Browsing by Author "Dede Mulyanto"
Now showing 1 - 20 of 36
Results Per Page
Sort Options
Item AKTIVITAS BEBURU PADA MASYARAKAT PERTANIAN PEDESAAN CITARUM HULU(2022-01-10) UMAR ABDUL AZIZ TARIGAN; Dede Mulyanto; Rimbo GunawanPenelitian ini membahas tentang aktivitas berburu di wilayah pedesaan Citarum Hulu, Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis satwa-satwa liar yang diburu, pengetahuan pemburu tentang satwa, teknik dan alat berburu, dan kondisi sosial-ekonomi pemburu di Citarum Hulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif yang dikaji secara deskriptif. Aktivitas berburu di Kertasari umumnya dilandasi motif rekreasi, membasmi hama pertanian, dan alternatif ekonomi rumah tangga. Jenis satwa liar yang diburu di sana tergolong ke dalam tiga kategori, yaitu burung, serangga, dan mamalia. Pemburu memiliki pengetahuan terkait nama dan klasifikasi lokal satwa liar yang dapat dijabarkan melalui hubungan konseptual etnozoologi. Teknik dan alat berburu yang digunakan bersifat lokal dan sederhana. Hasil tangkapan satwa liar dapat dimanfaatkan penduduk sekitar untuk dikonsumsi, dipelihara, dan dijual. Pemburu yang taraf ekonominya tinggi relatif memelihara hasil tangkapan satwanya karena berburu dijadikan hobi murni, sedangkan pemburu yang taraf ekonominya menengah ke bawah lebih cenderung untuk mengkonsumsi atau menjual hasil tangkapan satwanya.Item AKTIVITAS DAN POLA PERILAKU PENGGUNA WARNET (STUDI KASUS PADA PENGGUNA WARNET ZEN DI JATINANGOR)(2017-01-19) BILLY DANIEL S P; Rimbo Gunawan; Dede MulyantoPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai aktivitas dan perilaku pengguna warnet Zen. Saat ini warnet merupakan salah satu bagian dari ruang publik yang banyak digunakan oleh sebagian orang untuk internetan. Di tengah perkembangan teknologi saat ini, internet menjadi salah satu kebutuhan utama hampir setiap individu. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan langsung, kuesioner, wawancara mendalam, serta studi kepustakaan. Subjek penelitian adalah pengguna warnet yang berstatus sebagai mahasiswa. Penelitian ini sendiri dilakukan dari 15 Maret sampai 1 April 2016. Dari hasil penelitian ditemukan aktivitas dan perilaku pengguna warnet lebih diprioritaskan untuk internetan. Melalui internet berbagai informasi mudah ditemukan, selain itu berbagai kegiatan juga dapat dilakukan seperti bermain game online. Berbagai pengguna warnet datang untuk internetan dengan intensitas kedatangan yang berbeda. Setelah ditemukan beragam intensitas kedatangan yang berbeda dapat digolongkan berdasarkan tingkat kecanduan internetan. Dalam hal ini penggolongan yang ada yaitu tingkat kecanduan ringan, kecanduan sedang, dan kecanduan berat. Selain internetan ada juga aktivitas lainnya yang dilakukan oleh para pengguna warnet. Kegiatan tersebut beragam bentuknya dan terjadi karena berbagai faktor selama berada di warnet ZenItem Aktivitas Meramu Tumbuhan Liar dan Residu Panen pada Masyarakat Pedesaan di Citarum Hulu (Studi Kasus di Desa Cikembang, Kabupaten Bandung)(2022-05-25) ARDA SHAFIRA; Rimbo Gunawan; Dede MulyantoPenelitian ini menggambarkan tentang aktivitas meramu tumbuhan liar dan residu panen yang dikumpulkan oleh masyarakat pedesaan di kawasan Citarum Hulu. Aktivitas meramu yang dimaksud merupakan kegiatan mengumpulkan seluruh atau sebagian dari bagian tumbuhan liar maupun residu panen. Pemanfaatan tumbuhan serta aspek sosial-budaya dalam aktivitas meramu juga digambarkan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model studi kasus. Ditemukan adanya konsep penamaan dan klasifikasi yang terbentuk dari hubungan masyarakat dengan tumbuhan dan menghasilkan suatu sistem pengetahuan lokal. Dengan adanya konsep penamaan dan klasifikasi tersebut, masyarakat kemudian memanfaatkan tumbuhan melalui kegiatan meramu yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial-budaya.Item ANJING DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERDESAAN (Studi Kasus