S1 - Sarjana
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S1 - Sarjana by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 1041
Results Per Page
Sort Options
Item UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK METANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica L. Urban) TERHADAP EDEMA PADA TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus novergicus) GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN(2008) NOFRI YONDRIS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenInflamasi adalah respon tubuh terhadap cedera jaringan ataupun infeksi. Pengobatan secara empirisnya banyak menggunakan tanaman herba pegagan (Centella asiatica L. Urban). Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antiinflamasi ekstrak metanol pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi karagenin. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi tanaman herba pegagan dengan menggunakan pelarut metanol dan uji aktivitas antiinflamasi. Uji aktivitas menggunakan alat pletismometer dan 5 kelompok tikus yaitu kelompok kontrol positif aspirin 10 mg/kg bb, kontrol negatif NaCMC 1%, ekstrak metanol pegagan 250,500 dan 1000 mg/kg bb dalam suspensi NaCMC. Pengamatan udem dilakukan setiap 30 menit selama 6,5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol pegagan 250,500,1000 mg/kg bb dan aspirin memberikan masing-masing daya inhibisi sebesar 46,40%; 44,27%; 53,67% dan 65,58%. Aktivitas antiinflamasi ekstrak lebih kecil dibandingkan dengan aspirin dosis 10 mg/kg bb. Inflamatory is the body`s response to tissue injury or infection. Many uses of herbs gotu kola (Centella asiatica L. Urban) as the antiinflamatory empirically. This study aims to test the antiinflammatory activity of methanol extract of gotu kola (Centella asiatica L. Urban) of the white wistar strain male rat carrageenin-induced. Stages of research is extraction using methanol solvent and test anti-inflammatory activity. Activity test uses pletismometer and 5 groups of mice that is positive control group is aspirin 10 mg/kg ww, negative control is NaCMC 1%, methanol extract of Centella asiatica 250,500 and 1000 mg/kg ww in suspension NaCMC. Observation of edeme is every 30 minutes for 6,5 hours. The results showed that the methanol extract of Centella asiatica L. Urban 250,500,1000 mg / kg ww and aspirin provide respectively the inhibition on 46.40%; 44.27%; 53.67% and 65.58%. Antiinflammatory activity of extracts is smaller than the aspirin dose of 10 mg / kg ww. Key words: Centella asiatica, gotu kola, antiinflammatoryItem Uji Sterilitas Instrumen Pakai Ulang di Ruang Penyimpanan ULB (Unit Luka Bakar) Salah Satu Rumah Sakit di Kota Bandung.(2008) DIONICIE LEONY Y P; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenInstrumen pakai ulang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial apabila sterilitasnya tidak terjaga. Proses penyimpanan dan perlakuan terhadap instrumen pakai ulang adalah faktor utama dalam menjaga sterilitas instrumen. Prevalensi infeksi nosokomial di ruang Unit Luka Bakar (ULB) di salah satu rumah sakit di Kota Bandung ternyata cukup tinggi, sehingga dilakukan penelitian mengenai pengujian instrumen pakai ulang yang disimpan di ruangan tersebut. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu dan ruang penyimpanan terhadap sterilitas instrumen pakai ulang yang disimpan di ruang ULB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang penyimpanan ULB berpengaruh secara signifikan terhadap sterilitas instrumen pakai ulang, dimana ruang CSSD 15,47 kali lebih steril dibanding ruang ULB. Adapun pengaruh lama penyimpanan terhadap sterilitas instrumen pakai ulang diketahui bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka sterilitas instrumen semakin berkurang.Dengan demikian hasil ini diharapkan dapat digunakan oleh rumah sakit untuk meningkatkan sterilitas ruang penyimpanan instrumen steril sebagai salah satu usaha untuk mencegah infeksi nosokomial di rumah sakit.Item Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Puspa (Schima wallichii Korth.) Terhadap Parameter SGOT, SGPT, dan Kreatinin Pada Tikus Putih Galur Wistar(2010) DEDY SAPUTRA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTanaman Puspa (Schima wallichii Korth.) merupakan salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia. Khasiat utama daun puspa di antaranya sebagai obat analgesik dan antiplasmodial. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan daun puspa dengan melihat pengaruh pemberian ekstrak etanol daun puspa secara berulang selama 90 hari terhadap parameter SGOT, SGPT, dan Kreatinin pada tikus putih jantan dan betina galur Wistar. Penelitian menggunakan 6 kelompok hewan uji, di antaranya kelompok kontrol, kelompok dosis 700 mg/kgBB, dan kelompok satelit. Sediaan uji berupa ekstrak etanol daun puspa yang disuspensikan dalam larutan PGA 2%. Parameter uji diukur menggunakan prinsip reflektansi bola lampu Ulbricht’s suatu berkas sinar. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemberian ekstrak etanol daun puspa secara berulang selama 90 hari terhadap parameter uji pada tikus jantan dan betina galur Wistar. Pengaruh yang signifikan terjadi setelah masa pemulihan dengan adanya peningkatan kadar SGPT pada tikus jantan.Item HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN TERHADAP KETUNTASAN TERAPI TB DENGAN METODE DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-COURSE (DOTS) DI KOTA TASIKMALAYA(2010) KANDIDA HILDA NOVIKA; Rizky Abdulah; Angga Prawira KautsarTuberkulosis merupakan penyakit menular yang perlu diterapi dengan tepat dan dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu faktor keberhasilan terapi adalah adanyakepatuhan penggunaan obat oleh pasien. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan pasien terhadap ketuntasan terapi dengan metode DOTS di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan pada 50 pasien dewasa tuberkulosis paru rawat jalan di Puskesmas di Kota Tasikmalaya yang sudah mendapatkan terapi minimal 2 bulan dan melakukan kontrol pada bulan September - Desember 2014. Alat yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah kuesioner MMAS -8 untuk melihat tingkat kepatuhan pasien dan rekam medis pasien. Hubungan skor kepatuhan dengan keberhasilan konversi menggunakan analisis uji Chi-square. Hasil analisis 90% tingkat kepatuhan masuk kedalam kategori tinggi, 10% tingkat kepatuhan masuk ke dalam kategori sedang, dan tidak ada yang masuk ke dalam kategori rendah. Ketuntasan pasien didapatkan 82% melakukan terapi DOTS sampai tuntas. Sebanyak 18%melakukan terapi DOTS tidak tuntas. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai signifikan 0,048, maka terdapat hubungan antara kepatuhan pasien dengan ketuntasan terapi dengan metode DOTS.Item PENGUJIAN AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TRENGGULI (Cassia fistula L.) SEBAGAI KANDIDAT SEDIAAN HEPATOPROTEKTOR ORAL(2012) FITRI NURUL R; Anas Subarnas; Anis Yohana ChaerunisaaPenyakit hati merupakan masalah dunia dengan angka kematian tinggi. Hasil pengobatan penyakit hati secara konvensional tidak memuaskan, memberikan banyak efek samping, dan cukup mahal. Salah satu obat pilihan alternatif yang digunakan dalam pengobatan penyakit hati adalah hepatoprotektor. Trengguli khususnya bagian kulit batang memiliki aktivitas hepatoprotektor. Pemanfaatan ekstrak etanol kulit batang trengguli dapat ditingkatkan dengan dilakukannya pengolahan menjadi suatu sediaan farmasetik oral seperti granul instan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas hepatoprotektor dari ekstrak etanol kulit batang trengguli (Cassia fistula L.), membuat sediaan granul instan dari ekstrak etanol kulit batang trengguli (Cassia fistula L.), serta menguji aktivitas hepatoprotektor granul instan ekstrak etanol kulit batang trengguli (Cassia fistula L.) pada tikus putih jantan galur Wistar dengan metode induksi parasetamol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang trengguli dosis 0,15 dan dosis 0,3 g/kg berat badan dapat menurunkan kadar SGPT secara signifikan dibandingkan dengan kontrol masing-masing sebesar 60,83 dan 56,95 IU/L dan kadar SGOT masing-masing sebesar 134,30 dan 110,17 IU/L. Aktivitas hepatoprotektor terbaik dimiliki oleh ekstrak etanol kulit batang trengguli dosis 0,3 g/kg berat badan sebesar 59,76% untuk SGPT dan 47,76% untuk