Agronomi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agronomi (S2) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 95
Results Per Page
Sort Options
Item Respon Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Asal Somatic Embryogenesis Terhadap Komposisi Media Tanam Yang Berbeda(2011) WULAN KUMALA SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen1 RESPONS BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) ASAL SOMATIC EMBRYOGENESIS TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM YANG BERBEDA Wulan Kumala Sari Program Magister Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran e-mail : wulan_kumala@yahoo.com ABSTRACT One of the critical success cocoa cultivation was used of quality plant materials. Cocoa plant material obtained through propagation techniques Somatic Embryogenesis (SE) was the latest method that can produce planlet that are the same with parents, have a taproot and a branched structure similar with plant from seeds. Another advantage of this SE technique can be massproduced seedlings, pest-disease free, growth is more uniform, more vigor, high yield and drought resistant. The objective of the experiment was to know the growth media composition which gave the best effect on growth cacao seedling (Theobroma cacao L.) from Somatic Embryogenesis (SE). The experiment was conducted at The Agricultural Experiment Station of Agriculture Faculty, Padjadjaran University, Jatinangor, altitude ±700 m above sea level with soil type is Inceptisols. The experiment was conducted from June until October 2013, used Randomized Block Design (RBD), consisted of nine treatments combinations and replicated three times. The treatments were topsoil : casting (2 : 1) + urea 0,5 g application-1, topsoil : cattle dung (2 : 1) + urea 0,5 g application-1, topsoil : cacao pods compost (2 : 1) + urea 0,5 g application-1, topsoil : casting (2 : 1) + urea 0,75 g application-1, topsoil : cattle dung (2 : 1) + urea 0,75 g application-1, topsoil : cacao pods compost (2 : 1) + urea 0,75 g application-1, topsoil : casting (2 : 1) + urea 1 g application-1, topsoil : cattle dung (2 : 1) + urea 1 g application-1, topsoil : cacao pods compost (2 : 1) + urea 1 g application-1. The result of the experiment showed that the growth media composition consist of topsoil : casting (2 : 1) + urea 0,75 g application-1 gave better effect on vegetative growth of cacao seedling from SE compared to other treatment combinations, increased stem diameter, leaves number, shoot dry weight and total plant dry weight at 16 WAP is 17,54 g. Keywords : cacao seedling, Somatic Embryogenesis, growth media composition, nitrogenItem Karakterisasi Eks-Situ Dan Pengaruh Fosfor Terhadap Komponen Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jawawut (Setarianitalica L. Beauv)(2011) MISWARTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen1 KARAKTERISASI DAN KEKERABATAN 42 AKSESI TANAMAN JAWAWUT (Setaria italica L. Beauv) Miswarti1, Tati Nurmala2 dan Anas2 1). Mahasiswa Pasca sarjana/BPTP Bengkuu 2) Fakultas Pertanian Universitas Padjdjaran, Bandung 2) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung Koresponden : (misbachza@yahoo.co.id), Hp.085315328468 ABSTRACT Characterization and identification of foxtail millet germplasm resources was important Information for genetic distance and phylogenetic study. Field experiment was conducted in Agricultural Faculty from February to July 2013. The objective was to determine characteristic of morphological and agronomic of foxtail millet. Forty Two accession was arranged in Augmented Experimental Design with three accession from West Java as control for characterization study. Analysis of genetic diversity based on data of morphological characters and data was than analysis converted into binary for scoring using Xlstat 2012. There were differences for morphological and agronomic character among 42 accessions. Bengkulu Accession (accession 21) and Papua accession (accession 40) showed better performance that the other accession. The population devided into three group based on cluster analysis. Keywords : characterization, kinship, foxtail millet ABSTRAK Karakterisasi dan identifikasi sumber plasma nutfah tanaman jawawut sangat perlu dilakukan. Informasi jarak genetik dan hubungan kekerabatan sangat diperlukan dalam merakit varietas unggul. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan Juli 2013 bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan agronomi tanaman jawawut yang diperoleh hasil eksplorasi di Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Papua secara eks-situ. Analisis keragaman genetik dilakukan berdasarkan karakter morfologi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya data tersebut diubah menjadi data biner dengan skoring data berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan pada setiap peubah. Data biner morfologi dianalisis dengan menggunakan Xlstat 2012. Terdapat perbedaan karakter morfologi dan agronomi dari 42 aksesi. Aksesi yang mempunyai penampilan terbaik adalah aksesi 21 (asal Bengkulu) dan aksesi 40 (asal Papua). Hubungan kekerabatan membentuk tiga kelompok/klaster berbeda. Kata kunci :karakterisasi,kekerabatan, jawawutItem KARAKTERISASI JAWAWUT (Setaria italica L. Beauve) DI LAHAN SAWAH DAN PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAWAWUT(2011) DOMINGGUS M D TATUHEY; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenDominggus M. D. Tatuhey, 2014. Karakterisasi Jawawut (Setaria italica L. Beauve) Di Lahan Sawah dan Pengaruh Pemupukan Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jawawut. Dibawah bimbingan Tati Nurmala dan Warid Ali Qosim. Jawawut (Setaria italica L. Beauve) merupakan jenis tanaman serealia berbiji kecil yang berpotensi sebagai sumber pangan substitusi. Jawawut dapat tumbuh pada lahan semi kering dan kering, tetapi tidak toleran pada lahan tergenang. Informasi tentang karakter jawawut hasil eksplorasi dari empat provinsi (Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat dan Papua) belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter 48 aksesi jawawut yang ditanam pada lahan sawah dan mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil. Penelitian dilakukan dalam dua percobaan yaitu (1) percobaan karakterisasi yang dirancang menurut rancangan Augmented, terdiri dari 45 aksesi yang diuji (new entries) dan 3 aksesi pembanding (Checks), (2) percobaan pemupukan yang dirancang menurut Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design), dan terdiri dari dua faktor yaitu ; faktor aksesi (main plot); V1 = aksesi Papua, V2 = aksesi Jawa Barat dan V3 = aksesi Bengkulu, dan faktor dosis pemupukan nitrogen (subplot); N0= 0 kg N/ha, N1= 45 kg N/ha, N2 = 90 kg N/ha, dan N3 = 135 kg N/ha. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor pada ketinggian 720 m dpl dan 770 m dpl, dan berlangsung sejak Januari – November 2013. Pengamatan pada percobaan pertama dilakukan terhadap 26 karakter kualitatif dan kuantitatif berdasarkan panduan UPOV. Pengamatan pada percobaan kedua dilakukan terhadap komponen pertumbuhan dan hasil ; tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, indeks luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih, serapan N, panjang malai, bobot malai, bobot biji, bobot 1000 biji, indeks panen, kadar lemak dan kadar gluten. Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa terdapat variasi pada karakter kualitatif dan juga kuantitatif. Hubungan kekerabatan yang sangat dekat terdapat pada 9 aksesi yaitu acc 7 dan acc 20, acc 9 dan acc 19, acc 3 dan acc 24, acc 11, acc 12 dan acc14. Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa aksesi (V) dan dosis pemupukan nitrogen (N) berpengaruh terhadap semua komponen pertumbuhan dan hasil, kecuali pada serapan N, kadar lemak dan gluten. Kadar lemak pada ketiga aksesi jawawut berkisar antara 3,32-4.01%. Hasil analisis gluten tidak menemukan adanya kadar gluten pada biji jawawut. Kata kunci : karakterisasi, jawawut, nitrogenItem EFEKTIFITAS BERBAGAI JENIS, DOSIS dan WAKTU APLIKASI HERBISIDA TERHADAP GULMA PADA TANAM PADI SAWAH SISTEM TABELA (TANAM BENIH LANGSUNG)(2012-11-21) GUSTAMI RIZQIADI Y; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem Analisis Karakter Penting pada Tetua dan Aplikasi Marker Assisted Selection (MAS) pada Generasi Padi F2 dalam Perakitan Kultivar Padi Harapan Tahan Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens Stal).(2013-04-24) GIGIH IBNU PRAYOGA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem KERAGAMAN GENETIK, INTERAKSI G x E DAN ANALISIS STABILITAS HASIL DAN KOMPONEN HASIL 61 GENOTIP KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI JATINANGOR(2013-06-05) HAWAN MUGHNI RAHARJO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Keragaman genetik dan Interaksi G x E sangat penting untuk diketahui oleh para pemulia tanaman. Keberadaan interaksi G x E banyak digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh daya adaptasi dan stabilitas yang dimiliki oleh suatu genotip. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik dan bagaimana interaksi genotip dengan musim pada 61 genotipe kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tiga musim di Jatinangor. Percobaan lapangan telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat dari bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 (musim I), bulan Juni sampai September 2011 (musim II) dan bulan Januari sampai Mei 2012 (musim III). Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 61 genotip sebagai perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Karakter-karakter yang diamati adalah karakter komponen hasil dan hasil. Data dianalisis dengan analisis varians, dan analisis varians gabungan dan analisis AMMI. Analisis uji lanjut dilakukan dengan pengujian Scott-Knott dan uji BNT pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat variasi penampilan yang luas pada karakter tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot dan bobot 100 biji, tetapi untuk semua karakter yang diuji memiliki variabilitas genetik yang rendah. Terjadi interaksi genotip dengan musim pada karakter lebar kanopi, jumlah polong pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot biji perplot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong. Pengaruh genotip dan musim secara mandiri terlihat pada karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, persentase jumlah biji 1 per polong dan persentase jumlah biji 4 per polong. Genotip SNG B, SNT A, MD 1, GR 4, Singa, BM 3 dan Landak merupakan genotip - genotip yang stabil pada tiga musim tanam masing-masing pada karakter lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong.Item Interaksi Genotip Dengan Musim dan Korelasi Genetik Beberapa Karakter Sorgum sebagai Basis Pengembangan Dual Purpose Sorgum(2013-06-05) JAKTY KUSUMA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Keragaman genetik dan Interaksi G x E sangat penting untuk diketahui oleh para pemulia tanaman. Keberadaan interaksi G x E banyak digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh daya adaptasi dan stabilitas yang dimiliki oleh suatu genotip. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik dan bagaimana interaksi genotip dengan musim pada 61 genotipe kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tiga musim di Jatinangor. Percobaan lapangan telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat dari bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 (musim I), bulan Juni sampai September 2011 (musim II) dan bulan Januari sampai Mei 2012 (musim III). Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 61 genotip sebagai perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Karakter-karakter yang diamati adalah karakter komponen hasil dan hasil. Data dianalisis dengan analisis varians, dan analisis varians gabungan dan analisis AMMI. Analisis uji lanjut dilakukan dengan pengujian Scott-Knott dan uji BNT pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat variasi penampilan yang luas pada karakter tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot dan bobot 100 biji, tetapi untuk semua karakter yang diuji memiliki variabilitas genetik yang rendah. Terjadi interaksi genotip dengan musim pada karakter lebar kanopi, jumlah polong pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot biji perplot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong. Pengaruh genotip dan musim secara mandiri terlihat pada karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, persentase jumlah biji 1 per polong dan persentase jumlah biji 4 per polong. Genotip SNG B, SNT A, MD 1, GR 4, Singa, BM 3 dan Landak merupakan genotip - genotip yang stabil pada tiga musim tanam masing-masing pada karakter lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong.Item ANALISIS SEKUENSING GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN LELE LOKAL (Clarias batrachus), LELE DUMBO (Clarias sp) DAN LELE PAITON (Clarias sp)(2013-09-05) ALFIAN SYAMSUDIN RIANTORO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAnalisis Sekuensing Gen Penyandi Hormon Pertumbuhan Lele Lokal (Clarias batrachus), Lele Dumbo (Clarias sp), dan Lele Paiton (Clarias sp). Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakterisasi gen pertumbuhan ikan lele lokal, lele dumbo dan lele paiton berbasis sekuen penyandi hormon tersebut. Penelitian menggunakan metode eksperimental eksploratif untuk mendapatkan data berupa sekuen gen penyandi hormon pertumbuhan (Growth Hormon/ GH) lele. Amplikon gen penyandi GH lele diperoleh secara eksploratif melalui optimasi proses PCR (Polymerase Chain Reaction). Tahapan penelitian mencakup isolasi RNA, amplifikasi, dan sekuensing. Gen penyandi hormon pertumbuhan ikan yang diperoleh dari hasil isolasi RNA, selanjutnya digunakan sebagai cetakan (template) untuk sintesis DNA hormon tersebut dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcription – Polymerase Chain Reaction) menggunakan primer yang mengkopi sekuen open reading frame dari GH ikan tersebut. Hasil amplifikasi gen penyandi hormon pertumbuhan Lele Lokal, Lele Dumbo, dan Lele Paiton dengan primer Cg-F (5’-ATGGCTCGAGTTTTGGTGCTGCT-3’) dan Cg-R (5’-CTACAGAGTGCAGTTGGAATCCAGGG-3’) sekitar 600 bp. Sekuen gen penyandi hormon pertumbuhan lele lokal, lele dumbo, dan lele paiton masing-masing memiliki kemiripan tinggi dengan sekuen asam amino hormon pertumbuhan Clarias batrachus no aksesi AF416486_2 (96%), Clarias gariepinus no aksesi EF411172_1 (96%), dan Clarias gariepinus no aksesi EF411172_1 (96%). Domain fungsional gen GH ketiga lele tersebut dicirikan oleh situs somatotropin-1, dan 2, helix-1 sampai helix-4, N-glikosilasi, residu sistein dan sinyal peptide. Perbedaan variasi sekuen penyandi GH ketiga ikan lele berkaitan dengan perbedaan jumlah asam amino penyusun GH tersebut. Lele lokal tidak sekerabat dengan lele dumbo dan lele paiton, sebaliknya lele dumbo sekerabat dengan lele paiton berdasarkan analisis filogenetik. .Item EVALUASI KOMPONEN HASIL DAN MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING SERTA KETAHANANNYA TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO, PENYAKIT BUSUK BUAH (PHYTOPTHORA PALMIVORA) DI KABUPATEN KOLAKA TIMUR SULAWESI TENGGARA(2013-09-19) IMRAN SP; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa bagi Negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis dan agroindustri kakao. Hal tersebut disebabkan sekitar 1000 ton/tahun biji kakao kering di Sulawesi Tenggara yang diperdagangkan antar negara dan sekitar 142.383 ton/tahun antar pulau di Indonesia, sehingga saat ini kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang diharapkan dapat memacu percepatan pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menjaga stabilitas sosial, khususnya bagi masyarakat pedesaan. Perluasan areal penanaman kakao terus meningkat, baik dari pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memenuhi konsumsi biji kakao yang cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan 3,9 % per tahun dan juga untuk memenuhi volume ekspor dalam bentuk biji kakao Indonesia yang dari tahun ke tahun meningkat dengan cepat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara Kecamatan Lambandia Desa Lambandia. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi komponen hasil dan kualitas biji klon kakao hasil sambung samping terhadap ketahanan hama penggerek buah kakao dan penyakit busuk buah dengan mulai Januari 2013 sampai Mei 2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 klon yang digunakan sebagai perlakuan. Penentuan populasi untuk tanaman induk yang sudah disambung adalah kakao yang telah berproduksi. Populasi tanaman contoh 108 pohon pada jarak 3x3 m.dari tanaman tersebut diambil 10 buah contoh dari masing - masing klon dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dari masing – masing variabel yang diamati dan dianalisis berdasarkan Analisis rata-rata perbandingan dari Anova apabila F- hitung lebih besar dari F-tabel maka dilanjutkan dengan Uji Scott-Knott pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 12 klon yang dapat meningkatkan produksi dan mutu kakao adalah klon (MT) dan (M04) dengan berat biji kering dalam 100 gram adalah 76 biji dan (M04) 83 biji dengan berat perbiji kedua klon tersebut adalah 1,55 dan 1,64 gram perbiji. Sedangkan klon yang tahan terhadap serangan hama adalah klon K8(Sulawesi 2) dengan tingkat serangan 16,0% dengan biji lengket hanya 5% dan klon yang tahan terhadap serangan penyakit busuk buah adalah klon (M04) dan (PT Ladongi) dengan tingkat serangan hanya 6%. Sehingga klon ini berpotensi untuk dikembangkan baik untuk meningkatkan produksi, mutu maupun ketahanan terhadap hama dan penyakit melalui sambung samping di Sulawesi Tenggara.Item PENGARUH KETERSEDIAAN AIR DAN MVA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO(2013-11-18) JULIBERTO DOS SANTOS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPengaruh Ketersediaan Air dan MVA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Dibimbing oleh Tati Nurmala dan Sumadi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ketersediaan air dan MVA terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas padi gogo. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Ciparanje Universitas Padjadjaran Jatinangor, Kabupaten Sumedang dari bulan September 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 18 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali. Kombinasi perlakuan itu antara lain gogo rancah (0 - 30 HST kapasitas lapang dan 31 HST sampai menjelang panen, anaerob airnya macak-macak) dengan padi gogo varietas Way Apu Boru. Rancah gogo (0 - 30 HST, airnya macak-macak (dalam keadaan anaerob), dan 31 HST sampai menjelang panen, kapasitas lapang (keadaan aerob) dengan padi gogo varietas Way Apu Boru. Padi sawah, digenang air dari 0 HST hingga 3 minggu sebelum panen, dengan padi gogo varietas Way Apu Boru. Gogo + MVA kapasitas lapang (pada keadaan aerob) dengan padi gogo varietas Way Apu Boru. Gogo rancah + MVA dengan padi gogo varietas Way Apu Boru. Gogo (0 HST hingga 3 minggu sebelum panen) dengan padi gogo varietas Way Apu Boru. Gogo rancah (0 - 30 HST kapasitas lapang dan 31 HST sampai menjelang panen, anaerob airnya macak-macak) dengan padi varietas Situ Patenggang. Rancah gogo (0 - 30 HST, airnya macak-macak (dalam keadaan anaerob), dan 31 HST sampai menjelang panen, kapasitas lapang (keadaan aerob) dengan padi varietas Situ Patenggang. Padi sawah, digenang air dari 0 HST hingga 3 minggu sebelum panen, dengan padi varietas Situ Patenggang. Gogo + MVA kapasitas lapang (pada keadaan aerob) dengan padi varietas Situ Patenggang. Gogo rancah + MVA dengan padi varietas Situ Patenggang. Gogo (0 HST hingga 3 minggu sebelum panen) dengan padi varietas Situ Patenggang. Gogo rancah (0 - 30 HST kapasitas lapang dan 31 HST sampai menjelang panen, anaerob airnya macak-macak) dengan padi gogo varietas Limboto. Rancah gogo (0 - 30 HST, airnya macak-macak (dalam keadaan anaerob), dan 31 HST sampai menjelang panen, kapasitas lapang (keadaan aerob) dengan padi gogo varietas Limboto. Padi sawah, digenang air dari 0 HST hingga 3 minggu sebelum panen, dengan padi gogo varietas Limboto. Gogo + MVA kapasitas lapang (pada keadaan aerob) dengan padi gogo varietas Limboto. Gogo rancah + MVA dengan padi gogo varietas Limboto. Gogo (0 HST hingga 3 minggu sebelum panen) dengan padi gogo varietas Limboto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kombinasi perlakuan berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman padi gogo varietas Situ Patenggang dan varietas Limboto pada 5,7, 9 dan 11 MST. Padi gogo varietas Way Apu Boru mempunyai kemampuan memproduksi jumlah anakan secara signifikan 7 dan 9 MST pada semua perlakuan yang diberikan, termasuk jumlah anakan produktif. Inokulasi MVA tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil pada setiap varietas padi gogo yang dicobakan pada penelitian ini karena ketersediaan air yang mencukupi yakni kapasitas lapang, macak-macak dan tergenang.Item PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG ( Solanum tuberosum L.) KULTIVAR ATLANTIK DI DATARAN MEDIUM PADA NAUNGAN DAN APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH YANG BERBEDA(2014-01-07) LOURENCO MARTINS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenL, Martins. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang ( Solanum tuberosum L.) Kultivar Atlantik di Dataran Medium Pada Naungan dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Yang Berbeda. Tesis Program Magister Universitas Padjadjaran, dibawah Bimbingan Jajang Sauman Hamdani dan Yayat Rochayat Suradinata Efendi. Kentang ( Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di Timor Leste, karena sebagai sumber pendapatan dan bahan pangan pokok bagi petani di delapan Kecamatan dari enam Kabupaten, sebagai komoditas alternatif dalam diversifikasi pangan. Semakin meluasnya pertanaman kentang di dataran tinggi menimbulkan dampak negatif seperti penebangan hutan, perusakan lingkungan dan erosi. Manipulasi lingkungan tumbuh kentang dengan menggunakan naungan paranet 45% dan plastik UV dapat menurunkan suhu rhizosfer tanaman kentang serta untuk menekan biosintesis GA, diaplikasikan zat pengatur tumbuh (BAP, Paclobutrazol, Chloro Chlorine Chloride), diharapkan dapat menekan biosintesis asam giberelat sehingga dapat memacu pertumbuhan umbi. Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh jenis naungan dan ZPT (BAP, Paclobutrazol, Chloro Choline Chloride) yang paling baik dalam meningkatkan hasil kentang (Solanum tuberosum L.) kultivar Atlantik di dataran medium. Percobaan dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan September 2013 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaan, Jatinangor pada ketinggian 750 m di atas permukaan laut yang disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu naungan (tanpa naungan, naungan paranet 45%, dan naungan plastik UV) dan zat pengatur tumbuh, terdiri dari : BAP, Paclobutrazol dan Chloro Choline Chloride (CCC). Interaksi antara naungan paranet 45 % dan zat pengatur (BAP + CCC) dapat meningkatkan laju tumbuh relatif dan bobot kering total, sedangkan v naungan plastik UV dan zat pengatur tumbuh (paclobutrazol) dapat meningkatkan indeks panen dan persentase jumlah stolon membentuk ubi. Naungan paranet 45 % dapat meningkatkan tinggi tanaman dan indeks panen. Naungan plastik ultraviolet dapat meningkatkan kandungan klorofil, indeks luas daun, jumlah stolon, jumlah ubi per tanaman, hasil per tanaman (g), per petak (kg), per hektar (ton) dan prosentase ubi kelas A. Zat pengatur tumbuh (Paclobutrazol) dapat meningkatkan kandungan klorofil, jumlah ubi total, hasil umbi per tanaman sebesar 968,11 g, hasil per hektar sebesar 27,923 ton dan jumlah ubi kelas A, menekan kandungan giberelin tetapi menurunkan tinggi tanaman dan jumlah stolon Kandungan klorofil mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap hasil kentang yang ditanam di dataran medium.Item Bakteri Penghasil Enzim Dan Gen Penyandi Selulase Yang Berasal Dari Rumput Laut Eucheuma sp., Gracilaria sp., Sargassum sp.(2014-03-09) MAULI DIAN PERTIWI; Iskandar; Ayi YustiatiABSTRAK Mauli Dian Pertiwi (Dibimbing Oleh: Ayi Yustiati dan Iskandar). 2014. Bakteri Penghasil Enzim dan Gen Penyandi Selulase Berasal dari Rumput Laut Eucheuma sp., Gracilaria sp., Sargassum sp. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat murni bakteri selulolitik dari rumput laut yang berpotensi sebagai penghasil enzim selulase, mengidentifikasi jenis bakteri menggunakan marka molekuler gen 16S rRNA dan mengkarakterisasi gen penyandi selulase dari isolat bakteri tersebut. Sampel rumput laut Eucheuma sp berasal dari perairan Cantigi, Indramayu dan sampel Gracilaria sp serta Sargassum sp berasal dari perairan Sancang, Garut. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian adalah analisis deskriptif dengan membandingkan hasil identifikasi molekuler gen 16S rRNA dan gen penyandi selulase dengan sekuen dari data GeneBank. Tahapan penelitian meliputi isolasi dan pemurnian bakteri, uji indeks selulolitik dengan CMC, uji gula pereduksi menggunakan metode Somogyi-Nelson, analisis molekuler gen 16S rRNA serta fragmen gen penyandi selulase dan analisis bioinformatika. Hasil penelitian menunjukkan indeks selulolitik pada isolat bakteri dari Eucheuma sp sebesar 1.02 mm, isolat bakteri dari Gracilaria sp sebesar 2.11 mm dan isolat bakteri dari Sargassum sp sebesar 1.89 mm. Hasil identifikasi molekuler menggunakan gen 16S rRNA homolog dengan sekuen bakteri Oceanobacillus sp dan Bacillus cereus dan hasil verifikasi sekuen penyandi selulase yang berasal dari bakteri di rumput laut homolog dengan Bacillus subtilis BSn5, Bacillus subtilis dan Bacillus amyloliquefaciens. Karakterisasi gen penyandi selulase dari bakteri Bacillus subtilis BSn5, Bacillus subtilis dan Bacillus amyloliquefaciens memiliki domain katalitik Glyco Hydrolase 5 (GH 5) dan domain Carbohidrate binding modul tipe 3 (CBM3). Kata kunci: Eucheuma sp, Gracilaria sp, Sargassum sp, Bakteri Selulolitik, 16S rRNA, SelulaseItem Genetic Diversity Analysis by Agro-Morphological Traits and Simple Sequence Repeats Markers and Resistance to Anthracnose (Colletotrichum capsici) of 45 Red Pepper Genotypes(2014-07-16) WINNY DEWI WIDARMI; Neni Rostini; Nono CarsonoInformation on genetic diversity and phylogenetic relationship among red pepper genotypes is very essential for selecting suitable parental in crossing as well as for managing plant genetic resources. The objectives of the experiment were to (i) obtain genetic diversity of 45 red pepper genotypes based on agro-morphological traits and Simple Sequence Repeats (SSRs) markers; (ii) obtain the potential parent for crossing; and (iii) obtain the potential parent that supposed to be resistant to Colletotrichum capsici based on both laboratory test and EST-SSRs markers. The results showed that the genetic diversity of 45 red pepper genotypes assessed by agro-morphological and SSRs markers was broad. A distant genetic relationships based on agro-morphological marker was genotype #26 (LEMBANG-1) from BALITSA and genotype #19 (0735-5608-1) the introduced genotype from Taiwan. Meanwhile based on SSRs marker, genotype #11 (0735-7641-B) and #28 (0735-5687-1) were introduced from Taiwan, had a distant genetic relationships. There were 15 genotypes have supposed to be resistant to Colletotrichum capsici based on laboratory test and EST-SSRs markers: genotype #4 (PERISAI), #5 (B04), #8 (TJ-2x3), #10 (UNPAD 4), #11(0735-7641-B), #16 (0735-5670-1), #18 (UNPAD 5), #23 (3), #26 (LEMBANG-1), #27 (0735-5687-1), #29 (CIKO), #33(0735-5646-1), #40 (0737-7732-B), #43 (3 x LB-1), and #45 (K02), these genotypes are a potential parent for hibridization. Combination of parental supposed for developing a superior genotype are #26 (LEMBANG-1), #19 (0735-5608-1), #11 (0735-7641-B), and #28 (0735-5687-1) with 15 genotypes which are to be resistant to Colletotrichum capsici based on both laboratory test and EST-SSRs markers.Item Pengaruh Kombinasi FMA dan MHB dengan berbagai dosis pupuk kandang domba pada tanah Andisol terhadap pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang granola(2014-07-21) YATI SETIATI; Anne Nuraini; Tino MutiarawatiYati Setiati Rachmawati. 2014. Pengaruh Kombinasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Mycorrhiza Helper Bacteria dengan berbagai Dosis Pupuk kandang domba pada Tanah Andisol terhadap Pertumbuhan, dan Komponen Hasil Tanaman kentang Kultivar Granola. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Tino Mutiarawati. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui pengaruh kombinasi FMA dan MHB dengan berbagai dosis pupuk kandang domba terhadap pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil kentang Granola pada tanah Andisol. Percobaan dilaksanakan di rumah plastik pembibitan kentang Sukahaji, Kayu Ambon, Lembang, Jawa Barat mulai Januari 2012 sampai Mei 2012. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 16 perlakuan, setiap perlakuan diulang tiga kali. Setiap plot terdiri dari dua polibag untuk didestruksi pada umur 52 HST dan 82 HST. Komponen yang diamati adalah komponen pertumbuhan (bobot akar segar, infeksi akar, serapan N dan P, kandungan klorofil, luas daun, jumlah stolon, persentase stolon membentuk ubi, dan biomassa tanaman), komponen hasil dan hasil tanaman (jumlah ubi, bobot ubi, indeks panen, dan persentase jumlah ubi berdasarkan kelas). Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians dengan pembanding rata-rata mengikuti prosedur uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan FMA dengan berbagai dosis pupuk kandang domba dapat meningkatkan bobot akar segar, infeksi akar, dan serapan P. Namun semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap serapan N, tinggi tanaman, kandungan klorofil, luas daun, jumlah stolon, persentase stolon membentuk ubi, biomassa tanaman, jumlah ubi, bobot ubi, indeks panen, dan persentase jumlah ubi berdasakan kelas. FMA dengan dosis pupuk kandang 10 tha-1 is perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan bobot akar segar dan infeksi akar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan MHB dengan dosis pupuk kandang domba 10 t ha-1 maupun 20 t ha-1 merupakan perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan serapan P dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata kunci : Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA), Mycorrhiza Helper Bacteria (MHB), Pupuk kandang domba, dan Tanaman Kentang.Item KAJIAN FENOTIPIK DAN PARAMETER GENETIK PADA POPULASI 105 KLON KRISAN(2014-07-22) RIKA MEILASARI; Warid Ali Qosim; MurdaningsihProduksi krisan di Indonesia memperlihatkan kecenderungan yang meningkat dalam lima tahun terakhir. Selain sebagai bunga potong krisan juga telah diminati konsumen sebagai tanaman hias pot. Namun varietas krisan pot yang banyak beredar di pasaran saat ini merupakan varietas introduksi. Upaya perakitan varietas krisan pot dalam negeri telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias dan telah diperoleh sejumlah genotip F1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa parameter genetik karakter morfologi dari 105 genotip populasi krisan, pola pengelompokan dari 105 genotip populasi krisan melalui analisis kluster berdasarkan ketidakmiripan (dissimilarity) karakter fenotipiknya, serta mendapatkan rekomendasi genotip-genotip krisan pot yang sesuai dengan preferensi konsumen dan ideotipe krisan pot. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 100 genotip F1 krisan dari 5 populasi persilangan dan 5 genotip tetua krisan pot. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah internode, panjang internode, diameter bunga, diameter bunga tabung, diameter tajuk, jumlah bunga pita, jumlah bunga tabung, jumlah bunga per tanaman, jumlah cabang, panjang pedisel, umur mulai berbunga, respon time, lama kesegaran bunga, warna bunga, bentuk bunga, tipe bunga dan kekompakan bunga. Hasil penelitian pada populasi keseluruhan genotip menunjukkan nilai variabilitas genetik dan fenotipik yang luas untuk semua karakter pengamatan dengan nilai heritabilitas kategori tinggi pada 13 karakter dan sedang pada empat karakter pengamatan. Pada masing-masing populasi menunjukkan terdapat beberapa karakter yang memiliki nilai variabilitas genetik dan fenotipik luas dengan nilai heritabilitas rendah hingga tinggi pada populasi A, B, D dan E. Pada populasi C menunjukkan nilai variabilitas genetik yang sempit untuk semua karakter pengamatan. Setiap hasil persilangan krisan menghasilkan genotip-genotip F1 dengan warna dan bentuk bunga yang beragam, serta diperoleh warna-warna bunga yang berbeda dari tetuanya. Dendogram hasil analisis kluster genotip-genotip krisan menunjukkan terdapat keragaman yang luas pada genotip krisan yang dikaji. Hasil uji preferensi konsumen diperoleh 9 genotip krisan terpilih yang secara umum memiliki karakter yang sesuai dengan ideotipe krisan pot.Item STABILITAS DAN ADAPTABILITAS HASIL DAN KOMPONEN HASIL GENOTIP POTENSIAL KEDELAI HITAM DI PULAU JAWA(2014-08-02) CHINDY ULIMA ZANETTA; Meddy Rachmadi; Agung KaruniawanKedelai hitam merupakan komoditas yang strategis dan potensial. Melalui seleksi pada lingkungan yang representatif, menggali potensi hasil tinggi, dan memperhatikan besarnya pengaruh interaksi genotip x lingkungan diharapkan diperoleh genotip unggul kedelai hitam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh interaksi genotip x lingkungan terhadap penampilan hasil dan komponen hasil genotip kedelai hitam dan mendapatkan genotip kedelai hitam yang stabil dan beradaptasi luas atau beradaptasi spesifik wilayah. Percobaan dilaksanakan di 10 lokasi yang tersebar di pulau Jawa, yaitu Bogor, Cianjur, Jatinangor 1 dan 2, Majalengka, Cirebon, Yogyakarta, Madiun, Ngawi, dan Banyuwangi, mulai dari Maret 2012 sampai dengan Oktober 2013. Percobaan di setiap lokasi menggunakan metode eksperimen berdasarkan rancangan acak kelompok yang diulang sebanyak empat kali dengan tujuh genotip potensial sebagai perlakuan. Analisis stabilitas dan adaptabilitas hasil menggunakan tiga metode, yaitu regresi linier Eberhart Russell, AMMI biplot, dan YSi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh karakter hasil dan komponen hasil genotip kedelai hitam dipengaruhi oleh interaksi genotip x lingkungan. Genotip yang memiliki bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dan hasil paling stabil dan beradaptasi luas adalah CK 6 dan KA 2. Genotip CK 5, CK 12, KA 6, Cikuray, dan Detam 1 beradaptasi spesifik wilayah.Item Evaluasi F1 Polycross Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Jingga dan Seleksi Marka Simple Sequence Repeats (SSR) Terkait Karakter Ketahanan Terhadap Penyakit Kudis (Sphaceloma batatas)(2014-09-16) ANNA AINA ROOSDA; Agung Karuniawan; Noladhi WicaksanaUbi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.) jingga memiliki kandungan vitamin A sebanding dengan sumber betakaroten lain. Penyakit kudis (Sphaceloma batatas) merupakan salah satu penyakit yang dapat menurunkan produktifitas ubi jalar hingga 75%. Informasi mengenai parameter genetik ketahanan terhadap penyakit dibutuhkan dalam seleksi. Marka SSR (Simple Sequence Repeats) efektif dalam seleksi genotip tahan terhadap penyakit. Sampai saat ini belum ada marka SSR yang spesifik digunakan untuk ketahanan penyakit kudis pada ubi jalar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi F1 polycross dan seleksi marka molekuler SSR terkait karakter ketahanan terhadap penyakit kudis. Penelitian ini dilakukan dua musim (musim kemarau dan musim hujan) pada bulan Maret 2013 – Februari 2014 dan bulan Januari 2014 – Juni 2014 untuk analisis marka molekuler. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unpad dan Laboratorium Analisis Tanaman, Fakultas Pertanian Unpad. Musim pertama menggunakan rancangan Augmented design dengan perlakuan 144 genotip F1 ubi jalar jingga dan 29 tetua betina yang diantaranya sepuluh varietas lokal sebagai cek yang diulang dua kali. Musim kedua menggunakan single row plot dengan perlakuan 59 genotip F1 ubi jalar jingga terseleksi dari musim pertama. Analisis marka molekuler menggunakan lima genotip tahan, lima genotip rentan, dan 25 primer SSR. Musim pertama menunjukkan variasi yang luas dengan rentang koefisien keragaman fenotipik 2.8% - 9.6% dan koefisien keragaman genotipik 1.3% - 9.3%. Hasil analisis PCA dan cluster menunjukkan persentase kumulatif sebesar 81.28% dengan koefisien Euclidean sebesar 7.61 membagi dua klaster utama. Korelasi genotipik menunjukkan tidak ada korelasi dan korelasi fenotipik menunjukkan korelasi positif nyata pada karakter diameter umbi dan panjang umbi (r=0.24), bobot umbi/plot dan diameter umbi (r=0.58), dan karakter panjang umbi dan brix (r=0.40). Pada musim kedua, menunjukkan variasi luas pada seluruh dengan nilai varians fenotip lebih tinggi dibandingkan standar deviasi pada seluruh karakter. Nilai persentase kumulatif sebesar 90.82% dan koefisien Euclidean sebesar 7.62 membagi dua klaster utama. Namun, tidak ada korelasi pada semua karakter. F1 ubi jalar jingga menunjukkan variasi yang luas, namun tidak terdapat korelasi diantara karakter-karakter yang diamati. Nilai analisis Z-mantel menunjukkan korelasi yang sangat lemah antara karakter fenotipik dengan marka molekuler SSR. Namun demikian, berdasarkan analisis biplot, primer IBCIP-13, IbR03, IbR13, IbR12, IbR19, dan IBSSR09 dapat digunakan dalam seleksi marker terkait ketahanan terhadap penyakit kudis.Item Sekuen Asam Amino Anti White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)(2014-11-05) IMAN SUPRIATNA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Iman Supriatna (Dibimbing oleh : Ayi Yustiati dan Iskandar). 