Browsing by Author "Erni Suminar"
Now showing 1 - 20 of 41
Results Per Page
Sort Options
Item Aplikasi Pupuk Guano dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan, Kualitas, dan Kuantitas Hasil Benih Kedelai Edamame di Jatinangor(2018-10-02) KHALIDA RAHMA EFHANDI; Denny Sobardini Sobarna; Erni SuminarTanaman kedelai edamame merupakan tanaman kedelai yang berasal dari Jepang yang memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan kedelai biasa dan memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi. Permintaan pasar kedelai Edamame tinggi tetapi produktifitasnya relatif sedikit. Salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas adalah dengan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan masih menggunakan pupuk anorganik yang tidak tepat dosis sehingga merugikan bagi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pupuk organik yaitu guano dan mikoriza terhadap pertumbuhan, kualitas, dan kuantitas hasil benih kedelai edamame. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan dan 16 perlakuan pupuk. Data dianalisis menggunakan uji F dan untuk data yang berbeda nyata selanjutnya menggunakan uji Scott-Knott pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada parameter jumlah total polong, jumlah polong isi, bobot biji per tanaman, dan indeks vigor. Kombinasi perlakuan 50 g Guano + 15 g Mikoriza per polibag memberikan hasil yang terbaik pada parameter jumlah total polong, jumlah polong isi, bobot biji per tanaman, dan indeks vigor.Item Efek Konsentrasi Sitokinin Sintetis dan Alami terhadap Multiplikasi Eksplan Tunas Hasil Sub Kultur Stroberi Kultivar Sweet Charlie secara In Vitro(2022-09-23) CAMELIA ANDRIANI; Erni Suminar; Muhamad KadapiPenggunaan stolon sebagai bibit stroberi yang sering dilakukan saat ini kurang efektif karena hanya dapat menghasilkan bibit dengan jumlah terbatas dan rentan terinfeksi patogen. Penerapan metode kultur in vitro diharapkan mampu memproduksi bibit stroberi dengan jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, dengan hasil bibit yang bebas penyakit. Multiplikasi merupakan tahap penting dalam kultur in vitro, dalam tahap ini diharapkan mampu dihasilkan tunas dengan jumlah banyak. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan penambahan sitokinin sintetis seperti BAP maupun alami seperti Kinetin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi sitokinin sintetis dan alami serta menentukan perlakuan terbaik terhadap multiplikasi stroberi Sweet Charlie. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan yang dilakukan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua set percobaan yaitu set percobaan sitokinin sintetis dan alami, masing-masing set percobaan terdiri dari empat perlakuan dan empat ulangan. Set percobaan sitokinin sintetis terdiri dari perlakuan Kontrol (tanpa sitokinin), dan BAP (0,5; 0,75; dan 1 ppm), sedangkan set percobaan sitokinin alami terdiri dari perlakuan Kontrol (tanpa sitokinin), dan Kinetin (0,5; 0,75; dan 1 ppm). Hasil penelitian menunjukkan jenis dan konsentrasi sitokinin berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar, tinggi tunas, dan bobot basah pada multiplikasi Sweet Charlie. Sitokinin sintetis (BAP) lebih baik dari sitokinin alami (Kinetin) terhadap multiplikasi stroberi kultivar Sweet Charlie, dengan konsentrasi terbaik yaitu 1 ppm yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak (12,25 tunas/eksplan), jumlah daun terbanyak (31,25 helai), dan bobot basah terberat (0,30 gram).Item Efektivitas Beberapa Jenis dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Tin (Ficus carica L.)(2017-12-17) CHRISNAWANDA RAHARDIANI; Erni Suminar; Denny Sobardini SobarnaPerbanyakan tanaman tin (Ficus carica L.) dengan metode stek batang sering mengalami kegagalan karena lambatnya pertumbuhan stek. Pemberian auksin diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi auksin yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan stek batang tanaman tin. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan September 2016 sampai dengan Februari 2017. Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman tin kultivar ‘Green Jordan’. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari empat stek. Media tanam yang digunakan adalah arang sekam dan pupuk kompos (1:1) dengan pemberian berbagai jenis auksin berupa air kelapa (50% dan 100%), IAA, IBA dan NAA dengan konsentrasi 1000 mg L-1 dan 2000 mg L-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa 100% menghasilkan jumlah tunas, jumlah daun, panjang akar, volume akar dan persentase stek hidup yang lebih tinggi. Bahan alami air kelapa 100% dapat menggantikan perangsang akar sintetis sebagai zat pengatur tumbuh pada stek batang tanaman tin.Item EFEKTIVITAS STERILISASI EKSPLAN DAN INDUKSI TUNAS PADA TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L. Gaud) SECARA IN VITRO(2016-04-21) GHINA ARIANTIARANI P; Erni Suminar; Anne NurainiABSTRAK Serat tanaman rami merupakan penghasil serat alam yang dapat menjadi sumber bahan baku tekstil seperti kapas. Ketersediaan benih rami sebagai bahan baku utama belum mampu dipenuhi akibat dari penggunaan perbanyakan tanaman rami secara konvensional. Perbanyakan secara konvensional ini membutuhkan waktu yang lama sehingga salah satu upaya untuk menghasilkan bibit rami berkualitas baik, steril dan waktu yang cepat adalah dengan menggunakan teknik kultur in vitro, namun masalah utama yang sering terjadi pada pertumbuhan kultur in vitro adalah kontaminasi. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan teknik sterilisasi dan melihat respon pemberian sitokinin yang efektif dalam induksi tunas tanaman rami secara in vitro. Percobaan dilakukan pada bulan Oktober 2015 hingga Februari 2016 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Percobaan dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap sterilisasi dan induksi tunas rami, sedangkan pada tahap dua yaitu multiplikasi tunas. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 9 perlakuan pada tahap pertama dengan penggunaan jenis, konsentrasi dan bahan sterilan yang berbeda (fungisida mankozeb, fungisida benomyl, fungisida flupikolid & propineb, bakterisida asam oksolinik, bakterisida streptomisin sulfat, NaOCl, sabun antibakteria, tween80, HgCl2, plant preservative mixture). Tahap dua terdiri dari media multiplikasi yaitu 0,5 mg L-1 BA + 2 mg L-1 2-iP. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Penggunaan bahan sterilan berupa tween80, fungisida (flupikolid & Propineb), bakterisida agrept (streptomisin sulfat 20%) NaOCl 10%, NaOCl 5%, Plant Preservative Mixture mampu menginduksi tunas dan menumbuhkan eksplan. Pemberian media Multiplikasi dapat menghasilkan eksplan membentuk tunas dan akar. Kata kunci : Boehmeria nivea, efektivitas sterilan, multiplikasi, rami, sitokinin, tunas ABSTRACT Ramie plant is the producer of natural fibers which can be the source of textile raw material such as cotton. The availability of ramie seed as the main raw material has not been fulfilled national demand as a result of using plant conventional propagation which takes a longest time. Therefore, the fast propagation by in vitro culture is needed. One of the main problems in vitro culture often occur is the contamination. The aim of this experiment was to get the best kind of sterilization techniques and the effective response of cytokinins of in vitro shoot inducting culture. The experiment was carried out from October 2015 to February 2016 at Seed Technology Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. This experiment was consisted of two stages, first stage study on sterilization and shoot induction, and the second stage study growth on shoot multiplication. The experiment was arranged in a Completely Randomized Design (CRD). The first stage using nine treatments are the kinds and concentration of sterilan (Mankozeb fungicide, benomyl fungicide, propineb & fluopikolid fungicide, bactericide oksolinik acid, bactericide streptomycin sulfate 20%, NaOCl, antibacterial soap, tween80, HgCl2, plant preservative mixture) and the second stage consists of media multiplication of 0.5 mg L-1 BA + 2 mg L-1 2-iP. The results showed that tween 80, fungicide (flupikolid and propineb), bactericidal Agrept (streptomycin sulfate 20%) NaOCl 10%, NaOCl 5%, Plant Preservative Mixture able to shoot induction. Giving multiplication media of 0.5 mg L-1 BA + 2 mg L-1 2-iP showed the explants formed shoot and roots. Key Words : Boehmeria nivea, cytokinins, multiplication, ramie, shoot, sterilan effectivityItem INDUKSI DAN MULTIPLIKASI TUNAS STROBERI (Fragaria sp.) ASAL EKSPLAN BIJI DENGAN PENGGUNAAN ZAT PENGATUR TUMBUH SECARA IN VITRO(2016-04-20) SHELBY YULIANTIKA; Erni Suminar; SumadiABSTRAK Ketersediaan bibit stroberi yang terbatas menjadi faktor pembatas perbanyakan stroberi menggunakan stolon. Penggunaan bibit stolon secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan akumulasi penyakit sehingga diperlukan teknologi perbanyakan benih stroberi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh terbaik pada pertumbuhan eksplan biji untuk tujuan perbanyakan secara cepat. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Percobaan dilakukan dengan dua tahap yaitu induksi dan multiplikasi tunas. Eksplan yang digunakan pada tahap pertama adalah biji stroberi, sedangkan pada tahap kedua yaitu daun dan batang plantlet hasil dari tahap pertama. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diulang tiga kali. Terdapat sembilan kombinasi perlakuan pada tahap pertama yaitu konsentrasi BAP (1,0 mg L-1; 2,0 mg L-1; 3,0 mg L-1) dan GA3 (0,0 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1). Terdapat 12 kombinasi perlakuan pada tahap kedua yaitu jenis eksplan (daun; batang in vitro) dan komposisi BAP dan NAA pada media ((0,0 mg L-1; 1,0 mg L-1; 2,0 mg L-1 BAP) + (0,0 mg L-1; 0,5 mg L-1 NAA)). Kombinasi perlakuan yang lebih baik pada tahap induksi tunas asal eksplan biji adalah penambahan 3,0 mg L-1 BAP disertai 1,0 mg L-1 GA3. Penggunaan eksplan batang pada tahap multiplikasi menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada eksplan daun, dan pemberian BAP 1 mg L-1 pada kultur eksplan batang menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak daripada perlakuan lainnya.Item Induksi Kalus Eksplan Daun Stroberi (Fragaria x ananassa Duch) dengan Pemberian NAA dan CaP secara In Vitro.(2022-09-28) FAUZIA KHAERUNNISA MILLENIA; Erni Suminar; SumadiKeberhasilan perbanyakan tanaman stroberi secara in vitro salah satunya dipengaruhi oleh pemberian zat pengatur tumbuh dan vitamin. Naphthalene acetic acid (NAA) merupakan auksin sintetik yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan kalus dan bersifat tidak mudah terdegradasi oleh cahaya dan enzim oksidatif. Calcium pantothenate (CaP) adalah salah satu jenis vitamin yang menyumbang kalsium dan asam pantotenat serta dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan tanaman secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan NAA dan CaP dalam induksi kalus daun stroberi varietas Sweet Charlie secara in vitro. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai dengan Maret 2022 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 9 perlakuan, yaitu konsentrasi NAA (0 mg L -1 , 5 mg L -1 , 10 mg L -1 ) dan CaP (0 mg L -1 , 1 mg L -1 , 2 mg L -1 ) yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan 5 mg L -1 NAA merupakan perlakuan terbaik dalam menunjang induksi kalus daun stroberi varietas Sweet Charlie secara in vitro, dengan parameter persentase membentuk kalus mencapai 100%, waktu muncul kalus pada 13,5 HST, diameter kalus sebesar 9,00 mm, bobot kalus sebesar 0,52 g dan persentase kalus bertekstur remah sebesar 50%.Item Induksi Kalus, Daya Regenerasi dan Induksi Variasi Somaklonal Wortel (Daucus carota) secara In Vitro(2016-10-18) YOANA SARAGIH; Nono Carsono; Erni SuminarWortel termasuk dalam lima besar jenis sayuran yang banyak dikonsumsi dalam dunia. Konsumen memiliki kecenderungan memilih wortel dengan karakter-karakter tertentu yang menyebabkan budidaya wortel hanya terfokus pada karakter spesifik. Hal ini menyebabkan variasi wortel di Indonesia semakin rendah. Oleh karena itu, dilakukan percobaan untuk meningkatkan variasi genetik pada wortel. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Maret sampai Juli 2016. Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil percobaan menunjukkan bahwa daya induksi kalus dan daya regenerasi kalus tidak berbeda nyata pada #95 dan #409. Pada tahap multiplikasi, rata-rata ukuran kalus terbesar terdapat pada #95 tanpa penambahan mutagen EMS (Ethyl Methane Sulfonate). Pada tahap regenerasi awal, rata-rata ukuran kalus berbeda nyata pada media I yaitu MS (Murashige & Skoog) + 0,1 mg/L 2,4-D (Diklorofenoksiasetat) + 0,2 mg/L kinetin + Casein Hydrolisate 500 mg/L dan media II yaitu MS + 1 mg/L BA (Benzyl Adenin) + Casein Hydrolisate 500 mg/L diperoleh dari #409 mutasi EMS 0,05%. Regenerasi kalus wortel pada media MS tanpa ZPT lebih baik dari pada media I dan II. Terdapat variasi planlet M1V1 pada #95 dan #409 dengan perlakuan mutasi 0,2% dengan karakteristik warna daun lebih hijau, ukuran daun dan batang lebih besar dari pada perlakuan kontrol.Item INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KRISAN (Dendranthema grandiflora Tzvelev) DENGAN NITROGEN DAN FOSFOR PADA MEDIUM IN VITRO(2015-07-13) STELLA MARMAH S; Erni Suminar; Wieny Herilya RizkiStella Marmah Suhatril. 