Agronomi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agronomi (S2) by Author "Anne Nuraini"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
Item Mutu Fisiologis Benih Dua Tomat Mutan iaa9-3 dan iaa9-5 Pada Berbagai Tingkat Kematangan Benih(2022-10-12) ELFA MUHAMMAD IHSAN; Anne Nuraini; Syariful MubarokAuksin merupakan fitohormon yang berperan dalam perangsangan tumbuhnya akar, pembesaran sel, dan pemicu proses pemanjangan sel. Peningkatan hormon auksin di dalam tanaman salah satunya terjadi melalui proses mutasi IAA9. Mutasi IAA9 pada tanaman Wild-Type Micro-Tom (WTMT) menghasilkan mutan iaa9-3 dan iaa9-5 yang mengalami peningkatan respons auksin endogen. Namun, meski terjadi peningkatan auksin endogen di dalam tanaman, tetapi belum ada pengkajian yang lebih dalam pengaruhnya terhadap kualitas benih tomat WTMT. Selain keberadaan auksin, tingkat kematangan saat proses pemanenan buah juga berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi genotipe hasil mutasi IAA9 dan berbagai tingkat kematangan terhadap mutu fisiologis benih. Penelitian dilakukan selama bulan Juni-Desember 2021 di Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan Laboratorium Pengujian Benih Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor dengan 3 taraf berbeda yang terdiri atas faktor genotipe; WTMT, mutan iaa9-3, dan mutan iaa9-5 serta faktor tingkat kematangan; breaker, pink, dan red. Dikombinasikan menjadi 9 perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukan adanya interaksi antara perlakuan genotipe tanaman dengan tingkat kematangan terhadap daya kecambah, persentase kecambah normal lemah, panjang hipokotil, dan potensi tumbuh maksimum. Perlakuan terbaik pada interaksi ditunjukkan mutan iaa9-3 dengan tingkat kematangan benih pink. Adapun faktor mandiri tingkat kematangan berpengaruh terhadap persentase kecambah normal kuat, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan panjang akar. Tingkat kematangan pada pink menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan benih yang paling optimum.Item Pengaruh Kombinasi FMA dan MHB dengan berbagai dosis pupuk kandang domba pada tanah Andisol terhadap pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang granola(2014-07-21) YATI SETIATI; Anne Nuraini; Tino MutiarawatiYati Setiati Rachmawati. 2014. Pengaruh Kombinasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Mycorrhiza Helper Bacteria dengan berbagai Dosis Pupuk kandang domba pada Tanah Andisol terhadap Pertumbuhan, dan Komponen Hasil Tanaman kentang Kultivar Granola. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Tino Mutiarawati. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui pengaruh kombinasi FMA dan MHB dengan berbagai dosis pupuk kandang domba terhadap pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil kentang Granola pada tanah Andisol. Percobaan dilaksanakan di rumah plastik pembibitan kentang Sukahaji, Kayu Ambon, Lembang, Jawa Barat mulai Januari 2012 sampai Mei 2012. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 16 perlakuan, setiap perlakuan diulang tiga kali. Setiap plot terdiri dari dua polibag untuk didestruksi pada umur 52 HST dan 82 HST. Komponen yang diamati adalah komponen pertumbuhan (bobot akar segar, infeksi akar, serapan N dan P, kandungan klorofil, luas daun, jumlah stolon, persentase stolon membentuk ubi, dan biomassa tanaman), komponen hasil dan hasil tanaman (jumlah ubi, bobot ubi, indeks panen, dan persentase jumlah ubi berdasarkan kelas). Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians dengan pembanding rata-rata mengikuti prosedur uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan FMA dengan berbagai dosis pupuk kandang domba dapat meningkatkan bobot akar segar, infeksi akar, dan serapan P. Namun semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap serapan N, tinggi tanaman, kandungan klorofil, luas daun, jumlah stolon, persentase stolon membentuk ubi, biomassa tanaman, jumlah ubi, bobot ubi, indeks panen, dan persentase jumlah ubi berdasakan kelas. FMA dengan dosis pupuk kandang 10 tha-1 is perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan bobot akar segar dan infeksi akar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan MHB dengan dosis pupuk kandang domba 10 t ha-1 maupun 20 t ha-1 merupakan perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan serapan P dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata kunci : Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA), Mycorrhiza Helper Bacteria (MHB), Pupuk kandang domba, dan Tanaman Kentang.Item PENGARUH PERGILIRAN TEMPERATUR PERENDAMAN DENGAN PENGERINGAN SERTA PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH MAKADAMIA (Macadamia integrifolia Maiden & Betche)(2019-08-29) SUNJAYA PUTRA; Sumadi; Anne NurainiSunjaya Putra. 2019. Pengaruh Pergiliran Temperatur Perendaman dengan Pengeringan serta Pemberian Giberelin terhadap Pematahan Dormansi Benih Makadamia (Macadamia integrifolia Maiden & Betche). Dibimbing oleh Sumadi dan Anne Nuraini. Bibit makadamia yang berasal dari biji sulit berkecambah disebabkan kulit biji yang cukup keras dan mengalami dorman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara temperatur perendaman dan pengeringan secara bergilir disertai perendaman giberelin terhadap pematahan dormansi benih Macadamia integrifolia. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Manoko dan BPTP Jawa Barat Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada Bulan Desember 2018 sampai Juni 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan 3 ulangan. Petak utama 3 taraf temperatur pengeringan yaitu : 35 oC, 40 oC, dan 45 oC dan temperatur perendaman sebagai anak petak terdiri dari 5 taraf yaitu: air temperatur kamar, temperatur awal 35 oC dan temperatur awal 50 oC pada hari pertama, berikutnya dengan air temperatur kamar, temperatur awal 35 oC dan awal 50 oC setiap hari. Setelah percobaan kesatu dilanjutkan ke percobaan kedua. Penelitian kedua dengan Geberelin menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama 5 taraf konsentrasi yaitu : 0 ppm, 5 ppm,10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan faktor kedua 2 taraf lama perendaman ; 6 jam dan 12 jam. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara temperatur perendaman dan pengeringan secara bergilir terhadap pematahan dormansi benih Macadamia integrifolia. Peretakan benih tercepat 3.27 hari pada pengeringan 45 oC dan perendaman dengan air temperatur awal 50 oC setiap hari. Pada percobaan kedua konsentrasi dan lama perendaman dengan Giberelin tidak diperoleh interaksi terhadap pematahan dormansi benih Macadamia integrifolia. Laju perkecambahan dan waktu munculnya plumula dipengaruhi oleh lamanya perendaman dalam giberelin. Pengaruh interaksi terjadi antara konsentrasi giberelin dan lama perendaman terhadap tinggi tanaman pada 7 MSP (Minggu Setelah Perlakuan). Perendaman selama 12 jam dengan air temperatur kamar menghasilkan bibit lebih tinggi (9,95 cm). Perendaman benih makadamia dengan giberelin eksogen dapat memacu peningkatan kandungan giberelin endogen cukup tinggi mencapai 772,63 ppm.Item PENGARUH TUMPANGSARI SISTEM BARIS ANTARA LIMA GENOTIP JAWAWUT (Setaria italica L. Beauve) TERSELEKSI DENGAN UBI JALAR TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN PRODUKTIVITAS LAHAN(2016-03-30) ALAN RANDALL GINTING; Yuyun Yuwariah; Anne NurainiPenelitian ini terdiri dari dua tahap percobaan, yaitu percobaan tahap pertama seleksi 23 genotip jawawut yang ditanam tumpangsari dengan ubi jalar untuk mendapatkan lima genotip jawawut berumur genjah yang memiliki pertumbuhan dan hasil yang maksimal, sedangkan percobaan tahap kedua yaitu pengaruh tumpangsari sistem baris antara lima genotip jawawut terseleksi dengan ubi jalar terhadap pertumbuhan, hasil dan produktivitas lahan. Pada percobaan tahap pertama karakter