Teknologi Agroindustri (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Teknologi Agroindustri (S2) by Author "Bambang Nurhadi"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
Item APLIKASI MICROCRYSTALLINE CELLULOSE PADA STABILITAS EMULSI PICKERING GANDA W/O/W VITAMIN C(2022-11-14) MUHAMMAD YUSUF SULAEMAN; Tensiska; Bambang NurhadiVitamin C merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam pengolahan pangan sebagai pengawet dan antioksidan. Satu kekurangan dari vitamin C yakni sifatnya yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap kondisi lingkungan. Kestabilan vitamin C selama pengolahan dan penyimpanan dapat dipertahankan dengan emulsifikasi dalam sistem emulsi pickering ganda W1/O/W2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama adalah menentukan jumlah emulsifier yang tepat pada pembuatan emulsi W1/O dan tahap kedua adalah pembuatan emulsi W1/O/W2 dengan teknik two step emulsification yang terdiri dari 4 perlakuan berbeda dengan MCC sebagai komponen pickering. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan sorbitan tristearate sebanyak 5% menghasilkan emulsi W1/O vitamin C yang stabil pada 14 hari penyimpanan dengan nilai coalescence index 3,2% dan ukuran droplet 0,698 μm. Penggunaan polysorbate 80 dan MCC menghasilkan emulsi W1/O/W2terbaik dengan ukuran droplet 0.952 μm, creaming index 2,615%, serum index 2,899%, dan kenaikan IC50 sebesar 0,32 ppm/hari.Item Aplikasi pickering emulsion dengan microcrystalline cellulose pada proses emulsi ganda vitamin C dengan teknologi pengering semprot(2022-09-28) DAMAR WIRAPUTRA; Bambang Nurhadi; MahaniPenelitian ini mempelajari emulsi ganda vitamin C yang diperoleh dengan menambahkan konsentrasi MCC dalam pembuatan emulsi ganda W/O/W vitamin C dan konsentrasi MCC dalam pembuatan bubuk emulsi ganda W/O/W vitamin C setelah pengeringan dengan 4 perlakuan yaitu konsentrasi MCC 1%, 1,5%, 2% dan 2,5%. Hasil creaming index, flow behavior index, nilai zeta dan ukuran partikel emulsi menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi MCC yang ditambahkan maka semakin rendah nilai creaming index, flow behavior index, nilai zeta dan ukuran partikel. Hasil morfologi serbuk emulsi dengan analisis SEM menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi MCC membentuk permukaan serbuk emulsi ganda menjadi lebih halus. Hasil pengujian ukuran partikel, higroskopisitas, kelarutan, kadar air dan aktivitas air serbuk emulsi ganda, dihasilkan nilai yang lebih rendah dengan meningkatnya konsentrasi MCC. Serbuk emulsi ganda dengan konsentrasi 2% MCC dapat menghasilkan nilai aktivitas antioksidan (IC50) yang tinggi dan pada penyimpanan selama 56 hari menjadikan serbuk yang diperoleh dapat menjaga kestabilan aktivitas antioksidan dengan laju perubahan stabilitas antioksidan dan sifat morfologi yang rendah. emulsi cair dengan pengujian TEM sebelum pengeringan. dan morfologi serbuk emulsi terhidrasi setelah pengeringan menunjukkan bahwa konsentrasi MCC 2% dalam emulsi dapat membentuk struktur emulsi ganda W/O/WItem BIOSINTESIS PERAK NANOPARTIKEL EKSTRAK KULIT MANGGIS DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELAPIS MANGGA(2022-09-07) MUHAMMAD LUTHFAN HAZIMAN; Bambang Nurhadi; Rossi IndiartoPenelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh jenis pelarut untuk mengekstraksi kulit manggis yang digunakan sebagai reduktor perak terhadap sifat fisikokimia perak nanopartikel dan pengaruh penambahan perak nanopartikel pada pelapis komposit berbahan chitosan pada buah mangga Gedong Gincu yang disimpan pada suhu 10 ± 2 oC. Metode penelitian dilaksankan menjadi dua tahap penelitian. Tahap pertama menentukan jenis pelarut untuk ekstraksi kulit manggis dengan 4 taraf perlakuan yaitu, MRE1 (pelarut etil asetat), MRE2 (etanol 96%),MRE3 (etanol 60%), dan MRE4 (air murni); faktor berdasarkan parameter total fenolik, aktivitas antioksidan, sifat antimikroba, diameter ukuran partikel, indeks polidsipersitas, rendemen, spektrum UV-Vis dan FTIR. Penelitian