Magister Ilmu Keperawatan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Magister Ilmu Keperawatan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 321
Results Per Page
Sort Options
Item Evaluasi Proses Tata Kelola Pasien Avian Influenza di RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung(2010) SINGGIH PAMBUDI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Judul : Evaluasi Proses Tata Kelola Pasien Avian Influenza di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Avian influenza merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang utamanya menyerang unggas tetapi infeksi karena virus ini juga dapat menyerang manusia. Proses tata kelola pasien avian influenza merupakan sebuah kerangka kerja rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan pasien avian influenza dengan menciptakan suatu lingkungan yang kondusif dan mendukung untuk tercapainya pelayanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran evaluasi proses tata kelola dalam lingkup pelayanan pasien avian influenza di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion). Partisipan adalah staf di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang berasal dari multidisiplin profesi kesehatan yang terlibat dalam penatalaksanaan pasien avian influenza. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman diskusi kelompok terfokus dan catatan lapangan dianalisis dengan menggunakan panduan dari Richard Krueger. Penelitian ini mengidentifikasi 7 tema, yaitu: 1)alur pasien masuk rumah sakit, 2)kebijakan rumah sakit, 3)patient safety, 4)kesiapan sarana dan prasarana, 5)kesiapan sumber daya manusia, 6)dukungan staf dan pimpinan rumah sakit, 7)integrasi multidisiplin. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa evaluasi terhadap proses tata kelola pasien avian influenza yang dilakukan belum sesuai dengan capaian ideal dari sebuah rumah sakit rujukan avian influenza. Rumah sakit diharapkan dapat menetapkan kebijakan mengenai alur pengelolaan pasien avian influenza secara menyeluruh, melakukan sosialisasi standar diagnosis dan pembiayaan pasien, melengkapi ruangan isolasi dengan teknologi tekanan negatif, meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, dan meningkatkan integrasi multidisiplin staf yang terlibat dalam pengelolaan pasien avian influenza. Kata kunci : avian influenza, tata kelola, evaluasiItem PENGARUH PASSIVE LEG RAISING TERHADAP HEMODNAMIK PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI UNIT GAWAT DARURAT RS DUSTIRA CIMAHI(2010) EVANGELINE MILIANI HUTABARAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSalah satu kondisi yang memerlukan tindakan segera di UGD adalah syok hipovolemik. Pasien syok sangat memerlukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda klinis serta status hemodinamik dan status intravascular. Karena bantuan sirkulasi dan medikasi pada pasien gawat darurat diberikan berdasarkan ketepatan menilai status volume intravascular pasien. Fluid responsiveness dapat diartikan apakah pasien dapat mempertahankan homeostasis sirkulasinya dengan pemberian cairan saja ataukah harus mendapat obat-obatan inotropik dan vasopresor. Passive Leg Raising (PLR) dapat menjadi metode reversible untuk menilai fluid responsiveness. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PLR terhadap hemodinamik. Desain yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan pendekatan Within Subject Repeated Measurement Design. Jumlah sampel sebanyak 24 responden diambil menggunakan consecutive sampling. Responden dikategorikan ke dalam kelompok responsif dan non-responsif berdasarkan kenaikan pulse pressure ≥ 9% saat PLR dilakukan. Analisis data meliputi analisa univariat dan bivariat menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 17 responden dikategorikan kedalam kelompok responsif dan sebanyak 7 responden dikategorikan ke dalam kelompok non-responsif. Didapatkan hubungan yang signifikan antara PLR dan parameter hemodinamik systolic blood pressure, diastolic blood pressure, mean arterial pressure dan pulse pressure (p> 0,05). Tidak didapat hubungan yang signifikan antara PLR dan parameter heart rate (p value < 0,05). Penelitian menunjukkan bahwa PLR dapat digunakan sebagai metode pengkajian fluid resposiveness pada pasien dengan syok hipovolemik. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan responden dari kelompok umur anak, dewasa dan lansia untuk tiap jenis syok.Item PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ORANGTUA ANAK YANG DIRAWAT DI RUANG PICU DAN NICU RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG(2012-08-01) FANNY ADISTIE; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Pada saat seorang anak harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dapat menyebabkan kecemasan bagi orangtua terutama jika anak dirawat di ruang perawatan intensif anak seperti Pediatric Intensive Care Unit (PICU) atau Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Berkenaan dengan tingginya tingkat kecemasan orangtua tersebut, maka penting bagi perawat untuk memberikan intervensi pada orangtua untuk membantu mengatasi kecemasan yang dirasakan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan orangtua dari anak yang dirawat di ruang intensif dan mengeksplorasi faktor-faktor terkait kecemasan yang dirasakan orangtua serta mengeksplorasi komunikasi terapeutik yang diharapkan oleh orangtua. Desain yang digunakan adalah mixed method dengan menggunakan model concurrent embedded strategy. Secara kuantitatif penelitian dilakukan