yang berkontribusi terhadap keragaman berdasarkan analisis PCA (Principal Component Analysis) pada tanam tunggal dan tumpangsari 23 genotip jawawut yaitu tinggi tanaman 14 sampai 56 hst, jumlah daun 42 dan 56 hst, umur panen dan bobot 1000 butir. Karakter hasil 23 genotip jawawut menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai karakter bobot biji per rumpun, bobot 1000 butir dan biomassa pada tanam tunggal dan tumpangsari berdasarkan uji t. Lima genotip jawawut berumur genjah yaitu genotip 30, 39, 44, 46 dan 48 dengan umur panen berkisar 77-129 hst. Genotip 39, 44 dan 48 memiliki kemampuan adaptasi yang relatif tinggi pada tanam tunggal dan tumpangsari berdasarkan analisis klaster. Genotip 30 dipilih karena berumur genjah, jumlah anakan yang banyak dan mempunyai bobot biji per rumpun yang lebih tinggi dibandingkan empat genotip berumur genjah yang lain, sedangkan genotip 46 dipilih karena berumur genjah dan memilki bobot biji per rumpun yang lebih tinggi dibandingkan dengan genotip 39 dan 44. Pada percobaan tahap kedua terdapat pengaruh tumpangsari sistem baris pada pertumbuhan lima genotip jawawut terseleksi pada karakter tinggi tanaman 56 dan 70 hst, jumlah anakan dan kandungan klorofil jawawut namun tidak terdapat pengaruh pengaturan tumpangsari sistem baris pada komponen hasil dan hasil jawawut. Genotip 30 dengan umur panen berkisar 133 hst memiliki bobot biji per rumpun paling tinggi yaitu 33.98 g, sedangkan bobot bji per rumpun paling rendah terdapat pada genotip 44 yaitu 18.63 g dengan umur panen berkisar 77 hst. Rasio kompetisi (RK) genotip 39, 44, 46 dan 48 dengan pengaturan tumpangsari 5:1 (jawawut : ubi jalar) memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan tanam tunggal dan pengaturan baris yang lain, hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai RK ubi jalar terendah dengan pengaturan 5:1 dibandingkan pengaturan yang lain. Genotip 30 memberikan nilai RK tertinggi pada pengaturan 3:1 dibandingkan pengaturan yang lain, berbanding terbalik dengan nilai RK ubi jalar yang tertinggi pada pengaturan 3:1. Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) tertinggi terdapat pada genotip 44 dengan pengaturan 5:1 dengan nilai NKL 1.22, sedangkan NKL terendah terdapat pada genotip 46 dengan pengaturan 3:1 dengan nilai NKL 1.07.Item Pertumbuhan Bibit Okulasi Jeruk Siam Madu (Citrus microcarpa) Dengan Beberapa Jenis Batang Bawah Dan Lama Penyimpanan Entres(2018-01-09) EKO WAHYUDI; Anne Nuraini; SumadiPenyebab okulasi jeruk siam madu tidak dapat tumbuh adalah jenis batang bawah yang tidak kompatibel dan lama penyimpanan entres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis batang bawah yang kompatibel dan lama penyimpanan entres yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan bibit okulasi jeruk siam madu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2017 di Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru, Provinsi Riau. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari empat jenis batang bawah yaitu Japanese citroen, Jeruk Lemon, Jeruk Purut dan Jeruk Nipis dan empat waktu penyimpanan entres menggunakan gedebog pisang yaitu disimpan 1 hari, disimpan 3 hari, disimpan 5 hari dan disimpan 7 hari. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh interaksi jenis batang bawah dan lama penyimpanan entres terhadap waktu pecah tunas, persentase mata tunas jadi, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, indeks luas daun terhadap pertumbuhan okulasi bibit jeruk siam madu. Semua jenis batang bawah yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan entres 1 hari menghasikan waktu pecah tunas paling cepat dan panjang tunas yang paling panjang. Jenis batang bawah japanese citroen dan jeruk nipis yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan entres 1 hari menghasilkan persentase mata tunas jadi paling tinggi. Jenis batang bawah japanese citroen menghasilkan persentase mata tunas tumbuh paling tinggi, sedangkan lama penyimpanan entres 1 hari menghasilkan persentase tumbuh okulasi paling tinggi. Jenis batang bawah japanese citroen dan jeruk nipis yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan entres menghasilkan panjang tunas paling tinggi. Batas toleransi penyimpanan entres adalah 3 hari dengan menggunakan batang bawah japanese citroenItem Respon Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Benih Kentang G0 terhadap Dosis Pupuk K dan 2 Jenis Retardan di Dataran Medium Jatinangor(2023-04-08) SELIKA FITRIAN RAMADHANI; Muhamad Kadapi; Anne NurainiKualitas benih kentang dan hasil kentang dipengaruhi oleh faktor lingkungan iklim mikro dan media tumbuh, selain itu pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan pula oleh faktor keseimbangan nutrisi dan hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi dosis pupuk K dan konsentrasi retardan terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas benih kentang G0 asal stek di dataran medium Jatinangor. Percobaan dilakukan di Rumah Plastik Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Agustus 2022 hingga Januari 2023 dengan ketinggian lokasi penelitian ± 685 m dpl. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Faktor pertama merupakan dosis pupuk K meliputi 50% dosis K (50 kg KCl/ha), 100% dosis K (100 kg KCl/ha) dan 150% dosis K (150 kg KCl/ha). Faktor kedua merupakan 2 jenis retardan meliputi tanpa retardan, 100 ppm paclobutrazol, 100 ppm prohexadione-Ca dan 150 ppm prohexadione-Ca. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara dosis pupuk K dan konsentrasi retardan pada kelas benih L dan susut bobot ubi. Pengaruh mandiri 150% dosis K meningkatkan laju tumbuh ubi, jumlah ubi (6,67 knol/tanaman) dan bobot ubi (73,33 g/tanaman). Pengaruh mandiri konsentrasi 100 ppm paclobutrazol meningkatkan indeks kandungan klorofil. Konsentrasi 150 ppm prohexadione-Ca dapat menekan luas daun dan tinggi tanaman namun meningkatkan kondukstansi stomata, mempercepat waktu muncul tunas dan panjang tunas. Konsentrasi 100 ppm prohexadione-Ca menghasilkan jumlah ubi (6,78 knol/tanaman) dan bobot ubi (74,33 g/tanaman) tertinggi.Item RESPONS ANATOMIS, MORFOFISIOLOGIS DAN HASIL MUTAN TOMAT iaa9 (iaa9-3 dan iaa9-5) PADA KONDISI CEKAMAN SUHU TINGGI (HEAT STRESS)(2022-04-12) FITRIANTI WIDYA LESTARI; Syariful Mubarok; Anne NurainiSuhu tinggi (heat stress) merupakan salah satu cekaman abiotik utama yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kegagalan perkembangan serbuk sari dan rendahnya fertilitas polen merupakan penyebab utama kegagalan fruit set. Upaya meningkatkan toleransi tanaman tomat terhadap suhu tinggi salah satunya pembentukan buah partenokarpi melalui mutasi. Buah partenokarpi dapat berbuah sebelum terjadinya fertilisasi, sehingga kendala fertilitas pollen akibat heat stress dapat terhindari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons anatomis, morfologis dan fisiologis tomat mutan (iaa9-3 dan iaa9-5) terhadap kondisi heat stress dan mengetahui pembentukan buah partenokarpik pada tomat mutan (iaa9-3 dan iaa9-5) yang ditanam pada suhu 30-35 oC dan 40-45 oC. Percobaan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2019 di Lahan Percobaan Ciwidey, Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Analisis yang dilakukan yaitu analisis Student’s T-Test. Percobaan terdiri dari tiga genotipe tanaman yaitu iaa9-3, iaa9-5, dan Wild-Type (WT-MT) sebagai kontrol yang terdiri dari perlakuan suhu 30-35 oC dan 40-45 oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutasi gen IAA9 pada mutan iaa9-3, iaa9-5 menyebabkan perubahan respon anatomis (jumlah stomata) dan meningkatkan respon morfologis (tinggi tanaman, jumlah akar, jumlah daun, luas daun, umur berbunga), serta respon fisiologis (kandungan klorofil, viabilitas polen, dan kandungan lycopene pada buah) dibandingkan WT-MT pada suhu 30-35 oC (normal) maupun suhu 