Di Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung)(2021-10-14) YURISA APRILIA ATHORY; Rimbo Gunawan; Dede MulyantoPenelitian ini membahas tentang keberadaan anjing dalam kehidupan masyarakat perdesaan di Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana keberadaan anjing pada masyarakat perdesaan terkait dengan pengetahuan penduduk desa tentang penamaan dan pengklasifikasian anjing, pemanfaatan anjing oleh penduduk desa, sikap terhadap pemeliharaan anjing dan folklor yang berkaitan dengan anjing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan model studi kasus. Hasil dari penelitian ini yaitu penduduk mengidentifikasikan anjing berdasarkan siklus hidupnya meliputi Kirik, Danten, dan Anjing Bener. Selain itu penduduk desa juga mengidentifikasikan anjing berdasarkan ciri morfologi dan status asal usulnya meliputi anjing kampung/priangan, anjing ras, dan anjing campuran. Pengetahuan tentang pengklasifikasian dan penamaan anjing berkaitan dengan pemanfaata anjing pada penduduk desa. Penduduk desa memanfaatkan anjing sebagai penjaga kebun, anjing sebagai pelindung, berburu, ngadu bagong, komoditi jual-beli. Pada penduduk desa terdapat ciri khusus anjing yang berkaitan dengan fungsi anjing akan digunakan. Selain itu, pada penduduk desa tersebar folklor yang berkaitan dengan anjing meliputi cerita rakyat, kepercayaan dan pantangan, serta pepatah dan perumpamaan. Selain itu, terdapat perbedaan sikap terhadap anjing pada penduduk desa berupa sikap positif, sikap negatif, dan sikap netral.Item Aspek Etnobotani dalam Pembuatan Bangunan Tradisional Suku Sasak di Dusun Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat(2023-06-05) ARINDHA NAJLA SYAKIRA; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenBangunan tradisional suku Sasak di Dusun Sade terdiri atas beberapa jenis bale (rumah) seperti bale tani, bale bontar, bale kodeq, alang, dan berugaq yang utamanya terbuat dari bambu, ilalang, dan kayu-kayuan. Penelitian ini akan menggambarkan pengetahuan masyarakat Sasak di Dusun Sade terkait pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam proses konstruksi bangunan menggunakan metode kualitatif seperti wawancara mendalam dan observasi. Dusun Sade sendiri merupakan salah satu Dusun di Kampung Rembitan, Pujut, Lombok Tengah dan mulai menjadi permukiman penduduk pada tahun 1079 dan telah diresmikan menjadi objek pariwisata nasional sejak tahun 1999. Terdapat 16 spesies tumbuhan yang digunakan untuk konstruksi bangunan, 6 di antaranya berasal dari famili fabaceae, 5 poaceae, 1 lythraceae, 1 meliaceae, 1 sapotaceae, 1 lamiaceae, dan 1 berasal dari famili burseraceae. Terdapat sembilan kategori pemanfaatan yaitu tiang penyangga, dinding, balok kayu, rangka atap, panel dinding, panel jendela, tali pengikat, papan kayu, dan lasah (alas duduk). Tata cara pemanfaatan dibagi menjadi beberapa kategori yakni kelapa, aren, bambu, dan non kelapa/aren/bambu. Secara umum, pemanfaatan dibagi menjadi tiga tahap persiapan, pengolahan, dan pemasangan. Pewarisan ilmu terkait proses pemanfaatan tumbuhan untuk membuat bangunan didominasi oleh sosok laki-laki di dalam keluarga sebab kegiatan pergi ke hutan dan konstruksi bangunan diasosiasikan dengan pekerjaan yang di luar dari sektor domestik.Item ASPEK ETNOBOTANI DALAM PEMBUATAN SAMBEL PADA MASYARAKAT SUNDA: (Studi Kasus Di Desa Kujang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)(2023-10-02) FIRMAN NURZAMAN; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitian ini membahas tentang aspek etnobotani pada sambel yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa Kujang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. Kuliner Sunda merupakan salah satu kuliner yang sangat kaya dengan berbagai macam jenis makanan, kedekatan manusia dengan alam menjadi salah satu faktor dari banyaknya kuliner yang ada. Perkembangan kuliner terbentuk dari faktor berbedanya keadaan geografis dan keadaan alam sekitar, salah satunya yaitu olahan sambel dan lalapannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis dari sambel yang biasa masyarakat Desa Kujang olah dan konsumsi, pemanfaatan tumbuhan dalam pembuatan sambel, pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan, dan bagian tumbuhan apa saja yang digunakan dalam pembuatan sambel. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang meliputi wawancara dan penyebaran kuesioner tertutup dan dikaji secara deskriptif. Penelitian antara etnobotani dan kuliner memiliki kaitan yang erat karena dalam proses perkembangan kuliner terdapat unsur hayati yang menjadi fokus dalam ilmu etnobotani. Aspek entobotani dalam bahan-bahan pada variasi sambel menjadi teman makan masyarakat Sunda sebagai penyedap yang memiliki rasa pedas. Keberagaman proses pengolahan sambel yang dilakukan masyarakat membentuk cita rasa yang unik dari setiap sajian sambel, dibuat dari cabai dan tumbuh-tumbuhan lain yang kemudian melalui proses ditumbuk, dihaluskan, ditumis, ataupun dibakar. Proses pengetahuan dalam pembuatan sambel diturunkan secara turun-temurun dari keluarga atau masyarakat sekitar dalam kegiatan memasak.Item ASPEK-ASPEK EKOLOGI DALAM PENGETAHUAN LOKAL PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN SAYUR DI DESA SUNTENJAYA, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT(2023-01-12) RINO DWI PUTRA ISKANDAR; Dede Mulyanto; Oekan Soekotjo AbdoellahSkripsi ini mendeskripsikan pengetahuan lokal yang masih bertahan dalam aspek-aspek ekologi pengelolaan lahan perkebunan sayur. Pengetahuan lokal adalah wujud kebudayaan yang merupakan hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Petani memanfaatkan pengetahuan lokal dalam aktivitas pertanian, khususnya pada proses pengelolaan lahan. Namun, kini pengetahuan lokal semakin terkikis karena adanya modernisasi di bidang pertanian. Teknologi pertanian modern mulai menggeser nilai-nilai solidaritas petani menuju arah keuntungan secara individual. Penelitian berlokasi di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi partisipatif, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya pengetahuan lokal dalam aspek ekologi pengelolaan tanah, pengelolaan air, dan pengelolaan tanaman di Desa Suntenjaya. Pengetahuan lokal yang ada meliputi klasifikasi jenis tanah, musim, dan tanaman; alat-alat dalam pengelolaan lahan; bahan-bahan yang digunakan; hama tanaman; dan pembagian kerja berdasarkan gender petani. Pengetahuan lokal petani Desa Suntenjaya juga dikemas dalam kepercayaan dan tradisi lokalnya dalam pengelolaan lahannya. Kata kunci: pengetahuan lokal, petani, aspek ekologis, pengelolaan lahan.Item Bentuk-Bentuk dan Konteks Perlawanan Petani Terhadap Program Penataan Lahan DAS Citarum Hulu (Studi Kasus di Desa Desus, Kertasari)(2021-07-09) NAUFAL MUTTAQIEN SHIDIQ; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitian ini tentang perlawanan petani terhadap program penataan lahan di DAS Citarum Hulu. Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk-bentuk dan konteks perlawanan petani terhadap program penataan lahan di DAS hulu Citarum. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Faktor utama yang melatari perlawanan petani adalah mereka kehilangan akses lahan pertanian yang sekaligus menjadi sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perlawanan petani pada penelitian ini merupakan jenis perlawanan tertutup atau secara diam-diam. Menurut Scott perlawanan tertutup merupakan pembangkangan secara pasif yang dilakukan oleh kaum lemah (petani) terhadap tindakan semena-mena dari kelompok ekonomi dan politik yang kuat. Bentuk-bentuk perlawanan kaum lemah pada penelitian ini diantaranya memberi julukan negatif, gosip, berpura-pura tidak tahu, berpura-pura hormat, dan sabotase tanaman. Dalam konteks ini, petani melakukan perlawanan yang relatif aman karena pelakunya bersifat anonim.Item ETNOBOTANI BUAH SISTEM PENGETAHUAN PETANI TENTANG BOTANI, AGRONOMI, MANGGA DI DESA PASIR MUNCANG KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA(2013) DIAN HIDAYATI; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian etnobotani, yaitu Etnobotani Buah mengenai sistem Pengetahuan petani tentang Botani, Agronomi dan Ekonomi di Desa Pasir Muncang, Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Metode pada penelitian ini menggunakan metode etnobotani, dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa wawancara mendalam, observasi dan studi lapangan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai botani, agronomi dan ekonomi mangga. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat tiga jenis mangga yang dibudidayakan oleh petani yaitu mangga jenis Gedong Gincu, Harumanis dan Cengkir. Dari ketiga jenis tersebut tidak ada perbedaan yang menojol, hanya rasa dan bentuk fisik yang terlihat berbeda. Pengetahuan mengenai mangga yang didapatkan berasal dari leluhur mereka secara turun-temurun. Dalam sistem pemasaran, petani di Desa Pasir Muncang mengenal dua sistem alur penjualan yaitu melalui tengkulak dan pemborong. Tengkulak biasanya akan membeli mangga dari petani sesuai berat mangga, sedangkan pemborong akan membeli seluruh mangga yang ada di pohon, tidak menghitung berat. Kata kunci : mangga, botani, agronomi dan ekonomi.Item Etnobotani Nanas (Studi kasus: Sistem Pengetahuan tentang ciri, jenis, dan sifat tanaman nanas di kalangan petani di Desa Kasomalang Kulon, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat)(2017-12-21) MIRA BUDI ERIANI; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilakukan di Desa Kasomalang Kulon, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Daerah ini termasuk daerah dengan produksi buah Nanas terbesar dengan jumlah petani Nanas yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengetahuan tanaman Nanas mengenai ciri, jenis, dan sifat di kalangan petani Desa Kasomalang Kulon, serta faktor apa saja yang mempengaruhi sistem pengetahuan tersebut. Penelitian ini menggunakan penelitian Kualitatif dengan teknik pengumpulan data dnegan cara observasi lapangan, wawancara, dan pengamatan mengenai lingkungan setempat, serta studi literatur. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, pengetahuan petani mengenai tanaman nanas didapatkan dari penyuluhan dari pemerintah yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian mengenai cara bertani yang baiksesuai dengan SOP, selain itu pengetahuan didapatkan dari pengalaman yang sudah ada selama beberapa tahun, karena petani yang ada disana merupakan warga asli Kasomalang Kulon, sehingga ikatan antara petani satu dengan yang lain termasuk erat, terutama dalam hal berbagi pengalaman mengenai budidaya tanaman Nanas.Mengenai pengetahuan petani tentang jenis, ciri, dan sifat tanaman nanas didapatkan dari pengalaman petani dikebun, dan istilah lokal yang disebutkan oleh petani didapatkan dari warga lokal yang merupakan mayoritas orang Sunda.Item Etnobotani Pekarangan Rumah di Kampung Kota (Studi di Rt 017 Kelurahan Susukan Jakarta Timur)(2023-10-12) NUGRAHENI PUTRI LESTARI; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitian ini mengkaji mengenai etnobotani pekarangan rumah di wilayah kampung kota RT 17 Kelurahan Susukan Jakarta Timur. Penelitian ini menggambarkan jenis-jenis tanaman yang ada di pekarangan serta pengetahuan lokal warga mengenai tanaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan wawancara dan observasi. Wilayah RT 17 merupakan wilayah Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Kota Administrasi Jakarta Timur yang mayoritas warganya merupakan penduduk asli Betawi dan Jawa. Lahan pekarangan yang ada di wilayah RT 17 ini tergolong pekarangan sempit karena keterbatasan lahan sehingga tujuan terciptanya lahan pekarangan di rumah warga adalah untuk penghijauan atau estetika saja. Terdapat 233 spesies tanaman dari 40 keluarga yang ada di pekarangan warga. Mayoritas tanaman yang ada di pekarangan rumah warga berasal dari famili Araceae yang sebagian jenis tanaman dari keluarga ini adalah tanaman hias. Berdasarkan segi pemanfaatannya, terdapat kegunaan tanaman yang ada