2015. Induksi Pembungaan pada Tanaman Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Nitrogen dan Fosfor pada Medium In Vitro. Dibimbing oleh Wieny Herilya Rizky dan Erni Suminar. Pembungaan secara in vitro pada tanaman krisan merupakan salah satu teknologi yang mendukung industri di bidang ekonomi kreatif, sehingga menghasilkan produk unggulan yang diminati wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi nitrogen dan fosfor terhadap pembungaan tanaman krisan (D. grandiflora Tzvelev) secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan Februari sampai dengan April 2015, Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari delapan kombinasi perlakuan yaitu perlakuan nitrogen (nitrogen konsentrasi normal, 1/5, 1/10 dan 1/20 konsentrasi) dan perlakuan fosfor (fosfor konsentrasi normal dan fosfor 5 kali konsentrasi). Penanaman planlet dilakukan terlebih dahulu pada media pra perlakuan secara in vitro yaitu media dasar MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP 1,50 mg L-1 dan NAA 0,50 mg L-1 serta penambahan sukrosa sebanyak 40 g L-1 selama 4 minggu, selanjutnya penanaman planlet pada media perlakuan yaitu media dasar MS yang terdiri dari kombinasi nitrogen dan fosfor dengan penambahan zat pengatur tumbuh (BAP) 5,00 mg L-1, (GA3) 5,00 mg L-1 serta sukrosa 30 g L-1 selama 8 minggu.Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan nitrogen dan fospor pada berbagai konsentrasi belum dapat menginduksi pembungaan krisan secara in vitro hingga minggu ke- 8 dan pertumbuhan vegetatif tetap berlangsung hingga akhir percobaan.Item INDUKSI UBI MIKRO KENTANG (Solanum tuberosum L.) SECARA IN VITRO PADA MEDIA DASAR KOMBINASI RETARDAN DAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA(2016-10-19) INNEKE AMALIA; Erni Suminar; Anne NurainiInneke Amalia. 2016. Induksi Ubi Mikro Kentang (Solanum tuberosum L.) Secara In Vitro pada Media Dasar, Retardan dan Konsentrasi Gula yang Berbeda. Dibimbing Oleh Erni Suminar dan Anne Nuraini. Kekurangan benih bermutu kentang yang menjadi permasalahan umumnya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan varietas unggul yang faktor utamanya adalah serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu dibutuhkan perbenihan kentang teknik in vitro bebas penyakit guna memenuhi ketersediaan benih bermutu. Penelitian bertujuan untuk menentukan zat penghambat tumbuh coumarin, jasmonic acid dan paklobutrazol yang tepat untuk pertumbuhan stek dan pembentukan ubi mikro kentang secara in vitro sehingga dapat digunakan untuk penyediaan bibit berkualitas. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang, pada bulan Oktober 2015 sampai Mei 2016. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang merupakan kombinasi dari media, retardan coumarin (105 mg L-1 dan 120 mg L-1) , paklobutrazol (0.4 mg L-1 dan 1 mg L-1) dan jasmonic acid (0,4 mg L-1 dan 10 mg L-1), dan tambahan gula dengan komposisi 90 g L-1 dan 120 gL-1. Percobaan diulang sebanyak lima kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dari media dan zat retardan coumarin, jasmonic acid dan paclobutrazol mempengaruhi pembentukan ubi mikro kentang.Item Kemampuan Multiplikasi Eksplan Stroberi (Fragaria x ananassa) pada Aplikasi Variasi BAP, TDZ, dan NAA secara In vitro(2022-09-28) VIRA RAHMAWATI; Sumadi; Erni SuminarZat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor penting keberhasilan dalam kultur jaringan. BAP termasuk golongan sitokinin yang paling banyak digunakan karena dinilai lebih stabil, tidak mahal dan lebih efektif. TDZ dapat meningkatkan kerja sitokinin lain, baik sitokinin eksogen ataupun sitokinin endogen. NAA termasuk golongan auksin yang bersifat lebih stabil, karena tidak mudah terurai dan teroksidasi oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi BAP, TDZ dan NAA yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan stroberi secara in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan April sampai Juli 2022. Eksplan yang digunakan adalah tunas aksilar tanaman stroberi varietas Sweet Charlie yang berasal dari planlet hasil perbanyakan secara in vitro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Media yang digunakan adalah Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP (0 ppm dan 0,5 ppm), TDZ (0 ppm dan 0,1 ppm), dan NAA (0 ppm dan 0,1 ppm). Pemberian jenis dan konsentrasi BAP, TDZ dan NAA yang berbeda menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap multiplikasi tunas eksplan stroberi varietas Sweet Charlie secara in vitro. Pemberian 0,1 ppm TDZ menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu 5.38 tunas.Item Mikropropagasi Tunas Meriklon Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Jala Ipam pada Berbagai Kombinasi Sitokinin dan Auksin secara In Vitro(2016-07-06) RENI L PAKPAHAN; Erni Suminar; Anne NurainiABSTRAK Reni L Pakpahan. 