Teknologi Agroindustri (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Teknologi Agroindustri (S2) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 68
Results Per Page
Sort Options
Item Kajian Karakteristik Fisik, Kimia Tepung Ampas Tahu Terhadap Organoleptik Fish Burger Lele Dumbo (Clarias gariepinus)(2012) ALA NURDIN; Imas Siti Setiasih; Tidak ada Data DosenTepung Ampas tahu merupakan hasil dari pengolahan tahu yang dikeringkan dan dimanfaatkan kembali kandungan gizinya, salah satunya adalah protein. Fish burger lele dumbo berasal fillet ikan yang digiling dan ditambahkan bahan pengikat, bahan pengisi dan bumbu-bumbu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ampas tahu terhadap karakteristik organoleptik fish burger lele dumbo yang disukai panelis. Karakteristik fisikokimia tepung ampas tahu diuji menggunakan metode deskriptif, dan karakteristik fish burger lele dumbo di uji secara organoleptik. Terdapat 4 perlakuan, yaitu: A (Fish burger tanpa penambahan tepung ampas tahu); B (Fish burger dengan penambahan 5% tepung ampas tahu); C (Fish burger dengan penambahan 10% tepung ampas tahu); D (Fish burger dengan penambahan 15% tepung ampas tahu). Kenaikan suhu pengeringan ampas tahu pada suhu 50 0C, 60 0C, dan 70 0C dapat menurunkan kandungan gizi dan daya serap air tepung ampas tahu. Namun berbanding terbalik dengan nilai fineness modulus tepung, semakin tinggi suhu pengeringan maka tingkat kehalusan akan meningkat seiring dengan mengecilnya ukuran diameter partikel dan warna tepung ampas tahu semakin cerah. Secara organoleptik, para panelis menilai fish burger dengan penambahan 5% tepung ampas tahu memiliki warna, tekstur, dan penampakan keseluruhan yang lebih disukai dibandingkan fish burger tanpa penambahan tepung ampas tahu (kontrol) dan fish burger dengan penambahan tepung ampas tahu lebih dari 5%.Item Karakteristik Fisik, Kimiawi, dan Umur Simpan Wortel Lokal yang Dikemas Modified Atmosphere Packaging Pada Penyimpanan Suhu Rendah(2015-04-11) SUWARNI TRI RAHAYU; Imas Siti Setiasih; Sarifah NurjanahWortel merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki kandungan gizi tinggi namun mudah mengalami kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik, kimiawi, dan umur simpan wortel lokal yang dikemas Modified Atmosphere Packaging pada penyimpanan suhu rendah. Penelitian dilakukan di laboratorium Pasca Panen Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang pada bulan Juni-Agustus 2014. Penelitian terdiri atas tiga tahap yaitu penentuan mutu kritis wortel lokal, penentuan karakteristik fisik dan kimiawi wortel lokal, dan penentuan karakteristik fisik, kimiawi, dan umur simpan wortel lokal yang dikemas Modified Atmosphere Packaging pada penyimpanan suhu rendah. Penelitian tahap I dengan metode eksperimen (uji kualitatif dan uji kuantitatif), penelitian tahap II dengan metode deskriptif, dan penelitian tahap III dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial. Perlakuan yang dicoba pada penelitian tahap III ini adalah jumlah ventilasi dan suhu penyimpanan yang masing-masing terdiri dari tiga taraf yaitu ( v1= tanpa ventilasi, v2= 6 ventilasi (1,2 %), v3= 10 ventilasi (2%), t1= 5±1oC, t2=10±1oC, dan t3= suhu kamar di daerah Lembang (24±1oC). Hasil penelitian menunjukkan parameter mutu kritis wortel yaitu kekerasan 1,53 mm/100 g/detik dan warna jingga (b) sebesar 24,72. Wortel lokal pada perlakuan v2t1 (penyimpanan suhu 50C dan ventilasi 1,2% ) memiliki karakteristik fisik (warna jingga (b) 24,93, kekerasan 1,46 mm/100g/detik, susut bobot 2,26%) dan karakteristik kimia (kadar air 89,72%, karotenoid 6,75 mg/100g, PTT 7,73 ⁰Brix dan pH 6,30) dengan umur simpan 21 hari.Item KAJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val) DAN APLIKASINYA PADA DAGING AYAM BROILER SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG(2015-04-21) VIVI FADILLA SARI; Mohamad Djali; Roostita L BaliaEkstrak temu mangga mengandung komponen bioaktif yaitu fenolik, flavonoid, dan terpenoid yang berfungsi sebagai antimikroba dan digunakan sebagai pengawet alami pada bahan pangan hewani yang mudah rusak sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: 1) penentuan metode ekstraksi temu mangga dengan berbagai bentuk bahan melalui Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan; 2) penentuan konsentrasi ekstrak temu mangga dan penyimpanan daging ayam broiler pada suhu ruang, yang dianalisis dengan metode regresi-korelasi terdiri dari 3 perlakuan dan 2 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ekstraksi segar dengan temu mangga iris merupakan metode terbaik karena menghasilkan diameter zona hambat yang besar, rendemen yang tinggi, cara ekstraksi yang lebih efisien dan warna ekstrak yang lebih cerah. Perlakuan perendaman dengan ekstrak temu mangga konsentrasi 40% menghasilkan daging ayam broiler dengan pH yang lebih stabil, laju peningkatan Total Plate Count lebih rendah, laju kebusukan lebih lambat, dan umur simpan daging ayam sampai 9 jam pada suhu ruang.Item Efek Penambahan Whey Protein Concentrate dan