di pekarangan warga RT 17, antara lain sebagai tanaman hias (41 jenis), tanaman obat (13 jenis), bahan pangan (8 jenis), dan tanaman peneduh (3 jenis). Pengetahuan lokal warga mengenai tanaman diwariskan secara turun-temurun.Item GANDENG (Studi Emik Warga Terhadap Tingkat Kebisingan di Sekitar Jembatan Layang Kiaracondong, Kota Bandung)(2018-08-16) BENNY APRIARISKA S; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitian ini mengkaji pandangan emik warga terhadap tingkat kebisingan di sekitar jembatan layang Kiaracondong, kota Bandung. Lokasi penelitian dipilih oleh karena kawasan tersebut cukup padat, ramai aktivitas dan pada waktu-waktu tertentu terjadi kemacetan sehingga ditengarai menimbulkan kebisingan lingkungan. Melalui metode kualitatif dan didukung dengan teknik pengambilan data berbasis pengukuran bunyi, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan mengenai: 1) apakah pandangan emik warga terhadap tingkat kebisingan di sekitar jembatan layang Kiaracondong? 2) apakah faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya? Berdasarkan penilitian lapangan, sumber-sumber bunyi yang berada di sekitar jembatan layang Kiaracondong dapat diidentifikasikan ke dalam komponen geofonik, biofonik dan antrofonik. Selain itu, pengukuran tingkat kebisingan juga telah dilakukan di salah satu titik lokasi bunyi yang ditandai dengan dua metode berbeda. Dengan metode pertama, telah diperoleh rata-rata tingkat kebisingan sebesar 66 dB (A)untuk mewakili 16 jam waktu beraktivitas dalam satu hari. Dengan metode kedua, telah diperoleh kebisingan sebesar 65,3 dB (A) untuk mewakili 24 jam waktu beraktivitas dalam satu minggu. Dengan ukuran tersebut, penilaian lingkungan bunyi di sekitar jembatan layang Kiaracondong karenanya dapat disesuaikan dengan baku mutu tingkat kebisingan keluaran Menteri Negara Lingkungan Hidup. Dengan teridentifikasinya sumber-sumber bunyi dan ukuran tingkat kebisingan di sekitar jembatan layang Kiaracondong, kemudian telah didapat pandangan-pandangan waga terhadap hal tersebut. Secara umum, para informan yang diwawancara menganggap kawasan tersebut memang bising atau telah menjadi biasa saja. Dalam analisis lebih lanjut, faktor yang mempengaruhi pandangan tersebut ialah adanya keluhan fisiologis seperti beberapa informan yang mengalami tinnitus. Selain itu, latar belakang kebudayaan juga menjadi faktor yang mempengaruhi pandangan warga. Misalnya pengeras suara masjid tidak dianggap sumber bunyi bising bagi para informan yang bukan penganut Muslim, melainkan jadi simbol toleransi beragama. Hal tersebut terjadi karena persepsi indra pendengaran seorang warga terhadap sumber-sumber bunyi maupun totalitas bebunyiannya telah dijiwai akibat berpegang pada nilai-nilai simbolis (pemaknaan) tertentu dari suatu kebudayaan yang dimilikinya.Item INTERAKSI SOSIAL ANTARA PENGHUNI PANTI ASUHAN LATIFUL MUHTADIN, YAYASAN LEMORAI TIMOR INDONESIA, DESA GUNUNG MANIK, KECAMATAN TANJUNGSARI, SUMEDANG, JAWA BARAT(2016-10-12) TALITHA RAMANDA; Dede Mulyanto; Dede Tresna WiyantiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola interaksi sosial sesuai dengan status dan peran yang dijalankan oleh masing-masing individu di sebuah yayasan sosial pengasuhan anak, di mana hubungan di sini terbentuk bukan berdasarkan pertalian darah, keturunan, dan perkawinan. Studi ini dilakukan di Panti Asuhan Latiful Muhtadin, yang berada di dalam Yayasan Lemorai Timor Indonesia, Desa Gunung Manik, Kecamatan Tanjung Sari, Sumedang, Jawa Barat. Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan dengan melalui studi kasus status dan peran para penghuni yang dilihat pada setiap kegiatannya di dalam Yayasan Lemorai Timor Indonesia. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa pola dari interaksi sosial yang terjadi di dalam panti asuhan Latiful Muhtadin melahirkan suatu relasi/hubungan sosial yang mirip dengan kekerabatan semu. Fenomena kekerabatan semu di dalam panti asuhan ini berupa hubungan antara orang tua asuh-anak asuh dan anak asuh-anak asuh yang menyerupai seperti keluarga asli.Item JARINGAN SOSIAL KELOMPOK WANITA TANI (Studi Kasus pada Kelompok Pengolah Produk Turunan Rumput Laut dan Singkong di Desa Toyapakeh, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali(2024-01-11) NURHAYATI; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitan ini membahas mengenai jaringan sosial Kelompok Wanita Tani (KWT) Noesa Berdaya di Kampung Toyapakeh, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bentuk jaringan sosial yang melandasi pembentukan dan aktivitas KWT Noesa Berdaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, serta studi literatur. Untuk mendapatkan informasi, ditentukan informan secara purposive sampling dengan mempertimbangkan pengetahuan informan. Hasil penelitian menunjukan bentuk jaringan sosial yang dipelihara dalam lingkung internal anggota KWT Noesa Berdaya berupa jaringan sosial berbasis hubungan kekerabatan yang bercampung dengan hubungan pertemanan dan pertetanggaan. Sementara, jaringan sosial yang dikembangkan dalam hubungan KWT Noesa Berdaya di lingkup eksternal memiliki jaringan veritkal dengan bentuk hubungan patron-klien serta jaringan kepentingan. Jaringan sosial disini memiliki fungsi untuk memudahkan masing-masing aktor untuk memenuhi tujuan masing-masing.Item Komposisi Barang Dagangan di Warung Pedesaan Citarum Hulu Studi Etnografi Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung)(2021-06-16) SITI ALMAZIL ARSYI; Dede Mulyanto; Budiawati SupangkatPenelitian dengan judul komposisi barang dagangan di warung Pedesaan Citarum Hulu, berlokasi di pegunungan Bandung tepatnya di Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komposisi barang dagangan di warung-warung desa, apa saja jenis-jenis barang dagangan yang di jual di warung, baik warung sembako atau warung non sembako, serta mengetahui pandangan yang dirasakan oleh penjual ketika membuka sebuah usaha warung di Desa. Penelitian ini menggunakan Etnografi dengan metode studi kasus, dengan informan pada kategori-kategori warung yang bermacam-macam. Wawancara dan observasi digunakan untuk memberikan gambaran mengenai warung di Dusun 1 Desa Cikembang. Dalam penelitian terdapat temuan terhadap pedagang warung dengan pembeli dari segi fisik, orang, barang yang dibeli, transaksi dan interaksi sosial yang terjadi di antara pedagang dan pembeli.Item Kontek Pertanian Kegiatan Pariwisata di Tepian Waduk Jatigede : studi kasus Dusun Ciduging dan Objek Wisata Pesona Jatigede, Desa Tarunajaya, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang(2020-03-11) WARDIMAN WIRADINATA; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenPenelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana Pertanian dan Bentuk-bentuk pariwisata di Pesona Jatigde, hubungan-hubungan agraria mencakup penguasaan lahan, hubungan kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Penelitian yang dilakukan guna membahas mengenai Pertanian yang berada diDusun Ciduging Desa Tarunajaya dan Bentuk-bentuk kegiatan Pariwisata yang berada di Pesona Jatigede. Sedangkan hubungan-hubungan sosial yang terjalin sehingga tenaga kerja yang diorganisir berdasarkan hubungan teman, tetangga, dan ikatan kerabat. Faktor selanjutnya adalah pengaruh musim terhadap pekerjaan di objek pariwisata pesona jatigede terbagi menjadi dua yaitu musim produksi pertanian diawali masa penanaman hingga masa panen, sejalan dengan musim hujan. Hasil dari penelitian ini menjelaskan mengenai ekonomi dusun ciduging (pertanian) yang pada dasarnya tidak terlepas dari hubungan sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain, dan bentuk-bentuk pariwisata yang berada di Objek Wisata Pesona Jatigede, yang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Kata kunci: Pariwisata, Pertanian, Objek wisata, Jatigede.Item Maen Langlayangan : Studi Folklor Tentang Bentuk-Bentuk, Norma-Norma, Dan Konteks Sosial Permainan Layang-Layang Di Kampung Ciwedang, Desa Padamulya, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat(2016-03-28) DANI MOHAMMAD R; Budhi Gunawan; Dede MulyantoPermainan layang-layang adalah salah satu permainan rakyat yang terkenal di Indonesia, terutama di Kampung Ciwedang, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini mencoba mencari bentuk-bentuk permainan layang-layang (berdasarkan dikotomi permainan bermain dan permainan bertanding), norma-normanya, dan konteks sosialnya. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, penelitian ini mencoba untuk menggambarkan fenomena permainan layang-layang secara umum pertama dengan menggunakan metode kuantitatif, selanjutnya menggunakan metode kualitatif untuk mencari tahu bentuk-bentuk, norma-norma, dan konteks sosial dari permainan layang-layang ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa macam bentuk permainan layang-layang, kebanyakan dari bentuk permainan ini merupakan permainan komplementer, atau setidaknya, berhubungan dengan permainan bertanding layang-layang, sementara permainan bertanding layang-layang ini sendiri merupakan permainan utama yang dimainkan di Kampung Ciwedang. Sementara itu dalam norma permainannya, semuanya berhubungan dengan kebudayaan Sunda, begitu pula dengan konteks sosialnya.Item Organisasi Pengelolaan Museum Sri Baduga Sebagai Tempat Wisata di Kota Bandung(2016-03-08) FAJAR ICHSAN H; Dede Mulyanto; Opan Suhendi SuwartapradjaINTISARI Penelitian ini menggambarkan mengenai organisasi pengelolaan yang ada di Museum Negeri Sri Baduga, Kelurahan Pelindung Hewan, Kecamatan Astana Anyar, Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana organisasi mengelola Museum Negeri Sri Baduga, program-program yang terdapat dalam pengelolaan tersebut terutama dalam bidang pariwisata, serta kegiatan-kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para karyawan di museum. Metode penelitian yang digunakan adalah, etnografi organisasi. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari informan melalui observasi(pengamatan), wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Museum Negeri Sri Baduga ini dikelola oleh Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat. UPTD tersebut berfungsi sebagai pengelola Museum Negeri Sri Baduga. Organisasi ini membuat program-program untuk menunjang kegiatan pariwisata yang ada di museum ini, seperti selalu mengadakan pameran tetap, pameran keliling, dan pameran temporer setiap tahunnya. Selain itu pengelolaan yang dilakukan oleh UPTD ini sudah cukup baik, hanya saja kurangnya sumber daya baik itu manusia maupun ekonomi, membuat setiap kegiatan yang di jalankan oleh organisasai ini menjadi tidak maksimal, ini terlihat dari kurangnya penggunjung museum di luar para siswa sekolah. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, yang menjadi penentu dari kebijakan yang ada di museum ini. Kata Kunci: Museum, Organisasi, PariwisataItem Organisasi Produkrsi Pabrik Genteng di Desa Pinangraja Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka(2019-06-17) MELATI DEWIYANA; Dede Mulyanto; Tidak ada Data DosenABSTRAK Organisasi Produksi Pabrik Genteng dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sistem produksi pertanian meliputi tata guna lahan, aktivitas produksi pertanian padi, hubungan-hubungan agraria mencakup penguasaan lahan, hubungan kerja. Adapun faktor lain yang mempengaruhinya yaitu sarana produksi meliputi alat dan bahan, tenaga kerja, dan siklus pertanian di sawah. Skripsi ini membahas tentang bagaimana organisasi produksi pabrik genteng di Desa Pinangraja, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data di lapangan adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan terlibat dan tidak terlibat, wawancara, studi dokumen dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi pabrik genteng dipengaruhi oleh Struktur sosial di pedesaan dan sistem kekerabatan yang berlaku di wilayah penelitian. Struktur sosial di pedesaan dilihat berdasarkan kekayaan dan kepemilikan tanah yang berhubungan dengan ketersediaan bahan baku di