tahap kedua dilakukan dengan faktor perlakuan dengan 3 taraf perlakuan (CS, CS/AgNP, dan kontrol) dan faktor penyimpanan (0, 5, 10, 15, 20, dan 25) yang dilakukan terhadap susut bobot, pH, kecerahan, chroma, dan hue, tekstur, padatan terlarut, indeks cidera dingin. Jenis pelarut bepengaruh nyata terhadap total fenolik, aktivitas antioksidan, sifat antimikroba, indeks polidispersitas, rendemen, dan puncak spektrum perak nanopartikel berada pada 420-450 nm. Penambahan perak nanopartikel berpengaruh nyata terhadap susut bobo, pH, tekstur, kecerahan dan hue kulit dan daging buah mangga Gedong gincu selama 25 hari. Penyematan perak nanopartikel dalam pelapis komposit mampu memperbaiki kekurangan pelapis dengan polimer chitosan dan mampu menjaga kualitas mangga hingga 15 hari pada suhu 10oC tanpa disertai gejala terjadinya kerusakan akibat dingin.Item Karakteristik Antimicrobial Composite Edible Film Berbasis Whey Protein Terfermentasi dan Pati Limbah Singkong(2019-08-28) ISFARI DINIKA; Gemilang Lara Utama Saripudin; Bambang NurhadiIndonesia masuk ke dalam penghasil limbah plastik terbesar ke-3 di dunia dengan jumlah 3,2 milyar kg/tahun dan limbah plastik kemasan pangan termasuk di dalamnya. Antimicrobial composite edible film dapat mengatasi solusi tersebut, dengan bahan baku limbah berupa whey keju terfermentasi yang memiliki kandungan lactoferrin sebagai antimikroba dan limbah kulit singkong yang memiliki kandungan 75% pati. Penelitian dilakukan dengan 3 tahap. Tahap pertama adalah artikel review. Tahap kedua adalah penentuan waktu fermentasi oleh Candida tropicalis dengan metode ekspreimental analisis deskriptif. Tahap ketiga adalah karakterisasi antimicrobial composite edible film dengan metode eksperimental pada 9 perlakuan. Hasil artikel review telah diterima untuk dipublikasi pada Journal of Food and Raw Materials (JFRM) Bulan November 2019, Vol. 7 No. 2. Hasil penelitian menunjukkan kadar bioaktif peptida maksimum pada waktu fermentasi 24 jam dengan jumlah 10,4289 ppm dengan zona hambat 18,50 mm untuk P. aeruginosa. Karakteristik produk yang terbaik didapatkan pada formulasi WP13B dengan nilai ketebalan 0,2083 mm, elongation at break 19,6175%, tensile strength 0,8101 N/mm2, WVP 8,5988 x10-12 g/m.s.Pa pada RH 35-75%, WVP 23,5239 x10-12 g/m.s.Pa pada RH 35-75%, dan efek antimikroba untuk P. aeruginosa (5,11 mm).Item KARAKTERISTIK MIKROKAPSUL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) PADA BERBAGAI RASIO GUM ARAB SERTA AKTIVITASNYA TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus(2018-07-17) RANTI DWIUTAMI PUTERI; Tita Rialita; Bambang NurhadiMinyak atsiri jahe merah diketahui dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dengan aktivitas antimikroba yang moderat, namun penyimpanan tanpa perlindungan tinggi dapat menurunkan aktivitas antimikroba. Proses enkapsulasi menggunakan bahan penyalut yang tepat dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap minyak atsiri. Salah satu bahan penyalut untuk proses enkpasulasi adalah gum arab. Tujuan penelitian ini adalah menentukan rasio antara gum arab sebagai enkapsulan dengan minyak atsiri jahe merah, untuk mendapatkan aktivitas antimikroba tertinggi terhadap bakteri E.coli dan S.aureus. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 3 perlakuan rasio minyak atsiri jahe merah dan gum arab, yaitu 1:3, 1:4, 1:5 (v/b) dan diulang 3 kali. Rasio minyak atsiri jahe merah dan gum arab 1:3 (v/b) menghasilkan karakteristik mikrokapsul terbaik yaitu rendemen mikrokapsul 51,54%, aktivitas air 0,207, kadar air 3,57%, kelarutan 97,46%, minyak permukaan 0,08%, dan ukuran partikel 258,2 µm, memiliki rata-rata diameter zona hambat tertinggi terhadap bakteri E.coli 5,67 mm dan S.aureus 6,67 mm, reduksi jumlah total koloni bakteri E.coli sebesar 1,8 log cfu/g dan S.aureus 2,3 log cfu/g, serta mengandung komponen mayor yaitu ar-curcumene, zingiberen, β-Bisabolene, β-Sesquiphellandrene, dan camphene.Item Model Kristalisasi Sukrosa Pada Pengeringan Vakum Dengan Temperatur Yang Berbeda Dan Implikasinya Pada Pengeringan Nira Kelapa(2020-10-14) MUHAMMAD RIZKY RAMANDA; Sarifah Nurjanah; Bambang NurhadiSukrosa adalah senyawa organik golongan karbohidrat. Sukrosa juga merupakan senyawa yang sering terdapat pada bahan pangan berkadar gula tinggi seperti nira, madu, susu, kecap dan jus buah. Kandungan sukrosa membuat bahan pangan berkadar gula tinggi menjadi lengket dan memiliki suhu transisi gelas yang rendah, sehingga membuat bahan pangan sulit dikeringkan. Sukrosa ini kristalnya berbentuk prisma monoklin dan berwarna putih jernih. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model kristalisasi pada pengeringan sukrosa menggunakan pengering vakum pada temperatur yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini terdiri dari dua tahap: tahap pertama penerapan model pengeringan sukrosa dengan penambahan maltodekstrin (7:3) dan tanpa maltodekstrin serta tahap kedua membuktikan teori tersebut pada pengeringan nira kelapa dengan penambahan maltodekstrin (7:3). Variasi perlakuan suhu pengeringan 50℃, 60℃, 70℃, 80℃. Parameter yang diamati adalah Impact Factor, X-Ray Powder Diffraction (XRD) (PANalytical X`Pert PRO, 2014), Water Sorption Isotherm Curve metode Gravimetri Statis (Decagon Devices, 2014), Laju Higroskopisitas (GEA Niro Research Laboratory, 2005), Kadar air (AOAC, 2006), Waktu Larut (GEA Niro Research Laboratory, 2005b), Analisis Warna Metode CIELab (L*a*b*) menggunakan Spectrophotometer CM-5. Dari hasil pengujian penambahan maltodekstrin mampu membentuk amorf lebih banyak yaitu 72,41% dibanding sukrosa tanpa maltodekstrin yaitu 58,76%. Penambahan maltodekstrin pada gula bubuk amorf dapat menaikkan laju higroskopisitas dari 1,96 ×〖10〗^(-4) g H2O/g padatan.jam hingga 4,66 ×〖10〗^(-4) g H2O/g padatan.jam, menaikkan nilai Xm pada perhitungan GAB dengan nilai 4,765 dan BET dengan nilai 5,578.Item Pengaruh Bentuk Pengecilan Ukuran Ubi Jalar Ungu dengan Lama Waktu Pengukusan yang Berbeda, serta Variasi Metode Pengeringan terhadap Karakteristik Tepung Ubi Jalar Ungu Annealing(2019-09-25) GINA FIRGIANTI; Marleen Sunyoto; Bambang NurhadiDimensi ubi jalar ungu, waktu pengkusan, serta metode pengeringan dapat mempengaruhi kualitas warna tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan. Warna ungu pada ubi jalar ini sangat dipengaruhi oleh pigmen Antosianin. Degradasi antosianin sering terjadi dalam proses pengolahan ubi jalar ungu yang mengakibatkan pudarnya warna ungu ketika dijadikan tepung. Modifikasi annealing dapat mempertahan warna ungu pada ubi jalar, sehingga pengolahan tepung ubi jalar ini dilakukan proses annealing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk potongan ubi jalar dan waktu pengukusan, serta metode pengeringan yang tepat dalam proses pembuatan tepung ubi jalar ungu agar menghasilkan tepung ubi jalar ungu dengan warna pekat yang memiliki jumlah antosianin tinggi, sehingga penampilan fisik ubi jalar ungu akan lebih disukai oleh konsumen. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali ulangan untuk tahap satu, serta metode deskriptif yang diikuti uji lanjutan uji t untuk tahap dua. Hasil penelitian tahap satu menunjukkan bahwa bentuk potongan Chips dengan tebal 3 cm dan waktu pengukusan 35 menit menghasilkan tepung ubi jalar ungu dengan karakteristik terbaik yaitu, mempunyai nilai pH 6,61; Intensitas warna L 22,46; a* 9,05; b* -5,43; Jumlah Antosianin 4464,62 ppm, total pati 11,5%, dan derajat gelatinisasi 13,04%. Hasil penelitian tahap dua menunjukkan metode pengeringan yang terbaik yaitu metode pengeringan sinar matahari dengan katakteristik tepung ubi jalar ungu mempunyai kadar air 8,65%, jumlah antosianin 10.899,2 ppm, intensitas warna L 42,42; a* 27,88; b* -9,02; suhu awal gelatinisasi 75,56°C, viskositas puncak 417,75 cP, viskositas breakdown 20 cP, dan viskositas setback 150,25 cP.Item Produksi dan Karakterisasi Maltodextrin dari Limbah Bonggol Tanaman Nanas (Ananas comosus L.)