Gum Xanthan Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensori Yogurt Tanpa Lemak(2016-01-08) SYAMSUL HUDA; Mimin Muhaemin; Sarifah NurjanahYogurt tanpa lemak memiliki kekuatan struktur yang rendah dan rentan terjadi pemisahan whey karena berkurangnya kandungan lemak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek penambahan whey protein concentrate (WPC) dan gum xanthan terhadap karakteristik fisik, kimia, dan sensori yogurt tanpa lemak. Karakteristik fisik dan kimia diuji menggunakan metode RAK, sedangkan karakteristik yogurt selama penyimpanan dingin 21 hari meliputi indeks sineresis dan organoleptik. Terdapat 6 perlakuan yaitu: A (Susu segar = kontrol 1); B (susu skim + Skim Milk Powder 3% = kontrol 2); C (susu skim + SMP 3% + WPC 1%); D (susu skim +SMP 3% + WPC 1.25%); E (susu skim + SMP 3% + WPC 0.5% + gum xanthan 0.005%); F (susu skim + SMP 3% + WPC 0.5% + gum xanthan 0.004%). Kandungan lemak 0,12% - 0,14% pada yogurt tanpa lemak dengan penambahan WPC dan kombinasi WPC-gum xanthan dapat meningkatkan firmness, cohesiveness, dan konsistensi dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2. Secara organoleptik, yogurt tanpa lemak dengan penambahan WPC dan kombinasi WPC-gum xanthan mendapatkan tingkat kesukaan panelis lebih tinggi untuk warna, rasa, konsistensi, dan kenampakan keseluruhan dibandingkan kontrol 1. Yogurt tanpa lemak dengan penambahan WPC saja mendapatkan indeks sineresis lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.Item PENGARUH APLIKASI PELAPIS EDIBEL BERBASIS PATI AMPAS SAGU-KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA SUHU PENYIMPANAN BERBEDA(2016-02-25) DHINNA FARYANTI; Mohamad Djali; Imas Siti SetiasihABSTRAK Ampas sagu merupakan limbah hasil pengolahan sagu yang masih mengandung pati cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan pelapis edibel. Penambahan kitosan diharapkan dapat meningkatkan nilai mutu karakteristik pelapis edibel berbasis pati ampas sagu karena dapat membentuk film dengan sifat mekanik yang baik, tidak beracun, bersifat biodegradable dan relatif bersifat hidrofobik. Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu 1) penetapan parameter mutu kritis cabai merah (Capsicum annuum L); 2) penentuan konsentrasi kitosan optimum pada pelapis edibel berbasis pati ampas sagu dengan variasi konsentrasi kitosan 1%, 1,5%, 2% (b/v) dan kontrol; 3) Penentuan frekuensi pencelupan pada pelapis edibel pati ampas sagu-kitosan (PASK) dengan frekuensi pencelupan terdiri dari 1,2,3,4 dan 5 kali pencelupan; 4) aplikasi pelapis edibel berbasis pati ampas sagu-kitosan pada cabai merah dan penyimpanan pada suhu berbeda. Metode penelitian adalah eksperimen dengan tiga ulangan dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan buah dapat digunakan sebagai parameter mutu kritis cabai merah (Capsicum annuum L) dengan titik kritis sebesar 1713,22 gf. Konsentrasi kitosan sebesar 1,5% (b/v) menghasilkan karakteristik pelapis edibel yang mendekati standar film/pelapis pangan yaitu ketebalan 0,18±0,00 mm, kuat tarik 17,00±1,55 Mpa, regangan 10,10±0,48%, modulus elastisitas 915,19±88,06 Mpa, kecerahan (Nilai L*) 90,38±0,49 dan WVTR 193,22±6,62 g/m²/24 jam. Pada suhu penyimpanan 10°C±2°C, cabai merah yang dilapisi pelapis edibel PASK dengan frekuensi pencelupan 2 kali memiliki laju respirasi dan susut bobot lebih rendah, kadar air dan kekerasan lebih tinggi, penurunan kadar vitamin C dan nilai °hue lebih lambat serta umur simpan lebih panjang hingga 32,8 hari dibandingkan cabai merah pada suhu penyimpanan 25°C±2°C.Item KAJIAN SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus roxb) SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL(2016-10-18) SANTO ZENO VINANSIUS SINURAYA; Mohamad Djali; Lovita AdrianiMeningkatnya penggunaan bahan bakar minyak bumi di Indonesia, menyebabkan penggunaan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar alternatif semakin meningkat. Penggunaan bahan bakar nabati di Indonesia masih menggunakan bahan baku pangan, sehingga mengancam ketahanan pangan Indonesia, maka perlu dicari bahan baku untuk bahan bakar nabati yang berasal dari tanaman non pangan. Minyak ganitri merupakan salah satu bahan baku yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku bahan bakar nabati karena belum diketahui sifat fisiko kimianya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan perbedaan ekstraksi untuk mengetahui karakteristik sifat fisiko kimia minyak ganitri sebagai bahan baku biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak ganitri memiliki karakteristik sifat fisiko kimia yang berbeda antar ekstraksi. Minyak ganitri hasil ekstraksi pengepresan memiliki karakteristik fisiko kimia sebagai berikut: kadar asam lemak bebas 67,43%, Bil. Asam 51,41 mg KOH/ml, Bil. Penyabunan 20,61 mg KOH/ml, Bil. Iod 5,55 g Iod/ g sampel, kadar minyak 75,49%, kadar air 22,635%, Indeks Bias 1,552, Viskositas 6,3 cP, dan berwarna kuning, sedangkan minyak ganitri hasil ekstraksi sokletasi menggunakan pelarut n-heksan memiliki karakteristik fisiko kimia sebagai