SGOT. Telah diperoleh formula granul instan ekstrak etanol kulit batang trengguli dengan metode granulasi basah pada variasi konsentrasi maltodekstrin sebesar 20,8, 25,8, dan 30,8%. Granul instan ekstrak etanol pada dosis 0,3 g/kg berat badan dengan konsentrasi maltodekstrin sebesar 30,8% merupakan granul instan terbaik dan mempunyai aktivitas hepatoprotektor sebesar 20,83% untuk SGPT dan 34,62% untuk SGOT.Item EKSPRESI GEN PENGKODE HUMAN EPHIDERMAL GROWTH FACTOR REKOMBINAN (rhEGF) DENGAN SIGNAL PEPTIDA PECTATE LYASE B (PelB) PADA ESCHERICHIA COLI BL21(DE3) DENGAN INDUKSI L-RHAMNOSA(2012) RISWANTO N; Tina Rostinawati; SriwidodoHuman Ephydermal Growth Factor (hEGF) merupakan hormon dengan BM 6.2 kDa yang berfungsi dalam proliferasi dan migrasi sel-sel epitel dan fibroblas. Secara luas hEGF digunakan sebagai agen penyembuh luka dan bahan kosmetika. Kebutuhan yang tinggi akan hEGF membuat penelitian untuk produksinya semakin meningkat . Pada penelitian ini dilakukan ekspresi gen pengkode hEGF rekombinan (rhEGF) dengan bantuan signal peptida pectate lyase B pada E.coli BL21(DE3) untuk menghasilkan rhEGF yang disekresikan ke periplasma dan medium. Pembuatannya dimulai dengan mentransformasi vektor ekspresi pD881-PelB yang memiliki gen pengkode rhEGF ke dalam E.coli BL21(DE3). Transforman ditumbuhkan dalam medium Luria Bertani cair dan diinduksi pada OD600nm 0,7 dengan 4 mM L-rhamnosa untuk mengekspresikan rhEGF. Kultur dipanen 20 jam setelah induksi dan protein dalam medium dikarakterisasi dengan SDS PAGE. Hasilnya, terdapat pita protein rhEGF dengan BM 6,2 kDa. Hasil pengukuran ELISA menunjukkan terdapat 310,81 µg/mL rhEGF yang berhasil diekspresikan. Namun pemurnian rhEGF dengan kromatografi penukar anion hanya menghasilkan 0.225 % rhEGF yang belum murni dari total protein rhEGF yang terdapat didalam medium. Kata kunci: L-rhamnosa , Kromatografi Penukar Anion, Pectate Lyase B, rhEGF.Item Sitotoksisitas Ekstak dan Fraksi Daun Jambu Air (Eugenia aquea Burm.f.) Terhadap Sel Kanker Prostat DU145 Dengan Metode Water Soluble Tetrazolium Assay(2012) YOCKIE DHEAFITHRAZA; Anas Subarnas; Raden Maya FebriyantiKanker merupakan penyakit nomor dua penyebab kematian dengan kanker prostat menempati urutan kedua jenis kanker yang paling banyak diderita oleh pria di dunia. Terdapat beberapa jenis pengobatan kanker prostat dan terapi hormon merupakan jenis pengobatan yang paling umum dilakukan. Namun, masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu belum selektif serta men yebabkan impotensi, osteoporosis dan sebagainya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan alternatif yang berasal dari bahan alam. Salah satu tumbuhan yang sudah diteliti memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7 adalah daun Eugenia aquea Burm.f. Dalam penelitian ini, dilakukan uji sitotoksisitas ekstrak dan fraksi daun E.aquea Burm.f terhadap sel kanker prostat DU145 dan sel normal HaCaT untuk mengetahui aktifitas dan selektifitas E.aquea Burm.f dengan mengunakan metode WST Assay. Hasil uji sitotoksisitas terhadap sel kanker prostat DU145 menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air memiliki nilai IC50 masing-masing 95,15 µg/mL, 152,64 µg/mL, 216,42 µg / mL, dan 179,4 µg/mL. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi terhadap sel normal HaCaT memiliki nilai dengan kriteria sedang hingga lemah sehingga bisa dikatakan cukup aman.Item UJI PERPANJANGAN EFEK STIMULAN KAFEIN PADA MENCIT DENGAN PENAMBAHAN NARINGIN(2012-08-03) MOHD. FARIQ AIMAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenNaringin adalah sejenis flavonoid glikosida, pigmen larut air, ditemukan di buah anggur dan citrus. Naringin memiliki efek farmakologi antaranya adalah menghambat pembentukan metabolit obat-obatan tertentu oleh sitokrom P450. Keuntungan dari efek ini adalah bisa meningkatkan waktu paruh suatu obat dengan cara menghambat kerja sitkrom P450. Dalam penelitian ini, Naringin digunakan untuk memperpanjang efek stimulan kafein dengan memperlambat proses metabolisme kafein karena kafein dimetabolisme oleh sitokrom P450. Kafein adalah stimulan saraf pusat dan stimulant metabolik, digunakan secara umum dan secara