(2022-07-13) PARLAN; Mahani; Bambang NurhadiMaltodextrin merupakan salah satu produk turunan hidrolisis pati baik secara asam atau menggunakan enzim α-amilase. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah hidrolisis enzimatis menggunakan α-amilase thermamyl yang memiliki kemampuan memutus ikatan α-1,4 ikatan glikosidik pada pati menjadi gula-gula sederhana seperti glukosa, maltose, oligosakarida. Sampel yang digunakan adalah pati yang diekstrak dari bonggol tanaman nanas. Proses produksi maltodextrin terdiri dari dua tahap penelitian utama yaitu pertama tahap ekstraksi pati dari limbah bonggol tanaman nanas dan tahap kedua yaitu hidrolisis pati menggunakan enzim α-amilase menjadi maltodextrin. Pada tahapan pertama dilakukan analisis optimasi dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi seperti lama waktu dan suhu. Kemudian data dianalisis menggunakan metode Response Surface Method (RSM) yang bertujuan untuk mencari titik optimum kondisi ekstraksi dengan bantuan aplikasi design expert versi 10.1.0.1. Faktor-faktor yang divariasikan dalam proses ekstraksi terdiri dari lama waktu ekstrakasi (sebagai variabel bebas yang disimbolkan X1), suhu yang digunakan (sebagai variabel bebas yang disimbolkan X2) dan analisis kadar pati sebagai variabel terikat (Y). Tahapan pembuatan maltodextrin diawali dengan ekstraksi pati, sebanyak 15% pati dilarutkan dalam air kemudian dipanaskan pada suhu (42,75, 50,0, 70,0, 85,0 dan 92,250C) dan lama waktu (0,17, 1,0, 3,0, 5,0 dan 5,83 jam). Kondisi optimum ekstraksi pati didapatkan pada suhu pemanasan 75±50C dan lama waktu 3 jam dengan kemurnian pati 91,23±0.3% dan rendemen sebesar 65,72±0,19%. Sedangkan kondisi hidrolisis di dapatkan pada konsentrasi enzim 0,05-0,1% (w/w) dengan lama waktu hidrolisis 30 menit yang menghasilkan maltodextrin DE 18-20. Adapun sampel maltodextrin memiliki karakteristik yang sesuai dengan SNI kadar air 4,10±0,039 (%b/b, kadar abu 0,02% (max. 0,5%), pH 4,65±0,07, gula reduksi 13,40±0,03 (%b/b), DE 18-20, dengan derajat putih *L = 95,70±0,007. Maltodextrin DE 18-20 memiliki nilai Xm (kadar air monolayer) 4,54 gram/100 gram solid dan suhu transisi glass anhydrous (Tgs) sebesar 1260C.Item STABILITAS ANTIOKSIDAN PRODUK AQUARESIN CAIR DAN BUBUK DARI JAHE MERAH SERTA PERANAN CARRIER SELAMA PENYIMPANAN(2022-09-21) BAYU REZAHARSAMTO; Bambang Nurhadi; Edy SubrotoEkstrak jahe merah merupakan produk turunan jahe yang kaya akan senyawa bioaktif. Sayangnya, ekstrak jahe merah tidak dapat larut ataupun terdispersi dalam air. Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan mengolah ekstrak jahe merah menjadi aquaresin cair dan bubuk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama bertujuan untuk mengetahui rasio antara ekstrak jahe merah dan DATEM terbaik dalam formulasi aquaresin jahe merah cair. Tahap kedua bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik aquaresin jahe merah bubuk metode plating dan pengeringan vakum serta pengaruh carrier yang digunakan. Hasil penelitian mendapatkan bahwa aquaresin jahe merah cair dengan formulasi 45% ekstrak jahe merah dan 5% DATEM memiliki kandugan fenolik, flavonoid, dan 6-gingerol tertinggi (17,79%, 3,66%, dan 4,66%) serta aktivitas antioksidan paling kuat dan stabil selama penyimpanan 60 hari. Selain itu, aquaresin jahe merah bubuk metode plating menghasilkan konsentrasi senyawa bioaktif pada aquaresin jahe merah bubuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode vakum. Penambahan silikon dioksida dan γ-siklodekstrin juga berpengaruh pada karakteristik fisik aquaresin jahe merah bubuk serta dapat mempertahankan stabilitas antioksidan aquaresin jahe merah bubuk lebih baik selama penyimpanan 60 hari.Item STUDY OF PHYTOCHEMICAL COMPOSITION AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF STINGLESS BEE HONEY AND STING BEE HONEY CULTIVATED IN INDONESIA(2022-08-18) AYAT OMER MOHAMED AHMED FADLALLA; Mahani; Bambang NurhadiHoney is recognised as a food source and a medicinal by current and historical generations, customs, and civilisations. Many