceftriaxone, gentamycin, dan ciprofloxacin masih sensitif 100% pada seluruh jenis sampel. Bakteri E. coli dan resistensi yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pertanian terpadu dapat menjadi sumber cemaran E. coli dan resistensi antibiotik.Item Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E. coli) Penghasil Extended-Spectrum Beta-Lactamases (ESBL): Diisolasi dari Ikan dan Lingkungan pada Peternakan Ayam-Ikan Terintegrasi(2023-07-12) ADITYA GILANG PRASAJA; Trianing Tyas Kusuma Anggaeni; Eka WulandariDi Indonesia, bakteri Escherichia coli (E. coli) penghasil extended-spectrum β-lactamases (ESBL) telah banyak ditemukan pada ternak unggas. Risiko cemaran pada ikan dan lingkungan di sekitar peternakan ayam-ikan terintegrasi belum pernah dilaporkan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan serta profil resistensi E. coli penghasil ESBL pada lingkungan peternakan ayam-ikan terintegrasi. Data penelitian diperoleh melalui isolasi bakteri E. coli penghasil ESBL dari 30 sampel swab kloaka, 6 sampel air, 4 sampel ikan, dan 2 sampel tanah yang diambil dari dua peternakan ayam-ikan terintegrasi. Deteksi E. coli penghasil ESBL dan uji sensitivitas dilakukan dengan uji double disc synergy test dan disc diffusion dan hasil interpretasi mengacu pada Clinical and Laboratory Standards Institute. Hasil isolasi menunjukkan E. coli penghasil ESBL terdeteksi pada peternakan ayam layer terintegrasi sebanyak 20,8% (n=5) dan peternakan ayam broiler terintegrasi sebanyak 79,2% (n=19). Isolat E. coli penghasil ESBL terdeteksi pada setiap sampel swab kloaka 50% (15/30), air 100% (6/6), ikan 100% (4/4), dan tanah 50% (1/2). Sebanyak 37,5% (n= 9) dari total isolat positif E. coli penghasil ESBL merupakan multidrug-resistant (MDR). Dari jumlah tersebut, 40% (6/15) isolat swab kloaka, 33,33% (2/6) isolat air, dan 25% (1/4) isolat ikan. Frekuensi resistensi isolat E. coli penghasil ESBL terhadap antibiotik yang diuji adalah ampisilin (100%), seftriakson (100%), siprofloksasin (69,23%), tetrasiklin (46,15%), dan kolistin (0%). Keberadaan bakteri E. coli penghasil ESBL dari peternakan ayam-ikan terintegrasi menggambarkan kemungkinan terjadinya kontaminasi bakteri resisten ke lingkungan yang berisiko terhadap kesehatan manuasia, sehingga diperlukan evaluasi dan pengendalian lebih lanjut.Item Respon Kusir terhadap Kesehatan Kaki Kuda Tunggang Jalanan di Kota Bandung(2023-10-05) ARVIA CHAIRUNNISA; Marina Sulistyati; Andi HiroyukiKaki kuda berperan penting sebagai penyangga tubuh dan merupakan sumber penopang tubuh untuk melakukan kegiatan. Kesehatan kaki kuda menjadi permasalahan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi produktivitas kuda. Kepincangan juga dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi industri kuda. Kondisi kuda tunggang jalanan di Kota Bandung menjadi perhatian dikarenakan belum memenuhi lima aspek kesejahteraan hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon kusir terhadap kesehatan kaki kuda tunggang yang beroperasi di jalanan Kota Bandung. Data respon berupa pengetahuan, sikap, dan praktik kusir terkait perawatan kesehatan kaki kuda dikumpulkan melalui survei yang melibatkan 33 kusir aktif. Respon kusir dievaluasi melalui kuesioner berisi pertanyaan tentang kesehatan kaki kuda, serta manajemen pemeliharaan yang sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan. Selain dilakukan evaluasi berbasis kuesioner, dilakukan juga pengamatan terhadap kesehatan kaki kuda dengan metode palpasi. Terdapat 3 kategori untuk respon dan kesehatan kaki kuda diantaranya tinggi, sedang, dan rendah. Respon kusir kuda terhadap kesehatan kaki kuda tunggang jalanan di Kota Bandung termasuk ke dalam kategori tinggi. Namun, berdasarkan pengamatan langsung pada kaki kuda tunggang jalanan, masih terdapat temuan pada kaki kuda yang termasuk dalam kategori sedang, bahkan rendah.