pengobatan untuk mengurangi kelelahan dan memulihkan fokus. Naringin dan kafein dilarutkan ke dalam aqua destillata secara terpisah dan diberikan ke mencit secara oral. Kafein diberikan dengan dosis yang tetap bagi setiap mencit dengan dosis 200mg dan Naringin diberikan dengan dosis bertingkat 100mg, 200mg, dan 300mg. Hasil menunjukan bahwa naringin memperpanjang waktu efek stimulan kafein dalam tubuh dan dosis paling efektif pada naringin 200mg. Naringin is a flavanone glycoside, pigment that dissolve in wáter, found in grapes and citrus. It exerts a variety of pharmacological effects such as inhibtitant of selected drug metabolizing cytochrome P450 enzymes. The benefit from this effect is that it can increase the half life of certain drugs by inhibiting the cytochrome P450. In this study, Naringin were used to prolong caffein stimulant effect by slowing the metabolism of caffein because caffein were metabolize by the cytochrome P450. Caffeine is a central nervous system and metabolic stimulant, used recreationally and medically to reduce physical fatigue and to restore alertness. Naringin and caffein were dissolve separetely in sterile water and given directly to a mice from an oral route. Caffein were given constantly 200mg to all mice and naringin doses were 100mg, 200mg and 300mg. The test result shows that Naringin prolong caffein’s stimulant effect time in the body and the most effectif dose is the 200mg naringin.Keyword: Inhibitant drug metabolite, stimulant, increase circulationItem PENGARUH MODIFIKASI KRISTAL KALSIUM ATORVASTATIN TERHADAP LAJU DISOLUSI(2012-08-03) A FARISAN PRAMANAPUTRA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKalsium atorvastatin merupakan salah satu obat anti-kolesterol yang memiliki bentuk kristal yang banyak dan dengan kelarutan yang kurang baik, dengan bioavailabilitas yang hanya mendekati 14%. Penelitian mengenai pengaruh perubahan bentuk Kristal kalsium atorvastatin terhadap profildisolusi bertujuan untuk mengetahui terbentuk atau tidaknya Kristal kalsium atorvastatin bentuk lain setelah proses modifikasi dan mengetahui perbandingan profil disolusi berdasarkan hasil uji disolusi terbanding. Metode penelitian meliputi modifikasi Kristal dengan mengacu kepada jurnal European Patent dengan modifikasi pada suhu pemanasan dan pendinginan, karakterisasi terhadap produk kristal yang terbentuk dengan menggunakan difraksisinar x dan spektrofotometer infra merah, juga uji disolusi terbanding. Metode modifikasi Kristal menghasilkan Kristal baru kalsium atorvastatin bentuk V. Hasil modifikasi Kristal kalsium atorvastatin menunjukkan kristalA adalah kalsium atorvastatin tanpa modifikasi, kristal B dan C adalah kalsium atorvastatin modifikasi dengan pelarut etanol dan metanol. Pada hasil uji disolusi terbanding diperoleh bahwa Kristal B dan C melarut 16% dan 6,3% lebih banyak dari kristal A pada 45 menit pada daparfosfat pH 6,8, kristal B dan C melarut 14,55% dan 23,65% lebih banyak dari kristal A pada 45 menit pada daparasetat pH 4,5 kristal B dan C melarut 4,97% dan 7,545% lebih banyak dari kristal A pada 45 menit pada daparasamklorida pH 1,2 Patient of diabetes mellitus type 2 patient has role of insulin, so that occasionally patient of diabetes mellitus type 2 has condition diabetes and diabetic dyslipidemia. So that needed double therapy of antidiabetic and antidyslipidemia. The extract of nutmeg seed (Myristica fragrans Houtt.) has double action as agonist of Peroxisome Proliferator-Activated Receptors (PPAR), they are PPARαand PPARγ which are have avtion as antidiabetic and antidyslipidemia. This study of tablets of nutmeg seed extract free safrole and myristicin (Myristica fragrans Houtt.) has been tested from pre-clinic test and clinic test of phase 1, the results show that product are safe and understanding for its using in healthy volunteer. This experiment is done about the toxicity in patients with type 2 diabetes mellitus. Tablets of nutmeg seed extract free safrole and myristicin are given orally everyday for 28 days with a dose of 300 mg/day. Measurement the levels of Creatinine, SGOT, SGPT, Hematology (Haemoglobine, Leucosite, Eritrosite, Trombosite, and