studies have proved that honey bees have therapeutic benefits due to the presence of bioactive chemicals like phenolic compounds and their antioxidant activity. However, little is known about Indonesian bee honey. The current study studied the phytochemical screening, physicochemical properties, and antioxidant activity of six varieties of stingless bee honey and three of sting bee honey, each species collected from two regions in Indonesia. The physicochemical analyses included colour, pH, moisture, total soluble solids, Brix, total phenolic content, total flavonoid content, and total alkaloid content. The results showed a significant difference in Indonesian bee honey`s phytochemical compounds and antioxidant activity depending on species and geographical regions. The highest phytochemical and antioxidant activity were found in Apis cerana honey from Sumatra Utara. The antioxidant activity of Indonesian bee honey during storage was analysed. The antioxidant activity of bee honey increased in samples (H3, H4, H8, and H13) after storage for 30 days. This rise continued even after storage for 45 days by (10.6%, 3%, 11.8%, and 5.6%), respectively at 30 days and by (31.8%, 30%, 21.9%, and 10.3%) respectively at 45 days. The antioxidant activity of bee honey was reduced in some samples after 30 days of storage but increased again after 45 days. There was a significant difference in the antioxidant activity of Indonesian bee honey after storage. Concerning correlation, the (r) shows a strong correlation between the phytochemical compounds of Indonesian bee honey and antioxidant activity, where the higher antioxidant activity was found in the samples containing high values of phenolic, flavonoid, and alkaloid. Dark honey of Indonesian bee honey had high antioxidant activity; samples H1, H5, H10, H14, and H17 showed the best results.Item Teknologi Pengeringan Vakum Bubuk Ekstrak Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) sebagai Pemanis Menggunakan Penyalut Gum Arab dan Maltodekstrin(2021-03-31) ANA NADIYA AFINATUL FISHI; Bambang Nurhadi; MahaniBubuk ekstrak stevia merupakan salah satu pemanis alami yang belum banyak diproduksi. Kelebihan bubuk ekstrak stevia sebagai pemanis alami adalah adanya kandungan antioksidan dan senyawa fenolik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisikokimia bubuk ekstrak stevia. Bubuk ekstrak stevia mengandung senyawa antioksidan yang dapat bermanfaat bagi kesehatan. Proses enkapsulasi dilakukan menggunakan oven vakum dengan dua bahan penyalut yaitu gum arab dan maltodekstrin (DE 12). Parameter yang dianalisis adalah karakteristik fisikokimia seperti kadar air, laju higroskopis, sudut curah, aktivitas antioksidan menggunakan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH), total fenolik menggunakan spektrofotometri, tingkat kemanisan, dan kadar steviosida yang merupakan senyawa utama pemberi rasa manis pada bubuk ekstrak stevia menggunakan HPLC. Penelitian ini terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap I hanya menggunakan gum arab sebagai bahan penyalut, sedangkan tahap II sebagai penelitian utama menggunakan menggunakan campuran bahan penyalut yaitu gum arab dan maltodekstrin. Bubuk ekstrak stevia tahap II rasio 1:1; 1:2; 1:3 secara berurutan memiliki kadar air senilai 8,4 % ± 0,05; 9,51 % ± 0,76; 9,73 % ± 0,01, laju higroskopis senilai 1,40 x 10-4 gH2O/g; 1,47 x 10-4 gH2O/g; 1,54 x 10-4 gH2O/g, sudut curah senilai 31,35 ± 0,4; 33,21 ± 0,1; 3405 ± 0,09, aktivitas antioksidan (IC50) of 205.24 μg / ml; 304.22 μg / ml; 431.30 μg / ml, total fenolik. senilai 1.52 %; 0.9 %; 0.48 %, tingkat kemanisan senilai 4,70 ± 0,23a; 4,41 ± 0,07a; 3,28 ± 0,08b, kadar steviosida senilai 0,0731 %; 0,0498 %; 0,0406 %, rendemen teknologi MAE senilai 2,20 % ± 0,52. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa rasio gum arab dan maltodekstrin terbaik pada pembuatan bubuk ekstrak stevia adalah 1:1, sedangkan rasio perbandingan yang paling diminati terdapat pada rasio 1:3.