dengan rancangan pre-experimental designs dengan one group pretest-posttest design dan penelitian kualitatif dengan metode in depth interview. Hasil penelitian pada 29 responden dengan menggunakan alat ukur kecemasan State Trait Anxiety Inventory (STAI), menunjukkan tingkat kecemasan sebelum intervensi 7% mengalami cemas ringan, 37,9% mengalami cemas sedang, 17,2% mengalami cemas berat dan 20,7% mengalami cemas sangat berat. Setelah dilakukan intervensi menunjukkan tingkat kecemasan 62,1% cemas ringan, 17,2% cemas sedang, 10,3% cemas berat dan 10,3% cemas sangat berat. Setelah diuji, terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata kecemasan sebelum dilakukan intervensi komunikasi terapeutik dengan rerata kecemasan sesudah dilakukan intervensi komunikasi terapeutik dengan nilai p 0,000. Faktor-faktor yang terkait dengan kecemasan orangtua antara lain kondisi anak, prosedur medis, biaya, dan kekhawatiran akan kondisi anak pasca perawatan di ruang intensif. Komunikasi terapeutik yang diharapkan oleh orangtua untuk membantu mengatasi kecemasan yang dirasakan antara lain komunikasi terapeutik yang didalamnya memberikan informasi, disediakannya ruang khusus dan waktu khusus untuk pemberian komunikasi terapeutik, adanya inisiatif dari perawat, memberikan dukungan spiritual saat melakukan komunikasi terapeutik dan beberapa informan mengungkapkan bahwa komunikasi terapeutik yang diharapkan adalah komunikasi terapeutik yang sama seperti yang dilakukan oleh peneliti. Implikasi penelitian ini bahwa intervensi komunikasi terapeutik terbukti efektif menurunkan kecemasan sehingga dapat dipertimbangkan dalam pemberian asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan orangtua anak yang dirawat di ruang intensif dan hasil penelitian dapat dijadikan data awal bagi penelitian lanjutan.Item PENGARUH PELAKSANAAN MOBILISASI PROGRESIF LEVEL I TERHADAP HEMODINAMIK NON INVASIF PADA PASIEN KRITIS Di GENERAL INTENSIVE CARE UNIT (GICU) RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2012-08-03) AINNUR RAHMANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAbstrak Pasien kritis memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, hal ini diperparah dengan pemberian imobilisasi yang berkepanjangan. Perubahan hemodinamik yang tidak stabil, menjadikan alasan perawat di ICU untuk menghentikan kegiatan mobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mobilisasi progresif level I terhadap perubahan hemodinamik non invasif pada pasien kritis di ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain yang digunakan adalah quasi eksperiment. Jumlah sampel 30 responden yang diambil dengan cara consecutive sampling. Pemberian mobilisasi yang diberikan yaitu berupa pengaturan posisi head of bed 30 , head of bed 45 0 disertai dengan passive range of motion, kemudian dilanjut dengan posisi lateral kanan dan kiri. Pengukuran hemodinamik dilakukan sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Uji beda rerata perubahan hemodinamik non invasif menggunakan Anova Repeated Measurement. Hasil penelitian didapatkan setelah diberikan intervensi terlihat ada perubahan pada pameter sistolik, diastolik dan respiratory rate dibandingkan pada awal pengukuran. Pada parameter heart rate dan saturasi oksigen tidak mengalami perubahan. Analisi bivariat didapatkan pengaruh pemberian mobilisasi pada respiratory rate dengan p value = 0,023 sedang pada parameter lain didapatkan p value > 0,05. Simpulan, pemberian mobilisasi progresif berpengaruh terhadap perubahan respiratory rate. Implikasi dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dipertimbangkan dan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan mobilisasi pada pasien di ICU.Item PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA TERHADAP PENURUNAN RESPONS NYERI NEONATUS PREMATUR SAAT PEMASANGAN PERIPHERALLY INSERTED CENTRAL CATHETER(2012-08-03) AZMI SULINTYA SYAHWA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Neonatus prematur dapat merasakan nyeri, yang apabila tidak diberikan penatalaksanaan dengan baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian tentang pengaruh pemberian sukrosa terhadap respons nyeri neonatus prematur pada saat dilakukan tindakan invasif minor telah banyak dilakukan. Namun, belum ada penelitian yang menunjang penggunaan sukrosa pada saat pemasangan Peripherally Inserted Central Catheter (PICC) serta masih terdapat penelitian yang menyatakan bahwa sukrosa tidak efektif untuk menurunkan nyeri. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh pemberian sukrosa 24% terhadap penurunan respons nyeri neonatus prematur yang dipasang PICC. Rancangan penelitian ini berupa eksperimen murni. Subjek penelitian terdiri dari 22 neonatus prematur yang dibagi menjadi 2 kelompok secara random, 11 neonatus mendapatkan sukrosa 24% dan 11 lainnya sebagai kelompok kontrol yang tidak mendapatkan sukrosa 24%. Sukrosa diberikan dua menit sebelum pemasangan PICC. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur respons nyeri adalah Premature Infant Pain Profile (PIPP). Untuk melihat perbedaan respons nyeri sebelum dan saat pemasangan PICC pada masing-masing kelompok digunakan uji Wilcoxon, sementara untuk melihat perbedaan respons nyeri antarkelompok digunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan adanya peningkatan respons nyeri pada saat tindakan pemasangan PICC (Ï = 0,005), yaitu terjadi peningkatan nilai median respons nyeri dari 6,5 menjadi 9 pada saat tindakan. Sebaliknya, pada kelompok perlakuan tidak terlihat peningkatan respons nyeri pada saat tindakan pemasangan PICC (Ï = 0,678), yaitu terjadi penurunan nilai median dari 6,5 menjadi 6 pada saat tindakan. Pemberian sukrosa 24% menyebabkan respons nyeri subjek penelitian pada kelompok perlakuan cukup stabil antara sebelum dan saat tindakan pemasangan PICC. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa 24% dapat menghambat stimulus nyeri pada neonatus prematur dan menurunkan respons nyeri pada saat pemasangan PICC. Dengan demikian, sukrosa 24% dapat digunakan sebagai larutan dalam penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis neonatus prematur pada saat pemasangan PICC. Namun, observasi terhadap respons nyeri neonatus prematur setelah pemberian sukrosa tetap diperlukan karena banyak faktor yang mempengaruhi keefektifan penggunaan sukrosa dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.Item PENGARUH PELATIHAN PERKESMAS-HIV/ AIDS TERHADAP NIAT DAN FAKTOR DETERMINANNYA PADA PERAWAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN INDRAMAYU(2012-08-06) SHEIZI PRISTA SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Meningkatnya cara penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) melalui hubungan seks tidak aman pada heteroseksual membawa dampak tingginya angka infeksi HIV dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan Perkesmas-HIV/ AIDS terhadap niat, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS pada perempuan di Kabupaten Indramayu. Responden terdiri dari 25 orang perawat Puskesmas di Kabupaten Indramayu yang dipilih secara non probability purposive sampling. Rancangan penelitian berupa one group pretest-posttest design. Instrumen dikembangkan berdasarkan panduan pengembangan instrumen teori perilaku berencana (Theory of Planned Behavior). Data penelitian dianalisis menggunakan uji Wilcoxon melalui program SPSS 17. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan bermakna niat responden sebelum dan sesudah pelatihan dalam melakukan 4 perilaku spesifik, yaitu melakukan deteksi dini kepada pasien resiko tinggi yang datang ke puskesmas (Æ¿= 0.000), melakukan pengkajian komunitas sehubungan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS di wilayah kerja (Æ¿= 0.001), memfasilitasi pembentukan Warga Peduli AIDS di wilayah kerja (Æ¿= 0.007), dan melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga tertular atau beresiko tertular (Æ¿= 0.004). Tidak terdapat perbedaan bermakna sikap responden sebelum dan sesudah pelatihan (Æ¿= 0.533). Terdapat perbedaan bermakna norma subjektif dan kontrol perilaku responden sebelum dan sesudah pelatihan dengan nilai signifikansi masing-masing Æ¿= 0.009. Penelitian ini menunjukan bahwa tidak semua faktor determinan perilaku yang ada dalam teori perilaku berencana dapat ditingkatkan melalui pelatihan Perkesmas-HIV/ AIDS. Pelatihan dapat meningkatkan niat, norma subjektif, dan kontrol perilaku responden namun tidak berpengaruh pada sikap responden. Meskipun demikian, peningkatan niat, norma subjektif, dan kontrol prilaku responden diharapkan dapat meningkatkan perilaku nyata yang ditampilkan di lapangan. Kata kunci: Teori Perilaku Berencana, Perawat Kesehatan Masyarakat, Pelatihan HIV/ AIDS ABSTRACT Decreasing of Human Immunodeficiency Virus (HIV) transmission throughunprotected sex in heterosexuals caused incidence of its infection and disease ofAcquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) in women populations. Indramayudistrict is one of the districts in West Java that has the incidence of HIV / AIDS ishigher in women than men. To overcome this requires efforts that one of them canbe done by public health nurses. The aims of this study are to identify the effect ofCommunity Health Nursing-HIV/ AIDS training toward intentions, attitudes,subjective norms, and perceived behavior control of public health nurses toprevent and control HIV / AIDS in women population in their working area. Respondents were 25 Public Health Nurses from Community Health Center inIndramayu district that selected by purposive non probability sampling. Design ofthis study is one group pretest-posttest design. Intention, attitude, subjective norm,and perceived behavior control of the respondents were measured before andafter training using a questionnaire that developed based on the theory of plannedbehavior (Theory of Planned Behavior). Wilcoxon test was used to analyze data. Result showed that there was a significant difference in intentions before andafter training in conducting 4-specific behavior; early detection of high riskpatients who come to the clinic (Æ¿ = 0.000), conduct a community assessment inconnection with efforts to prevent and control HIV / AIDS in working area (Æ¿ =0001), facilitate the establishment of Warga Peduli AIDS (WPA) in the workingarea (Æ¿ = 0007), and conduct home visits to families who have family membersinfected or at risk of infected (Æ¿ = 0.004). There were no significant differences inattitudes before and after training (Æ¿ = 0533). There were significant differencesin subjective norm and behavioral control before and after training with asignificance value of each is Æ¿ = 0009. This study shows that not all of behavior’s determinant factors in the theory ofplanned behavior can be improved through of Community Health Nursing-HIV /AIDS training. Training increased intentions, subjective norms, and behaviorcontrol of respondents, but it did not affect attitudes of respondents. Nevertheless,increasing intention, subjective norm, and behavior control expected to increasethe real behavior of respondents.Key words : Theory of Planned Behavior, Public Health Nursing, HIV/ AIDS TrainingItem DETERMINAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASCA PERAWATAN STROKE FASE SUBAKUT DI KABUPATEN BANYUMAS(2012-08-06) EVA RAHAYU; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Stroke berpengaruh terhadap kehidupan pasien di berbagai segi kehidupannya, yaitu pada kondisi fisik, emosi, psikologis, kognitif dan sosialnya. Kerusakan yang serius pada fisik dan mental pasien pasca stroke akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Angka morbiditas akibat stroke di Kabupaten Banyumas cukup tinggi dan belum pernah dilakukan penelitian terkait determinan kualitas hidup pasien pasca perawatan stroke fase subakut, maka penelitian ini dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kualitas hidup pasien pasca perawatan stroke fase subakut di Kabupaten Banyumas. Desain dari penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah sampel 60 orang yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara depresi dengan kualitas hidup (p value 0,019), dan hubungan antara konkordan ekstremitas atas dengan kualitas hidup (p value 0,034); sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit penyerta dengan kualitas hidup (p value 0,644), dan hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup (p value 0,847). Hasil analisis multivariat memperlihatkan hubungan variabel yang paling signifikan terhadap kualitas hidup yaitu depresi (p value 0,022). Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat dua variabel yang berhubungan signifikan dengan kualitas hidup pasien pasca perawatan stroke fase subakut yaitu depresi dan konkordan ekstremitas atas. Tidak terdapat hubungan signifikan antara penyakit penyerta dan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pasien stroke fase subakut. Selain itu, didapatkan bahwa depresi adalah determinan yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien pasca perawatan stroke fase subakut. Kata Kunci: Determinan, kualitas hidup, strokeItem PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA YANG MENGALAMI ALZHEIMER DI KOTA BANDUNG(2012-08-06) ASRI HANDAYANI SOLIHIN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Pengalaman merawat lansia yang mengalami Alzheimer merupakan sebuah pengalaman yang menarik dengan segala dinamika yang dihadapinya. Anggota keluarga yang merawat langsung lansia dengan Alzheimer dapat mengalami masalah fisik maupun psikologis, oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat merawat lansia dengan optimal tanpa mengabaikan kebutuhan anggota keluarga itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai pengalaman keluarga selama merawat lansia yang mengalami Alzheimer. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 6 partisipan, yaitu anak atau pasangan yang merawat langsung lansia dengan Alzheimer. Penentuan partisipan menggunakan teknik purposif dan snowball sampling. Analisis data menggunakan pendekatan Colaizi. Hasil penelitian diperoleh 5 tema besar yaitu 1) perubahan perilaku lansia dan dampaknya terhadap keluarga, dengan sub tema perubahan perilaku lansia, dampak terhadap keluarga berupa gangguan tidur, kelelahan, perasaan ambigu dalam menghadapi perubahan pada lansia, ancaman konflik dalam keluarga dan perubahan peran; 2) keluarga memiliki kemampuan yang terbatas dalam merawat lansia, dengan sub tema pemahaman yang terbatas mengenai penyakit dan tidak ada perawatan khusus yang dilakukan; 3) keluarga merasa khawatir terhadap perawatan lanjutan; 4) menemukan cara merawat anggota keluarga yang mengalami Alzheimer, dengan sub tema meningkatkan keyakinan spiritual, menambah informasi, mengupayakan dukungan keluarga dan menerima keadaan; 5) makna merawat sebagai bentuk tanggungjawab sosial dan agama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan komunitas melalui penyuluhan dan kunjungan rumah, baik pada kelompok lansia yang mengalami sakit maupun pada keluarga yang merawatnya, juga melakukan deteksi dini dengan menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination) dan melakukan terapi kognitif untuk pencegahan demensia.Item FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN KRITIS DI RUANG ICU, HCU RSUD DOK II JAYAPURA DAN ICU RSUD ABEPURA DI PROVINSI PAPUA(2012-08-06) CONNY TAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Caring merupakan konsep sentral dalam keperawatan yang diwujudkan dalam perilaku perawat berlandaskan etika dan filosofi praktek keperawatan. Hasil fenomena dilapangan mengindikasikan perawat kurang caring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang berdampak pada kualitas asuhan keperawatan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor individu, faktor organisasi dan faktor psikologis. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat. Metode penelitian adalah survey analitik explanatory dengan rancangan studi cross sectional, populasi penelitian adalah semua perawat di ruang ICU, HCU RSUD Dok II Jayapura dan ICU RSUD Abepura, dengan sampel 41 orang. Data yang dikumpulkan adalah diperoleh melalui kuesioner. Hasil analisis univariat pada karakteristik individu didapati lebih banyak berumur ≥ 30 tahun (63,4%), jenis kelamin lebih banyak perempuan (95,1%), pendidikan lebih banyak DIII Keperawatan (75,6%), lebih banyak yang sudah menikah (78,0%) dan masa kerja >5 tahun (48,8%). Hasil analisis variabel caring didapati perawat yang dinilai caring 51,2 % dan perawat yang dinilai kurang caring (48,8%). Hasil analisis bivariat didapati ada hubungan yang signifikan antara desain pekerjaan, nilai p = 0,037, sikap nilai p =0,043 dan motivasi nilai p =0,001, terhadap perilaku caring perawat. Dari hasil analisis regresi logistik ganda variabel yang masuk dalam uji interaksi adalah umur, desain pekerjaan, persepsi, sikap, dan motivasi dan didapati variabel yang dominan berpengaruh terhadap perilaku caring adalah variabel umur (nilai p value = 0,059 dan nilai OR = 5,99) dan variabel motivasi (nilai p = 0,002 dan nilai OR = 13,9). Kesimpulan motivasi positif dan negatif perlu dilakukan untuk membentuk sikap perawat dengan didukung desain pekerjaan yang jelas dapat meningkatkan perilaku caring perawat.Item Pengaruh Healt Education Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang akan menjalani Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung(2012-08-06) IKRAM; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penyakit jantung koroner yang merupakan penyakit utama dari seluruh penyebab kematian, yaitu 26,4%, dimana 70%-80% pasien jantung mengalami kecemasan pada fase akut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh health education terhadap tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani Percutaneous Coronary Intervenstion (PCI). Desain penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan one group pretest and posttest. Jumlah sampel 25 orang, teknik sampling menggunakan metode consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS). Pengolahan data melalui analisis univariat, bivariat dengan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian sebelum intervensi menunjukkan bahwa sebagian besar (65.4%) berada pada tingkat kecemasan ringan sampai sedang, dan setelah intervensi menunjukkan hampir seluruh responden (92.3%) berada pada tingkat kecemasan normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya pengaruh signifikan health education terhadap tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani Percutaneous Coronary Intervenstion (PCI), ( = 0.001). Berdasarkan penelitian ini diharapkan metode health education dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien, dan ditetapkan sebagai protap di rumah sakit untuk mengatasi kecemasan pada pasien akan menjalani Percutaneous Coronary Intervenstion, serta diperlukan penelitian lebih lanjut tentang health education.Item PEMASUNGAN TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH : PENGALAMAN KELUARGA DI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH(2012-08-06) RINA ANGGRAENI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAbstrak Judul : Pemasungan Terhadap Anggota Keluarga Yang Menderita Skizofrenia Di Rumah : pengalaman Keluarga Di Kabupaten Kendal Jawa Tengah, Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikis fungsional dengan ganggguan utama pada proses berfikir serta disharmoni. Penderita skizofrenia sering mengalami tindakan pemasungan oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang pengalaman keluarga dalam tindakan pemasungan pada anggota keluarga yang menderita skizofrenia di rumah di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah anggota keluarga yang tinggal bersama penderita skizofrenia yang dipasung dan didapat dengan cara purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan menggunakan tehnik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi 6 tema, yaitu: 1 ) sedih kronis ( chronic sorrow ) /berduka akibat kehilangan status kesehatan; 2) interaksi sosial efektif; 3) peningkatan kesejahteraan spiritual ( enhanced spiritual wellbeing) ; 4) konflik pengambilan keputusan ( decisional conflict ) ; 5) perilaku mencari bantuan kesehatan ( health seeking behaviours ) ; dan 6) beban ekonomi ( economic burden ) . Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengalaman keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita gangguan skizofrenia memiliki kesamaan, mulai dari rasa sedih mendalam, hubungan sosial yang efektif, adanya peningkatan kesejahteraan spiritual, konflik pengambilan keputusan dan masalah beban ekonomi. Tenaga kesehatan diharapkan mampu meningkatkan koping mekanisme keluarga menjadi lebih adaptif melalui konseling terhadap masalah. Kata kunci: skizofrenia, keluarga, pasungItem PENGALAMAN SEKSUALITAS PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG(2012-08-08) LILIN ROSYANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGagal ginjal terminal (GGT) merupakan penyakit kronis dan terminal yang naernerlukan suatu penanganan untuk tetapi penganti ginjal (TPG). Salah sate jenis TPG adalah tindakan hemodialisis. GOT clan hemodialisis mempenzarahi keludupan seksualitas pasiet a data kualitas hidup pasien yang me nip aka n outcome dari pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mrak mengeksplorasi makna dan pengalaman seksualitas pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab dan hal yang mempenganthi terjadinya sesuatu. Metode eksploratif dilakukan dengan tujuan menggali lebila dalam tentang elenten-elemen yang ada untuk mendapatkan informasi spesifik yang mempengaruhi pola perilaku kehidupan pasien dare aspek seksualitas.Hasil penelitan. ditemukan ada enam kategari term yaitu: (1)Makna seksualitas. berupa hubungan suami istri dan cinta serta kasih sayang. (2)Perabahan fisik dan keluhan fisik berupa kulit wajah hitam, gigi badan taints. badan lemah. lemas, cepat capek dan suclah tidak bisa ereksi lagi. kejantanan suclah tidak ada. (3)Perasaan clan gejolak emosional yang dirasakan berupa tidak terima dan ketakutan akan kematian. perasaan tidak berdaya dan merasa hidup tidak berguna. kasilian meminta maaf dan menyarankan pasangan naenikah lagi. (4)Hasrat seksualitas berupa hasrat seksual yang tiuggi tetapi kemampuan fisik berkurang dan kemampuan fisik menu.run akibatnya hasrat seksual menurun. (5)Ekspresi seksual berupa pelukan. ciuman. raba-rabaan dan seks oral dan tetap melakukan walaupuii tidak bisa menikmati lagi. (6)Dukungan dan harapan berupa keluarga sebagai sumber dukungan dan harapan untuk sembuh dan normal. Simpulan bahwa makna dan pengalaman seksualitas pada pasien gagal ginjal terminal dipengaruhi oleh aspek fisik, fisiologis, psikologis, sosial dan spritual serta nilai-nilai. budaya yang ada dalam kehidupanpartisipan.Item HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DENGAN JAMINAN DAN TANPA JAMINAN KESEHATAN DI KOTA BANDUNG(2012-08-09) M BUDI SANTOSO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Terapi utama pasien gagal ginjal terminal adalah transplantasi, sebelum transplantasi pasien harus menjalani hemodialisis untuk mempertahankan kondisinya. Pasien hemodialisis harus menghadapi pembiayaan perawatan yang mahal dan berlangsung seumurhidup, disamping itu berbagai macam stres fisik dan psikologis berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup mereka. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan kualitas hidup pasien hemodialisis rutin dengan jaminan dan tanpa jaminan kesehatan di Kota Bandung. Rancangan penelitianiniadalah kuantitatif, dengan desain analitik korelasional. Sampelpenelitianadalahtotalsampling(n=95)ditiga unithemodialisis swasta diKotaBandung.Pengambilandata menggunakankuesioner dukungansosial danKDQOL SF.Ujistatistikyang dipakaimenggunakanUjiChiKuadrat,danUji T Testindependent. Hasilujistatistikmenunjukkanterdapathubunganyang bermaknaantara dukungansosialdan kualitas hidup pasienhemodialisis rutin dengan jaminan (C=0,511;p=0,000)dantanpa jaminankesehatan(C=0,571;p=0,000),tidakterdapat perbedaanbermakna kualitashiduppasienhemodialisisrutindenganjaminandan tanpa jaminandiKotaBandung(t=1,049;p=0,297).Terdapatperbedaanbermakna kualitashiduppasienhemodialisisberpenghasilankurang dari100danlebihdari100 jutapertahun (p=0,004).Implikasi penelitian ini adalah peningkatan dukungan sosial harus menjadi bagian integral layanan kesehatan di unithemodialisis, sebagai salah satufaktor pendukung peningkatan kualitas hidup pasien. Pasien yang menjalani hemodialisis berpenghasilan kurang dari 100 juta pertahun sebaiknya diberikan jaminan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Hemodialisis, Jaminan, Kualitas hidup.Item PENGARUH PROGRAM EDUKASI PERAWATAN KAKI BERBASIS KELUARGA TERHADAP PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG(2012-08-09) CITRA WINDANI MAMBANG SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Perilaku perawatan kaki merupakan komponen yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kaki diabetik. Pasien Diabetes Melitus dan keluarga kurang dalam pengetahuan dan kepercayaan diri (self-efficacy) sehingga perilaku perawatan kaki kurang dapat terwujud. Penerapan program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kepercayaan diri (self-efficacy) serta perilaku perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus. Keterlibatan keluarga diintegrasikan pada program edukasi, sehingga pasien mempunyai sistem pendukung sosial dalam melakukan perilaku perawatan kaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga terhadap pengetahuan, kepercayaan diri (self- efficacy) dan perilaku perawatan kaki pasien Diabetes Melitus. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan desain yang digunakan adalah pre-test and post-test with control group design. Sebanyak 36 pasien dan keluarga sebagai kelompok intervensi dan 36 pasien dan keluarga sebagai kelompok kontrol yang diseleksi secara purposive dari populasi pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan pengocokan koin dan matching. Kelompok intervensi mendapatkan program edukasi perawatan kaki dengan melibatkan keluarga di rumah, konseling serta tindak lanjut 1 kali melalui telpon dan tiga kali melalui kunjungan langsung ke rumah. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan paired dan independent t-test. Hasil dari penelitian ini adalah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan (p = 0.000), kepercayaan diri (self-efficacy) (p = 0.000) dan perilaku perawatan kaki (p =0.000). Terdapatnya perbedaan yang bermakna pada pengetahuan, kepercayaan diri (self-efficacy) dan perilaku perawatan kaki sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi dan kontrol (p =0.000) Program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dapat meningkatkan pengetahuan, kepercayaan diri (self-efficacy) tentang perawatan kaki dan perilaku perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus. Perawat dapat mengintegrasikan program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ke program perkesmas sebagai upaya prevensi kaki diabetik. Kata Kunci : Diabetes Melitus, edukasi melibatkan keluarga, kepercayaan diri (self-efficacy), pengetahuan, perilaku perawatan kakiItem "Eksplorasi Makna Spiritualitas Pada Klien Dengan Sindrom Koroner Akut Yang Menjalani Perawatan di Ruang Intensif Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2012-08-09) AAN NURAENI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem PELAKSANAAN PERKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA DI PUSKESMAS SINARBARU KABUPATEN BANGKA(2012-08-09) JUMPANATA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah endemis malaria. Pelaksanaan perkesmas memberikan dampak positif terhadap penanggulangan penyakit malaria.Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi pelaksanaan perkesmas dalam penanggulangan malaria di Puskesmas Sinarbaru Kabupaten Bangka. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tehnik pengambilan data dengan wawancara, observasi patisipan dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini sejumlah 15 orang, berdasarkan ketercapaian tingkat saturasi atau kejenuhan data. Analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan malaria di Kabupaten Bangka dikarenakan masih banyaknya tempat perindukan, sebagai dampak dari lubang-lubang bekas galian Tambang Inconventional, di dukung adanya sikap negatif masyarakat yang menyebabkan terjadinya penularan malaria dan beberapa faktor penyebab lainnya. Keberhasilan perkesmas dalam penanggulangan malaria di Puskesmas Sinarbaru Kabupaten Bangka, sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yaitu sikap positif masyarakat (selain sifat negatif) dan adanya harapan bersama, sehingga menimbulkan dukungan terhadap strategi perkesmas dalam memutuskan matarantai penularan malaria. Dari lingkungan internal, adanya panggilan jiwa perawat, yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan perkesmas. Penanggulangan malaria oleh program perkesmas dapat dilakukan dengan cara merubah sikap masyarakat terhadap malaria dari yang negatif menjadi sikap positif, dan dengan mengidentifikasi harapan-harapan bersamadari masyarakat, sehingga menimbulkan dukungan masyarakat untuk ikut menanggulangi malaria di wilayah mereka. Kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan menerapkan Bina suasana dan Gerakan masyarakat. Selain itu, perlu di kembangkan sikap altruistic seorang perawat, yang mana sikap ini harus dibina sejak calon perawat masih di bangku pendidikan. Kata Kunci : malaria, perkesmasItem PREDIKTOR STRES PADA KELUARGA YANG ANGGOTA KELUARGANYA DIRAWAT DI RUANG GENERAL INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2012-10-19) ZAHARA FARHAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAdanya salah satu anggota keluarga yang dirawat di ruang perawatan intensif merupakan situasi yang mengganggu dan dapat memicu terjadinya stres berat pada keluarga yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi ketidakseimbangan dalam sistem keluarga. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya stres pada keluarga adalah; perubahan lingkungan dan aturan ruangan perawatan, perubahan status emosi keluarga, perubahan peran keluarga, perubahan kehidupan sehari – hari, perubahan finansial, serta sikap petugas kesehatan dalam pemberian informasi tentang kondisi kesehatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji prediktor yang paling dominan terhadap stres pada keluarga yang anggota keluarganya dirawat di Ruang General Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi analitik dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah 60 orang yang mewakili keluarga saat anggota keluarganya sedang dalam proses perawatan di ruang General Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Instrumen untuk mengukur prediktor stres disusun berdasarkan kajian teori dan modifikasi dari instrumen baku family inventory live events, sedangkan instrumen untuk mengukur stres keluarga menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42. Data dianalisis menggunakan Chi-Square dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan faktor perubahan lingkungan dan aturan ruangan perawatan, perubahan status emosi, dan perubahan kehidupan sehari-hari memiliki hubungan yang bermakna dengan p value sebesar 0,01, 0,04, dan 0,03. Tidak ada satu pun prediktor yang paling dominan diantara ke-6 prediktor stres keluarga yang dapat memprediksi terjadinya stres, namun prediktor perubahan finansial memiliki kemungkinan (peluang) 10 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya stres pada keluarga. Hasil uji hipotesis menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, dimana prediktor perubahan lingkungan dan aturan ruangan perawatan tidak terbukti menjadi prediktor yang paling dominan diantara ke-5 prediktor lainnya dalam memprediksi terjadinya stres pada keluarga di ruang General Intensive Care Unit. Diharapkan perawat mampu mendeteksi dini terhadap masalah psikologis keluarga dan lebih mengoptimalkan tindakan supportive-educative dalam bentuk pemberian konseling (di ruang konsultasi) kepada keluarga.Item Perbandingan Pengaruh Water Spray dan Fan Cooling Menggunakan Air Hangat dengan Air Suhu Ruangan terhadap Kecepatan dan Besarnya Penurunan Suhu Tubuh Pasien Demam di Ruang Rawat Intensif RSUP dr. Hasa(2012-10-20) EFRIS KARTIKA SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPada umumnya pasien sakit kritis mengalami demam, dengan insiden berkisar antara 23%-70%. Penatalaksanaan demam dibutuhkan untuk meminimalkan stres metabolik dan meningkatkan oksigenasi jaringan. Penelitian ini bertujuan membandingkan pengaruh water spray dan fan cooling yang menggunakan air hangat dengan air suhu ruangan terhadap kecepatan dan besarnya penurunan suhu tubuh pasien demam yang mendapat terapi acetaminophen, di ruang rawat intensif RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Subjek dipilih secara acak, kemudian dibagi ke dalam kelompok perlakuan dan kontrol sebagai berikut: 1) 500 mg acetaminophen dan water spray dan fan cooling dengan air hangat (n= 14), 2) 500 mg acetaminophen dan water spray dan fan cooling dengan air suhu ruangan (n= 14). Terapi water spray dan fan cooling diterapkan selama 60 menit setelah pemberian acetaminophen. Hasil Uji Repeated ANOVA pada kedua kelompok menunjukkan penurunan suhu tubuh yang bermakna terjadi pada waktu 10-60 menit setelah pemberian terapi water spray dan fan cooling. Hasil uji Independent Samples T Test menunjukkan perbedaan rata-rata nilai suhu tubuh yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol (0,8oC (0,3oC) vs 0.5oC (0,3oC), p < 0,05)). Pada pasien yang mendapat terapi acetaminophen, water spray dan fan cooling dengan air hangat menurunkan suhu tubuh sebesar 0,5oC lebih cepat (30 menit) daripada air suhu ruangan (60 menit). Hasil setelah 60 menit terapi water spray dan fan cooling juga menunjukkan penggunaan air hangat menurunkan suhu tubuh lebih besar daripada air suhu ruangan. Oleh karena itu, hendaknya water spray dan fan cooling diterapkan menggunakan air hangat.Item HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DENGAN TERJADINYA ULKUS TEKAN PADA PASIEN DI RUANG GICU RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2012-10-22) SIH AGENG LUMADI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPasien level 3 dalam perawatan kritis yang membutuhkan dukungan yang kompleks karena kegagalan multi organ biasanya dalam keadaan tidak sadar atau mendapatkan sedasi. Akibatnya adalah munculnya ulkus tekan akibat penekanan yang lama pada kulit. Oleh karena itu perlu dilakukan mobilisasi dengan merubah posisi pasien tiap 2 jam, dimana pengetahuan dan ketrampilan perawat untuk melakukan mobilisasi secara benar diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam melakukan mobilisasi dengan terjadinya ulkus tekan pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. Penelitian ini bersifat prospektif dengan desain penelitian menggunakan analisis jalur (path analysis). Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, dimana sampel yang terpenuhi berjumlah 31 orang. Pada penelitian ini ditemukan angka kejadian ulkus tekan di Ruang GICU sebesar 87,10% dengan derajat I sebesar 66,67% dan derajat II sebesar 33,33% . Dengan menggunakan korelasi pearson, didapatkan Pengetahuan perawat tidak berhubungan dengan tindakan mobilisasi (p=0,579), sedangkan ketrampilan berhubungan dengan tindakan mobilisasi (p=0,000) serta terjadinya ulkus tekan (p=0,020). Pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam melakukan mobilisasi secara bersama-sama berhubungan dengan terjadinya ulkus tekan, yaitu sebesar 67,5%. Diperlukan sesi yang khusus untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat serta protokol mobilisasi sebagai pedoman pelaksanaan mobilisasi di ruang GICU sehingga dapat menurunkan angka kejadian ulkus tekan. Selain itu, diperlukan juga penelitian lebih lanjut tentang variabel lain penyebab terjadinya ulkus tekan yang belum masuk dalam model penelitian ini.Item ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN PERAWATAN MATA PADA PASIEN KOMA DI RUANG PERAWATAN INTENSIF(2012-10-23) SUSY PUSPASARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPasien koma akan mengalami penurunan reflek termasuk reflek mengedip, sehingga diperlukan perawatan khusus. Fenomena neglected eye care yang terjadi di ruang perawatan intensif, mengakibatkan adanya exsposure keratopati, hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah perilaku perawat. Perilaku perawat terhadap pelaksanaan tindakan perawatan mata pada pasien koma merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut bisa dijelaskan dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Faktor-faktor tersebut adalah faktor latar belakang perawat, faktor keyakinan perilaku, faktor normatif dan faktor control beliefs. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripsi analitik dengan pendekatan korelasi dan pengambilan data dilakukan menggunakan rancangan cross sectional, dengan populasi adalah perawat yang berdinas di ruang perawatan intensif. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling.104 perawat yang bekerja di ruang perawatan intensif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS Al Islam Bandung berpartisipasi menjadi sampel pada penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri, dan analisis data dilakukan secara bertahap mulai dari analisis univariabel dan bivariabel. Pada faktor latar belakang, perawat mendukung pelaksanaan tindakan perawatan mata pada pasien koma sebesar 50,96%, pada faktor keyakinan perilaku, perawat mendukung sebesar 54,8%, pada faktor keyakinan normatif, perawat tidak mendukung sebesar 54,8%, dan pada faktor control beliefs, perawat tidak mendukung dengan nilai 51,9%. Hasil analisis hubungan antar faktor-faktor tersebut dengan pelaksanaan tindakan perawatan mata pada pasien koma didapatkan bahwa semua faktor tidak ada hubungan dengan p value > α (0,05). Kemungkinan penyebabnya adalah : sifat individu yang unik, kecenderungan untuk bereaksi secara afektif berbeda antar individu, faktor motivasi, dan belum adanya pengalaman, keterbatasan alat, keterbatasan waktu serta ketidaktahuan perawat dalam merawat mata pada pasien koma. Saran untuk para perawat yang bekerja di rumah sakit, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk peningkatan pengetahuan tentang perawatan mata pada pasien koma secara rutin dan berkesinambungan. Saran untuk ruangan agar menyusun algoritma dan standar prosedur serta supervisi khusus tentang perawatan mata pada pasien koma.