Teknologi Agroindustri (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Teknologi Agroindustri (S2) by Author "Efri Mardawati"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
Item EVALUASI PROSES PRODUKSI SERBUK XILITOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN SPRAY DRYING (Evaluation Process Production of Xylitol Powder from Oil Palm Empty Fruit Bunches Using Spray Drying)(2018-12-18) SULISTINA ANGGRAINI; Tita Rialita; Efri MardawatiXilitol adalah pemanis alami yang memiliki nilai kalori rendah, tetapi tingkat kemanisannya sama seperti sukrosa. Bahan yang dapat dihidrolisis menjadi xilitol yaitu tandan kosong kelapa sawit.Dipasaran umumnya xilitol ditemukan dalam bentuk serbuk.Spray drying adalah metode pengeringan yang banyak digunakan dalam industri pembuatan produk kering. Tujuan penelitian ini adalah menentukan suhu inlet dan konsentrasi maltodekstrin terbaik terhadap karakteristik serbuk xilitol yang mendekati xilitol komersil dan mempelajari pengaruh suhu inlet dan konsentrasi maltodekstrin terhadap serbuk xilitol.Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah suhu inlet (160oC;180oC) dan faktor kedua konsentrasi maltodekstrin (20%,25%,30%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu inlet berpengaruh nyata terhadap kadar air, kelarutan, tingkat higroskopisitas, titik leleh dan kadar kalori, sedangkan konsentrasi maltodekstrin berpengaruh nyata terhadap kadar air, tingkat higroskopisitas, kelarutan, dan kadar kalori, serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar kalori. Berdasarkan hasil penelitian serbuk xilitol yang mendekati xilitol komersil yaitu sampel dengan suhu inlet 160oC dan konsentrasi maltodekstrin 20% memiliki kadar air sebesar 5,17%, tingkat higroskopisitas sebesar 8,55%, kelarutan sebesar 99,346%, titik leleh 182,63oC, kadar kalori sebesar 2,72 cal/g dan kadar xilitol 0,0343 g/L. Xylitol is a natural sweetener with low -calorie content, yet has the similar grade of sweetness as sucrose. An alternative material that can be hydrolyzed into xylitol is oil palm empty fruit bunches. In the market, xylitol generally found as powder form. Spray drying is drying method that usually being used in the industry of dry product manufacture. The aim of this research is to determine the inlet temperature and the preper concentration of maltodextrin to the characteristics of powdered xylitol which near to commercially available xylitol, and to study the impact of the inlet temperature and the concentration of maltodextrin content to the powdered xylitol. The method used in this research wasRandomized Complete Block Design (RCBD)which consists of two factors. The first factor was the inlet temperature (160°C;180°C) and second the concentration of maltodextrin (20%, 25%, 30%). The result showed that the inlet temperature affect the water content, solubility, hygroscopicity level, melting point, and calorie content. While maltodextrin concentration affect to the water content, hygroscopicity level, solubility, and calorie content. In this research, powdered xylitol which nearing commercially xylitol was sample with 160oC inlet temperature and 20% concentration of maltodextrin has water content of 5.17%, hygroscopicity level at 8.55%, solubility at 99.346%, melting point at 182.63°C, calorie content of 2.72 cal/g and xylitol was produced at 0.0343 g/L.Item ISOLASI δ-GUAIENE DARI MINYAK NILAM (Pogostemon Cablin Benth.) DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIJAMUR TERHADAP JAMUR Aspergillus niger, Candida albicans, Microsporum gypseum DAN Trichophyton mentagrophytes(2022-03-29) RAHMI RAHMAWATI; Efri Mardawati; Sarifah NurjanahDelta-Guaiene merupakan produk samping dari produksi patchouli alkohol minyak nilam. Penelitian ini bertujuan untuk isolasi delta-guaiene minyak nilam dan uji aktivitas antijamur delta-guaiene terhadap A. niger, C. albicans, M. gypseum dan T. mentagrophytes. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan analisis Response Surface Method (RSM). Tahap pertama adalah isolasi delta-guaiene dengan proses fraksinasi perlakuan tekanan dan reflux rasio, sedangkan tahap kedua adalah uji aktivitas antijamur terhadap jamur C. albican, A. niger, T. mentagrophytes dan M. gypseum. Variasi tekanan distilasi fraksinasi 1-20 mmHg. Variasi refluks rasio 5:1-35:1. Respon yang diamati dari isolasi δ-guaiene adalah rendemen dan kadar delta-guaiene. Karakteristik yang diamati meliputi bobot jenis dan indeks bias. Pada tahap kedua, parameter yang diamati adalah Diameter Daya Hambat (DDH), Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tekanan 1 mmHg dan reflux rasio 5 merupakan kondisi optimum dengan rendemen 3,3475% dan kadar delta-guaiene 7,82% dengan validitas model masing-masing 52,88% dan 39,96%. Perlakuan tekanan 1 mmHg dan reflux rasio 5:1 dan 35:1 memberikan destilat dengan rendemen paling tinggi 6,5±3,54 mL dan kadar delta-guaiene paling tinggi 17,29±2,93 %, indeks bias rata-rata 1,5±0,002 dan bobot jenis rata-rata 9,4±0,01. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukan bahwa delta-guaiene mampu menghambat pertumbuhan jamur C. albicans dengan DDH 40% dengan penghambatan 0,15 mm, A. niger dengan DDH 20% dengan penghambatan 1,4 mm dan KBM 20%, T. mentagrophytes dengan DDH 20% dengan penghambatan 0,4 mm, KHM 20% dan KBM 20%. Terakhir M. gypseum dengan DDH 20% dengan penghambatan 0,25 mm, KHM 20% dan KBM 20%.Item KAJIAN KRISTALISASI PATCHOULI ALCOHOL PADA MINYAK NILAM (Pagostemon cablin Benth) DENGAN METODE PENDINGINAN DAN PEMURNIAN DENGAN METODE EVAPORASI(2019-01-17) PUJI LESTARI; Efri Mardawati; Sarifah NurjanahMinyak nilam adalah salah satu produk minyak atsiri yang menjadi komoditi ekspor andalan Indonesia. Kadar patchouli alcohol (PA) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan kualitas minyak nilam. Inovasi dilakukan dalam peningkatan nilai tambah dari produk nilam yaitu membuat produk turunan berupa kristal patchouli alcohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu pendinginan terhadap laju pembentukan kristal untuk menghasilkan rendemen dan kemurnian kristal yang tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis korelasi-regresi. Penelitian ini terdiri dari dua tahap: tahap pertama adalah analisis pengaruh suhu pendinginan terhadap laju pembentukan kristal dan pengulangan sebanyak tiga kali. Variasi perlakuan suhu pendinginan 5 ℃, 10 ℃, 15 ℃. Parameter yang diamati adalah laju pembentukan kristal yang paling cepat dengan melihat area dan perimeter. Pengamatan dilakukan dengan cara image tiap 3 jam selama 25 jam. Image yang diperoleh akan diolah dengan bantuan perangkat lunak Image J. Kondisi optimum pada tahap pertama dijadikan dasar kondisi proses penelitian tahap kedua. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada area dan perimeter diperoleh perlakuan terbaik yaitu suhu pendinginan 5 ℃ menghasilkan nilai area dan perimeter sebesar 20,548 cm2 dan 14,940 cm. Tahap kedua adalah pemurnian. Variasi perlakuan suhu evaporasi yaitu 35 ℃, 40 ℃, 45 ℃. Pengamatan dilakukan selama 144 jam dengan pengamatan setiap 24 jam. Parameter yang diamati adalah susut bobot kristal, bobot kristal dan laju penguapan. Dari hasil pengujian perlakuan 45 ℃ menghasilkan nilai susut bobot paling rendah yaitu 0,0059%, bobot kristal yang paling tinggi yaitu pada suhu evaporasi 35 ℃ yaitu 5,3387 g, sedangkan laju evaporasi pada perlakuan suhu evaporasi 45 ℃ yaitu 0,00000208 g/jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap karakteristik kristal nilam meliputi warna kristal, melting point, densitas kamba (bulk density), rendemen kristal dan yield PA. Perlakuan terbaik untuk karakteristik kristal ditinjau dari melting point dan bulk density terdapat pada suhu evaporasi 45 ℃ dengan nilai secara berturut-turut adalah 56,7 ℃, 0,4359 g/mL. Sementara