Hematocrite) done on week-0 (M0) as base-line, week-2 (M2) that is 2 weeks (14 days) from M0, and week-4 (M4) that is 4 weeks (28 days) from M0 . Measurements carried out by using the Roche/Hitachi 917 Modular analyzer (Testing of Creatinine, SGOT, and SGPT) with the equipments and Sysmex XT -2000i (testing of hematology). Experimental data were statistically analyzed by Analyze of Varians (ANOVA) Single Factor method. The results of this study showed there is no overall difference in blood triglyceride levels before and after in using of tablets of nutmeg seed extract (Myristica fragrans Houtt.) free safrole and myristicin with a dose of 300 mg/day for 4 weeks (28 days). This results showed that tablets of nutmeg seed extract are safe in patients with type 2 diabetes mellitus.Keywords: Myristica fragrans Houtt, type 2 diabetes mellitus , toxcicityItem PENGUJIAN ANTISEPTIK EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, DAN KOMBINASINYA(2012-08-03) IMANUEL KURNIAWAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenInfeksi kulit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Golongan bakteri yang umumnya menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus, Streptococcus, dan Pseudomonas. Antiseptik ekstrak etanol daun bandotan diketahui dapat mempercepat proses penyembuhan luka terbuka pada tikus. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, dan kombinasinya. Konsentrasi bakteri diukur secara turbidimetri dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun bandotan memiliki efektivitas yang sama dengan kontrol terhadap penyembuhan luka yang diinduksi bakteri Staphylococcus aureusdan kombinasi Staphylococcus aureusdan Streptococcus mutans. Skin infection can be caused by bacteria, virus and fungi. The bacteria causing infection is commonly Staphylococcus, Streptococcus, and Pseudomonas. Antiseptic extract ethanol leaves bandotan known can speed the process of healing wounds open in rats. This study aims to do our tests extract leaves bandotan against bacteria, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, and their combinations. Bacterial concentration measured in turbidimetri by using spectrophotometer. The result showed extract ethanol leaves bandotan has same effectiveness to control of healing wound induced Staphylococcus aureus and combinations of Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans.Keywords: Ageratum conyzoides L., Antiseptic, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutansItem STUDI KOMPUTASI 6-GINGEROL, 6-SHOGAOL, DAN 6-PARADOL DARI JAHE (Zingiber officinale Roscoe) SEBAGAI INHIBITOR SELEKTIF SIKLOOKSIGENASE-2(2012-08-03) EVI YANTI S; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSenyawa 6-gingerol, 6-shogaol, dan 6-paradol merupakan komponen senyawa fenolik jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang memiliki aktivitas antiinflamasi. Docking molekul dilakukan untuk memvisualisasikan interaksi ketiga senyawa dengan siklooksigenase dan menentukan selektivitasnya terhadap COX-2. Senyawa 6-gingerol, 6-shogaol, dan 6-paradol berinteraksi dengan siklooksigenase secara mudah yang ditunjukkan dengan nilai energi ikatan yang rendah, yaitu -7,40; -7,27; dan -7,20 Kkal/mol pada enzim COX-1 serta -7,97; -8,10; dan -7,80 Kkal/mol pada enzim COX-2 secara berturut-turut. Interaksi terjadi melalui pembentukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Nilai indeks selektivitas perhitungan sebesar 0,2-0,4 menunjukkan bahwa ketiga senyawa dikategorikan sebagai preferential COX-2 inhibitor. Senyawa 6-gingerol, 6-shogaol, dan 6-paradol berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antiinflamasi dengan nilai Ki terhadap COX-2 sebesar 1,46; 1,16; dan 1,93 µM secara berturut-turut. Phenolic compounds of ginger (Zingiber officinale Roscoe), 6-gingerol, 6-shogaol, and 6-paradol have been proven to show anti-inflammatory activity. Molecular docking was perform to visualize their interaction with cyclooxygenase and to determine their selectivity toward COX-2. All three compounds interact easily with the target enzyme as shown by the docking energy, -7.40, -7.27, and -7.20 Kcal/mol with COX-1, and -7.97, -8.10, and -7.80 Kcal/mol with COX-2 respectively. Interaction were occurred via hydrophobic and hydrogen bonds. Calculated selectivity index were in range 0.2 to 0.4 shows that the three compounds are defined as preferential COX-2 inhibitor. The three studied compounds are considered can be developed further as anti-inflammatory agent with Ki values of COX-2 are 1.46; 1.16; and 1.93 µM respectively. Keywords: 6-gingerol, 6-shogaol, 6-paradol, Cyclooxygenase, Molecular dockingItem STUDI KOMPUTASI ISOPANDURATIN A, 4-HIDROKSIPANDURATIN A, KAEMPFERIDA DAN ETIL p-METOKSISINAMAT DARI TANAMAN SUKU ZINGIBERACEAE SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE DAN ALPHA MELANOCTYE STIMULATING HORMONE(2012-08-03) KARINA MUTHIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTirosinase dan alpha melanocyte stimulating hormone (α-MSH) berperan dalam proses pigmentasi kulit. Isopanduratin A dan 4-hidroksipanduratin A rimpang Kaempferia pandurata Roxb., kaempferida rimpang Alpinia officinarum Hance. dan etil p-metoksisinamat (EPMS) rimpang Kaempferia galanga L. terbukti memiliki aktivitas penghambatan tirosinase secara empiris dan in vitro. Studi docking molekul dilakukan untuk memvisualisasikan interaksi tingkat molekul keempat senyawa dengan tirosinase dan α-MSH kemudian aktivitasnya dibandingkan dengan arbutin, asam kojik, dan hidrokuinon. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan tirosinase dan α-MSH berturut-turut mulai dari yang terbaik adalah kaempferida, isopanduratin A, 4-hidroksipanduratin A, dan EPMS. Dapat disimpulkan senyawa tersebut lebih mudah berinteraksi dengan tirosinase dibandingkan α-MSH. Keempat senyawa kecuali EPMS berpotensi menghambat tirosinase lebih baik dibandingkan arbutin, asam kojik, dan hidrokuinon. Tyrosinase and alpha melanocyte stimulating hormone (α-MSH) involved in skin pigmentation process. Isopanduratin A and 4-hydroxypanduratin A of Kaempferia pandurata Roxb. rhizome, kaempferide of Alpinia officinarum Hance rhizome and ethyl p-metoxycinnamate (EPMS) of Kaempferia galanga L. rhizhome have shown inhibitory activity of tyrosinase both empirically and in vitro. Molecular docking studies has been performed to visualize molecular interaction of these compounds with tyrosinase and α-MSH then the activity was compared to arbutin, kojic acid, and hidroquinon. The results indicate that the inhibitory activity of tyrosinase and α-MSH in a row starting from the best are kaempferide, isopanduratin A, 4-hydroxypanduratin A, and EPMS. In conclusion these compounds interacted more easily with tyrosinase than α-MSH. These four compounds except EPMS potentially inhibit tyrosinase better than arbutin, kojic acid, and hydroquinone. Keywords: Isopanduratin A, 4-Hydroxypanduratin A, Kaempferide, EPMS, Tyrosinase , α-MSH, Molecular dockingItem ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)(2012-08-03) MUHAMMAD QALIFF; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenBiji jinten hitam (Nigella sativa L.) dikatakan memiliki berbagai khasiat antara lain analgesik, antiinflamasi, antihistamin, antioksidan, antikanker, imunomodulator, antihipertensi, dan antivirus. Khasiat antioksidan dari biji jinten hitam diduga karena adanya senyawa flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa flavonoid daribiji jinten hitam (Nigella sativa L.). Pemisahan ekstrak dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan air dan terlihat bahawa flavonoid ada di fraksi air setelah dilakukan kromatografi lapis tipis dengan pengembang butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4 : 1 : 5. Fraksi air kemudian dipisahkan dengan cara kromatografi lapis tipis preparatif hingga diperoleh isolat NS – 1. Isolat NS – 1 merupakan suatu flavonoid yang berbentuk serbuk, mempunyai Rf 0,32 dengan pengembang butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5), terlihat berupa tidak berwarna pada sinar tampak, berwarnabiru keunguan pada sinar UV 254nm,birukeunguan pada sinar UV 366nm, dan memberikan fluoresensi berwarna biru terang dengan penampak bercak AlCl3. Spektrofotometri UV-Vis menunjukkan bahawa isolat NS-1 mempunyai puncak panjang gelombang maksimun pada 271 nm dan 310 