Agronomi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agronomi (S2) by Author "Anas"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item . Indeks Seleksi Untuk Hasil Biji, Hijauan, dan Gula Sorgum Sebagai Basis Pengembangan Multi Purpose Sorgum(2016-01-18) LISNA KHOIRUNNISA; Meddy Rachmadi; AnasSorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman multiguna yang dapat dimanfaatkan untuk sumber pangan, pakan, dan energi. Bagian biji sorgum merupakan bagian yang umum dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif. Sebagai pakan bagian yang dapat dimanfaatkan yaitu hijauan/ jerami, sedangkan hasil fermentasi nira batang (sorgum manis) umunya dimanfaatkan sebagai sumber energi (biofuel). Untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, maupun energi diperlukan genotip sorgum yang berdaya hasil tiggi baik biji, hijauan maupun kandungan gula. Seleksi tidak langsung melalui indeks seleksi dapat menyeleksi beberapa karakter secara simultan, baik untuk karakter biji, hijauan dan kandungan gula. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh genotipe sorgum yang memiliki karakter terbaik untuk pengembangan sorgum sebagai sumber pangan, pakan, dan energi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 26 genotip sorgum sebagai perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seleksi sorgum dengan hasil biji per malai tinggi dapat diarahkan pada karakter panjang malai dan luas area daun. Indeks seleksi terbaik untuk sorgum yang memiliki hijaun tinggi diperoleh dengan seleksi simultan terhadap empat karakter (bobot segar, tinggi tanaman, biomassa, dan luas area daun. Indeks seleksi terbaik untuk sorgum yang memiliki kandungan gula tinggi diperoleh dengan seleksi simultan terhadap empat karakter (kandungan gula, panjang batang, bobot segar, dan umur berbunga). Karakter yang masuk ke dalam indeks seleksi memiliki heritabilitas tinggi dengan rentang nilai 0,52 – 0,99. Genotip yang dapat dikembangkan sebagai multi purpose sorgum (pakan dan energi) adalah genotip Big Super Sugar, Wray, Super Sorgo, Keller, dan B-100. Genotip yang dapat dikembangkan untuk sorgum pangan dan hijauan adalah genotip Unpad 1.3 dan Batari.Item PARAMETER GENETIK, KORELASI, INTERAKSI G X E, DAN ANALISIS STABILITAS HASIL, KOMPONEN HASIL, SERTA KARAKTER PERTUMBUHAN 12 GENOTIPE BAWANG MERAH (Allium cepa L. var Aggregatum) DI TIGA LOKASI DATARAN(2021-02-19) NURMALITA WALUYO; Anas; Noladhi WicaksanaNurmalita Waluyo. 2021. Parameter genetik, Korelasi, Interaksi G x E, dan Analisis Stabilitas, Komponen Hasil serta Karakter Pertumbuhan 12 Genotipe Bawang Merah (Allium cepa L. var Aggregatum) di Tiga Lokasi Dataran Tinggi. Dibimbing oleh Noladhi Wicaksana dan Anas. Parameter genetik, korelasi, interaksi G X E dan analisis stabilitas sangat penting dalam perakitan bawang merah (Allium cepa l. var Aggregatum). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan varietas unggul baru (VUB) bawang merah yang stabil di dataran tinggi. Percobaan ini telah dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan November 2019 di Lembang (Kab. Bandung Barat), Pacet (Kab. Bandung), dan Samarang (Kab. Garut). Rancangan percobaan yang digunakan di setiap lokasi adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), diulang 3 (tiga) kali. Materi percobaan meliputi 12 genotipe bawang merah yang terdiri atas 7 (tujuh) klon unggul hasil pemuliaan (klon B1, klon B19, klon B63, klon B72, klon B77, klon B102, klon B222), dan 5 (lima) varietas komersial (Trisula, Bali karet, Maja cipanas, Bima brebes dan Sumenep). Karakter yang diamati meliputi karakter pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil. Analisis data meliputi keragaman genetik, heritabilitas, analisis korelasi, path analisis, analisis varian gabungan dengan uji lanjut Least Significant Increase (LSI) pada taraf 5 %, analisis stabilitas metode Francis and Kannerberg (1978) dan AMMI (Additive Main Effect and Multiplicative Interaction). Hasil menunjukkan keragaman genetik bawang merah menunjukkan ragam fenotipik luas, dan ragam genotipik sempit dan luas dengan heritabilitas tinggi. Terjadi korelasi antar karakter di setiap lokasi dataran tinggi. Terjadi interaksi G x E pada karakter panjang daun, lebar daun, tebal daun, tinggi batang semu, diameter batang semu, persentase tanaman berbunga, berat kering per umbi, susut bobot (basah-kering umbi), total padatan terlarut, hasil umbi basah per hektar dan hasil umbi kering per hektar bawang merah di dataran tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan klon B72 merupakan klon paling stabil pada karakter hasil umbi basah per hektar, klon B102 merupakan klon paling stabil