perolehan nilai rendemen kristal dan yield kristal terbaik pada perlakuan suhu evaporasi 35 ℃ dengan nilai secara berturut-turut adalah 36,3110% dan 37,6151%. Pengujian SEM (Scanning Electron Microscopy) diperoleh secara umum bentuk kristal bulat dan mempunyai ukuran 17,2 µm – 11,50 µm.Item Karakterisasi Tepung Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Atlantik Dan Hasil Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment (HMT) Yang Ditanam Di Dataran Medium(2019-10-23) MELIA SITI AJIJAH; Mohamad Djali; Efri MardawatiKentang merupakan tanaman yang tumbuh optimal di dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl dengan suhu optimum 18oC. Namun, saat ini sangat tidak memungkinkan membuka lahan terus-menerus untuk budi daya kentang karena akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, seperti penebangan hutan, erosi, longsor dan banjir. Maka dilakukan pengembangan kentang di dataran medium (300-700 mdpl). Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik kimia, fungsional dan amilografi tepung kentang varietas atlantik dari dataran tinggi serta tepung kentang atlantik dan hasil modifikasi secara Heat Moisture Treatment (HMT) yang ditanam di dataran medium. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan analisis uji-t pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada karakteristik kimia terdapat perbedaan nyata antara tepung dataran tinggi dan medium yaitu pada kadar air, protein, pati dan amilopektin. Sedangkan pada karakteristik fungsional dan amilografi menunjukkan bahwa tepung kentang dataran tinggi lebih stabil dibanding tepung dataran medium dilihat dari nilai freeze thawing stability, kekuatan gel, pasting temperature, viskositas puncak, viskositas pasta panas, breakdown, viskositas pasta dingin dan setback. Pada tepung hasil modifikasi HMT dan alami menunjukkan bahwa pada karakteristik kimia terdapat perbedaan yang nyata yaitu pada kadar air, protein, pati, amilosa dan amilopektin. Sedangkan pada karakteristik fungsional dan amilografi menunjukkan hasil modifikasi secara HMT lebih stabil dibanding tepung alami dari dataran medium dan dataran tinggi dilihat dari nilai swelling volume, kelarutan, freeze thawing stability, kekuatan gel, pasting temperature, viskositas puncak, viskositas pasta panas, breakdown, viskositas pasta dingin dan setback.Item Optimasi Ukuran Partikel, Kadar Air dan Waktu Reaksi Perlakuan Pendahuluan Ozonolisis Terhadap Produksi Bioetanol Tandan Kosong Kelapa Sawit(2018-11-06) HERLIN HERLIANSAH; Edy Suryadi; Efri MardawatiOzon adalah oksidan yang kuat dan reaktif terhadap lignin. Ozon dapat digunakan sebagai oksidan dalam proses perlakuan pendahuluan bahan lignoselulosa tanpa menghasilkan residu beracun atau memberikan perubahan struktural pada selulosa dan hemiselulosa selama proses ozonolisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ozon untuk delignifikasi tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pengaruh ukuran partikel mesh 20-60, kadar air 3050% dan waktu reaksi 30-60 menit serta interaksi mereka pada degradasi lignin, kadar holoselulosa dan konsentrasi gula pereduksi dianalisis menggunakan metode permukaan respon (RSM) dengan bantuan perangkat lunak Design Expert 10. Jumlah total variasi perlakuan ditentukan dengan Box Behnken. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perlakuan pendahuluan ozonolisis pada TKKS merupakan metode yang efektif untuk mendelignifikasi lignin hingga 63,86% dan meningkatkan selulosa hingga 40,95. Proses perlakuan ozonolisis mampu mendegradasi lignin dan hemiselulosa tanpa merusak selulosa. Kondisi optimum degradasi lignin setelah proses perlakuan pendahuluan ozonolisis terjadi pada kondisi ukuran partikel mesh 40, kadar air 50% dan waktu reaksi 30 menit. Hidrolisis enzimatik pada TKKS yang telah diberikan perlakuan pendahuluan ozonolisis mampu meningkatkan konsentrasi gula pereduksi. Kondisi