Desa Pinangraja. Sedangkan sistem kekerabatan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial yang terjalin sehingga tenaga kerja yang diorganisir berdasarkan hubungan teman, tetangga, dan ikatan kerabat. Faktor selanjutnya adalah pengaruh musim terhadap produksi genteng terbagi menjadi dua yaitu musim produksi pertanian diawali masa penanaman hingga masa panen, sejalan dengan musim hujan. Kesimpulannya, organisasi produksi pabrik genteng pada dasarnya tidak terlepas dari hubungan sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain. diawali dari kepemilikan pabrik atau pengelolaannya diwariskan secara turun-temurun, begitupun buruh pabrik yang terlibat didalamnya didasarkan oleh hubungan sosial yang sudah terjalin seperti teman, tetangga, dan ikatan kerabat yang diperolah atas ikatan darah dan perkawinan. Kata Kunci : Organisasi produksi, industri kecil di pedesaan, sistem kekerabatan, pabrik genteng, Jawa Barat. ABSTRACK Production organization of roof tile factory is effected by many factors such as agriculture production system that consists of land utilization, rice agriculture production, agrarian relationship consists of land control and work relation. Another factor that effect the organization is production tools such as vehicle and materials, labor, and agriculture cycle in the rice fields. This thesis discuss about how organization of roof tile production works in Desa Pinangraja, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. The method used to collect data is qualitative method with ethnography approach. The technique used to collect data is participative and non-participative observation, interview, document study, and documentation. This study result shows that production factor of roof tile factory is effected by the rural social structure and kinship that is valid in the field. The social structure in rural area can be seen based on the wealth and ownership of the land that is also related to the availability of raw materials in Desa Pinangraja. Meanwhile, the kinship system is effected by social relations so that the labor is organized by the relation of friends, neighbour, and another kinship bond. Another factor is the impact of season to the production of roof tile that is divided into two; production time of agriculture production that is started with cultivation until harvest time. The conclusion is, organization of roof tile factory production basically can not be aside from social relationship that effect each other. It started from the ownership of factory that is given as a legacy. Also the labor comes from the relation of friends, neighbour, and kinship which obtained from relationship bond and marriage. Keyword: production organization, small industry in rural area, kinship system, roof tile factory, West Java.Item Organisasi Sosial Ekonomi Pasar Berkala Di Pegunungan Bandung (Studi Kasus Pasar Rebo Desa Cikembang Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung)(2022-10-10) VERIN ERVIANA NUR ARIFIN; Dede Mulyanto; Rimbo GunawanPenelitian ini mengenai organisasi sosial ekonomi pasar berkala di pegunungan Bandung tepatnya di Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Maksud penelitian ini yaitu untuk melihat pengorganisasian di pasar berkala terkait lapak, barang, orang, dan transaksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, dengan informan pada kategori-kategori pedagang yang beragam. Hasil temuan menggambarkan adanya ketimpangan antara pedagang laki-laki dan pedagang perempuan, mayoritas pedagang menjual makanan, pakaian dan tidak ada yang menjual Sembako. Lapak diatur oleh pengurus pasar dan didominasi oleh lapak meja kayu. Meskipun disebut pasar berkala tetapi tempat berjualannya tetap dengan pola yang sama. Interaksi sosial terjadi di antara pedagang dengan pembeli melalui tawar menawar, interaksi antar sesama pedagang sangat luwes, dan interaksi antara pedagang dengan pengurus pasar terjadi karena adanya aturan yang harus dipatuhi pedagang.