pada karakter hasil umbi kering per hektar, dan klon B1 merupakan klon spesifik lokasi Lembang. Klon-klon tersebut akan didaftarkan sebagai VUB bawang merah dengan keunggulan daya hasil tinggi dengan daerah adaptasi di dataran tinggi.Item Penampilan Daya Hasil dan Faktor Penentu Bobot Gabah Isi Per Tanaman 15 Genotipe Padi F5 Terseleksi di Indramayu dan Jatinangor(2018-01-15) FITRI UTAMI HASAN; Nono Carsono; AnasProduktivitas tinggi dan ketahanan terhadap hama menjadi fokus utama perakitan tanaman padi sebagai komoditas strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Pengujian daya hasil padi di dua lokasi uji berbeda agroklimat sangatlah diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh genotipe-genotipe berdaya hasil tinggi pada masing-masing lokasi tanam. Percobaan dilakukan di Indramayu (9 mdpl) dan Jatinangor (752 mdpl) pada satu musim tanam kemarau 2016 dengan bahan tanam padi F5 dari 15 genotipe terseleksi menggunakan metode rancangan Augmented dengan 8 genotipe cek. Hasil penelitian menunjukkan nilai yang signifikan pada karakter hasil dan komponen hasil berdasarkan analisis varians gabungan pada dua lokasi. Berdasarkan LSI (Least Significant Increase) genotipe yang memiliki nilai lebih baik dari beberapa cek yaitu SP87-1-1 untuk karakter jumlah anakan produktif dan berat total, SP73-3-1 untuk karakter panjang malai, bobot gabah isi per tanaman, dan bobot 1000 butir. Pada karakter jumlah gabah isi tidak terdapat genotipe yang lebih baik dari seluruh ceknya di dua lokasi tanam. Genotipe SP46-4-1, dan SP87-4-1 menunjukkan hasil yang spesifik yakni lebih baik dibanding cek pada karakter jumlah gabah isi di Indramayu. Pada karakter jumlah gabah hampa hampir seluruh genotipe tidak lebih baik dari cek di dua lokasi tanam. Berdasarkan analisis lintas dengan regresi stepwise, karakter jumlah gabah isi menjadi faktor penentu terhadap bobot gabah isi per tanaman di lokasi tanam Indramayu, sedangkan di lokasi tanam Jatinangor adalah jumlah gabah isi dan bobot 1000 butir . Terdapat tiga karakter yang berkontribusi besar terhadap variasi di lokasi tanam Indramayu yaitu lama penyinaran, kelembaban, dan jumlah gabah isi. Ketinggian tempat, curah hujan, dan jumlah gabah hampa menjadi karakter yang memberikan kontribusi besar terhadap variasi di lokasi tanam Jatinangor. Genotipe SP87-1-1 dan SP73-3-1 direkomendasikan untuk ditanam pada dataran medium dan rendah karena memiliki produktivitas tinggi pada kedua lingkungan tersebut.Item STUDI PIRAMIDISASI GEN TAHAN VIRUS Ty-1, Ty-5 DAN Ty-6 DALAM POPULASI BC4F1 TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) BERBASIS MARKA MOLEKULER DAN MORFOLOGI(2021-02-22) JANWAR EKA SAPUTRA; Anas; Noladhi WicaksanaPerakitan genotip tomat melalui kegiatan piramidisasi gen Ty diharapkan dapat menggabungkan beberapa kombinasi gen Ty yang mampu meningkatkan ketahanan terhadap serangan TYLCV di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kombinasi gen Ty dari BC4F1 hasil piramidisasi beserta dengan tetua reccurent dan donor dengan bantuan penanda molekuler. Genotip BC4F1 hasil piramidisasi kemudian dianalisis molekuler menggunakan marka CAPS TG231, CAPS SINAC1 untuk identifikasi gen Ty-1 dan Ty-5 beserta dengan enzim restriksi Taq1 1U DreamTaq DNA Polymerase (Thermo Fisher Scientific, USA) dan marka SSR SLM10-46 untuk identifikasi gen Ty-6, serta karakterisasi fenotip terhadap karakter agronomi dan karakter karakter preferensi vektor kutu kebul untuk mengetahui karakter yang tersekspresi dibandingkan dengan tetua reccurentnya. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antara marka molekuler dengan fenotip. Pada penelitian ini diperoleh sebelas genotip yaitu genotip #45, #46, #50, #54, #76, #86, #90, #93, #97, #105, #122 yang memiliki karakter tebal daging, panjang buah, jumlah cabang, hasil pertanaman, bobot per buah, kekerasan buah, tinggi tanaman, jumlah buah, diameter buah dan jumlah tandan buah yang paling baik serta genotip #23, #32, #44, #49, #95 memiliki karakter jumlah trikoma, luas daun, jumlah stomata dan tebal daun yang paling baik dibanding dengan tetua reccurentnya. Korelasi matrix yang kuat antara marka molekuler dengan marka fenotip dihasilkan pada karakter ketahanan (preferensi vektor kutu kebul) dengan nilai koefisen korelasi (r (AB) = 0.081; P < 0.0001) tetapi tidak berkorelasi dengan gabungan tiga belas marka fenotip karakter agronomi dengan nilai koefisen korelasi (r (AB)= -0.015; P = 0.208) berdasarkan uji Mantel. Korelasi yang nyata antara marka molekuler dengan gabungan empat karakter preferensi kutu kebul menunjukkan bahawa marka molekuler yang digunakan menjadi acuan dalam mendeteksi gen target Ty.