optimum konsentrasi gula pereduksi setelah proses perlakuan pendahuluan ozonolisis terjadi pada kondisi ukuran partikel mesh 40, kadar air 60% dan waktu reaksi 60 menit dengan konsentrasi gula pereduksi 0,59 g/L dan hasil (yield) sebanyak 34,77%. Ukuran partikel merupakan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap penelitian ini, ukuran partikel mesh 40 memberikan hasil yang optimum baik dalam degradasi lignin maupun konsentasi gula pereduksi. Konsentrasi etanol dari sampel dengan konsentrasi gula pereduksi tertinggi diperoleh sebanyak 0,46 g/g pada waktu fermentasi 6 jam.Item Perbandingan Metode Operasi Hidrolisis Enzimatis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Kinetika Fermentasi Xilitol Menggunakan Debaryomyces hansenii ITB CCR85(2018-07-16) SILVIA OKTAVIA NUR YUDIASTUTI; Efri Mardawati; Tidak ada Data DosenProduksi xilitol secara bioproses dari bahan alam berlignoselulosa seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dilakukan melalui dua tahapan yaitu hidrolisis enzimatis menggunakan enzim xilanase dan selanjutnya fermentasi dengan substrat xilosa yang terkandung dalam hidrolisat. Dalam rangka scale up produksi xilitol secara bioproses, perlu dilakukan analisis pada tahap hidrolisis serta kinetika fermentasi yang dilakukan untuk memprediksi rendemen hasil xilitol yang dihasilkan dan juga agar faktor – faktor yang mempengaruhi setiap tahapan prosesnya dapat diketahui dan lebih mudah dikendalikan. Pada tahap hidrolisis, dilakukan perbandingan antara metode fed-batch dan batch. Berdasarkan analisis HPLC (High Performance Liquid Chromatography) didapatkan bahwa rendemen hasil xilosa metode fed-batch adalah 7,58% (g xilosa/g TKKS) dengan konsentrasi 2,23 g/L dan metode batch 6,86% dengan konsentrasi 2,02 g/L. Dari data yang diperoleh, rendemen dan konsentrasi produk dalam metode fed-batch lebih tinggi dari metode batch meskipun tidak signifikan. Pemodelan kinetika fermentasi dilakukan dengan substrat hidrolisat TKKS serta substrat xilosa dan glukosa teknis murni menggunakan khamir D. hansenii ITB CCR85. Perumusan model kinetika fermentasi dengan substrat murni, dimaksudkan untuk menyederhanakan pemodelan kinetika fermentasi, mengingat data perumusan model kinetika dari hidrolisat TKKS yang merupakan campuran kompleks tidaklah mudah. Berdasarkan hasil analisis HPLC di awal waktu fermentasi, perbandingan xilosa dan glukosa dalam substrat hidrolisat TKKS adalah A (42,44:1,29); B (72,17:11,28); C (112,87:24,5); D(124,1:29,8). Kemudian perbandingan xilosa dan glukosa dalam substrat murni adalah A (20,27:5,7); B (35,39:10,33); C (61,5:18,15); D (74,48:20,8). Selanjutnya konsentrasi biomassa diukur melalui pengukuran berat sel kering (g/L). Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa model kinetika fermentasi dalam percobaan ini termasuk dalam model substrat terbatas atau monod. Nilai μmaks hidrolisat TKKS adalah 0,05/jam dan 0,04/jam untuk substrat murni. Nilai Ks dalam percobaan ini tidak dapat ditentukan dari data yang ada karena pertambahan konsentrasi tidak mempengaruhi nilai μ atau nilai μ_(maks )= μ. Maksimum rendemen hasil xilitol dalam percobaan ini terjadi pada substrat hidrolisat TKKS perlakuan A (42,44:1,29) dengan nilai perolehan xilitol sebesar 0,061g/L dan Qp 0,04g/L/jam, Laju pembentukan produk spesifik (qp) 0,001 g xilitol /L.sel/jam serta laju produksi xilitol maksimum (rp) 0,001 g xilitol/L/jam Perhitungan kinetika pembentukan produk dilakukan dengan model Luideking piret. Melalui model tersebut, didapatkan bahwa xilitol dalam percobaan ini diproduksi dalam fase logaritmik dan stationer atau mix-growth product. Persamaan prediksi untuk produksi xilitol dalam substrat hidrolisat TKKS adalah q_p = 0,005 µ + 0,009 dan q_p = 0,05 µ + 0,005 untuk substrat murni teknis. Kata Kunci: TKKS, hidrolisis enzimatis fed batch, hidrolisis enzimatis batch Kinetika fermentasi, Xilitol