40-45 oC (heat stress). Kondisi heat stress pada suhu 40-45 oC berpengaruh negatif pada hampir semua parameter anatomis, morfologis, fisiologis serta analisis hasil mutan iaa9-3, iaa9-5 dan WT-MT dibandingkan pada suhu 30-35 oC. Mutan iaa9-3, iaa9-5 mampu menghasilkan buah partenokarpik pada perlakuan emaskulasi pada suhu 30-35 oC dan 40-45 oC dibuktikan dengan tingginya fruit set dan jumlah buah dibandingkan WT-MT. Perlakuan polinasi mampu meningkatkan jumlah biji pada mutan iaa9-3 dan iaa9-5.Item Respons Anggrek Dendrobium terhadap Perbedaan Naungan dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh(2021-08-30) ADINDA CIKAL AMALIA; Syariful Mubarok; Anne NurainiTanaman anggrek Dendrobium adalah salah satu jenis anggrek populer di dunia, yang memiliki berbagai warna dan bentuk. Akan tetapi, pertumbuhan tanaman anggrek ini lambat karena memiliki masa juvenil yang panjang dan proses fotosintesisnya pun rendah, maka dari itu, perlu beberapa modifikasi untuk mempercepat pertumbuhannya, seperti memodifikasi intensitas cahaya menggunakan naungan dan aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan persentase naungan dan jenis ZPT terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium sp. Percobaan dilakukan dari bulan Oktober 2020 sampai dengan bulan Januari 2021 di screen house Kebun percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri atas sepuluh taraf kombinasi perlakuan naungan dan ZPT, yaitu: A = Naungan 70%, tanpa ZPT; B = Naungan 70% + IAA 90 ppm; C = Naungan 70% + TDZ 50 ppm; D = Naungan 70% + GA3 150 ppm; E = Naungan 70% + Paklobutrazol 100 ppm; F = Naungan 30%, tanpa ZPT; G = Naungan 30% + IAA 90 ppm; H = Naungan 30% + TDZ 50 ppm; I = Naungan 30% + GA3 150 ppm; dan J = Naungan 30% + Paklobutrazol 100 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan naungan 70% + TDZ 50 ppm memberikan pengaruh paling baik terhadap jumlah daun, jumlah pseudobulb, dan indeks klorofil tanaman anggrek Dendrobium sp.Item Respons Fisiologis dan Pertumbuhan Bibit Rami Asal Kultur Jaringan dengan Umur Planlet Berbeda dan Dua Taraf Pupuk Hayati Trichoderma spp. selama Aklimatisasi(2023-10-04) EVA APRILIA; Muhamad Kadapi; Anne NurainiUmur planlet dan media tumbuh menjadi faktor penting dalam aklimatisasi untuk produksi bibit secara in vitro. Semakin cepat planlet dapat diaklimatisasi memerlukan kondisi media tumbuh yang tepat. Salah satu pupuk yang baik digunakan dalam aklimatisasi adalah pupuk hayati Trichoderma spp dikarenakan dapat memperbaiki kualitas media tumbuh. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi dan memperoleh interaksi terbaik antara umur planlet dan aplikasi Trichoderma spp. sehingga dapat dijadikan acuan untuk perbanyakan bibit rami secara in vitro. Penelitian ini dilakukan di di Laboratorium Kultur Jaringan dan Teknologi Benih dan Screenhouse Bale Tatanen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor dengan 4 ulangan, faktor pertama adalah umur planlet (4, 8, dan 12 minggu) dan faktor kedua adalah aplikasi Trichoderma spp. (tanpa dan ditambah pupuk Trichoderma). Karakter yang diamati adalah karakter fisiologis seperti konduktansi stomata, fluoresensi klorofil, kandungan klorofil dan kandungan malondialdehide (MDA), serta karakter petumbuhan seperti tinggi, diamater batang, jumlah daun, dan perakaran. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan menggunakan uji F pada taraf signifikan 5% dan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% dilakukan jika terdapat signifikan pada uji F. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi perlakuan umur planlet dan aplikasi Trichoderma spp. pada karakter konduktansi stomata dan pertambahan tinggi yang tertinggi, serta dengan persentase bibit hidup. Selain itu, terdapat faktor mandiri dari umur planlet yang ditunjukan oleh karakter pertumbuhan yang tinggi pada pertambahan jumlah daun, dan jumlah akar planlet berumur 4 minggu dan faktor mandiri aplikasi Trichoderma spp. pada karakter kandungan MDA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aplikasi Trichoderma spp. sangat dipengaruhi oleh umur planlet pada aklimatisasi.Item Respons Perkecambahan, Pertumbuhan, dan Hasil Tomat terhadap Beberapa Teknik Ekstraksi Basah dan Besaran Medan Magnet Pada Benih(2023-04-02) VISIRA DEVA SHAKINA; Anne Nurbaity; Anne NurainiVisira Deva Shakina. 