Ortodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ortodonsia (Sp.) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 110
Results Per Page
Sort Options
Item PENGARUH APLIKASI PEPPERMINT OIL TERHADAP PELEPASAN BREKET KERAMIK(2012-11-02) GITA GAYATRI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT The use of ceramic brackets become an option to get the better aesthetics, but commonly cause problems at debonding of the brackets that is fracture on the brackets or damage to the enamel surface. Peppermint oil is used to facilitate debonding of the brackets because it has the ability to soften the adhesive resin thereby reducing bonding of ceramic brackets The Purpose of this study was to determine the effect of peppermint oil application for ceramic brackets debonding with shear bond strength test by using Instron Universal testing machine and assessment on adhesive remnant This is research is an experimental laboratory in vitro with descriptive and comparative approach. Fourty maxillary first premolars sample bonded on 40 premolar illusion plus TM ceramic brackets made by ortho organizers. These samples were divided into 4 different groups based on the time length of the application before debonding the brackets. Group 1 (Control Group) are those samples without the application of peppermint oil. Group 2 applied peppermint oil for 10 minutes; Group 3 used them for 15 minutes followed by group 4 for 20 minutes. ANOVA statistical analysis with p-value (<0.01) is used to see the difference of shear bond strength and yield adhesive remnant. Pearson product coeficient correlation test is used to determine the correlation coeficient between time depth of application with shear bond strength of ceramic brackets. The results showed there were significant differences between the groups that used peppermint oil and one that was not, also in term of time depth that used over shear bond strength of ceramic brackets. There were no significant differences obtained from the adhesive remnant used on the groups that applied peppermint oil and the one that was not. The conclusion of this research is the application of peppermint oil gives strong impact on the shear bond strength during the bracket debonding process. There was no difference on scores of adhesive remnant index between the groups that used peppermint oil and one that was not. Keywords : Peppermint oil, Shear Bond Strength, ceramic brackets 1 ABSTRAK Pemakaian breket keramik menjadi pilihan untuk mendapatkan estetika yang lebih baik tersebut namun seringkali menimbulkan masalah pada saat pelepasan yaitu fraktur pada breket atau kerusakan permukaan email. Peppermint oil digunakan untuk mempermudah pelepasan breket karena memiliki kemampuan untuk melunakkan resin adesif sehingga mengurangi kekutan perekatan breket keramik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh aplikasi peppermint oil terhadap pelepasan breket keramik melalui uji kuat rekat geser dengan alat Instron Universal Testing Machine dengan lama waktu aplikasi yang berbeda serta mengetahui hasil sisa resin pada beket keramik setelah pelepasan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris in vitro dengan pendekatan deskriptif dan komparatif. Sampel pada penelitian ini adalah 40 gigi premolar pertama rahang atas yang dilekati 40 breket keramik premolar illusion plus TM produksi ortho organizers. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan lama waktu aplikasi sebelum pelepasan breket, yaitu kelompok 1 (kelompok kontrol) tanpa aplikasi peppermint oil, kelompok 2 aplikasi peppermint oil selama 10 menit, kelompok 3 aplikasi peppermint oil selama 15 menit dan kelompok 4 aplikasi peppermint oil selama 20 menit. Analisis statistik ANOVA dengan p-value (<0,01) digunakan untuk melihat perbedaan kuat rekat geser dan hasil sisa resin. Uji korelasi dengan Pearson product coeficient correlation digunakan untuk mengetahui hubungan lama waktu aplikasi dengan kuat rekat geserbreket keramik Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diaplikasikan peppermint oil dengan yang tidak dan terdapat hubungan lama waktu aplikasi peppermint oil terhadap kuat rekat geser breket keramik. Tidak ada perbedaan yang bermakna dari sisa resin yang dihasilkan antara kelompok yang diaplikasikan peppermint oil dengan yang tidak. Simpulan dari penelitian ini adalah aplikasi peppermint oil mempengaruhi kuat rekat geser breket keramik pada saat pelepasan breket. Tidak terdapat perbedaan skor sisa resin antara kelompok yang tidak diaplikasikan dengan yang diaplikasikan peppermint oil Kata kunci : Peppermint oil, Kuat rekat Geser, Breket KeramikItem HUBUNGAN TINGKAT PREVALENSI MALOKLUSI PASIEN DI KLINIK PPDGS ORTODONTI UNPAD DARI TAHUN 2002 -2012 DAN LAMA WAKTU PERAWATAN ORTODONTI(2013-01-17) ANISSA OLIVIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPrevalensi maloklusi sangat berhubungan dengan penilaian kebutuhan perawatan ortodonti, dimana masyarakat peduli terhadap lama waktu perawatan yang diperlukan. Apakah prevalensi maloklusi dan lama waktu perawatan dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi Angle, skeletal dan dentoskeletal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi maloklusi pasien ortodonti di Klinik PPDGS Ortodonti Universitas Padjadjaran dari tahun 2002-2012 dengan menggunakan klasifikasi Angle, skeletal dan dentoskeletal serta mengetahui lama waktu perawatannya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan analitik komparatif, melibatkan dari 590 populasi diperoleh 361 sampel yang terdiri dari 65 laki-laki dan 296 perempuan yang telah selesai dirawat ortodonti di Klinik PPDGS Ortodonti FKG UNPAD dengan alat cekat. Klasifikasi maloklusi ditentukan dari catatan rekam medis, foro sefalometri, foto intra oral dan model studi pasien. Lama perawatan dimulai dari pemasangan breket sampai dengan debonding. Analisis statistik ANOVA yang digunakan untuk melihat perbedaan lama waktu perawatan pada maloklusi dentoskeletal dan dental menunjukan perbedaan yang bermakna dengan p-value <0,05. Simpulan penelitian ini adalah prevalensi maloklusi di klinik PPDGS Ortodonti FKG UNPAD, yang paling tinggi persentasenya pada klasifikasi Angle, skeletal dan dentoskeletal adalah maloklusi kelas I. Untuk lama waktu perawatan tertinggi pada maloklusi dentoskeletal adalah pada skeletal kelas I dental kelas II dan pada klasifikasi Angle yang tertinggi pada kelas I tipe 1,2,3,4,5.Item PERBANDINGAN PERGERAKAN RETRAKSI GIGI KANINUS MENGGUNAKAN POWER CHAIN DAN PEGAS KOIL TERTUTUP NiTi PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN ALAT CEKAT STANDAR EDGEWISE(2013-04-10) YASMEINI CHITRA SARI PANE; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenRetraksi gigi kaninus dalam perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara dan bahan. Power chain dan pegas koil tertutup merupakan beberapa bahan yang dapat digunakan untuk retraksi gigi kaninus. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pergerakan retraksi gigi kaninus pada rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan power chain atau pegas koil tertutup pada perawatan ortodonti dengan alat cekat standar edgewise. Penelitian ini adalah penelitian komparatif yang dilakukan dengan eksperimen semu melalui observasi selama 3x dalam waktu 4 minggu. Sampel pada penelitian ini adalah 15 orang pasien yang dirawat ortodonti dengan pencabutan 4 premolar pertama rahang atas dan rahang bawah. Seluruh pasien mendapat gaya awal untuk retraksi gigi kaninus pada rahang atas sebesar 70 gram dan pada rahang bawah 55 gram dan diaktivasi dalam interval 28 hari selama 3 kali aktivasintuk mengetahui pergerakan retraksi gigi kaninus dengan menggunakan pegas koil tertutup dan power chain pada gigi kaninus rahang atas dan rahang bawah Hasil penelitian di analisa menggunakan uji t-test dengan p<0,05 Simpulan dari penelitian ini adalah pegas koil tertutup dapat menutup ruang pada gigi lebih cepat dibandingkan power chain. Kata kunci : Retraksi gigi gigi kaninus, power chain, pegas koil tertutupItem PERBEDAAN PANJANG AKAR GIGI INSISIF RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH SEBELUM DAN SETELAH PERAWATAN ORTODONTI DENGAN ALAT CEKAT STANDAR EDGEWISE ( Melalui Pendekatan Kajian Foto Panoramik)(2014-01-17) DENI SUMANTRI LATIF; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPengurangan panjang akar gigi sebagai suatu efek samping (iatrogenic) yang kurang diharapkan dan tidak dapat dihindarkan selama dan setelah perawatan ortodonti. Pemendekan akar gigi terjadi sebagai reaksi terjadinya resorpsi ujung akar gigi. Resorpsi akar yang terjadi pada perawatan ortodonti sifatnya steril asimptomatik, diketahui pada saat dilakukan pemeriksaan radiologi.Penelitian ini merupakan penelitian retrospektifkomparatif membandingkan perubahan panjang akar empat gigi insisif rahang atas dan empat gigi insisif rahang bawah sebelum dan setelah perawatan, perbedaan besar resorpsi antara empat gigi insisif rahang atas dengan empat gigi insisif rahang bawah setelah perawatan, perbedaan besar resorpsi antara gigi insisif lateral dengan gigi insisif sentralbaik pada rahang atas maupun pada rahang bawah setelah perawatan ortodonti dengan mempergunakan alat cekat standar edgewise pada kasus pencabutan gigi premolar pada pasien yang telah selesai dirawat ortodonti. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif restrospektif komparatif untuk melihat perbedaan rata-rata panjang akar gigi insisif dengan mengambil sampel dari foto rontgen panoramik sebelum dan setelah perawatan sebanyak 33 sampel dari klinik PPDGS FKG UNPAD. Sampel laki-laki sebanyak 9 dan sampel perempuan sebanyak 24. Analisa yang dilakukan dengan t-studentdengan p-value <0.05. Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa terdapat perbedaan panjang rata-rata akar gigi sebelum dan sesudah perawatanortodonti pada empat gigi insisif rahang atas dan empat gigi insisif rahang bawah,terdapat perbedaan secara signifikan besarnya resorpsi antara empat gigi insisif rahang atas dengan empat gigi insisif rahang bawah setelah perawatan, terdapat perbedaan secara signifikan besar resorpsi antara gigi insisif lateral dengan gigi insisif sentral baik pada rahang atas maupun pada rahang bawah setelah perawatan ortodonti dengan mempergunakan alat cekat standar edgewise pada kasus pencabutan gigi premolar. Simpulan dari penelitian ini terjadi perbedaan ukuran rata-rata panjang akar gigi insisif sebelum dan setelah perawatan ortodonti. Besarnya rata-rata pemendekan panjang akar gigi insisif, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.Item PERBEDAAN PENURUNAN GAYA POWER CHAIN YANG BERKONTAK DENGAN OBAT KUMUR BERALKOHOL, OBAT KUMUR NON-ALKOHOL DAN SALIVA BUATAN(2014-01-17) WILLEM SANTANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPower chain merupakan alat yang umum digunakan dalam perawatan ortodonti cekat. Penurunan gaya power chain merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pergerakan gigi dalam perawatan ortodonti karena gaya ringan dan terus menerus sulit dipertahankan. Penurunan gaya power chain dapat dipengaruhi oleh pemakaian obat kumur beralkohol atau obat kumur non-alkohol. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik laboratoris in vitro dengan pendekatan komparatif yang bertujuan untuk melihat perbedaan penurunan gaya power chain yang berkontak dengan obat kumur beralkohol, non-alkohol dan saliva buatan sebagai kontrol. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 power chain short A (SA), 40 power chain short B (SB), 40 power chain long A (LA) dan 40 power chain long B (LB), dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing yang berkontak dengan saliva buatan sebagai kelompok kontrol, obat kumur Minosep chlorhexidine gluconate 0,1%, Listerine 0% alkohol, Hexadol 9% alkohol dan Listerine 26,9% alkohol. Pengukuran penurunan gaya power chain dengan digital force gauge pada hari ke-0, 1, 14 dan 28. Analisis statistik dilakukan dengan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) penurunan gaya power chain yang berkontak dengan obat kumur beralkohol, obat kumur non-alkohol dan saliva buatan. Simpulan dari penelitian ini bahwa power chain yang berkontak dengan obat kumur beralkohol akan mengalami penurunan gaya yang lebih besar dibandingkan yang berkontak dengan obat kumur non-alkohol dan saliva buatan.Item PENGARUH KLOROFORM TERHADAP PELARUTAN BAHAN PEREKAT YANG MENEMPEL PADA BRAKET KERAMIK YANG LEPAS DARI GIGI (Melalui Uji Kuat Rekat Geser dengan Alat Instron Universal Testing Instrument dan Adhesive(2014-01-17) KEN EDINATA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Kebutuhan braket transparan pada perawatan ortodonti semakin berkembang dengan adanya kebutuhan braket sewarna gigi, terutama wanita yang memerlukan penampilan estetik maksimal. Braket yang lepas dalam perawatan ortodonti perlu direkatkan kembali. Pembersihan landasan braket yang terlepas sehingga dapat direkatkan kembali akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pasien. Melakukan daur ulang braket haruslah dapatdapat dilakukan tanpa merubah sifat fisik dan ukuran dari braket tersebut. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik laboratoris in vitro dengan pendekatan komparatif yang bertujuan untuk melihat perbedaan kuat rekat geser braket keramik yang dibersihkan dengan kloroform selama 20 menit, 40 menit, 60 menit. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 buah braket keramik monokristalin merek Ice Inspire dari Ormco dengan perlekatan mekanik. Pengukuran uji rekat geser menggunakan Instron Universal Testing Machine dan sisa resin menggunakan skor ARI. Analisis statistik dilakukan dengan uji Wilcoxon dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kuat rekat geser braket keramik pasca rekat yang dibersihkan dengan kloroform selama 20 menit, 40 menit, 60 menit dan braket keramik pascarekat yang baru. Simpulan dari penelitian ini bahwa Terdapat perbedaan kuat rekat geser braket keramik yang dibersihkan dengan kloroform selama 20 menit, 40 menit, 60 menit dengan braket keramik yang baru, Semakin lama waktu pembersihan braket keramik dengan kloroform, sisa resin adhesif akan semakin bersih dan mempunyai kuat rekat geser yang lebih tinggi. Terdapat perbedaan sisa resin adesif antara braket keramik pasca rekat yang dibersihkan dengan kloroform yang dilepas kembali dengan braket keramik pasca rekat yang baru.Item PENGARUH PEMAKAIAN PELAT MOLDING NASOALVEOLAR KOMBINASI KARET ELASTIK DAN HIPAFIX PADA PENDERITA CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT BILATERAL(2014-01-17) SHINTA WIJAYANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenCelah bibir bilateral adalah celah yang terdapat pada kedua sisi premaksila. Celah ini dapat berupa celah yang komplit maupun inkomplit. Celah tersebut disebabkan oleh tidak terjadinya penyatuan komponen nasalis media dengan komponen labial prosessus maksilaris, ditandai dengan penonjolan premaksila, yang disebabkan karena pusat penulangan poros vomer premaksila, sehingga mendorong premaksila dan menyebabkan premaksila protrusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar peningkatan tinggi hidung, untuk melihat pengurangan lebar celah bibir, serta untuk mengetahui perubahan penonjolan premaksila kearah belakang dan bawah terhadap pemakaain pelat molding nasoalveolar kombinasi karet elastik dan hipafix pada pasien celah bibir dan langit-langit bilateral. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimental klinis semi longitudinal. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah pemakaian pelat molding nasoalveolar kombinasi karet elastik dan hipafix. Aktivasi dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 14 minggu pengamatan sebelum dilakukannya operasi labioplasty. Uji-t digunakan untuk melihat peningkatan tinggi hidung, pengurangan celah bibir serta perubahan penonjolan premaksila kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05. Hasil uji statistik menunjukan terjadi peningkatan tinggi hidung, pengurangan celah bibir dan perubahan posisi premaksila yang dipasang pelat molding nasoalveolar kombinasi karet elastik dan hipafix selama 14 minggu.Item PENGARUH PENCABUTAN GIGI PREMOLAR PERTAMA TERHADAP PERUBAHAN ANGULASI GIGI MOLAR KETIGA MANDIBULA PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN METODE STANDAR EDGEWISE(2014-01-17) ARDIANSYAH S PAWINRU; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenImpaksi gigi molar ketiga mandibula sering dijumpai pada pasien perawatan ortodonti. Pada perawatan ortodonti, kasus impaksi gigi molar ketiga biasanya dilakukan pencabutan gigi tersebut, tetapi seringkali pasien menolak untuk pencabutan molar ketiga mandibula. Ekstraksi gigi premolar mempunyai pengaruh yang baik terhadap angulasi gigi molar ketiga mandibula selama perawatan. Penelitian ini adalah penelitian klinis retrospektif bersifat deskriptif analitik untuk melihat pengaruh pencabutan gigi premolar pertama mandibula terhadap perubahan angulasi gigi molar ketiga mandibula pada perawatan ortodonti dengan metode standar edgewise. Perubahan angulasi dilihat dari membandingkan angulasi gigi molar ketiga mandibula sebelum dan sesudah perawatan ortodonti dengan bantuan foto rontgen panoramic. Angulasi gigi molar ketiga mandibula dihitung dari sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dengan garis referensi infraorbita. Sampel terdiri 60 gigi molar ketiga mandibula impaksi dari regio kiri dan regio kanan dari 30 pasien yang telah dinyatakan sembuh dirawat di klinik PPDGS ortodonti FKG Universitas Padjadjaran. Sampel dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu pasien sebelum perawatan angulasi gigi molar ketiga mandibula dibawah 300, 300 sampai 600 dan diatas, kemudian perubahan angulasi diukur dan melihat perubahan angulasi apakah semakin kecil, tetap atau sudut angulasi semakin besar dari gigi molar ketiga mandibula. Hasil penelitian dianalisa dengan uji T test dan uji Wilcoxon menunjukan bahwa terjadi perubahan signifikan angulasi gigi molar ketiga mandibula pada perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi premolar pertama mandibula. Simpulan dari penelitian ini adalah pencabutan gigi premolar pertama mandibula mempengaruhi perubahan angulasi gigi molar ketiga mandibula sesudah perawatan ortodonti.Item PERBEDAAN RELASI DENTO-SKELETAL DAN PROFIL JARINGAN LUNAK SEBELUM DAN SETELAH PERAWATAN ORTODONTI KAMUFLASE MALOKLUSI KELAS III DENTO-SKELETAL DENGAN ALAT CEKAT STANDAR EDGEWISE (Melalui Pendekatan Pe(2014-01-17) FRISKA D SIMAMORA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerawatan ortodonti kamuflase sering menjadi pilihan untuk perawatan maloklusi kelas III dento-skeletal karena alasan usia, masalah psikologi atau ekonomi. Hasil perawatan ortodonti kamuflase maloklusi kelas III mempunyai beberapa keterbatasan dalam mencapai hasil yang optimal. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik retrospektif yang bertujuan untuk melihat relasi dento-skeletal dan profil jaringan lunak sebelum dan setelah perawatan maloklusi kelas III dengan alat ortodonti cekat standar Edgewise. Sampel penelitian ini adalah 30 rontgen sefalometri pasien maloklusi kelas III dento-skeletal berusia diatas 15 tahun yang telah selesai menjalani perawatan orthodonti cekat kamuflase standar Edgewise. Penelitian dilakukan dengan membandingkan relasi dento-skeletal dan profil jaringan lunak maloklusi kelas III sebelum dan setelah perawatan. Analisis statistik yang digunakan statistik analitik retrospektif, mencari perbedaan sebelum dan sesudah perawatan dilakukan dengan uji statistik t-test. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan bermakna (p-value < 0.05) relasi dento-skeletal terhadap maksila dan mandibula, dan profil jaringan lunak sebelum dan sesudah perawatan . Perawatan orthodonti kamuflasi maloklusi kelas III menggunakan alat cekat standard Edgewise dapat memberikan hasil optimal pada dento-skeletal dan profil jaringan lunak.Item PERBEDAAN INKLINASI GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PASCA PERAWATAN PADA MALOKLUSI KELAS I DENTO-SKELETAL DENGAN PENCABUTAN GIGI PREMOLAR TERHADAP NORMA INKLINASI DEUTRO-MALAYID (Pada Pe(2014-01-17) DEFIANTY AGUSTINI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPasien yang telah dirawat ortodonti dengan teknik standar Edgewise memberikan tampilan khas inklinasi gigi yang tegak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inklinasi gigi insisif rahang atas dan rahang bawah paska perawatan