berikut: kadar asam lemak bebas 64,68 %, bilangan asam 52,17 mg KOH/ml, bilangan penyabunan 17,81 mg KOH/ml, bilangan Iod 5,77 g iod/ g sampel, kadar air 32,78%, kadar minyak 74,42%, Indeks Bias 1,552, viskositas 6,3 cP, dan berwarna kuning.Item PENGARUH OZONASI TERHADAP KARAKTERISTIK WARNA DAN KLOROFIL BROKOLI (Brasicca oleracea L. var. italica )(2017-04-06) MARIA YULITA SARI; Imas Siti Setiasih; Een SukarminahBrokoli merupakan salah satu jenis sayuran yang bersifat mudah rusak (persihable) dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena bermanfaat untuk kesehatan. Salah satu kemunduran mutu yang sering terjadi pada brokoli yaitu perubahan warna dari hijau menjadi kuning yang diakibatkan oleh degradasi klorofil. Ozon merupakan senyawa oksidasi kuat yang dapat merusak sistem enzim penyebab terjadinya degradasi klorofil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ozonasi terhadap warna dan kandungan klorofil brokoli. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : 1) penentuan batas penerimaan konsumen terhadap brokoli melalui analisa deskriptif; 2) penentuan lama dan suhu ozonasi ekstrak klorofil brokoli melalui analisa desctriptive explanatory research dan dilanjutkan dengan uji T dengan percobaan terdiri dari 6 perlakuan dan 2 ulangan; 3) penentuan kondisi brokoli dan pengaruh ozonasi terhadap warna dan kandungan klorofil brokoli melalui analisa korelasi-regresi terdiri dari 2 perlakuan 2 ulangan. Hasil penelitian tahap I menunjukkan batas kritis komdoti brokoli yang masih dapr diterima konsumen yaitu nilai a* (-24,61) dengan kandungan klorofil total sebesar 20,12 mg/L, klorofil a 10,74 mg/L dan klorofil b 9,38 mg/L. Hasil penelitian tahap II menunjukkan proses perlakuan ozonasi ekstrak klorofil brokoli selama 3 menit pada suhu 5oC dengan retensi waktu 25 menit merupakan perlakuan terbaik yang memiliki persentase penurunan terendah terhadap kandungan total klorofil ekstrak brokoli sebesar 7,65% , klorofil a 7,44% , dan klorofil b 7,90% dari kondisi awal sebelum perlakuan ozonasi. Perlakuan ozonasi tersebut diaplikasikan pada brokoli utuh dan brokoli diolah minimal. Hasil menunjukkan kondisi brokoli utuh memiliki nilai penurunan kandungan klorofil total, klorofil a dan klorofil b lebih kecil dibandingkan dengan brokoli diolah minimal dan kondisi warna masih dapat dipertahankan sampai penyimpanan hari ke-8. Kata kunci : Brokoli, degradasi klorofil, ozonasi , total klorofil, klorofil a, klorofil bItem KAJIAN PENGARUH BEBERAPA METODE PRETREATMENT TERHADAP KADAR XILOSA DARI LIMBAH KELAPA SAWIT(2017-10-06) FENI WINDARNINGSIH; Imas Siti Setiasih; Mohamad DjaliPelepah dan daun sawit merupakan limbah padat dari industri pengolahan minyak kelapa sawit, mengandung komponen lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kandungan yang cukup besar dari pelepah sawit adalah hemiselulosa. Tingginya kandungan hemiselulosa terutama xilan pada pelepah sawit menjadi salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku xilosa. Xilosa dapat diperoleh melalui proses hidrolisis xilan secara kimia atau enzimatik. Sebelum hidrolisis enzimatik dimulai, perlu dilakukan pretreatment terlebih dahulu untuk mendegradasi lignin pada dinding sel agar akses enzim bahan meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis pretreatment yang yang menghasilkan kadar xilosa tinggi menggunakan enzim xilanase. Penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu penentuan bahan baku terpilih dengan pengujian komposisi awal bahan baku yang dianalisis secara deskriptif, dan penentuan metode pretreatment yang dapat menghasilkan xilosa tertinggi yang dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu perlakuan tanpa pretreatment, pemanasan dalam autoklaf, ozonasi, perendaman bahan dalam larutan amoniak, ozonasi yang dilanjutkan dengan pemanasan dalam autoklaf, dan perendaman bahan dalam larutan amoniak yang dilanjutkan dengan pemanasan dalam autoklaf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pretreatment pemanasan dalam autoklaf mampu menghasilkan xilosa paling tinggi yaitu 11,57 g/L dan gula total 50,43 mg/mL. Proses pretreatment tersebut dapat menyebabkan dinding sel menjadi lebih tipis dan berongga sehingga meningkatkan akses enzim ke dalam bahan.Item Kajian Pemanfaatan Dedak Padi Pada Proses Pembuatan Biodiesel Kemiri Sunan (Reutealis trisperma) Menggunakan Katalis Crude Enzim Lipase(2017-11-01) JESI YARDANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenFaktor konsentrasi enzim dan waktu reaksi sangat mempengaruhi biodiesel yang dihasilkan, sehingga perlu ditentukan konsentrasi crude enzim dan waktu reaksi dari proses transesterifikasi untuk mendapatkan biodiesel yang mendekati nilai SNI. Penelitian ini bersifat deskriptif tentang pengaruh konsentrasi katalis enzim lipase yang terdapat pada dedak padi dan waktu reaksi terhadap konservasi produk serta sifat fisikokimia biodiesel dari minyak kemiri sunan yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan perlakuan konsentrasi crude enzim lipase dedak padi (%w/w) 10 