2016. Mikropropagasi Tunas Meriklon Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Jala Ipam pada Berbagai Kombinasi Sitokinin dan Auksin secara In Vitro. Dibimbing oleh Erni Suminar dan Anne Nuraini. Perbanyakan tanaman kentang secara konvensional dengan menggunakan ubi secara terus menerus dapat menurunkan kualitas dan hasil karena infeksi virus yang berakumulasi dalam ubi. Salah satu metode perbanyakan yang digunakan untuk menghasilkan benih dalam jumlah yang besar, memiliki kualitas baik, bebas virus, dan waktu perbanyakan yang lebih cepat secara kultur jaringan melalui kultur meristem. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi perlakuan sitokinin dan auksin yang tepat dalam mikropropagasi tunas meriklon kentang secara in vitro. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Maret 2016 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Bahan tanam yang digunakan adalah eksplan meristem varietas Jala Ipam yang sebelumnya ditanam dalam media MS tanpa zat pengatur tumbuh (ZPT). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 13 perlakuan dan 3 ulangan. Media Murashige dan Skoog (MS) digunakan sebagai media dasar dengan kombinasi konsentrasi BAP (1 mg L-1, 1,5 mg L-1, 2 mg L-1), 2-iP (1 mg L-1, 1,5 mg L-1,2 mg L-1), dan NAA (0,0 mg L-1, 0,5 mg L-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh berbagai kombinasi perlakuan sitokinin dan auksin terhadap mikropropagasi tunas meriklon kentang secara in vitro. Kombinasi perlakuan tanpa NAA dan 2 mg L-1 BAP serta 1 mg L-1 2-iP merupakan perlakuan terbaik terhadap mikropropagasi tunas meriklon kentang varietas Jala Ipam secara in vitro dalam menghasilkan jumlah tunas per eksplan. Kata Kunci: Solanum tuberosum L., Mikropropagasi, Sitokinin, Auksin, MeriklonItem Multiplikasi Tunas Meriklon Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Jala Ipam pada Berbagai Jenis dan Konsentrasi Sitokinin secara In Vitro(2017-05-16) MIA MUNGGARANI; Anne Nuraini; Erni SuminarPerbanyakan tanaman kentang secara konvensional dengan menggunakan ubi secara terus menerus dapat menurunkan kualitas dan hasil karena infeksi virus yang menumpuk dalam ubi. Metode perbanyakan yang digunakan untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak, memiliki kualitas baik, bebas virus, dan waktu perbanyakan yang lebih cepat yaitu kultur meristem. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi sitokinin yang memberikan hasil terbaik terhadap multiplikasi tunas meriklon kentang varietas Jala Ipam secara in vitro. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan November 2016 sampai Februari 2017. Bahan tanam yang digunakan adalah eksplan meristem interkalar dari kentang varietas Jala Ipam. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 13 perlakuan dan 4 ulangan. Media yang digunakan adalah Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan berbagai jenis sitokinin Benzyl Amino Purine (BAP), Thidiazuron (TDZ), 2-Isopenteniladenina (2-iP), dan Zeatin dengan konsentrasi 0.0; 1.0; 1.5; dan 2.0 mg L-1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jenis dan konsentrasi sitokinin yang berbeda terhadap multiplikasi tunas meriklon kentang varietas Jala Ipam. Perlakuan MS ditambah sitokinin jenis 2-iP 1.5 mg L-1 merupakan perlakuan terbaik terhadap multiplikasi tunas meriklon kentang varietas Jala Ipam pada peubah jumlah daun, jumlah buku, dan jumlah cabang.Item Multiplikasi Tunas Stroberi (Fragaria x ananassa Duch.) Klon BAT 1 pada Berbagai Konsentrasi Zeatin dan 2-Isopentenyladenine secara In Vitro(2023-09-20) SASKIA ADHANIA CHAERUNISA; Erni Suminar; Anne NurainiMultiplikasi tunas pada kultur jaringan menentukan keberhasilan produksi bibit dalam jumlah besar dan cepat. Penambahan sitokinin seperti zeatin dan 2-iP pada media kultur diperlukan untuk menghasilkan multiplikasi tunas yang maksimal. Zeatin diketahui memiliki efektifitas yang tinggi dalam memproduksi tunas in vitro, sedangkan 2-iP memiliki aktivitas yang berperan dalam memacu pembelahan sel yang berkaitan dengan pembentukan kloroplas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi zeatin dan 2-iP terhadap multiplikasi tunas stroberi klon BAT 1 dan memperoleh konsentrasi yang memberikan hasil terbaik dalam multiplikasi tunas stroberi klon BAT 1 secara in vitro. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2023 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Departemen Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bahan tanam yang digunakan adalah tunas apikal tanaman stroberi klon BAT 1 yang berasal dari planlet hasil perbanyakan secara in vitro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tujuh perlakuan dengan empat kali ulangan, yaitu Kontrol (tanpa sitokinin), Zeatin (0,5; 1; dan 1,5 ppm), serta 2-iP (1; 2; dan 3 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi Zeatin dan 2-iP menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap multiplikasi tunas stroberi klon BAT 1 secara in vitro. Penambahan zeatin 0,5 ppm pada media kultur memberikan pengaruh terbaik dalam multiplikasi tunas stoberi klon BAT 1 dengan menghasilkan jumlah tunas (5,50) dan jumlah daun (14,75) terbanyak. Kesimpulannya, penggunaan zeatin dengan konsentrasi rendah penting untuk multiplikasi tunas stroberi.Item Pengaruh BAP dan IAA Terhadap Pertumbuhan Eksplan Meristem Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Media Gresshoff and Doy Secara In Vitro(2016-04-19) DINO ALDIMIOLA; Erni Suminar; Anne NurainiKebutuhan benih bawang merah di Indonesia cukup tinggi, dapat di lihat dari data luas panen yang semakin meluas. Bawang merah umumnya diperbanyak secara konvensional menggunakan umbi. Perbanyakan secara konvensional memiliki kelemahan yaitu membutuhkan bahan tanam yang banyak. Tanaman hasil pembiakan konvensional cenderung rentan terhadap virus. Kultur meristem merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang menggunakan jaringan meristematik sebagai eksplannya untuk mengeliminasi virus dari suatu tanaman. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Percobaan dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2015. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 12 perlakuan dan 3 ulangan. Media yang digunakan adalah Gresshoff and Doy (GD) dengan penambahan BAP (0,0 mg L-1 ; 0,5 mg L-1 ; 1,0 mg L-1; 1,5 mg L-1) dan IAA (0,0 mg L-1; 1,0 mg L-1; 2,0 mg L-1). Hasil percobaan menunjukan bahwa konsentrasi BAP dan IAA tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan eksplan meristem bawang merah secara in vitro, dan perlakuan terbaik 1,0 mg L-1 BAP + 2,0 mg L-1 IAA dapat merangsang pembentukan tunas dan daun lebih banyak, sedangkan perlakuan 0,5 mg L-1 BAP menghasilkan rata-rata tinggi tunas yang relatif tinggiItem Pengaruh Ekstrak Bawang Merah sebagai Organic Priming terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max L.) Kultivar Anjasmoro yang Mengalami Deteriorasi(2023-04-03) AIDI NA`IM; Muhamad Kadapi; Erni SuminarBenih kedelai merupakan benih yang memiliki kandungan protein tinggi sehingga longevitas benihnya menjadi singkat karena protein mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama masa penyimpanan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi benih kedelai yang telah mengalami deteriorasi ketika ketersediaan benih terbatas adalah dengan cara invigorasi benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan organic priming terhadap mutu fisiologis benih kedelai kultivar Anjasmoro yang mengalami deteriorasi. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2022 di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan taraf konsentrasi organic priming yaitu konsentrasi 0% (A), 25% (B), 35% (C), dan 50% (D), dan empat ulangan. Setiap perlakuan dalam satu ulangan dibuat menjadi dua unit agar menghindari kehilangan data. Hasil data dianalisis menggunakan Uji Analisis Ragam pada taraf nyata 5% dan jika terdapat perbedaan yang signifikan maka analisis dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan tidak terdapat perbedaan pada karakter bobot kering kecambah normal. Perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah 35% dengan tekanan osmotik -0,08 MPa memberikan hasil mutu fisiologis benih terbaik dibandingkan ketiga perlakuan lainnya berdasarkan karakter indeks vigor (5,87), daya berkecambah (75,94%), kecepatan tumbuh (30,78%/etmal), dan keserempakan tumbuh (63,75%). Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah dapat digunakan sebagai bahan invigorasi.Item Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Akar Tanaman Kunyit Putih (Kaempferia rotunda L.) secara In Vitro.(2024-01-12) DESI SANDRA ANDRIATI; Murgayanti; Erni SuminarInduksi akar merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan kultur jaringan karena tahapan ini akan mempersiapkan tanaman dari kondisi in vitro untuk dipindahkan di lingkungan ex vitro. Induksi akar dapat dilakukan dengan penambahan auksin Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), dan Napthalene Acetic Acid (NAA) dengan konsentrasi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan jenis auksin terbaik untuk induksi akar kunyit putih secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2023 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 10 perlakuan dan 3 ulangan: Kontrol, IAA (1,0 mg/L, 2,0 mg/L, 3,0 mg/L), IBA (1,0 mg/L, 2,0 mg/L, 3,0 mg/L), dan NAA (1,0 mg/L, 2,0 mg/L, 3,0 mg/L). Analisis ragam yang digunakan untuk melihat efek statistik pengaplikasian auksin adalah Uji ANOVA dan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auksin berpengaruh nyata terhadap waktu muncul akar, jumlah akar, panjang akar, tinggi planlet, dan bobot basah planlet. Perlakuan NAA memberikan hasil terbaik terhadap jumlah akar, panjang akar, dan bobot basah planlet, sementara perlakuan IBA memberikan hasil terbaik terhadap waktu muncul akar dan tinggi planlet. Perlakuan 3,0 mg/L NAA meningkatkan jumlah akar yang terbentuk hingga 7,67 buah, dan perlakuan 1,0 mg/L NAA meningkatkan panjang akar serta bobot basah planlet. Sedangkan, perlakuan 3,0 mg/L IBA mempercepat waktu munculnya akar hingga 3,00 HST dan meningkatkan tinggi planlet hingga 18,95 cm.Item Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Jenis Kemasan terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F., Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai (Glycine max L. Merr.) setelah Penyimpanan Tiga Bulan(2015-01-19) DWI HASTUTI; Erni Suminar; SumadiKedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi dan sering dijadikan sebagai bahan pangan, namun banyak permasalahan yang terjadi dalam pengadaan benih kedelai tersebut yaitu mutu fisiologis benih kedelai mudah rusak selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kadar air benih saat disimpan tinggi, penggunaan jenis kemasan yang kurang tepat atau serangan hama gudang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh interaksi kadar air awal dan jenis kemasan terhadap populasi hama Callosobruchus maculatus F., viabilitas dan vigor benih kedelai. Percobaan dilakukan dari bulan April 2014 hingga Juli 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan empat ulangan. Faktor pertama adalah kadar air awal yang terdiri dari kadar air awal ≤ 11 % dan > 11 %. Faktor ke dua adalah jenis kemasan yang terdiri dari kemasan alumunium foil, botol kaca, plastik polietilen dan karung terigu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara kadar air awal dan jenis kemasan terhadap kadar air benih 1 bulan setelah penyimpanan (BSP) tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi terhadap variabel lain yang diamati. Kadar air awal 10,20 % dan jenis kemasan alumunium foil serta botol kaca memberikan hasil lebih baik terhadap peubah daya berkecambah dan indeks vigor benih meskipun terjadi peningkatan populasi hama Callosobruchus maculatus F., kerusakan benih dan kadar air benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) setelah penyimpanan tiga bulan dibandingkan dengan kadar air awal 12,56 % dan jenis kemasan plastik polietilen serta kain terigu.Item Pengaruh Kombinasi Konsentrasi dan Lama Perendaman Tru Shallot Seed (TSS) Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Tuk-tuk dalam Asam Giberelat terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit(2018-10-19) JANET V SAMOSIR; Erni Suminar; Denny Sobardini SobarnaJanet Valentina Samosir. 2018. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi dan Lama Perendaman True Shallot Seed (TSS) Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Tuk-tuk dalam Asam Giberelat terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit. Dibimbing oleh Denny Sobardini Sobarna dan Erni Suminar. Produksi bawang merah memiliki kendala yaitu adanya masa dormasi benih. Upaya untuk mempercepat perkecambahan dapat dilakukan dengan menggunakan GA3. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi dan lama perendaman GA3 yang memberikan pengaruh paling baik dalam pematahan dormansi biji botani bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas Tuk-tuk. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dengan lima ulangan. Perlakuannya terdiri dari tanpa GA3, perendaman 100 ppm GA3 selama 1 jam, perendaman 100 ppm GA3 selama 2 jam, perendaman 200 ppm GA3 selama 1 jam, perendaman 200 ppm GA3 selama 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi dengan lama perendaman GA3 mampu mempengaruhi waktu pindah tanam dan peningkatan panjang akar. Kombinasi perendaman 100 ppm GA3 selama 2 jam memberikan pengaruh paling baik dalam mempercepat perkecambahan benih TSS bawang merah varietas Tuk-tuk. Kata kunci : GA3, Perkecambahan, True Shallot SeedItem PENGARUH KONSENTRASI IBA (INDOLE BUTYRIC ACID) TINGGI DAN ETILEN TERHADAP PERAKARAN PADA PENCANGKOKAN ANAKAN SALAK MANONJAYA(2015-07-26) ABDUL ROCHMAN H; Erni Suminar; NursuhudABSTRAK ABDUL ROCHMAN HADIONO. 2015. Pengaruh Konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) Tinggi dan Etilen Terhadap Perakaran pada Pencangkokan Anakan Salak Manonjaya. Dibimbing oleh Nursuhud dan Erni Suminar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) dan etilen yang berbeda terhadap perakaran akar pada anakan tanaman Salak Manonjaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 di kebun salak warga setempat yang berlokasi di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Bahan yang digunakan untuk percobaan adalah 40 anakan tanaman Salak Manonjaya yang masih menempel pada induknya (induknya tertanam secara acak dan berumur mencapai 50 tahun lebih) dengan jumlah daun anakan 2 – 4 pelepah daun yang sudah membuka sempurna. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan percobaan sederhana yang terdiri dari 10 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah IBA dan etilen yang terdiri dari lima taraf konsentrasi dengan dosis 10 ml per anakan. IBA (0; 1500; 3000; 4500 dan 6000 ppm) dan etilen (0 dan 480 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa IBA dan etilen yang diberikan secara mandiri maupun kombinasi mampu memacu rhizogenesis dan ramifikasi akar. Etilen mampu meningkatkan kinerja IBA terhadap ramifikasi akar pada anakan salak Manonjaya. Perlakuan IBA 1500 ppm dan Etilen 480 ppm menghasilkan rata – rata jumlah akar utama (2.67), rata – rata jumlah akar lateral (8.67), rata – rata panjang akar utama (13.92 cm), jumlah daun (1.75), dan panjang daun (52 cm). Kata kunci : Salak, IBA, Etilen, Rhizogenesis, Ramifikasi, AkarItem PENGARUH PELAPISAN BENIH DAN PUPUK BOKASHI TERHADAP VIGOR BIBIT DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) cv. ANJASMORO(2018-07-25) DILLA NITRA GUSTIANA; Sumadi; Erni SuminarDilla Nitra Gustiana. 2018. Pengaruh Pelapisan Benih dan Pupuk Bokashi terhadap Vigor Bibit dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) cv. Anjasmoro. Dibimbing oleh Sumadi dan Erni Suminar. Kedelai merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia, namun kebutuhan kedelai tidak terpenuhi karena produktivtas yang rendah. Gangguan hama dan penyakit pada fase vegetitif awal dapat menganggu pertumbuhan tanaman kedelai. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan vigor bibit yaitu dengan cara pemberian pelapisan benih dengan Thiamethoxam dan Trichoderma spp. disertai pemberian pupuk bokashi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi terbaik dosis pelapis benih dan dosis pupuk bokashi terhadap vigor bibit dan pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje, Universitas Padjajaran pada bulan April sampai dengan Juli 2017. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 5 x 3 yang diulang tiga kali. Faktor pertama yaitu pemberian pupuk bokashi dengan dosis masing-masing 0 g/polybag (kontrol), 300 g/polybag, dan 600 g/polybag. Faktor kedua yaitu pelapisan benih dengan dosis masing masing tanpa pelapisan benih, Thiamethoxam 2 ml/100 benih, Tricho-G 1 g/100 benih, Tricho-G 2 g/100 benih, Tricho-G 3 g/100 benih. Hasil menunjukkan dosis 1 g Tricho-G/100 benih dapat meningkatkan vigor bibit. Perlakuan 300 g/polybag pupuk bokashi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Kata kunci : Benih Kedelai, Pupuk Bokashi, Thiamethoxam, Trichoderma.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »