Magister Ilmu Keperawatan
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item Pengaruh Layanan Keperawatan dalam Nursing Center terhadap Self Efficacy dan Self Management Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka(2018-08-16) FITRI WIDANENGSIH; Citra Windani Mambang Sari; Neti JuniartiPrevalensi penderita diabetes melitus tipe 2 di Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Perubahan gaya hidup tidak sehat serta kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab dari terjadinya peningkatan prevalensi ini. Maka dari itu diperlukan program inovasi baru dalam penanggulangan penyakit DM ini salah satunya adalah melalui penerapan layanan keperawatan dalam nursing center dengan model perawatan yang holistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan keperawatan dalam nursing center terhadap self efficacy dan self management pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan pendekatan non equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Kabupaten Majalengka dimana teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 72 responden terdiri dari 36 responden kelompok kontrol dan 36 responden kelompok intervensi. Data self efficacy diperoleh dengan menggunakan kuesioner Diabetes Management Self Efficacy Scale (DMSES) yang sudah valid dan reliabel dengan nilai r diatas 0,658 > 0,228 dan nilai Alpha Cronbach = 0,975, sedangkan data self management diperoleh dengan menggunakan kuesioner the Summary Diabetes Self Care Activities (SDSCA) yang telah dilakukan uji validitas dengan tahapan uji konten berdasarkan hasil panel peneliti dan expert dalam diabetes melitus Fakultas Keperawatan Universitas Padjdjaran Bandung, uji reliabilitas menunjukkan Alpha Cronbach = 0,650. Analisis data penelitian ini menggunakan paired t-test dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan self efficacy sebelum dan sesudah mendapatkan layanan standar di Puskesmas (p value 0,560), serta tidak terdapat perbedaan self management sebelum dan sesudah mendapatkan layanan standar di Puskesmas (p value 0,435). Sedangkan pada kelompok intervensi diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy sebelum dan sesudah mendapatkan layanan keperawatan dalam nursing center (p value 0,000) dan terdapat perbedaan yang bermakna skor rata-rata self management sebelum dan sesudah mendapatkan layanan keperawatan dalam nursing center (p value 0,000). Berdasarkan uji beda selisih kedua kelompok, diketahui bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata self efficacy dan self management pada penderita DM tipe 2 kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p value 0,000). Kesimpulan penelitian ini adalah layanan keperawatan dalam nursing center secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan self efficacy dan self management penderita diabetes melitus tipe 2.Item Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Orangtua Anak Usia Sekolah Penyandang Talasemia Mayor di Jawa Barat(2019-03-04) ANITA TIARA; Ai Mardhiyah; Henny Suzana MedianiKebutuhan orang tua selama merawat anak talasemia meliputi kebutuhan informasi, profesional, emosional, sosial, finansial dan spiritual yang merupakan suatu hal yang penting bagi orang tua, karena kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan mempengaruhi kesehatan mental dan fisiknya. Faktor karakteristik sosiodemografi merupakan prediktor cukup kuat tidak terpenuhinya kebutuhan orangtua, diantaranya karakteristik orangtua dan karakteristik anak. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan orangtua anak usia sekolah penyandang talasemia mayor di Jawa Barat. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah orang tua anak usia sekolah penyandang talasemia mayor berjumlah 136 orang dengan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis bivariat menggunakan chi square dan poin biserial dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan orangtua diurutkan dari tertinggi sampai terendah adalah kebutuhan spiritual, sosial, informasi, emosional, finansial dan professional. Terdapat hubungan antara pendidikan orangtua (p= 0,028), pendapatan orangtua (p=0,006) dan lama waktu terdiagnosa (p=0,035) dengan kebutuhan orangtua, sedangkan jumlah anak talasemia, jenis kelamin dan usia orangtua tidak berhubungan dengan kebutuhan orangtua. Faktor jumlah anak talasemia mayor paling berhubungan pada kebutuhan orangtua domain emosional dan finansial, sedangkan jenis kelamin orangtua yang paling berhubungan dengan kebutuhan orangtua domain sosial, profesional, sosial dan spiritual. Pentingnya peningkatan peran perawat sebagai edukator dan konsultan serta membantu orangtua mencari sumber dukungan spiritual, emosional dan finansial pada orangtua anak usia sekolah penyandang talasemia.Item PEMANFAATAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN TERINTEGRASI MELALUI APLIKASI SMARTPHONE DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG(2018-08-22) IRMA NOVISHINTA; Citra Windani Mambang Sari; Neti JuniartiPelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di Puskesmas belum berjalan optimal dikarenakan pola dokumentasi tidak efisien, sumber daya manusia yang terbatas dan beban kerja perawat yang tinggi sehingga tidak memiliki waktu yang memadai untuk melakukan dokumentasi. Selain itu latar belakang pendidikan dan kompetensi perawat bervariasi sehingga kualitas dokumentasi yang dihasilkan antar perawat seringkali berbeda. Salah satu solusi untuk hal ini adalah dengan penerapan proses dokumentasi asuhan keperawatan melalui aplikasi smartphone. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemanfaatan dokumentasi asuhan keperawatan melalui aplikasi smartphone dalam aspek proses dan output yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed method concurrent embedded dan dibagi kedalam dua tahap. Tahap pertama menggunakan penelitian dengan metode kualitatif. Data didapat dengan mewawancarai seluruh 18 perawat yang bekerja di Puskesmas Tanjungsari. Pada tahap ini metode konten analisis digunakan dengan Logic Model Framework kerangka analisisnya. Tahap pertama ini berfokus pada membangun peta konsep penerapan dokumentasi melalui aplikasi smartphone. Sementara tahap kedua menggunakan metode kuantitatif dengan menganalisis total 30 dokumen kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Metode analisis yang digunakan pada tahap ini adalah pendekatan Rasch Model dan uji Wilcoxon. Kedua metode tersebut digunakan untuk untuk melihat perbedaan kelengkapan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat tema besar untuk dokumentasi asuhan keperawatan berbasis kertas dikelompokkan dalam komponen process (kegiatan, kendala) dan output (manfaat, harapan). Sementara untuk dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan aplikasi smartphone didapatkan empat tema besar dikelompokkan dalam komponen process (kegiatan, kendala) dan output (manfaat, harapan). Sementara hasil analisis kuantitatif menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi smartphone. Penelitian ini menunjukkan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan dengan menggunakan aplikasi smartphone memiliki manfaat yang positif bagi perawat dan dan Puskesmas itu sendiri. Kata Kunci : Dokumentasi keperawataan, Asuhan keperawatan berbasis elektronik, dokumentasi di puskesmasItem PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI E-PATUH TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA PASIEN HIV/AIDS DI JAWA BARAT(2018-07-16) ALFIAN; Kusman Ibrahim; Imas RafiyahKepatuhan minum obat adalah perilaku yang mengacu pada kepatuhan klien dalam mengikuti diet, dan melakukan perubahan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi yang disepakati dari penyedia layanan kesehatan. Kepatuhan dalam pengobatan ARV merupakan hal yang terpenting bagi pasien HIV/AIDS. Tidak patuhnya pasien dalam pengobatan ARV adalah salah satu penyebab rendahnya keberhasilan pasien ODHA dalam menekan penyebaran virus dalam tubuh, meningkatnya resiko penyebaran infeksi terhadap orang lain, dan menyebabkan tubuh mengalami resistensi dalam pengobatan. Efek samping sering menjadi masalah dalam pengobatan ARV dan toksisitas sering menjadi alasan mengganti atau menghentikan pengobatan ARV. Penelitian ini bertujuan megetahui pengaruh penggunaan aplikasi ”E-Patuh” terhadap kepatuhan minum obat antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimental dengan pendekatan nonequivalent control group design. Lokasi penelitian ini di RSUD Kota Bandung dan di RSUD Kota Banjar. Diseleksi tanpa randomisasi dengan teknik purposive sampling Responden dalam penelitian 30 responden. Masing-masing 15 responden pada kelompok intervensi dan kontrol. Data didapatkan menggunakan kuesioner self-report. Kelompok intervensi diberikan aplikasi E-Patuh berbasis android selama 30 hari dan dimonitoring menggunakan berbasis website kemudian diukur kembali tingkat kepatuhan dengan self-report. Data dianalisis menggunakan SPSS 22 dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah pemberian aplikasi E-Patuh pada kelompok intervensi dengan (p<0,05). diperoleh nilai p = 0,006, oleh karena nilai p < 0,05 maka secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara skor tingkat kepatuhan minum obat ARV sebelum dan sesudah pemberian aplikasi E-Patuh pada kelompok intervensi. Hasil penelitian ini membuktikan pengaruh positif pada penggunaan aplikasi E-patuh terhadap kepatuhan minum obat ARV pada kelompok intervensi dengan adanya sistem pendukung dari aplikasi E-Patuh, Pemberian palikasi E-Patuh sangat membantu meningkatkan kepatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS. Fitur-fitur yang terdapat dalam E-Patuh secara langsung mengingatkan jadwal waktu minum obat pada ODHA. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi ODHA dan penyedia pelayanan HIV di rumah sakit guna meningkatkan kepatuhan ARV guna menurunkan angka mortalitas pada ODHA.Item PENGARUH ABDOMINAL MASSAGE TERHADAP FEEDING INTOLERANCE PADA BAYI PREMATUR TERPASANG VENTILASI MEKANIK DI RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)(2018-08-15) DIKI ARDIANSYAH; Ikeu Nurhidayah; Tidak ada Data DosenABSTRAK Bayi prematur berisiko mengalami feeding intolerance akibat imaturitas sistem gastrointestinal yang diperberat oleh pemasangan ventilasi mekanik. Hal ini berdampak pada penundaan nutrisi enteral, NEC dan tingginya biaya perawatan. Abdominal massage adalah salah satu tindakan yang direkomendasikan untuk mencegahnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh abdominal massage terhadap feeding intolerance pada bayi prematur terpasang ventilasi mekanik di NICU. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen control group pretest and posttest design. Populasi penelitian adalah bayi prematur. Teknik sampel menggunakan consecutive sampling pada 34 bayi dengan pengelompokan masing-masing 17 responden untuk kelompok intervensi dan kontrol. Feeding intolerance ditentukan dari satu atau lebih gejala peningkatan residu lambung, distensi abdomen dan muntah yang diobservasi hari pertama (pre) dan kelima (post). Abdominal massage dilakukan 2 x/hari selama 15 menit dalam periode 5 hari. Data dianalisis dengan univariat (mean dan presentase), bivariat (wilcoxon, mann whitney, chi squar) dan ANCOVA. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan signifikan selisih residu lambung dan distensi abdomen (p<0,05). Penurunan selisih rerata residu lambung sebanyak 0,65 cc dan distensi abdomen 0,59 cm pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol residu lambung meningkat 3,59 cc dan distensi abdomen 1,88 cm (p<0,05). Rerata selisih frekuensi muntah tidak terdapat perbedaan signifikan (p=0,63), penurunan sebanyak 0,118 pada kelompok intervensi dan 0,18 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan signifikan kejadian feeding intolerance antar kelompok setelah intervensi (p=0,05), dimana kejadian feeding intolerance tidak mengalami peningkatan (0%) pada kelompok intervensi, sedangkan kelompok kontrol meningkat sebanyak 9 (52,9%) responden. Terdapat kontribusi signifikan faktor confounding jenis ventilasi mekanik pada jumlah residu lambung setelah intervensi (p=0,02). Ada pengaruh abdominal massage terhadap pencegahan feeding intolerance pada bayi prematur terpasang ventilasi mekanik, sehingga peneliti merekomendasikan standar prosedur operasional abdominal massage untuk dipertimbangkan sebagai pencegahan feeding intolerance pada bayi prematur terpasang ventilasi mekanik di NICU. Kata kunci : abdominal massage, feeding intolerance, residu lambung, prematur, ventilasi mekanikItem Pengaruh Modifikasi ICARE Terhadap Intensi Berperilaku Caring Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Bagian Yosef 3 Surya Kencana Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung(2018-07-17) NANIS SRI SUTATIK; Ati Surya Mediawati; Aan Nur'aeniABSTRAK Caring merupakan inti praktik keperawatan dan merupakan ciri khas profesi perawat dengan konsep caring Watson. Perilaku caring dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Hasil survei mengenai tingkat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung bagian Yosef 3 Surya Kencana masih ditemukan adanya ketidakpuasan pelayanan, yang diidentifikasikan kurangnya intensi perawat. Upaya manajemen berupa edukasi namun belum dapat menurunkan ketidakpuasan pasien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan pengaruh modifikasi ICARE terhadap intensi berperilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Populasi penelitian perawat Maria 2 sebagai kelompok kontrol dan perawat Yosef 3 Surya Kencana kelompok intervensi, dengan jumlah 46 sampel. Tehnik pengambilan sampling menggunakan probability dengan total sampling dan instrumennya menggunakan kuesioner. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pre dan post desain. Analisa data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif meliputi distribusi frekuensi, rerata dengan uji Wilcoxon dan Mann Whitney serta analisis jalur untuk melihat hubungan. Hasil pada kelompok intervensi menujukkan ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah modifikasi ICARE pada semua variabel. Variabel Sikap dengan nilai p(0,008), norma subyektif p(0,007), PBC p(0,001), intensi (0,001). Adanya perbedaan yang signifikan p(0,001) antara kelompok kontrol sesudah penelitian dengan kelompok intervensi sesudah modifikasi ICARE. Adanya pengaruh total langsung dari analisis jalur dengan korelasi yang kuat (0,785) dan signifikan (0,000). Penelitian ini terbukti bahwa modifikasi ICARE dapat meningkatkan intensi perilaku caring perawat sehingga perawat menajer dapat mengadopsi pelatihan ini sebagai continuous profesional development untuk meningkatkan kompetensi perilaku perawat yang lebih baik. Daftar pustaka: 32 Buku (1990 - 2017), 70 jurnal Kata kunci: Caring, ICARE, TPB.Item PROSES RECOVERY SURVIVOR SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONG ASIH KELURAHAN MELONG KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI(2018-10-07) NURUL HIDAYAH; Titin Sutini; SuryaniPenelitian ini dilatarbelakangi oleh pengalaman peneliti saat melakukan kegiatan Field Experience di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih. Peneliti menemukan aplikasi proses recovery masih berada pada tahap primer selain itu fenomena gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Melong Asih juga cukup tinggi dibanding dengan 14 puskesmas lainnya yang berada di Kota Cimahi. Oleh karena itu peneliti ingin mengungkap secara mendalam proses recovery pada pasien gangguan jiwa di masyarakat khususnya di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengambarkan proses recovery survivor skizofrenia. Rancangan penelitian menggunakan penelitian deskriptif ekploratif. Pada penelitian ini peneliti mengunakan dua cara dalam pengumpulan data yakni dengan wawancara semi terstruktur dan focus group discussion (FGD). 7 partisipan survivor skizofrenia terlibat dalam kelompok FGD I, 6 partisipan keluarga dan 2 partisipan tetangga terlibat dalam kelompok FGD II serta 5 partisipan pengambil kebijakan diwawancara secara terpisah. Hasil penelitian kemudian dianalisi dengan menggunakan analisis tematik menggunakan teori Braun and Clarke (2006). Hasil penelitian diperoleh 15 tema, dengan 4 tema yang merupakan new insight dalam penelitian ini yaitu mencari pertolongan Allah sebagai salah satu cara untuk sembuh, positive emotion dapat mendukung kesembuhan, meskipun masih ada stigma di masyarakat tapi masyarakat percaya gangguan jiwa bisa sembuh dan kurangnya pengetahuan perawat pemegang program kesehatan jiwa tentang deteksi dini. Disimpulkan bahwa dalam proses recovery survivor skizofrenia mereka menjadi agent of recovery yakni pusat utama dalam proses pemulihannya (agent of change) sehingga patient center care menjadi sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada survivor skizofrenia selain itu survivor skizofrenia sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, lingkungan dan pengambil kebijakan dalam proses recoverynya. Implikasi dari hasil penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan jiwa yaitu mendapatkan gambaran secara utuh tentang proses recovery sehingga dapat mengambil keputusan dalam pemberian asuhan keperawatan pada survivor skizofrenia di masyarakat.Item FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFIKASI DIRI PERAWAT DALAM MENERAPKAN PERAWATAN PALIATIF DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT(2018-08-16) THERESIA AVILA KURNIA; Ayu Prawesti Priambodo; Yanny Trisyani WahyuningsihABSTRAK Peningkatan kebutuhan perawatan paliatif di ruang intensive care unit (ICU) ditandai dengan bertambahnya jumlah pasien dengan kondisi kritis dan terminal atau penyakit yang mengancam nyawa. Sehingga diperlukan penanganan yang komprehensif dari perawat, melalui perawatan paliatif. Efikasi diri merupakan prediktor utama yang berpengaruh terhadap penerapan paliatif di ICU. Oleh karena itu, perawat perlu memiliki efikasi diri yang tinggi agar dapat memberikan perawatan paliatif yang berkualitas bagi pasien dan keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang paling berkontribusi terhadap efikasi diri perawat dalam menerapkan perawatan paliatif di ruang ICU. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu semua perawat yang aktif bekerja di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama penelitian di lakukan berjumlah 127 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis univariat menggunakan analisis deskriptif, analisis bivariat menggunakan korelasi Pearson dan Rank-Spearman dan uji multivariat menggunakan regresi linier. Dilihat berdasarkan hasil analisis univariat, menunjukkan sebagian besar responden memiliki efikasi diri tinggi (56,7%), pengalaman kerja >10 tahun (65%), menilai dirinya sedikit dan cukup berminat terhadap profesi keperawatan (59,1%), pengetahuan kurang (81,1%) dan persepsi negatif (52%) terkait perawatan paliatif di ruang intensif. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel efikasi diri dengan pengalaman bekerja (p value=0,014), minat perawat terhadap profesi keperawatan (p value=0,017), pengetahuan (p value=0,000) dan persepsi (p value=0,000). Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan efikasi diri, yaitu pengetahuan dan persepsi perawat terkait perawatan paliatif yang digambarkan dengan persamaan regresi y= 34,798 + 0,606*pengetahuan + 2,047*persepsi. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan efikasi diri perawat dalam menerapkan perawatan paliatif di ruang intensif adalah faktor pengetahuan dan persepsi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan hampir sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang dan persepsi negatif terkait perawatan paliatif di ruang intensif maka perlu adanya sosialisasi dan pelatihan terkait hal tersebut dengan difokuskan pada keyakinan atau efikasi diri perawat akan kemampuan yang dimiliki.Item EFEKTIFITAS INTERVENSI DALAM MODEL NURSING CENTER TERHADAP PERILAKU MANAJEMEN DIRI PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABAKAN SARI(2018-08-14) SITTI JOHRI NASELA; Ahmad Yamin; Neti JuniartiPenatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu yang lama, seumur hidup dan terus menerus. Namun hingga saat ini manajemen diri pasien hipertensi masih sangat rendah. Sehingga dibutuhkan model pelayanan kesehatan komprehensif untuk self-management perawatan diri terhadap hipertensi. Keterpaduan layanan nursing center mulai dari dalam gedung hingga ke luar gedung puskesmas bisa menjadi alat yang berharga untuk meningkatkan perilaku self-management hipertensi dan tingkat kontrol tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektifitas intervensi dalam model nursing center terhadap perilaku manajemen diri penederita hipertensi di Puskesmas Babakan Sari. Metode penelitian ini quasi eksperiment design dengan rancangan pre-post test with control group. Responden dipilih menggunakan teknik consecutive admission, yang dibagi menjadi kelompok perlakuan (35 orang) dan kelompok kontrol (33 orang). Instrument penelitian adalah hypertension self-management Behaviour Questionnnare (HBMSQ) dengan analisis nilai person measure (logit) menggunakan Paired T Test dan Independen T Test. Hasil analisis menunjukan bahwa perilaku self-management pada kelompok perlakuan signifikan meningkat (p=0,000). Dibandingkan dengan kelompok kontrol, perilaku manajemen diri hipertensi kelompok perlakuan efektif meningkat menjadi sangat baik (+2,95 logit). Secara keseluruhan tingkat perilaku manajemen diri hipertensi dalam setiap dimensi sangat rendah sebelum intervensi. Setelah mendapatkan intervensi dalam model nursing center, terjadi peningkatan pada dimensi integritas diri, regulasi diri, monitoring diri, perilaku kepatuhan pengobatan yang direkomendasikan menjadi sangat baik dan dimensi interaksi dengan tenaga professional kesehatan meningkat menjadi baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, hanya terjadi peningkatan perilaku kepatuhan pengobatan yang direkomendasikan menjadi baik. Untuk mencapai keberhasilan penatalaksanaan pasien hipertensi, fokus pengelolaan pasien tidak hanya pada diagnosis dan pengobatan. Pasien hipertensi yang mendapatkan layanan reguler di Puskesmas perlu untuk mendapatkan keseinambungan perawatan berupa kujungan rumah. Intervensi keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan, identifikasi faktor resiko, meningkatkan dukungan keluarga, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan kontrol tekanan darah yang dilaksanakan dalam model nursing cente, dapat menjadi alat yang mampu meningkatkan perbaikan pengelolaan penyakit hipertensi yang bersifat kronis. Dengan demikian, peran perawat menjadi sangat penting untuk menurunkan angka penyakit hipertensi sebagai penyakit tidak menular tertinggi saat ini.Item Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Normalisasi pada Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 3-18 Tahun dengan Leukemia di Bandung(2018-08-14) NURSYAMSIYAH; Tuti Pahria; Ikeu NurhidayahABSTRAK Merawat anak dengan leukemia memiliki kompleksitas karena dampak penyakit dan pengobatannya tidak hanya dialami oleh anak tetapi juga oleh keluarga secara keseluruhan. Normalisasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan normal bagi seluruh anggota keluarga. Upaya pencapaian normalisasi dapat berpengaruh terhadap fungsi individu dan keluarga. Perlu adanya identifikasi faktor yang diduga berhubungan dengan normalisasi pada orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan normalisasi pada orang tua yang memiliki anak usia 3-18 tahun dengan leukemia di Bandung. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populasi penelitian adalah orang tua yang memiliki anak usia 3-18 tahun dengan leukemia. Sejumlah 104 orang responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Sampel didapatkan dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi), bivariat (uji chi square) dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan 66 responden (63.5%) lebih mudah mencapai normalisasi dan 38 responden (36.5%) lebih sulit mencapainya. Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat keparahan penyakit anak (p=0.000), pendidikan (p=0.006), pendapatan (p=0.002) dan status pernikahan orang tua (0.009) dengan normalisasi. Sedangkan usia anak, lama waktu setelah didiagnosis dan dukungan sosial tidak berhubungan secara bermakna dengan normalisasi. Faktor yang paling berhubungan dengan normalisasi orang tua adalah tingkat keparahan penyakit anak (p=0.001). Perawat berperan penting dalam upaya manajemen kondisi yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit anak, memberdayakan orang tua dalam mencari berbagai sumber finansial keluarga terkait pengobatan, memberikan pemahaman yang tepat tentang penyakit, rejimen pengobatan yang dijalani dan mempertahankan aspek sosial budaya masyarakat yang mendukung kemudahan mencapai normalisasi. Kata kunci: anak, leukemia, normalisasi, orang tua.Item STUDI EKSPLORASI NILAI EKONOMI KEPERAWATAN DI UPT PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2018(2018-08-14) SYAHRIL GUNAWAN; Ati Surya Mediawati; Mamat LukmanPendahuluan. Nilai ekonomi keperawatan merupakan penilaian imbalan jasa dari pelayanan keperawatan berdasarkan kinerja, beban kerja, sebagai dasar pemberian insentif. Sampai saat ini, di Indonesia belum ada penelitian yang mengeksplorasi nilai ekonomi keperawatan di puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tindakan keperawatan yang dilakukan perawat, dasar imbalan jasa tindakan keperawatan dan nilai ekonomi tindakan keperawatan. Metode. Penelitian kuantitatif dengan metode penelitian studi eksploratif terhadap nilai ekonomi keperawatan dalam layanan kesehatan, kemudian dilakukan analisis utilitas biaya sesuai dengan hasil ukur konsekuensi intervensi yang dibayar berdasarkan peraturan yang berlaku. Hasil. Hasil dari penelitian mengungkapkan, total tindakan perawat selama 6 hari periode sebanyak 6.728. Terdapat 5.524 (82%) tindakan keperawatan dan 1.204 (18%) tindakan non keperawatan. Dari total tindakan perawat, hanya ada 90 tindakan perawat yang memiliki nilai retribusi di dalam tarif jasa pelayanan kesehatan di puskesmas. Perhitungan berdasarkan total beban perawatan kasus penyakit fatal setiap pasien di fasilitas kesehatan lanjutan tingkat II menggunakan tarif INA CBG’s dengan derajat ringan sampai sedang, persentase potensial penghematan biaya penyelenggara pelayanan kesehatan mencapai 95,6%, sedangkan imbalan jasa yang diterima perawat sangat rendah hanya 4,4% dari total biaya penghematan. Simpulan. Pelayanan keperawatan promotif dan preventif potensial menghasilkan penghematan terhadap biaya pelayanan kesehatan cukup besar. Penguatan peran keperawatan di fasilitas kesehatan pelayanan primer melalui peraturan pemerintah untuk memperkuat perawat melaksanakan tindakan berdasarkan peran dan fungsi pelayanan keperawatan. Kata kunci : Keperawatan, Nilai ekonomi, PuskesmasItem Eksplorasi Makna dan Indikator Nilai Ekonomi Keperawatan Profesional di Ruang GICU 1 RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung(2018-07-16) ELIN VARLINA; Irman Somantri; Ati Surya MediawatiABSTRAK Eksplorasi Makna Dan Indikator Nilai Ekonomi Keperawatan Profesional Di Ruang GICU 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Elin Varlina Univeritas Padjdjaaran Kenaikan biaya perawatan kesehatan memerlukan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas sistem perawatan kesehatan yang mempertimbangkan kontribusi perawat terhadap pelayanan keperawatan yang efesien dan bermutu tinggi. Asuhan keperawatan harus sesuai dengan kebutuhan pasien terhadap perawatan yang berkualitas dan profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dan indikator nilai ekonomi keperawatan profesional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode indepth interview, Focus Group Discussion (FGD), dan studi dokumentasi. Partisipan sebanyak 15 orang mencakup perawat, mitra profesi dan pemangku kebijakan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive. Analisis data dilakukan dengan metode content analysis yang direkomendasikan oleh Hancock. Hasil penelitian teridentifikasi 5 tema yaitu: peran perawat