Ortodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ortodonsia (Sp.) by Author "Bergman Thahar"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
Item HUBUNGAN KARIES INTERPROKSIMAL GIGI MOLAR KEDUA SULUNG RAHANG BAWAH DENGAN MESIAL DRIFTING GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN RAHANG BAWAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG(2016-10-17) SHERLY MARGARETHA GOSAL; Bergman Thahar; H. Eky SetiawanGigi molar kedua sulung adalah gigi yang terakhir tumbuh dalam periode gigi sulung. Karies paling banyak terjadi pada gigi molar kedua sulung rahang bawah dan karies pada daerah interproksimal gigi dapat menyebabkan mesial drifting gigi molar pertama permanen. Pergerakan gigi molar pertama permanen ke mesial bergantung pada kondisi ruangan yang ada, arah erupsi gigi dan waktu. Desain penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat observasional analitik dengan pendekatan uji korelasi untuk mengetahui hubungan karies interproksimal gigi molar kedua sulung rahang bawah dengan mesial drifting gigi molar pertama permanen rahang bawah pada siswa sekolah dasar di Kota Bandung. Sampel penelitian ini adalah siswa dan siswi yang menduduki sekolah dasar di kota Bandung tahun ajaran 2015-2016 yang diambil dengan cara stratified cluster random sampling. Hasil analisis chi-square menunjukan terdapat hubungan karies interproksimal gigi molar kedua sulung rahang bawah dengan mesial drifting gigi molar pertama permanen rahang bawah. Hasil analisis chi-square juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara mesial drifting gigi molar pertama permanen rahang bawah dengan jenis kelamin. Simpulan, karies interproksimal gigi molar kedua sulung rahang bawah mempengaruhi terjadinya mesial drifting gigi molar pertama permanen rahang bawah sehingga dibutuhkan penambalan gigi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kehilangan lengkung rahang akibat mesial drifting. Karies dan mesial drifting tidak dipengaruhi oleh jenis kelaminItem PERBEDAAN DEGRADASI ION CR DAN NI PADA BREKET STAINLESS STEEL PADA PENGGUNAAN PASTA GIGI DENGAN SURFAKTAN DAN TANPA SURFAKTAN(2018-07-10) ERVINA DEWIYANTI; Bergman Thahar; Isnaniah MalikPendahuluan : Breket stainless steel merupakan alat ortodontik yang umum digunakan pada perawatan ortodonti karena sifat mekanis yang baik, tetapi keberadaan breket di dalam mulut dalam waktu lama dapat menyebabkan terjadinya biodegradasi ion dari breket. Pasta gigi seringkali digunakan untuk menjaga oral hygiene. Sodium Lauryl Sulfate merupakan surfaktan agen pembasah pada pasta gigi yang dapat membantu melepaskan debris dari permukaan gigi. Surfaktan juga dapat menghambat terjadinya degradasi ion dari breket. Tujuan penelitian : Mengetahui perbedaan jumlah degradasi ion Cr dan Ni yang terlepas dari breket stainless steel pada penggunaan pasta gigi surfaktan dan non surfaktan. Bahan dan metode : Empat puluh buah breket stainless steel dibagi menjadi kelompok A dan B. Masing-masing kelompok breket direndam dalam larutan pasta gigi yang diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil rendaman pasta gigi diuji jumlah degradasi ion Cr dan Ni dari breket menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy. Data dianalisis dengan uji statistik t-test (p value < 0,05). Hasil : Perbedaan degradasi ion Cr dari breket yang direndam dengan larutan pasta gigi surfaktan dan non surfaktan menunjukkan hasil tidak signifikan. Degradasi ion Ni dari breket yang direndam dengan larutan pasta gigi dengan surfaktan lebih rendah dibandingkan non surfaktan, dengan hasil signifikan (p value <0,05). Simpulan : Pasta gigi dengan surfaktan dapat mengurangi terjadinya korosi pada breket stainless steel dibandingkan dengan pasta gigi non surfaktan.Item PERBEDAAN KUAT REKAT GESER BREKET LOGAM STANDAR EDGEWISE ANTARA PENYINARAN LED INTENSITAS TINGGI DENGAN LED INTENSITAS RENDAH PADA DURASI YANG BERBEDA(2016-10-15) MOEHAMMAD FAHRUL ROZI; Bergman Thahar; Bergman ThaharProses polimerisasi pada resin komposit memiliki dua hal yang sangat mempengaruhinya, yaitu durasi paparan dan intensitas sinar. Semakin tinggi intensitas sinar maka durasi paparan untuk proses polimerisasi resin komposit dapat lebih singkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur perbedaan nilai kuat rekat geser dari breket standar edgewise yang dipolimerisasi menggunakan sinar LED intensitas tinggi (2000 MW/cm²) dengan sinar LED intensitas rendah (600 MW/cm²) pada durasi penyinaran 6 detik, 10 detik dan 20 detik. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan secara in vitro.Penelitian dilakukan pada sampel breket standar edgewise slot 0,018 yang dipolimerisasi dengan sinar light emitting diode (LED) berintensitas 2000 MW/cm² dan 600 MW/cm² dengan durasi paparan 6 detik, 10 detik dan 20 detik, terdiri dari enam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 sampel breket dan 10 gigi premolar pertama atas. Dilakukan uji kuat rekat geser dengan menggunakan Lloyd Instron Testing Machine. Analisis statistik dengan uji ANAVA dan Post Hoc ANAVA. Simpulan dari penelitian ini adalah Terdapat perbedaan kuat rekat geser breket logam standar edgewise yang signifikan dari penyinaran LED intensitas tinggi (2000 MW/cm²) dengan intensitas rendah (600 MW/cm²) pada durasi 6 detik, 10 detik dan 20 detik. Nilai kuat rekat geser breket logam standar edgewise dari penyinaran LED intensitas tinggi lebih besar dibanding penyinaran LED intensitas rendah pada durasi 6 detik, 10 detik dan 20 detik.Item PERBEDAAN LEBAR DAN JARAK BIBIR METODE ANALISIS RICKETTS SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI PROTRUSI BIMAKSILER DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR (Perawatan Dengan Alat Cekat Standar Edgewis(2016-10-16) HENDRI PRIBADI; Bergman Thahar; Endah MardiatiHubungan gigi dan skeletal, serta struktur jaringan lunak yang baik merupakan konsep yang diharapkan di akhir perawatan. Keberhasilan perawatan ortodonti berhubungan dengan perubahan jaringan lunak wajah. Terdapat beberapa analisis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi jaringan lunak wajah, salah satunya adalah metode Ricketts yang mengevaluasi jaringan lunak bibir dari lateral dan dari frontal. Tujuan penelitian : Untuk mengukur perbedaan jarak bibir dan lebar bibir terhadap cheek plane dan pupil plane menurut analisis Ricketts sebelum dan sesudah perawatan ortodonti protrusi bimaksiler yang dirawat dengan alat cekat standar edgewise. Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis komparatif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 33 foto ekstra oral pasien (sebelum dan sesudah perawatan) diukur dan dianalisis menggunakan analisis t-test. Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan dari jarak bibir terhadap cheek plane dan lebar bibir terhadap pupil plane menurut analisis Ricketts pada perawatan ortodonti protrusi bimaksilar sebelum dan sesudah perawatan ortodonti yang dirawat dengan alat cekat standar. Kesimpulan : Cheek plane dan pupil plane dapat digunakan sebagai analisis untuk membantu evaluasi jaringan lunak bibir.Item Perbedaan Pola Agenesis pada Pasien Celah Bibir dan Langit-Langit Nonsindromik Unilateral dan Bilateral(2018-07-10) NI LUH NYOMAN ARY MAYASARI; Ida Ayu Evangelina Nurdiati; Bergman ThaharPendahuluan : Abnormalitas dental banyak ditemukan pada pasien celah bibir dan langit-langit (CBL) dan agenesis paling banyak ditemukan pada kasus tersebut. Pola dan jumlah gigi yang mengalami agenesis akan mempengaruhi rencana perawatan ortodonti pada pasien dengan celah bibir dan langit-langit. Tujuan penelitian : Menentukan perbedaan pola dan jumlah gigi yang agenesis pada pasien celah bibir dan langit-langit nonsindromik unilateral dan bilateral. Bahan dan Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel sebanyak 44 foto rontgen panoramik pasien CBL, terdiri dari 28 rontgen pasien celah bibir dan langit-langit unilateral dan 16 foto rontgen pasien celah bibir dan langit-langit bilateral. Tiap foto dilakukan penapakan untuk menentukan gigi yang agenesis dan gigi supernumerer. Analisis data dilakukan dengan uji t berpasangan. Hasil : Hasil penelitian menemukan 11 pola agenesis kasus CBL unilateral dan 9 pola agenesis CBL bilateral. Gigi insisif lateral dan premolar kedua rahang atas adalah gigi yang paling banyak terlibat pada kedua grup tersebut. Keterlibatan gigi insisif lateral rahang atas sebanyak 82,61% dan 73,33% pada CBL unilateral dan bilateral. Gigi premolar kedua rahang atas terlibat dalam 34,78% dan 33,33% kasus CBL unilateral dan bilateral. Simpulan : Gigi yang paling banyak terlibat dalam pola agenesis kasus CBL nonsindromik unilateral dan bilateral adalah gigi insisif lateral dan premolar kedua rahang atas. Tidak ada perbedaan signifikan keterlibatan gigi-gigi tersebut dalam pola agenesis kasus CBL nonsindromik unilateral dan bilateral.Item PERBEDAAN TAMPILAN MINI ESTETIK SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN PADA PROTRUSIF BIMAKSILER DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA MENGGUNAKAN ORTODONTI STANDAR EDGEWISE(2016-10-16) CANDRA FITRIANDY; Bergman Thahar; Endah MardiatiABSTRAK Keberhasilan perawatan ortodonti tidak hanya tercapainya enam kunci oklusi dan sistem pengunyahan yang baik tetapi juga perlu mempertimbangkan nilai dari estetik wajah pasien yang melibatkan senyum. Evaluasi estetik dibagi menjadi tiga kategori yaitu makro estetik, mini estetik, dan mikro estetik. Mini estetik memiliki beberapa variabel yaitu lengkung senyum, bukal koridor, penampakan gusi, kesejajaran gigi rahang atas terhadap gigi rahang bawah, dan kesejajaran gigi rahang atas terhadap wajah. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan lengkung senyum, bukal koridor, penampakan gusi, kesejajaran gigi rahang atas terhadap gigi rahang bawah, dan kesejajaran gigi rahang atas terhadap wajah sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat standar edgewise pada protrusif bimaksiler dengan pencabutan empat gigi premolar pertama. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan secara retrospektif. Foto ekstra oral senyum dari 36 orang pasien (sebelum dan sesudah perawatan) dihitung dan dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan pada lengkung senyum, penampakan gusi sebelum dan sesudah perawatan. Uji t berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan pada bukal koridor, kesejajaran garis median wajah terhadap rahang atas dan garis median rahang atas terhadap rahang bawah. Simpulan: Terdapat perbedaaan lengkung senyum, bukal koridor, penampakan gusi, kesejajaran gigi rahang atas terhadap gigi rahang bawah, dan kesejajaran gigi rahang atas terhadap wajah sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat standar edgewise pada protrusif bimaksiler dengan pencabutan empat gigi premolar pertama. Kata kunci : Maloklusi, protrusi bimaksilar, ortodonti cekat standar edgewise, mini estetik