persen, 19 persen dan 28 persen, dan variasi waktu reaksi transesterifikasi yaitu 8 jam, 10 jam dan12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan nilai terbaik dari rendemen pada konsentrasi crude enzim 19 persen, waktu reaksi transesterifikasi 8 jam yaitu sebesar 21,54 persen, densitas pada perlakuan konsentrasi crude enzim 10%, waktu reaksi transesterifikasi 12 jam yaitu sebesar 849,58 kg/m3, viskositas kinematik pada perlakuan konsentrasi crude enzim 28 persen, waktu reaksi transesterifikasi 10 jam yaitu sebesar 2,51 mm2/s, bilangan iod pada perlakuan konsentrasi crude enzim 19 persen, waktu reaksi transesterifikasi 8 jam yaitu sebesar 1,45 g I2/100 g minyak, angka setana pada perlakuan konsentrasi crude enzim 10 persen, waktu reaksi transesterifikasi 12 jam yaitu sebesar 94,78. Kata kunci : biodiesel, crude enzim lipase dedak padi, kemiri sunan.Item Perbandingan Metode Operasi Hidrolisis Enzimatis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Kinetika Fermentasi Xilitol Menggunakan Debaryomyces hansenii ITB CCR85(2018-07-16) SILVIA OKTAVIA NUR YUDIASTUTI; Efri Mardawati; Tidak ada Data DosenProduksi xilitol secara bioproses dari bahan alam berlignoselulosa seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dilakukan melalui dua tahapan yaitu hidrolisis enzimatis menggunakan enzim xilanase dan selanjutnya fermentasi dengan substrat xilosa yang terkandung dalam hidrolisat. Dalam rangka scale up produksi xilitol secara bioproses, perlu dilakukan analisis pada tahap hidrolisis serta kinetika fermentasi yang dilakukan untuk memprediksi rendemen hasil xilitol yang dihasilkan dan juga agar faktor – faktor yang mempengaruhi setiap tahapan prosesnya dapat diketahui dan lebih mudah dikendalikan. Pada tahap hidrolisis, dilakukan perbandingan antara metode fed-batch dan batch. Berdasarkan analisis HPLC (High Performance Liquid Chromatography) didapatkan bahwa rendemen hasil xilosa metode fed-batch adalah 7,58% (g xilosa/g TKKS) dengan konsentrasi 2,23 g/L dan metode batch 6,86% dengan konsentrasi 2,02 g/L. Dari data yang diperoleh, rendemen dan konsentrasi produk dalam metode fed-batch lebih tinggi dari metode batch meskipun tidak signifikan. Pemodelan kinetika fermentasi dilakukan dengan substrat hidrolisat TKKS serta substrat xilosa dan glukosa teknis murni menggunakan khamir D. hansenii ITB CCR85. Perumusan model kinetika fermentasi dengan substrat murni, dimaksudkan untuk menyederhanakan pemodelan kinetika fermentasi, mengingat data perumusan model kinetika dari hidrolisat TKKS yang merupakan campuran kompleks tidaklah mudah. Berdasarkan hasil analisis HPLC di awal waktu fermentasi, perbandingan xilosa dan glukosa dalam substrat hidrolisat TKKS adalah A (42,44:1,29); B (72,17:11,28); C (112,87:24,5); D(124,1:29,8). Kemudian perbandingan xilosa dan glukosa dalam substrat murni adalah A (20,27:5,7); B (35,39:10,33); C (61,5:18,15); D (74,48:20,8). Selanjutnya konsentrasi biomassa diukur melalui pengukuran berat sel kering (g/L). Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa model kinetika fermentasi dalam percobaan ini termasuk dalam model substrat terbatas atau monod. Nilai μmaks hidrolisat TKKS adalah 0,05/jam dan 0,04/jam untuk substrat murni. Nilai Ks dalam percobaan ini tidak dapat ditentukan dari data yang ada karena pertambahan konsentrasi tidak mempengaruhi nilai μ atau nilai μ_(maks )= μ. Maksimum rendemen hasil xilitol dalam percobaan ini terjadi pada substrat hidrolisat TKKS perlakuan A (42,44:1,29) dengan nilai perolehan xilitol sebesar 0,061g/L dan Qp 0,04g/L/jam, Laju pembentukan produk spesifik (qp) 0,001 g xilitol /L.sel/jam serta laju produksi xilitol maksimum (rp) 0,001 g xilitol/L/jam Perhitungan kinetika pembentukan produk dilakukan dengan model Luideking piret. Melalui model tersebut, didapatkan bahwa xilitol dalam percobaan ini diproduksi dalam fase logaritmik dan stationer atau mix-growth product. Persamaan prediksi untuk produksi xilitol dalam substrat hidrolisat TKKS adalah q_p = 0,005 µ + 0,009 dan q_p = 0,05 µ + 0,005 untuk substrat murni teknis. Kata Kunci: TKKS, hidrolisis enzimatis fed batch, hidrolisis enzimatis batch Kinetika fermentasi, XilitolItem KARAKTERISTIK MIKROKAPSUL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) PADA BERBAGAI RASIO GUM ARAB SERTA AKTIVITASNYA TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus(2018-07-17) RANTI DWIUTAMI PUTERI; Tita Rialita; Bambang NurhadiMinyak atsiri jahe merah diketahui dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dengan aktivitas antimikroba yang moderat, namun penyimpanan tanpa perlindungan tinggi dapat menurunkan aktivitas antimikroba. Proses enkapsulasi menggunakan bahan penyalut yang tepat dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap minyak atsiri. Salah satu bahan penyalut untuk proses enkpasulasi adalah gum arab. Tujuan penelitian ini adalah menentukan rasio antara gum arab sebagai enkapsulan dengan minyak atsiri jahe merah, untuk mendapatkan aktivitas antimikroba tertinggi terhadap bakteri E.coli dan S.aureus. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 3 perlakuan rasio minyak atsiri jahe merah dan gum arab, yaitu 1:3, 1:4, 1:5 (v/b) dan diulang 3 kali. Rasio minyak atsiri jahe merah dan gum arab 1:3 (v/b) menghasilkan karakteristik mikrokapsul terbaik yaitu rendemen mikrokapsul 51,54%, aktivitas air 0,207, kadar air 3,57%, kelarutan 97,46%, minyak permukaan 0,08%, dan ukuran partikel 258,2 µm, memiliki rata-rata diameter zona hambat tertinggi terhadap bakteri E.coli 5,67 mm dan S.aureus 6,67 mm, reduksi jumlah total koloni bakteri E.coli sebesar 1,8 log cfu/g dan S.aureus 2,3 log cfu/g, serta mengandung komponen mayor yaitu ar-curcumene, zingiberen, β-Bisabolene, β-Sesquiphellandrene, dan camphene.Item Optimasi Ukuran Partikel, Kadar Air dan Waktu Reaksi Perlakuan Pendahuluan Ozonolisis Terhadap Produksi Bioetanol Tandan Kosong Kelapa Sawit(2018-11-06) HERLIN HERLIANSAH; Edy Suryadi; Efri MardawatiOzon adalah oksidan yang kuat dan reaktif terhadap lignin. Ozon dapat digunakan sebagai oksidan dalam proses perlakuan pendahuluan bahan lignoselulosa tanpa menghasilkan residu beracun atau memberikan perubahan struktural pada selulosa dan hemiselulosa selama proses ozonolisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ozon untuk delignifikasi tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pengaruh ukuran partikel mesh 20-60, kadar air 3050% dan waktu reaksi 30-60 menit serta interaksi mereka pada degradasi lignin, kadar holoselulosa dan konsentrasi gula pereduksi dianalisis menggunakan metode permukaan respon (RSM) dengan bantuan perangkat lunak Design Expert 10. Jumlah total variasi perlakuan ditentukan dengan Box Behnken. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perlakuan pendahuluan ozonolisis pada TKKS merupakan metode yang efektif untuk mendelignifikasi lignin hingga 63,86% dan meningkatkan selulosa hingga 40,95. Proses perlakuan ozonolisis mampu mendegradasi lignin dan hemiselulosa tanpa merusak selulosa. Kondisi optimum degradasi lignin setelah proses perlakuan pendahuluan ozonolisis terjadi pada kondisi ukuran partikel mesh 40, kadar air 50% dan waktu reaksi 30 menit. Hidrolisis enzimatik pada TKKS yang telah diberikan perlakuan pendahuluan ozonolisis mampu meningkatkan konsentrasi gula pereduksi. Kondisi optimum konsentrasi gula pereduksi setelah proses perlakuan pendahuluan ozonolisis terjadi pada kondisi ukuran partikel mesh 40, kadar air 60% dan waktu reaksi 60 menit dengan konsentrasi gula pereduksi 0,59 g/L dan hasil (yield) sebanyak 34,77%. Ukuran partikel merupakan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap penelitian ini, ukuran partikel mesh 40 memberikan hasil yang optimum baik dalam degradasi lignin maupun konsentasi gula pereduksi. Konsentrasi etanol dari sampel dengan konsentrasi gula pereduksi tertinggi diperoleh sebanyak 0,46 g/g pada waktu fermentasi 6 jam.Item OPTIMASI FORMULA DAN KONDISI PROSES STERILISASI PANGAN DARURAT SEMI PADAT BERBASIS WHEY PROTEIN CONCENTRATE TERDENATURASI DAN TEPUNG UBI JALAR(2018-12-13) NAZIR SIDDIQ; Marleen Sunyoto; Robi AndoyoPangan darurat merupakan pangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian manusia dalam keadaan darurat seperti banjir, longsor, gempa bumi, musim kelaparan. Pangan darurat harus memiliki umur simpan lama, memiliki palatabilitas,dan memiliki nutrisi yang baik. Sehingga untuk memenuhi kriteria tersebut, pangan darurat dirancang berbentuk semi padat (puree) berbasis Whey Protein Concentrate dan tepung ubi jalar modifikasi annealing serta fortifikasi mineral mix. Pangan semi padat biasanya mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme, salah satunya adalah dengan proses termal sterilisasi. Proses perlakuan panas yang tidak tepat bisa menurunkan karakteristik fisik dan sensorinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi optimal dan proses termal sterilisasi dari pangan darurat berbentuk semi padat (puree) berbasis WPC terdenaturasi dan tepung ubi jalar modifikasi annealing. Metode penelitian menggunakan response surface methodology (RSM). Dengan variabel kadar protein (10%-20%), kadar mineral mix (2%-4%), dan tingkat sterilisasi (5D-12D). Perancangan percobaan dilakukan menggunakan central composite design sehingga dihasilkan 33 running dengan center point yang diulang sebanyak 5 kali. Berdasarkan hasil penelitian pangan darurat semi padat dengan kondisi optimal dirancang dengan kadar protein 10%, kadar mineral mix 2,819% dengan tingkat sterilisasi 12D. Uji pendugaan umur simpan sebagai pendukung penelitian menyatakan bahwa pangan darurat dengan kondisi optimal tersebut memiliki umur simpan selama 152 hari.Item EVALUASI PROSES PRODUKSI SERBUK XILITOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN SPRAY DRYING (Evaluation Process Production of Xylitol Powder from Oil Palm Empty Fruit Bunches Using Spray Drying)(2018-12-18) SULISTINA ANGGRAINI; Tita Rialita; Efri MardawatiXilitol adalah pemanis alami yang memiliki nilai kalori rendah, tetapi tingkat kemanisannya sama seperti sukrosa. Bahan yang dapat dihidrolisis menjadi xilitol yaitu tandan kosong kelapa sawit.Dipasaran umumnya xilitol ditemukan dalam bentuk serbuk.Spray drying adalah metode pengeringan yang banyak digunakan dalam industri pembuatan produk kering. Tujuan penelitian ini adalah menentukan suhu inlet dan konsentrasi maltodekstrin terbaik terhadap karakteristik serbuk xilitol yang mendekati xilitol komersil dan mempelajari pengaruh suhu inlet dan konsentrasi maltodekstrin terhadap serbuk xilitol.Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah suhu inlet (160oC;180oC) dan faktor kedua konsentrasi maltodekstrin (20%,25%,30%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu inlet berpengaruh nyata terhadap kadar air, kelarutan, tingkat higroskopisitas, titik leleh dan kadar kalori, sedangkan konsentrasi maltodekstrin berpengaruh nyata terhadap kadar air, tingkat higroskopisitas, kelarutan, dan kadar kalori, serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar kalori. Berdasarkan hasil penelitian serbuk xilitol yang mendekati xilitol komersil yaitu sampel dengan suhu inlet 160oC dan konsentrasi maltodekstrin 20% memiliki kadar air sebesar 5,17%, tingkat higroskopisitas sebesar 8,55%, kelarutan sebesar 99,346%, titik leleh 182,63oC, kadar kalori sebesar 2,72 cal/g dan kadar xilitol 0,0343 g/L. Xylitol is a natural sweetener with low -calorie content, yet has the similar grade of sweetness as sucrose. An alternative material that can be hydrolyzed into xylitol is oil palm empty fruit bunches. In the market, xylitol generally found as powder form. Spray drying is drying method that usually being used in the industry of dry product manufacture. The aim of this research is to determine the inlet temperature and the preper concentration of maltodextrin to the characteristics of powdered xylitol which near to commercially available xylitol, and to study the impact of the inlet temperature and the concentration of maltodextrin content to the powdered xylitol. The method used in this research wasRandomized Complete Block Design (RCBD)which consists of two factors. The first factor was the inlet temperature (160°C;180°C) and second the concentration of maltodextrin (20%, 25%, 30%). The result showed that the inlet temperature affect the water content, solubility, hygroscopicity level, melting point, and calorie content. While maltodextrin concentration affect to the water content, hygroscopicity level, solubility, and calorie content. In this research, powdered xylitol which nearing commercially xylitol was sample with 160oC inlet temperature and 20% concentration of maltodextrin has water content of 5.17%, hygroscopicity level at 8.55%, solubility at 99.346%, melting point at 182.63°C, calorie content of 2.72 cal/g and xylitol was produced at 0.0343 g/L.Item KAJIAN KRISTALISASI PATCHOULI ALCOHOL PADA MINYAK NILAM (Pagostemon cablin Benth) DENGAN METODE PENDINGINAN DAN PEMURNIAN DENGAN METODE EVAPORASI(2019-01-17) PUJI LESTARI; Efri Mardawati; Sarifah NurjanahMinyak nilam adalah salah satu produk minyak atsiri yang menjadi komoditi ekspor andalan Indonesia. Kadar patchouli alcohol (PA) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan kualitas minyak nilam. Inovasi dilakukan dalam peningkatan nilai tambah dari produk nilam yaitu membuat produk turunan berupa kristal patchouli alcohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu pendinginan terhadap laju pembentukan kristal untuk menghasilkan rendemen dan kemurnian kristal yang tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis korelasi-regresi. Penelitian ini terdiri dari dua tahap: tahap pertama adalah analisis pengaruh suhu pendinginan terhadap laju pembentukan kristal dan pengulangan sebanyak tiga kali. Variasi perlakuan suhu pendinginan 5 ℃, 10 ℃, 15 ℃. Parameter yang diamati adalah laju pembentukan kristal yang paling cepat dengan melihat area dan perimeter. Pengamatan dilakukan dengan cara image tiap 3 jam selama 25 jam. Image yang diperoleh akan diolah dengan bantuan perangkat lunak Image J. Kondisi optimum pada tahap pertama dijadikan dasar kondisi proses penelitian tahap kedua. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada area dan perimeter diperoleh perlakuan terbaik yaitu suhu pendinginan 5 ℃ menghasilkan nilai area dan perimeter sebesar 20,548 cm2 dan 14,940 cm. Tahap kedua adalah pemurnian. Variasi perlakuan suhu evaporasi yaitu 35 ℃, 40 ℃, 45 ℃. Pengamatan dilakukan selama 144 jam dengan pengamatan setiap 24 jam. Parameter yang diamati adalah susut bobot kristal, bobot kristal dan laju penguapan. Dari hasil pengujian perlakuan 45 ℃ menghasilkan nilai susut bobot paling rendah yaitu 0,0059%, bobot kristal yang paling tinggi yaitu pada suhu evaporasi 35 ℃ yaitu 5,3387 g, sedangkan laju evaporasi pada perlakuan suhu evaporasi 45 ℃ yaitu 0,00000208 g/jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap karakteristik kristal nilam meliputi warna kristal, melting point, densitas kamba (bulk density), rendemen kristal dan yield PA. Perlakuan terbaik untuk karakteristik kristal ditinjau dari melting point