maloklusi kelas I dentoskeletal dengan pencabutan gigi premolar di klinik ortodonti PPDGS UNPAD dengan pendekatan foto panoramik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analisis retrospektif. Sampel diambil dari sefalogram lateral setelah perawatan. Tiga puluh sefalogram laki-laki diambil dari seluruh populasi sebagai sampel, sedangkan pada perempuan dilakukan metode pengambilan sampel secara acak (random sampling), yaitu dari 59 populasi diambil 30 sampel, sehingga didapatkan 30 sampel laki-laki dan 30 sampel perempuan. Penilaian inklinasi gigi insisif rahang atas dan rahang bawah dilakukan dengan penapakan sefalometrik lateral pada gigi insisif rahang atas dan rahang bawah, titik Nasion dan Pogonion menurut Downs. Hasil penilaian kemudian diuji statistik dengan t-test. Hasil rata-rata kelompok laki-laki dibandingkan dengan nilai rujukan Deutro-Malayid di Indonesia menurut Kusnoto (1988), begitu juga dengan perempuan. Hasil penilaian laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan nilai inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah pada maloklusi kelas I dento-skeletal yang dirawat dengan pencabutan premolar dengan alat cekat standar Edgewise terhadap nilai rujukan Deutro-Malayid menurut Kusnoto (1988). Tidak terdapat perbedaan nilai inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah pada maloklusi kelas I dentoskeletal dengan perawatan pencabutan gigi premolar pada perempuan dan laki-laki terhadap nilai rujukan Deutro-Malayid menurut Kusnoto (1988).Item perbedaan friksi antara kawat stainless-steel dan nickel-titanium ukuran 0.018 dan 0.016x0.022 dengan permukaan breket logam edgewise slot 0.018 pada saat gerakan sliding(2014-01-20) ZAKY AULIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerawatan ortodonti tidak terlepas dari alat aktif seperti busur kawat dan breket. Gerakan meluncur yang terjadi antara busur kawat dengan slot breket menimbulkan friksi yang dapat menyebabkan kehilangan penjangkaran. Busur kawat stainless-steel dan nickel-titanium mempunyai sifat elastisitas berbeda yang dapat mempengaruhi besar friksi terhadap slot breket. Begitu juga dengan bentuk busur kawat baik persegi dan bulat mempunyai perbedaan friksi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik laboratoris in vitro dengan pendekatan deskriptif dan komparatif yang bertujuan untuk melihat perbedaan besar friksi antara busur kawat stainless-steel dan nickel-titanium terhadap breket logam edgewise. busur kawat persegi dan bulat terhadap breket logam edgewise. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 busur kawat stainless-steel 0.018 terhadap breket logam edgewise slot 0.018. 30 busur kawat nickel-titanium 0.018 terhadap breket logam edgewise slot 0.018. 30 busur kawat stainless-steel 0.016x0.022 terhadap breket logam edgewise slot 0.018. 30 busur kawat nickel-titanium 0.016x0.022 terhadap breket logam edgewise slot 0.018. Analisis statistik dilakukan dengan Analisis Varian (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna besar friksi dari ke-empat sampel diatas berturut-turut dari yang terkecil busur kawat stainless-steel 0.018, busur kawat stainless-steel 0.016x0.022, nickel-titanium 0.018 dan terbesar adalah nickel-titanium 0.016x0.022. Simpulan dari penelitian ini bahwa busur kawat nickel-titanium mempunyai friksi lebih besar dibanding busur kawat stainless-steel, dan busur kawat persegi mempunyai friksi lebih besar dibanding busur kawat bulat bila berkontak dengan slot breket bahan logam edgewise ukuran 0.018.Item PERBEDAAN PENURUNAN GAYA ANTARA POWER CHAIN POLYURETHANE DENGAN SERTIFIKASI ISO DAN TANPA SERTIFIKASI ISO(2014-10-15) FARAH DILLA MF; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenMeningkatnya minat masyarakat akan perawatan ortodonti cekat menyebabkan banyak bahan ortodonti cekat beredar dengan harga murah namun tanpa sertifikat ISO (The International Organization for Standardization). Penerapan sertifikasi ISO menjamin keamanan dan kualitas produk sehingga dapat melindungi masyarakat dari efek samping membahayakan. Power chain dapat menghasilkan gaya untuk menggerakkan gigi pada perawatan ortodonti cekat. Gaya yang dihasilkan power chain mengalami penurunan seiring dengan waktu, sehingga pergerakan gigi akan terhambat karena gaya ringan dan terus menerus sulit dipertahankan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik laboratoris in vitro dengan pendekatan komparatif yang bertujuan untuk melihat perbedaan penurunan gaya power chain bersertifikasi ISO dan tanpa sertifikasi ISO. Sampel pada penelitian ini adalah 64 power chain yang terbagi menjadi 32 sampel power chain bersertifikasi ISO dan 32 sampel tanpa sertifikasi ISO. Pengukuran penurunan gaya power chain dengan digital force gauge pada hari 0, hari ke-1, 14 dan 21. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis statistik memakai ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) penurunan gaya power chain yang memiliki sertifikasi ISO dengan tanpa sertifikasi ISO. Simpulan dari penelitian ini bahwa power chain yang memiliki sertifikasi ISO mengalami penurunan gaya lebih kecil dibandingkan tanpa sertifikasi ISO.Item PERBEDAAN KUAT REKAT GESER ANTARA TEKNIK ETSA TOTAL-ETCH DAN SELF-ETCH PADA PERLEKATAN BRAKET LOGAM NON-COATED DAN PRECOATED (IN VITRO)(2014-10-15) FELISIA DAMAYANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerlekatan yang baik antara braket dan gigi dapat menunjang keberhasilan perawatan ortodonti cekat. Proses pengetsaan merupakan salah satu prosedur dalam perlekatan braket. Teknik total-etch merupakan cara konvensional, dimana dalam prosesnya membutuhkan pembilasan dan pengeringan gigi setelah aplikasi etsa asam. Teknik self-etch merupakan metode etsa yang tidak membutuhkan proses pembilasan dan pengeringan gigi, karena menggunakan bahan self-etching primer, sehingga dapat menghemat waktu. Adhesive precoated bracket adalah braket ortodonti yang sudah dilapisi bahan perekat pada permukaan dasar braket. Penelitian ini adalah penelitian laboratoris in vitro desain eksperimen faktorial 2 x 2 dengan pendekatan deskriptif analitik dan komparatif, yang bertujuan untuk melihat perbedaan nilai kuat rekat geser dan nilai sisa bahan perekat pada permukaan gigi antara teknik etsa total-etch dan self-etch pada perlekatan braket logam non-coated dan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 gigi premolar rahang atas, 20 braket logam non-coated, 20 braket logam precoated, yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu K1 (10 braket logam non-coated dengan teknik etsa total-etch), K2 (10 braket logam precoated dengan teknik etsa total-etch), K3 (10 braket logam non-coated dengan teknik etsa self-etch), dan K4 (10 braket logam precoated dengan teknik etsa self-etch). Uji kuat rekat geser dilakukan setelah perendaman sampel gigi dengan saliva buatan selama 24 jam pada inkubator dengan suhu 37°C, menggunakan universal testing machine merk Lloyd tipe LRX Plus. Penilaian sisa bahan perekat dilihat menggunakan mikroskop digital dengan pembesaran 20 kali dan dihitung menggunakan skor ARI (Adhesive Remnant Index). Analisis statistik uji kuat rekat geser dilakukan dengan analisis ANOVA, dan dilanjutkan dengan tes post hoc Tukey, sedangkan analisis statistik nilai sisa bahan perekat dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok teknik etsa total-etch dan self-etch pada perlekatan braket logam non-coated dan antara kelompok braket logam non-coated dan precoated yang dilekatkan dengan teknik etsa total-etch. Penilaian sisa bahan perekat juga memperlihatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara teknik etsa total-etch dan self-etch pada permukaan email gigi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa nilai kuat rekat geser teknik etsa total-etch lebih besar daripada teknik etsa self-etch pada perlekatan braket logam non-coated; nilai kuat rekat geser braket logam non-coated lebih besar daripada braket logam precoated yang dilekatkan dengan teknik etsa total-etch; dan terdapat perbedaan nilai sisa bahan perekat, dimana sisa bahan perekat lebih sedikit berada pada permukaan gigi dengan teknik etsa self-etch.Item Perbedaan Kuat Rekat Geser Braket Logam Antara Bahan Perekat Resin Komposit Dengan Fluor Dan Tanpa Fluor(2014-10-15) FANNY L; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Seiring dengan perkembangan jaman, braket pada alat ortodontik cekat dipasang menggunakan bahan perekat secara langsung pada permukaan gigi. Pemeliharaan kebersihan mulut yang kurang baik akan menyebabkan akumulasi plak di sekitar braket sehingga menyebabkan terbentuknya white spot. Para klinisi mencoba mengurangi efek ini dengan menambahkan fluor pada bahan ortodonti seperti bahan perekat resin komposit dengan fluor. Aplikasi fluor akan menyebabkan hal yang tidak diinginkan yaitu kuat rekat geser braket yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk perawatan ortodonti klinis. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris in vitro dengan pendekatan komparatif untuk melihat perbedaan kuat rekat geser dengan alat Instron Universal Testing Machine dan perbedaan sisa bahan perekat menggunakan mikroskop digital DinoLite. Sampel penelitian ini adalah 40 gigi premolar rahang atas yang direkatkan braket logam stainless steel standar edgewise menggunakan bahan perekat resin komposit Transbond dengan fluor dan Transbond tanpa fluor serta Lightbond dengan fluor dan Lightbond tanpa fluor. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan jenis bahan perekat, yaitu kelompok K1 (bahan perekat dengan fluor merk Transbond Plus Color Change Adhesive), kelompok K2 (bahan perekat dengan fluor merk LightBond), K3 (bahan perekat tanpa fluor merk Transbond XT), dan K4 (bahan perekat tanpa fluor merk LightBond). Hasil penelitian diuji menggunakan analisis statistik ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kuat rekat geser bahan perekat dengan dan tanpa fluor. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kuat rekat geser antara bahan perekat resin komposit Transbond dengan fluor dan Transbond tanpa fluor, ,terdapat perbedaan kuat rekat geser antara bahan perekat resin komposit dengan fluor dan tanpa fluor,dan terdapat perbedaan sisa bahan perekat pada permukaan email antara bahan perekat resin komposit dengan fluor dan tanpa fluor. Kata kunci : Bahan perekat, fluor, kuat rekat geser, braket logamItem Perbedaan Kuat Rekat Geser Breket Metal Standar Edgewise Antara Bahan Perekat Self Cured dan Light Cured Resin Komposit Dengan Light Cured Resin Modifikasi Glass Ionomer(2014-10-15) LIA AGUSTINA TEDJA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenProsedur perlekatan breket ke gigi secara langsung telah menjadi hal yang rutin digunakan dalam perawatan ortodonti. Sekarang ini telah banyak dikembangkan bahan perekat ortodonti seperti resin komposit, glass ionomer konvensional, dan resin modifikasi glass ionomer dengan mekanisme polimerisasi yang berbeda seperti kimiawi atau dikenal dengan self cured dan light cured. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris in vitro dengan pendekatan deskriptif dan komparatif yang bertujuan untuk melihat perbedaan kuat rekat geser antara bahan perekat self cured dan light cured resin komposit dengan light cured resin modifikasi glass ionomer. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 gigi premolar pertama rahang atas, bahan perekat self cured resin komposit merk System 1+, light cured resin komposit merk Enlight, dan resin modifikasi glass ionomer merk Nexus. Prosedur perlekatan breket ke gigi sesuai dengan petunjuk pabrik. Sampel direndam dalam saliva buatan dan disimpan di inkubator pada suhu konstan 37 °C selama 24 jam kemudian dilakukan uji kuat rekat geser menggunakan alat Instron Universal Testing Machine. Analisis statistik dengan uji ANAVA dan Post Hoc ANAVA. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kuat rekat geser breket metal standar edgewise antara bahan perekat self cured dan light cured resin komposit dengan light cured resin modifikasi glass ionomer.Item PERBEDAAN KUAT REKAT GESER BREKET LOGAM ANTARA PEMOLESAN PUMIS, PENGKASARAN SANDPAPER DISC DAN PENGULASAN MONOMER PADA GIGI TIRUAN AKRILIK(2014-10-15) RIA MARGARETHA YAPARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSaat ini semakin banyak pasien dewasa yang ingin dirawat ortodonti cekat. Pada pasien dewasa sering ditemukan adanya gigi tiruan akrilik seperti mahkota jaket akrilik dan pontic akrilik, sehingga ortodontis perlu melakukan perlekatan breket ortodonti pada gigi tiruan akrilik tersebut. Kekuatan perlekatan breket pada gigi tiruan akrilik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemberian perlakuan pada permukaan akrilik. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris in vitro dengan pendekatan komparatif yang bertujuan untuk melihat perbedaan kuat rekat geser breket logam pada gigi tiruan akrilik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 gigi tiruan akrilik insisif sentral atas yang direkati breket logam standar Edgewise yang dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari 15 sampel. Setiap kelompok diberi perlakuan yang berbeda yaitu : dipoles pumis, dikasarkan dengan Sof-lex sandpaper disc dan diulas cairan monomer akrilik. Selanjutnya bahan percobaan direndam dalam saliva buatan dan disimpan dalam inkubator selama 24 jam dan dilakukan pengujian kuat rekat geser breket menggunakan alat Instron universal testing machine dan penilaian sisa bahan perekat. Analisis statistik dilakukan dengan uji ANOVA dan Kruskal Wallis Simpulan dari penelitian ini bahwa terdapat perbedaan kuat rekat geser breket logam pada gigi tiruan akrilik antara permukaan yang dipoles pumis dengan yang dikasarkan sandpaper disc.Item PERBEDAAN KONDISI GINGIVA SEBELUM DAN SESUDAH PEMASANGAN BAND GIGI MOLAR PERTAMA DAN MOLAR KEDUA PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN ALAT CEKAT (Berdasarkan Indeks Gingiva)(2014-10-15) INTAN NURHATI SUHAR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGigi molar pertama dan kedua dijadikan penjangkar pada perawatan ortodonti cekat dengan memasang band pada gigi tersebut. Letaknya yang jauh ke posterior membuat gigi-gigi ini lebih sulit dibersihkan dan menjadi tempat retensi plak yang dapat menyebakan gingivitis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kondisi gingiva sebelum dan sesudah pemasangan band gigi molar pertama dan molar kedua pada perawatan ortodonti cekat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan longitudinal prospektif. Populasi dan sampel penelitian ini yaitu pasien-pasien yang akan dirawat dengan alat cekat dengan menggunakan band pada gigi molar pertama dan molar kedua. Setiap kali kunjungan dilakukan pemeriksaan ada tidaknya plak, gingivitis dan kedalaman probing dengan 4 waktu pengamatan, yaitu sebelum pemasangan band, sesudah 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan pemasangan band. Hasil penelitian ini diuji statistik dengan uji Wilcoxon dan uji t berpasangan. Simpulan penelitian ini adalah gingivitis yang terjadi pada perawatan ortodonti dengan alat cekat sebelum dan sesudah pemasangan band gigi molar kedua rahang atas lebih banyak terjadi dibandingkan dengan pada molar pertama rahang atas dan gingivitis yang terjadi antar waktu pengamatan pada pemasangan band gigi molar pertama dan molar kedua rahang atas dan rahang bawah pada perawatan ortodonti dengan alat cekat menunjukkan perbedaan.Item PERBEDAAN HASIL ANALISIS TWEED PADA MALOKLUSI KELAS II DIVISI 1 LOW DAN HIGH ANGLE SEBELUM DAN SETELAH PERAWATAN KOMPROMI DENGAN ALAT CEKAT(2014-10-15) JULVAN G M NAINGGOLAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenilaian hasil perawatan ortodonti dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis Tweed. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan wajah melalui tiga sudut urama yaitu sudut yang dibentuk bidang frankfort dan bidang mandibula (Frankfort Mandibular - Plane Angle / FMA), sudut yang dibentuk bidang frankfort terhadap insisif mandibula (Frankfort – Mandibular Incisor Plane Angle / FMIA), dan sudut yang dibentuk bidang mandibula terhadap insisif mandibula (Incisor – Mandibular Plane Angle / IMPA). Pada penelitian ini peneliti ingin membedakan hasil perawatan kompromi pada maloklusi kelas II divisi 1 low angle dan high angle sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. Penelitian ini dilakukan pada 30 foto sefalogram sebelum dan 30 foto sefalogram setelah perawatan yang telah dirawat ortodonti di klinik PPDGS Ortodonti Unpad. Lalu dilakukan penapakan dan pengukuran berdasarkan analisis Tweed yaitu sudut FMA, IMPA, dan FMIA. Dalam penelitian ini digunakan uji t berpasangan. Dari hasil penelitian diperoleh nilai-p sudut FMA 0.107°, IMPA 0.944° dan FMIA 1.000° pada low angle. Pada high angle nilai-p sudut FMA 0.468°, IMPA 0.474° dan FMIA 0.328°. Simpulan penelitian ini menunjukkan perawatan menggunakan alat ortodonti cekat standar Edgewise pasien maloklusi kelas II divisi 1 pola bidang mandibula low angle dan high angle tidak terdapat perbedaan nilai sefalometri yang signifikan berdasarkan analisis Tweed. Kata kunci : perawatan ortodonti kompromi, analisis Tweed, maloklusi kelas II divisi 1, low angle, high angle.Item Hubungan Antara Maloklusi Gigitan Silang Posterior Unilateral dan Bilateral Dengan Gejala Kelainan Sendi Temporomandibula Pada Pasien di Klinik Spesialis Ortodonti(2014-10-15) MARTHIN MAHA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSendi temporomandibula adalah sendi yang kompleks pada tubuh manusia karena dapat bergerak ke berbagai arah dengan melibatkan banyak struktur. Kelainan sendi temporomandibula merupakan kumpulan gejala atau simptom dari kelainan yang berhubungan dengan otot-otot pengunyahan, sendi temporomandibula atau struktur orofasial lain. Kelainan sendi temporomandibula dapat dihubungkan dengan berbagai keadaan seperti artritis, stres, masalah emosi, struktur malrelasi, trauma kranial, dan maloklusi. Gejala kelainan sendi temporomandibula dapat ditemukan pada beberapa tipe maloklusi tertentu, seperti overjet lebih dari 6 mm, overbite yang traumatik, gigi impaksi, maloklusi kelas II, gigitan dalam, gigitan terbuka, kehilangan 5 atau lebih gigi posterior dan gigitan silang posterior. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan rancangan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gigitan silang posterior unilateral dan bilateral dengan gejala kelainan sendi temporomandibula berupa kliking, krepitasi, popping, nilai pembukaan mulut, nyeri sendi temporomandibula, nyeri otot pengunyahan dan nyeri kepala. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien di klinik Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung dengan maloklusi gigitan silang posterior unilateral 20 orang dan bilateral 16 orang. Terhadap semua pasien dilakukan pemeriksaan klinis berupa palpasi, auskultasi dan analisis fungsi. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi-Square dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara maloklusi gigitan silang posterior unilateral dengan gejala kelainan sendi temporomandibula. Simpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara maloklusi gigitan silang posterior unilateral dengan gejala kelainan sendi temporomandibula berupa kliking.Item BESAR PERUBAHAN PROFIL WAJAH BERDASARKAN ANALISIS HOLDAWAY PADA KASUS PROTRUSI BIMAKSILAR YANG DIRAWAT DENGAN ALAT CEKAT STANDAR EDGEWISE(2014-10-15) EVELYN EUNIKE; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan perubahan profil jaringan lunak wajah pada kasus protrusi bimaksilar sebelum dan sesudah perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar menurut analisis Holdaway pada pasien orang Indonesia. Hasil pengukuran sesudah perawatan dibandingkan dengan nilai normal menurut Holdaway. Rontgen sefalometri dari 16 orang pasien (sebelum dan sesudah perawatan) dihitung dan dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji wilcoxon. Selama perawatan, perubahan signifikan terjadi pada pengukuran jarak subnasal ke H-line, konveksitas skeletal, ketebalan bibir atas, kedalaman sulkus bibir bawah, dan jarak Li ke H-line. Hasil pengukuran sesudah perawatan yang memenuhi nilai normal menurut metode Holdaway adalah pengukuran sudut fasial jaringan lunak, kedalaman sulkus bibir atas, jarak subnasal ke H-line, H-angle, jarak Li ke H-line. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan nilai normal profil wajah berdasarkan metode Holdaway untuk kelompok ras tertentu