profesional, makna nilai ekonomi keperawatan profesional, indikator nilai ekonomi keperawatan profesional, hambatan menentukan nilai ekonomi keperawatan profesional, langkah menentukan nilai ekonomi keperawatn profesional. Simpulan bahwa indikator nilai ekonomi keperawatan profesional mencakup tingkat staffing, hasil, karakteristik pasien, karakteristik perawat, ketajaman keperawatan, beban kerja, proses yang berhubungan dengan keperawatan, sistem. Makna nilai ekonomi keperawatan bahwa keperawatan mempunyai nilai ekonomi ditinjau dari peran dan kewenangan klinis. Saran: rumah sakit hendaknya memfasilitasi surat pendelegasian perawat dalam melakukan tindakan kolaboratif sehingga mempunyai payung hukum yang jelas hak dan kewenangannya dan surat pendelegasian menjadi bagian dari proses menentukan nilai ekonomi keperawatan profesional. Kata Kunci: measuring nursing care, economic value, economic nursingItem Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Disabilitas Intelektual Ringan Usia 9-18 Tahun di Sekolah Luar Biasa Bandung (SLB) Bandung(2018-08-14) VELGA YAZIA; Meita Dhamayanti; Ikeu NurhidayahABSTRAK Disabilitas intelektual (DI) merupakan jumlah disabilitas kedua terbanyak pada anak di Indonesia yang ditandai dengan kecerdasan intelektual F tabel 2,686) dengan kekuatan hubungan yang kuat (koefisien korelasi eta 0,646). Pola asuh authoritative, permissife dan authoritarian merupakan pola asuh yang paling berhubungan dengan kemampuan perawatan diri dibandingkan pola asuh neglectful. Implikasi keperawatan yang dapat diterapkan dari hasil ini adalah dapat merencakan program dukungan untuk orangtua dalam membantu mengembangkan pola asuh dengan kontrol dan kehangatan yang tinggi sehingga dapat mencapai kemampuan perawatan diri anak dengan baik. Kata kunci : anak, disabilitas intelektual, perawatan diri, pola asuhItem HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA ANAK USIA SEKOLAH PENYANDANG TALASEMIA MAYOR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN GARUT(2018-08-14) MARDIANTI; Ikeu Nurhidayah; Henny Suzana MedianiTalasemia mayor menyebabkan gangguan fisik, sosial, emosional, psikologis dan fungsi sekolah pada anak. Selain memberi dampak pada anak, talasemia juga memberikan dampak psikologis berupa kecemasan pada orang tua. Kecemasan orang tua dapat menurunkan kualitas hidup orang tua sehingga berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak. Kecemasan orang tua membutuhkan dukungan profesional dari perawat sebagai orang terdekat selama di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan orang tua anak usia sekolah penyandang talasemia di Rumah Sakit Kabupaten Garut. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah orang tua memiliki anak penyandang talasemia mayor usia sekolah berjumlah 120 orang. Pengambilan sampel diambil dengan tehnik total sampling dan didapatkan jumlah 120 orang. Data dianalisis dengan univariat (distribusi frekuensi dan persentase), secara bivariat (uji chi square) dan multivariat (regeresi logistik). Hasil penelitian 79,2% orang tua menunjukan kecemasan ringan dan 20,8% orang tua menunjukan kecemasan sedang. Sebanyak 46,7% orang tua merasakan dukungan perawat favorable dan sebanyak 53,3% orang tua merasakan dukungan perawat unfavorable. Terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan orang tua (p= 0,035) yaitu dukungan instrumental (p = 0,014), dukungan informasi (p = 0,022), dukungan penilaian (p = 0,021) dan dukungan emosional (p= 0,022). Hasil studi ini menunjukan bahwa dukungan instrumental paling berhubungan dengan kecemasan orang tua yaitu perhatian perawat kepada anak penyandang talasemia. Dapat disimpulkan semakin tinggi dukungan perawat akan menurunkan tingkat kecemasan orang tua, begitu pula sebaliknya. Perawat perlu mendengarkan semua keluhan anak penyandang talasemia, memberikan sentuhan kepada anak, rasa peduli pada anak, kata-kata yang lemah lembut dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh anak.Item Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pencarian Pelayanan Kesehatan pada Pasien Kanker Payudara di Kota Bandung(2018-08-30) DINI FATHANIA; Laili Rahayuwati; Desy Indra YaniSebagian besar kasus kanker payudara ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Hal ini dikarenakan keterlambatan pasien dalam mendatangi pelayanan kesehatan setelah muncul gejala awal kanker payudara. Perlu adanya identifikasi faktor yang diduga menghambat pasien dalam mencari pelayanan kesehatan sedini mungkin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang berada di beberapa rumah singgah di wilayah Sukajadi dimana teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 100 orang. Data diperoleh melalui kuesioner yang reliabel untuk digunakan (kuesioner pengetahuan Alpha Cronbach=0,92; kuesioner keyakinan kesehatan Alpha Cronbach=0,85). Analisis data penelitian ini menggunakan univariat (distribusi frekuensi), bivariat (Chi Square) dan multivariat (regresi logistik). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan adalah pendidikan (ρ value = 0,05; r = 0,26). Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berhubungan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan adalah pendidikan dan keyakinan kesehatan (ρ value pendidikan = 0,03; ρ value keyakinan kesehatan = 0,02) dengan nilai OR 0,15 dan 0,32. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pasien mengenai gejala yang muncul dan keyakinan kesehatan pasien dimana pasien menganggap bahwa gejala yang ada bukanlah sesuatu yang berbahaya dan pemilihan pengobatan alternatif sebagai pilihan pertama serta ketakutan pasien akan pengobatan akibat kurangnya informasi yang didapatkan. Dapat disimpulkan bahwa keyakinan kesehatan merupakan faktor yang paling berhubungan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan sehingga perlu dipertimbangkan upaya pencegahan kanker payudara khususnya yang berkaitan dengan keyakinan kesehatan. Keyakinan masyarakat mengenai pemeriksaan kesehatan rutin perlu dijadikan intervensi utama seperti diadakannya penyuluhan dan diskusi dengan masyarakat terkait pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagai bagian dari deteksi dini suatu penyakit.Item KONTRIBUSI KUALITAS HIDUP DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS TERHADAP SUCCESSFUL AGING PADA LANSIA DI BPSTW CIPARAY PROVINSI JAWA BARAT(2018-10-18) SHELLA FEBRITA PUTERI UTOMO; Aat Sriati; Ahmad Gimmy Prathama SiswadiSuccessful aging merupakan kondisi lansia baik secara fisik, psikologis, sosial dan proses adaptasi untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki akibat proses penuaan. Variabel yang berkontribusi terhadap successful aging yaitu kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kontribusi kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis terhadap successful aging. Metode penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah lansia yang tinggal di BPSTW Ciparay Provinsi Jawa Barat. Teknik pengambilan sample purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 71 orang. Instrumen penelitian menggunakan OPQOL 13, PWB-42, dan SAS-14. Analisis data dengan uji regresi logistik untuk menganalisis kualitas hidup, kesejahteraan psikologis terhadap successful aging. Hasil penelitian menunjukan jumlah successsful aging tinggi sebanyak 28 responden dan jumlah successful aging rendah sebanyak 43 responden. Kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis menunjukan adanya hubungan yang signifikan terhadap successful aging (p<0,05). Variabel kualitas hidup adalah variabel yang paling berkontribusi terhadap successful aging dengan nilai Adjusted OR 4,2 yang berarti kualitas hidup berpeluang untuk mencapai successful aging sebanyak 4,2 kali. Sedangkan kesejahteraan psikologis memiliki peluang sebanyak 3,9 kali untuk mencapai successful aging. Berdasarkan model persamaan resgresi logistik disimpulkan untuk mencapai successful aging yang tinggi harus didukung dengan pencapaian kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis yang baik, kondisi ini memberi peluang mencapai successful aging sebanyak 71%. Apabila hanya satu variabel yang baik maka peluang tercapainya successful aging sekitar 15-35%. Kesimpulan penelitian ini adalah pencapain kondisi successful aging harus didukung oleh kualitas dan kesejahteraan psikologis yang baik. Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus memperhatian kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis lansia sehingga lansia dapat mencapai kondisi successful aging. Kata kunci : Kesejahteraan psikologis, kualitas hidup , lansia, panti wreda, successful agingItem PREDIKTOR KJUALITAS HIDUP PASIEN STOMA USUS DI RSUP DR.HASAN SADIKIN BANDUNG DAN PAGUYUBAN OSTOMATE PASUNDAN(2019-09-18) RIDHA WAHDINI; Tuti Pahria; Tuti PahriaPasien yang telah melakukan pembuatan stoma disebut ostomate. Ostomate mengalami perubahan biopsikososial yang seringkali menyebabkan berbagai gangguan dalam kehidupan yang memengaruhi kualitas hidup ostomate. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prediktor kualitas hidup ostomate di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan Paguyuban Ostomate Pasundan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 85 ostomate Adapun variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel bebas (sosiodemografi, klinis, dan psikososiosial) dan variabel terikat (kualitas hidup ostomate). Pengumpulan data menggunakan kuesioner COH-QOL untuk menilai kualitas hidup yang telah dilakukan uji content oleh tiga orang pakar, kuesioner DASS 21 untuk menilai komplikasi psikologis dalam Bahasa Indonesia yang sudah baku, dan untuk penilaian komplikasi fisik menggunakan lembar observasi stoma dari Standar Operasional Prosedur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis menggunakan uji chi-square dan uji multivariat regresi logistik. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kualitas hidup pasien stoma usus berada pada kategori kualitas hidup yang tinggi sebanyak 85,5% responden. Tetapi masih ada ostomate yang memiliki kualitas hidup yang rendah, dengan domain sosial yang paling banyak bermasalah. Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas hidup pasien stoma usus adalah waktu pasca pembedahan kurang dari tiga bulan (p value = 0,013) dan gangguan psikososial (p value ≤ 0,001) yang memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kualitas hidup. Gangguan psikososial merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi kualitas hidup pasien stoma usus dengan kekuatan hubungan (OR=31,50). Dapat disimpulkan bahwa komplikasi psikososial paling memengaruhi kualitas hidup pasien stoma usus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal dalam menyusun program dukungan sosial dari keluarga, tim stoma, dan sesama ostomate dalam usaha mencegah komplikasi psikososial pada ostomate sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien stoma usus. Kata Kunci : COH-QOLOQ, DASS 21, Kualitas Hidup, Stoma Usus.Item HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KESETARAAN PROFESIONAL KESEHATAN (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN INTENSI IMPLEMENTASI INTEGRATED CARE PATHWAY (ICP) DI UNIT RAWAT INAP DAN KHUSUS (ICU) RUMAH SAKIT UMUM(2018-08-23) MARIA WIDIAWATI; Francisca Sri Susilaningsih; Kurniawan YudiantoInterprofesional kolaborasi merupakan strategi umum untuk mencapai kualitas hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien dalam kesatuan kompleks pelayanan kesehatan. Kolaborasi interprofesional yang baik dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan, hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur kesesuaian layanan dengan Integrated Care Pathway. Dalam Integrated Care pathway dibutuhkan adanya persepsi kesetaraan dan intensi yang positif diantara profesional kesehatan dokter dan perawat Tujuan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara Persepsi kesetaraan Profesional Kesehatan dokter dan perawat dengan intensi implementasi Integrated Care Pathway di Unit Rawat Inap dan khusus RSUD Cibabat Cimahi. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan teknik total sampling. Populasi seluruh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan perawat PK 3 dan PK 4 di Ruang Rawat Inap dan ICU RSUD Cibabat Cimahi, sample 125 orang terdiri dari 98 orang perawat PK 3 Dan PK 4 serta 27 orang DPJP. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji independent samples T Test dan korelasi pearsons. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi perawat dan dokter terhadap kesetaraan dalam praktek kolaborasi p-value < 0,001, dan terdapat perbedaan antara intensi dokter dan perawat terhadap Implementasi ICP p-value 0,003, serta didapatkan adanya hubungan yang positif antara profesional kesehatan (dokter dan perawat) dengan intensi implementasi integrated care pathway (ICU) di Rawat Inap dan ICU RSUD Cibabat Cimahi (r=0,457, p-value < 0,001). Dapat disimpulkan bahwa semakin positif persepsi kesetaraan professional kesehatan maka akan semakin positif intensi implementasi Integrated Care Pathway.Item Pengaruh Care Bundle Pencegahan Dekubitus terhadap Angka Kejadian Dekubitus pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibabat Cimahi(2018-07-17) ZIKRAN; Tuti Pahria; Dian AdiningsihABSTRAK Dekubitus merupakan kondisi yang ditimbulkan karena tirah baring lama, salah satunya sering terjadi pada pasien stroke karena manifestasi hemiparese dan hemiplegia. Dekubitus jika tidak dicegah dapat menambah lama hari rawat dan biaya pengobatan. Pencegahan dekubitus akan lebih bermanfaat dengan sejumlah intervensi keperawatan pencegahan dekubitus menjadi satu paket keperawatan atau care bundle pencegahan dekubitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh care bundle pencegahan dekubitus terhadap angka kejadian dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi. Jenis penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan design 2 group pre-test and post-test design. Populasi pada penelitian ini seluruh pasien stroke yang tirah baring di tempat tidur yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling mendapatkan 32 sampel pada masing-masing kelompok. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan antara kelompok intervensi care bundle pencegahan dekubitus dengan kelompok kontrol terhadap angka kejadian dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi (p = 0,029 < α 0,05). Care bundle pencegahan dekubitus efektif menurunkan angka kejadian dekubitus pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh care bundle pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi. Disarankan untuk rumah sakit membuat standar operasional prosedur dan menerapkan care bundle pencegahan dekubitus untuk menurunkan angka kejadian dekubitus. Kata kunci: Angka kejadian dekubitus, Care bundle pencegahan dekubitus, Pasien Stroke.Item PENGALAMAN HIDUP PERAWAT PENANGGUNG JAWAB PROGRAM KESEHATAN JIWA MENANGANI ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA DALAM MASA PEMULIHAN DI PUSKESMAS KOTA CIMAHI(2018-08-20) HABSYAH SAPARIDAH AGUSTINA; Efri Widianti; SuryaniProgram kesehatan jiwa belum menjadi program prioritas di puskesmas hingga saat ini, konsekuensinya perawat penanggung jawab program kesehatan jiwa harus berperan memegang tanggung jawab pada beberapa program yang sering menimbulkan konflik dalam melaksanakan pekerjaan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengeksplorasi pengalaman hidup perawat penanggung jawab program kesehatan jiwa menangani orang dengan gangguan jiwa dalam masa pemulihan di puskesmas. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian yaitu perawat penanggung jawab program kesehatan jiwa puskesmas, berpengalaman menangani orang dengan gangguan jiwa minimal 6 bulan, dan berpendidikan minimal D3. 7 orang partisipan dilibatkan dalam penelitian ini. Pengalaman perawat digali melalui wawancara mendalam tidak terstruktur dan analisa data menggunakan metode Colaizzi. Dari hasil penelitian diperoleh 5 tema yaitu beban berat menjadi seorang perawat penanggung jawab program kesehatan jiwa, merasa tidak percaya diri karena kurang pengetahuan, merasa banyak hambatan dan kendala menangani pemulihan orang dengan gangguan jiwa, berharap dapat bekerjasama antara institusi pemerintah terkait dan perawat kesehatan jiwa komunitas harus lebih bersyukur selama merawat orang dengan gangguan jiwa. Dapat disimpulkan bahwa walaupun menjadi seorang perawat penanggung jawab program kesehatan jiwa menangani orang dengan gangguan jiwa selama masa pemulihan merupakan beban berat, banyak hambatan dan kendala namun dengan harapan dan selalu bersyukur perawat tetap dapat menjalankan tugasnya sampai sekarang. Pemerintah sebaiknya menugaskan penanggung jawab program kesehatan jiwa adalah perawat yang memiliki latar belakang terlatih sebagai perawat kesehatan jiwa dan diperlukan kerjasama antara institusi pemerintah terkait untuk menjalankan program kesehatan jiwa tersebut.