2014. Sekuen Asam Amino Anti White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui homolog sekuen asam amino, domain fungsional, prediksi model dan karakteristik struktur protein gen penyandi anti WSSV pada udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang berasal dari Kabupaten Indramayu. Metode penelitian adalah analisis deskriptif kualitatif dengan membandingkan hasil PCR isolasi gen penyandi anti WSSV dengan sekuen dari data GenBank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekuen gen penyandi anti WSSV pada DNA udang windu asal Kabupaten Indramayu homolog dengan sekuen gen Penaeus monodon AV gene, complate cds (no. Aksesi DQ641258.1) dan Penaeus monodon PMAV (PmAV) mRNA, complete cds (no. Aksesi AY3202750.1). Sementara sekuen gen penyandi anti WSSV pada DNA udang vaname asal Kabupaten Indramayu homolog dengan sekuen gen Litopenaeus vannamei antiviral protein mRNA, complete cds (no. Aksesi JX983205.1). Lektin tipe-c merupakan domain fungsional dari sekuen asam amino anti WSSV baik pada udang windu maupun pada udang vaname. Struktur protein penyandi anti WSSV (lektin tipe-c) ditandai dengan adanya sinyal peptida, gugus alpha helix dan untai beta serta berada pada tiga zona sel. Karakteristik dan model struktur protein gen penyandi anti WSSV (lektin tipe-c) pada udang memiliki similaritas dengan karakteristik dan model struktur protein jenis lektin pada organisme lainnya. Lektin tipe-c terindikasi dapat membantu meningkatkan resistensi udang windu dan udang vaname yang berasal dari Kabupaten Indramayu terhadap WSSV dan lektin tipe-c tersebut dapat ditemukan pada berbagai macam jenis organisme untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan imunostimulan.Item EFEK PEMUPUKAN BIOSILIKA PADA TANAMAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L) TIPE BATU DAN PULUT TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL, KEKERASAN BIJI DAN AKUMULASI SILIKA PADA ORGAN TANAMAN(2015) WINNA FIRDAWATI; Tati Nurmala; Anni YuniartiWinna Firdawati. Efek Pemupukan Biosilika Pada Tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi L) Tipe Pulut dan Batu Terhadap Pertumbuhan, Hasil, Kekerasan Biji Dan Akumulasi Silika Pada Organ Tanaman. Dibimbing oleh Tati Nurmala dan Ani Yuniarti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis silika organik yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman hanjeli (Coix lacryma- Jobi.L) tipe pulut dan tipe batu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Mei 2016 di Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua belas perlakuan diulang empat kali. Perlakuan terdiri dari Kontrol (S0); Silika dosis (4.50 g/tanaman)(S1); (9.00g/tanaman) (S2); (13.50g/tanaman) (S3); (18.00 g/tanaman) (s4); (22.50 g/tanaman) (S5). Bahan tanam yang digunakan adalah hanjeli pulut genotip #37 dan hanjeli batu genotip #40. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk biosilika berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, biomassa total tanaman, jumlah srisip, jumlah malai per rumpun, indeks panen, bobot biji per rumpun, indeks panen dan kekerasan biji pada hanjeli tipe batu dan pulut. Perlakuan pupuk biosilika dengan dosis 22.5 g/polibag memberikan hasil yang baik pada karakter bobot biji per rumpun, dan bobot 100 biji. Perlakuan biosilika pada dosis 13.5 g/polibag memberikan kandungan silika yang paling tinggi untuk hanjeli tipe batu dan pulut. Kandungan lemak dan kadar protein pada tipe batu lebih tinggi dibandingkan tipe pulut, begitu juga kadar protein tipe batu lebih tinggi dibandingkan tipe pulut. Akumulasi senyawa silika akibat perlakuan silika organik terdistribusi pada daun, batang, akar, biji dan kulit biji. Senyawa Si paling banyak pada biji dan kulit biji pada hanjeli tipe batu dan pulut. Kata kunci: Hanjeli, Biosilika, Perumbuhan, dan HasilItem . Pengaruh Pupuk Kalium dan Mikoriza Vesikula Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Hanjeli (Coix lacryma jobi L.) pada Ekosistem Lahan Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering Jatinangor(2015-01-29) ADITYA MURTILAKSONO; Abraham Suriadikusumah; Tati NurmalaHanjeli (Coix lacryma jobi L.) merupakan jenis tanaman serealia yang berpotensi sebagai pangan alternatif. Hanjeli tumbuh pada semua jenis lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dosis pupuk kalium dan mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman hanjeli aksesi 37 koleksi Laboratorium Produksi dan Pemultan Fakultas Pertanian UNPAD pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan Jatinangor. Percobaan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai dengan Juni 2014 di kebun percobaan Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 9 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari mikoriza 0 g/lubang tanam + kalium 0 kg/ha, 0 g/lubang tanam + 100 kg/ha, 0 g/lubang tanam + 200 kg/ha, 5 g/lubang tanam + 0 kg/ha, 5 g/lubang tanam + 100 kg/ha, 5 g/lubang tanam + 200 kg/ha, 10 g/lubang tanam + 0 kg/ha, 10g/lubang tanam + 100 kg/ha, dan 10 g/lubang tanam + 200 kg/ha. Hasil percobaan menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman hanjeli ekosistem lahan sawah tadah hujan memberikan hasil lebih baik pada perlakuan jumlah anakan per rumpun 9 MST, bobot kering pupus 5, 9, 13, dan 17 MST, nisbah pupus akar 5 MST, indeks luas daun 10, 13 dan 16 MST, dan rendemen biji pecah kulit. Pemberian dosis pupuk kalium 100 kg/ha memberikan pengaruh lebih baik pada perlakuan bobot kering pupus 5, 9, 13, dan 17 MST, nisbah pupus akar 5 MST, indeks luas daun 10, 13 dan 16 MST, dan rendemen biji pecah kulit. Pemberian dosis MVA 10 g/lubang tanam memberikan pengaruh lebih baik pada perlakuan jumlah anakan per rumpun 9 MST, bobot kering pupus 5, 9, 13, dan 17 MST, nisbah pupus akar 5 MST, indeks luas daun 10 dan 16 MST, dan rendemen biji pecah kulit.