dan bulk density terdapat pada suhu evaporasi 45 ℃ dengan nilai secara berturut-turut adalah 56,7 ℃, 0,4359 g/mL. Sementara perolehan nilai rendemen kristal dan yield kristal terbaik pada perlakuan suhu evaporasi 35 ℃ dengan nilai secara berturut-turut adalah 36,3110% dan 37,6151%. Pengujian SEM (Scanning Electron Microscopy) diperoleh secara umum bentuk kristal bulat dan mempunyai ukuran 17,2 µm – 11,50 µm.Item MODEL OPTIMASI AGRO ECO-INDUSTRIAL PARK BERBASIS INDUSTRI TAHU DENGAN METODE GOAL PRORAMMING(2019-01-18) TIMOTIUS SETIAWAN; Edy Suryadi; Boy Macklin Pareira PrawiranegaraPenelitian mengenai model optimasi Agro Eco-Industrial Park berbasis industri tahu telah dilakukan dengan berlokasi di Desa Kebonjati, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan dan ketergantungan bahan baku lokal pada industri tahu di Kabupaten Sumedang. Konsep Agro Eco-Industrial Park (AEIP) berbasis industri tahu diusulkan sebagai alternatif untuk memperbaiki kinerja sistem agroindustri. Konsep ini terdiri dari industri tahu sebagai industri basis dan beberapa agroindustri lain sebagai industri pendukung, yaitu usaha penggemukan sapi potong, usaha tani kedelai, usaha pupuk organik dan unit biodigester. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model optimasi pada konsep AEIP berbasis industri tahu untuk mencapai kinerja yang optimal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitaif; masing-masing subsistem, variabel, parameter, dan hubungannya diidentifikasi dan dianalisis secara kuantitatif. Metode Goal Programming digunakan untuk memodelkan kondisi sistem dan meminimasi sisa pertukaran material, air dan energi di antara agorindustri dalam AEIP secara matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep AEIP berbasis industri tahu dapat dimodelkan dalam bentuk model optimasi Goal Programming. Model menghasilkan solusi optimal berupa jumlah produksi tahu, jumlah produksi ternak sapi, jumlah produksi kedelai, jumlah produksi pupuk organik, dan jumlah produksi biogas masing-masing sejumlah 1260 baki/hari, 147 ekor/periode, 656,13 kg/hari, 1.496,05 kg/hari, dan 1.019,08 m3/hari. Kinerja model optimasi AEIP berbasis industri tahu lebih baik dibanding sistem yang sedang berjalan saat ini sebagaimana ditunjukkan dengan penurunan sisa limbah padat sebesar 18%, penurunan sisa limbah cair hingga 100%, peningkatan Recycle Rate 232%, peningkatan total kesempatan kerja 58%, dan peningkatan total profit 32%. Model optimasi ini dapat digunakan untuk mendukung pengembangan AEIP berbasis industri tahu menuju agroindustri berkelanjutan di Kabupaten Sumedang.Item IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT LIDAH BUAYA (Aloe chinensis Baker)(2019-03-18) MULYANITA; Imas Siti Setiasih; Mohamad DjaliLidah buaya (Aloe chinensis Baker) merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Kalimantan Barat. Meningkatnya industri pengolahan lidah buaya menghasilkan limbah padat berupa kulit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan antimikroba alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antimikroba yang terdapat pada kulit lidah buaya yang diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan pelarut aquadest, etanol 70%, etil asetat dan n-heksan. Ekstrak kemudian dilakukan skrining fitokimia secara kualitatif dan kuantitatif serta diuji daya hambatnya terhadap tiga bakteri uji : (Eschericia coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode (RAK) dan diulang sebanyak 3 kali. Data dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan 5%. Ekstrak kulit lidah buaya mengandung senyawa golongan fenolik, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin pada keempat jenis pelarut. Pelarut etil asetat memiliki total fenol, flavonoid, dan tanin tertinggi dibandingkan dengan pelarut lain, berturut-turut: total fenol 4,088 µg GAE/mg, flavonoid 12,376 µg QE/mg, dan tanin 117,044 µg TAE/mg. Pelarut aquadest memiliki persen rendemen tertinggi yaitu 15,029 %, kadar air 15,706 %, dan kadar abu 4,829 %. Ekstrak kulit lidah buaya memiliki aktivitas antimikroba terhadap ketiga bakteri uji. Perlakuan terbaik terdapat pada ekstrak kulit lidah buaya hasil ekstraksi oleh pelarut etil asetat konsentrasi 50% dengan diameter 10 mm terhadap Escherichia coli, 12,667 mm terhadap Staphylococcus aureus, dan 11,667 mm terhadap Pseudomonas aeruginosa. Hasil identifikasi LC-MS/MS Q-TOF ekstrak kulit lidah buaya yang diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat menunjukkan adanya 19 komponen senyawa aktif dimana komponen yang memiliki intensitas paling tinggi, berturut-turut : Genistin_1, Ginkgetin, 7-O--L-Rhamnosyl-3-O--D-glucopyranosyl kaempferol, Dichotomitin, dan 5,2’-Dihydroxy-7,8,6’-trimethoxyflavone-2’-O- -D-glucoside.Item OPTIMASI KONSENTRASI DAN LAMA OZONASI TERHADAP TOTAL BETASIANIN, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN INTENSITAS WARNA EKSTRAK BETASIANIN(2019-05-10) VENNY MEIZARNA; Imas Siti Setiasih; Yana CahyanaBuah naga merupakan salah satu komoditas yang mulai banyak dikembangkan di Indonesia. Meningkatnya budidaya buah naga disebabkan karena buah ini mengandung komponen betasianin yang dapat bersifat sebagai antioksidan. Pengaplikasian ozonasi pada buah naga dapat digunakan sebagai teknologi alternatif yang dapat memperpanjang umur simpan buah. Penelitian ini terdiri dari dua tahap penelitian. Penelitian tahap I bertujuan untuk menentukan pelarut terbaik pada ekstraksi betasianin buah naga merah menggunakan tiga jenis pelarut, yaitu aquades, etanol 70%, dan aquades yang diasamkan dengan asam sitrat 0,2%. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dengan uji lanjut Duncan 5%. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa penggunaan pelarut etanol 70% dapat menghasilkan ekstrak yang memiliki kandungan total betasianin paling besar, yaitu sebesar 321,22 mg/L. Penelitian tahap II bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan lama ozonasi optimal pada ekstrak betasianin. Metode penelitian yang digunakan adalah response surface methodology (RSM) dengan variabel bebas berupa konsentrasi ozon (0,5; 1; dan 1,5 ppm) dan lama ozonasi (3 dan 5 menit). Perancangan percobaan dilakukan menggunakan metode Central Composite Design (CCD) sehingga menghasilkan 21 running. Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi ozon 0,5 ppm dan lama ozonasi 3 menit menghasilkan sampel ekstrak yang mengandung total betasianin sebesar 74,861 mg/L, aktivitas antioksidan (IC50) sebesar 436,447 µg/L dengan intensitas kecerahan (L*), intensitas warna merah (a*), dan intensitas warna kuning (b*) sebesar 27,213; 56,893; dan 42,01.Item INTENSITAS WARNA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK β-KAROTEN WORTEL (Daucus carota L.) HASIL OZONASI(2019-08-27) MUHAMMAD RIFQI; Imas Siti Setiasih; Imas Siti SetiasihSenyawa β-karoten dalam bentuk ekstrak cair bersifat tidak stabil, serta memiliki umur simpan yang pendek, sehingga diperlukan perlakuan lebih lanjut, yaitu dibuat menjadi serbuk. Agar komponen β-karoten yang terkandung di dalam serbuk tetap terjaga perlu dilakukan proses enkapsulasi. Enkapsulat yang digunakan pada penelitian ini adalah maltodekstrin. Penelitian terdiri dari dua tahap. Penelitian tahap I bertujuan untuk menentukan konsentrasi maltodekstrin yang dapat mempertahankan total β-karoten dari serbuk β-karoten wortel. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 kali ulangan, yaitu penambahan maltodekstrin 10%, 20%, dan 30% (b/v). Hasil penelitian menunjukan serbuk β-karoten wortel hasil perlakuan penambahan maltodekstrin 20% (b/v) mengandung total β-karoten tertinggi, yaitu sebesar 29,16 ppm, sementara hasil perlakuan penambahan maltodekstrin 10% (b/v) dan 30% (b/v) berturut-turut adalah sebesar 15,26 ppm dan 21,16 ppm. Penelitian tahap II bertujuan untuk membuktikan apakah β-karoten dapat teroksidasi akibat paparan ozon pada berbagai lama waktu ozonasi dilihat dari intensitas warna dan aktivitas antioksidanya. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi korelasi yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 2 kali pengulangan,yaitu konsentrasi gas ozon sebesar 10 ppm selama 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 menit. Berdasarkan intensitas warna dan aktivitas antioksidanya terbukti bahwa ozonasi berpengaruh terhadap terjadinya oksidasi pada serbuk β-karoten wortel. Perlakuan ozonasi pada konsentrasi 10 ppm selama 5 menit menunjukan oksidasi paling tinggi terhadap serbuk β-karoten wortel dilihat Intensitas warna yang sangat cerah (L=89,98) serta aktivitas antioksidan yang sangat lemah (IC50= 5044,39 ppm).Item Karakteristik Antimicrobial Composite Edible Film Berbasis Whey Protein Terfermentasi dan Pati Limbah Singkong(2019-08-28) ISFARI DINIKA; Gemilang Lara Utama Saripudin; Bambang NurhadiIndonesia masuk ke dalam penghasil limbah plastik terbesar ke-3 di dunia dengan jumlah 3,2 milyar kg/tahun dan limbah plastik kemasan pangan termasuk di dalamnya. Antimicrobial composite edible film dapat mengatasi solusi tersebut, dengan bahan baku limbah berupa whey keju terfermentasi yang memiliki kandungan lactoferrin sebagai antimikroba dan limbah kulit singkong yang memiliki kandungan 75% pati. Penelitian dilakukan dengan 3 tahap. Tahap pertama adalah artikel review. Tahap kedua adalah penentuan waktu fermentasi oleh Candida tropicalis dengan metode ekspreimental analisis deskriptif. Tahap ketiga adalah karakterisasi antimicrobial composite edible film dengan metode eksperimental pada 9 perlakuan. Hasil artikel review telah diterima untuk dipublikasi pada Journal of Food and Raw Materials (JFRM) Bulan November 2019, Vol. 7 No. 2. Hasil penelitian menunjukkan kadar bioaktif peptida maksimum pada waktu fermentasi 24 jam dengan jumlah 10,4289 ppm dengan zona hambat 18,50 mm untuk P. aeruginosa. Karakteristik produk yang terbaik didapatkan pada formulasi WP13B dengan nilai ketebalan 0,2083 mm, elongation at break 19,6175%, tensile strength 0,8101 N/mm2, WVP 8,5988 x10-12 g/m.s.Pa pada RH 35-75%, WVP 23,5239 x10-12 g/m.s.Pa pada RH 35-75%, dan efek antimikroba untuk P. aeruginosa (5,11 mm).