2023. Respons Perkecambahan, Pertumbuhan, dan Hasil Tomat terhadap Beberapa Teknik Ekstraksi Basah dan Besaran Medan Magnet Pada Benih. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Anne Nurbaity. Tomat adalah sayuran buah dengan nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tomat melalui perbaikan benih. Namun, terdapat kendala pada penyediaan benih tomat, yaitu adanya lendir yang menempel pada biji tomat yang dapat dihilangkan melalui ekstraksi benih. Cara lain untuk meningkatkan produksi tomat, yaitu dengan cara meningkatkan metabolisme tomat melalui pemaparan medan magnet pada benih. Tujuan dari penelitian ini, yaitu 1) mengetahui interaksi antara teknik ekstraksi benih dan besaran medan magnet untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat, 2) mengetahui besaran medan magnet terbaik untuk setiap teknik ekstraksi benih. Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan RAK (Rancangan Acak Kelompok) Faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama, yaitu teknik ekstraksi sebanyak empat taraf: tanpa ekstraksi, air 24 jam, HCl 2% 2 jam, dan NaOCl 9% 15 menit. Faktor kedua adalah besaran medan magnet dengan 4 taraf: 0; 0,2; 0,4; 0,6 mT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara faktor teknik ekstraksi dengan faktor besaran medan magnet yang dapat memengaruhi tinggi tanaman pada 3 minggu setelah tanaman (MST) dan konduktansi stomata. Teknik ekstraksi yang disarankan adalah menggunakan air 24 jam yang menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik pada daya kecambah, vigor benih, tinggi tanaman pada 3 MST, konduktansi stomata, dan jumlah buah per tanaman. Besaran medan magnet yang disarankan adalah sebesar 0,2 mT yang menunjukkan pertumbuhan yang baik pada vigor benih, tinggi tanaman pada 2 MST dan 3 MST, konduktansi stomata, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Kata kunci: Tanaman tomat, teknik ekstraksi benih, pemaparan medan magnet.Item Respons Pertumbuhan dan Hasil Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) G0 di Dataran Medium terhadap Berbagai Waktu dan Cara Aplikasi Paklobutrazol(2017-06-19) NUZULA SUCI AZIMA; Anne Nuraini; SumadiAplikasi paklobutrazol pada tanaman kentang yang ditanam di dataran medium dapat menghambat sintesis giberelin penyebab penurunan hasil kentang. Efektifitas paklobutrazol tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi juga waktu dan cara aplikasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh waktu dan cara aplikasi paklobutrazol yang memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai dengan Januari 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari 3 waktu aplikasi paklobutrazol yaitu 28 HST, 35 HST dan 42 HST dan 3 cara aplikasi paklobutrazol yaitu disemprot ke daun, disiram ke media tanam dan kombinasi antara disemprot ke daun dan disiram ke media tanam. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh interaksi waktu dan cara aplikasi paklobutrazol terhadap bobot ubi per tanaman. Aplikasi paklobutrazol pada umur 42 HST dengan cara disemprot ke daun dan disiram ke media tanam menghasilkan bobot ubi 247 gram per tanaman. Aplikasi paklobutrazol pada 28 HST menghambat tinggi tanaman dan mengurangi nisbah pupus akar, namun meningkatkan persentase stolon membentuk ubi dan indeks panen, sedangkan aplikasi pada 42 HST meningkatkan jumlah stolon per tanaman, jumlah ubi per tanaman dan jumlah ubi kelas S. Aplikasi paklobutrazol dengan cara disiram ke media tanam meningkatkan persentase stolon membentuk ubi, jumlah ubi per tanaman, jumlah ubi kelas S dan M.Item RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) KULTIVAR TALENTA TERHADAP PENGGUNAAN ZAT PENGATUR TUMBUH GIBERELIN (GA3) DI DATARAN MEDIUM DAN DATARAN TINGGI(2020-03-11) HERLISTIN MOOY; Sumadi; Anne NurainiRespons pertumbuhan dan hasil Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) kultivar talenta terhadap penggunaan zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) di dataran medium dan dataran tinggi. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan SumadiPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi giberelin (GA3) yang tepat terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman jagung manis yang dibudidayakan pada dataran medium dan dataran tinggi. Percobaan dilaksanakan pada dua lokasi yang berbeda, yakni di lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang berada pada ketinggian tempat ±750 mdpl dan di lahan milik petani yang terletak di Desa Cikajang Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan ketinggian tempat 1.200 mdpl. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Petak Terbagi, sebagai main plot terdiri dari dua taraf yaitu ketinggian tempat, terdiri dari dataran medium (750 mdpl) dan dataran tinggi (1200 mdpl). Sub plot yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa giberelin, 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm. Peubah yang diamati adalah komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Peubah pertumbuhan terdiri dari Luas Daun (LD), Indeks kandungan klorofil (CCI), konduktansi stomata dan tinggi tanaman. Peubah komponen hasil yang diamati adalah bobot tongkol dengan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per baris per tongkol, bobot biji per tongkol serta total padatan terlarut. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ketinggian tempat dan aplikasi GA3 berpengaruh terhadap karakter pertumbuhan dan hasil tanaman pada peubah tinggi tanaman umur 35 HST (81,79 cm) dan 45 HST (136,57 cm). ILD 35 HST (165.23 cm2), dan 45 HST (281,97 cm2) Indeks Klorofil 35 HST (63,57 CCI), 45 HST (85,50 CCI), konduktansi stomata (176,20 mmol H2O m-2 s-1), bobot tongkol berkelobot (441.67 g), bobot 1000 biji (279,57g) dan jumlah biji per baris (46,67 biji).Kata kunci : giberelin, ketinggian tempat, Luas Daun, Indeks Kandungan KlorofilItem Respons Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap Pemberian Asam humat dan Fungi Mikoriza Arbuskula(2017-10-10) ASRI MULYA ASHARI; Cucu Suherman Victor Zar; Anne NurainiJarak pagar adalah salah satu jenis tanaman yang dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM). Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) tergolong tanaman perdu yang berasal dari Amerika Tengah, Meksiko dan menyebar sampai ke Afrika dan Asia. Proses pengepresan biji jarak pagar dapat menghasilkan minyak jarak yang disebut dengan Crude Jatropha Curcas oil (CJCO) dan langsung dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Terletak di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dengan ketinggian tempat mencapai 829 m dpl pada bulan Juni 2016 – Januari 2017. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk memperoleh dosis asam humat dan dosis FMA yang terbaik dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jarak pagar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial (RAK) terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah Asam humat dan faktor kedua FMA (Fungi Mikoriza Asrbuskula). Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode uji F. Uji Duncan’s Multiple Range Test dilakukan ketika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat yang disertai dengan FMA memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk, laju tumbuh tanaman, laju relatif tanaman, luas daun, dan laju asimilasi bersih. Dosis 20 g asam humat yang disertai 5 g FMA merupakan dosis terbaik untuk pertumbuhan tanaman jarak pagar.