nm. Black seed (Nigella sativa L.) is said to have a variety of medical properties such as analgesic, antiinflammation, antihistamine, antioxidant, anticancer, immunomodulator, antihypertension and antivirus. The antioxidant effect isdeduced to come from the presence of flavonoid. This research functions as to observe the presence of flavonoid in black seed (Nigella sativa L.). The separation of extract is done by the method of liquid – liquidextraxtion with the solvent of n-hexane, ethyl acetate & water& it is concluded that flavonoid is presence in the water fraction after the thin layer chromatography routine with the solvent of buthanol : acetic acid : water by the comparison of 4 : 1 : 5. The water fraction is then separated by preparative thin layer chromatography methode until an isolate of NS – 1 is found. Isolate NS – 1 is a powdered flavonoid which has a retention factor (Rf) of 0,32 with the solvent of buthanol : acetic acid : water (4 : 1 : 5), seen as a colorless dot under visible light, a purplish blue colored fluorescence dot under 254 nm ultraviolet light, a purplish blue colored fluorescence dot under 366 nm ultraviolet light, & seen as a light blue colored fluorescence dot with the help of AlCl3. UV-vis spectrophotometry shows that NS – 1 isolate has a peak at maximum wave length of 271 nm & 310 nm.Keywords: Black Seed, Flavonoid, Maseration, Liquid-liquid ExtractionItem STUDI KOMPUTASI FURANODIENON, PROKURKUMENOL, KURDION, DAN DEHIDROKURDION DARI RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) DENGAN RESEPTOR ESTROGEN ALFA (ER)(2012-08-03) YOVITA CATHERINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenERα, yang diinduksi oleh estradiol, yaitu agonisnya, mengaktifkan gen-gen yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker payudara, dengan demikian menjadikannya sebagai target menarik untuk pencarian obat anti kanker payudara. Minyak atsiri rimpang temu putih (Curcuma zedoaria), yang terdiri dari beberapa senyawa misalnya, furanodienon, prokurkumenol, kurdion, dan dehidrokurdion, diduga dapat menempati kantung aktif ERα karena memiliki aktivitas hambat terhadap sel MCF-7 pada pengujian in vitro. Docking molekul dilakukan terhadap senyawa furanodienon, prokurkumenol, kurdion, dan dehidrokurdion untuk memvisualisasikan interaksi antara ligan-ligan tersebut dengan ERα dibandingkan dengan estradiol dan tamoksifen, menggunakan perangkat lunak AutoDock Vina.Hasil docking molekul menunjukkan bahwa senyawa furanodienon, prokurkumenol, kurdion, dehidrokurdion, dan tamoksifen berinteraksi hidrofobik dengan ERα sedangkan estradiol membentuk ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Semua senyawa uji diprediksi dapat menempati kantung aktif ERα, berturut-turut dari yang terbaik, furanodienon, prokurkumenol, dehidrokurdion, dengan nilai Ki sebesar 1,1154 µM, dan kurdion, dengan nilai Ki sebesar 1,365 µM. ERα, induced by estradiol,that is its agonist, activates the growth of breast cancergenes, therefore this macromolecule is an interestingtarget for anti breast cancer drug discovery.Essential oils of white tumerics (Curcuma zedoaria), consist of several compounds, which are furanodienone, procurcumenol, curdione, and dehydrocurdione, were predicted to be located in active pocket of ERα because their inhibitory activity against MCF-7. Molecular docking wereconducted between furanodienone, procurcumenol, curdione, and dehydrocurdione to visualize the their interactions with ERα, compared to estradiol and tamoxifen, by using AutoDock Vina.Molecular docking indicated that furanodienone, procurcumenol, curdione, dehydrocurdione, and tamoxifen interact with ERα via hydrophobic interactions, while estradiol forms hydrogen bonds and hydrophobic interaction. All tested ligands can be located in the active pocket of ERα, based on the Ki values, which are 1,154µM, for furanodienone, procurcumenol, and dehydrocurdione, and 1,365µM, for curdione.Keywords : ERα, Furanodienone, Procurcumenol, Curdione, Dehydrocurdione, DockingItem UJI TOKSISITAS TABLET EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2(2012-08-03) YUNITA WULANDARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami resistensi insulin, sehingga pada umumnya penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami kondisi diabetes dan dislipidemia diabetik. Dengan demikian dibutuhkan terapi antidiabetes dan antidislipidemik. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt.) memiliki aktivitas ganda, yaitu agonis Peroxisome Proliferator-Activated Receptors (PPAR), yaitu PPARα dan PPARγ yang berperan sebagai antidiabetes dan antidislipidemik. Tablet ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt.) bebas safrol dan miristisin tersebut telah melalui uji praklinik dan klinik fase I, hasilnya menunjukkan bahwa produk tersebut aman digunakan dan dapat ditoleransi oleh sukarelawan sehat. Pada penelitian ini dilakukan pengujian toksisitas tablet ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt.) bebas safrol dan miristisin pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Tablet ekstrak biji pala bebas safrol dan miristisin diberikan peroral setiap hari selama 28 hari dengan dosis 300 mg/hari. Pengukuran kadar kreatinin, SGOT, SGPT, dan hematologi (hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit, dan hematokrit) dilakukan pada minggu ke-0 (M0) sebagai base-line, minggu ke-2 (M2) yaitu setelah 2 minggu (14 hari) dari M0, dan minggu ke-4 (M4) yaitu setelah 4 minggu (28 hari) dari M0. Pengukuran menggunakan alat fotometer otomatis Roche/Hitachi 917 Modular analyzer (pemeriksaan kreatinin, SGOT, dan SGPT) beserta alat-alat pendukungnya dan Sysmex XT -2000i (pemeriksaan hematologi). Data hasil percobaan dianalisis secara statistik dengan metode Analisis of Varians (ANOVA) Single factor. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang bermakna antara sebelum dan sesudah penggunaan tablet ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt) bebas safrol dan miristisin dengan dosis 300 mg/hari selama 4 minggu (28 hari). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tablet ekstrak biji pala tersebut aman pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Patient of diabetes mellitus type 2 patient has role of insulin, so that occasionally patient of diabetes mellitus type 2 has condition diabetes and diabetic dyslipidemia. So that needed double therapy of antidiabetic and antidyslipidemia. The extract of nutmeg seed (Myristica fragrans Houtt.) has double action as agonist of Peroxisome Proliferator-Activated Receptors (PPAR), they are PPARαand PPARγ which are have avtion as antidiabetic and antidyslipidemia. This study of tablets of nutmeg seed extract free safrole and myristicin (Myristica fragrans Houtt.) has been tested from pre-clinic test and clinic test of phase 1, the results show that product are safe and understanding for its using in healthy volunteer. This experiment is done about the toxicity in patients with type 2 diabetes mellitus. Tablets of nutmeg seed extract free safrole and myristicin are given orally everyday for 28 days with a dose of 300 mg/day. Measurement the levels of Creatinine, SGOT, SGPT, Hematology (Haemoglobine, Leucosite, Eritrosite, Trombosite, and Hematocrite) done on week-0 (M0) as base-line, week-2 (M2) that is 2 weeks (14 days) from M0, and week-4 (M4) that is 4 weeks (28 days) from M0 . Measurements carried out by using the Roche/Hitachi 917 Modular analyzer (Testing of Creatinine, SGOT, and SGPT) with the equipments and Sysmex XT -2000i (testing of hematology). Experimental data were statistically analyzed by Analyze of Varians (ANOVA) Single Factor method. The results of this study showed there is no overall difference in blood triglyceride levels before and after in using of tablets of nutmeg seed extract (Myristica fragrans Houtt.) free safrole and myristicin with a dose of 300 mg/day for 4 weeks (28 days). This results showed that tablets of nutmeg seed extract are safe in patients with type 2 diabetes mellitus.Keywords: Myristica fragrans Houtt, type 2 diabetes mellitus , toxcicityItem UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN JINTEN (Coleus amboinicus Lour.) TERHADAP BAKTERI Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) DAN Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant (PAMR) DENG(2012-08-03) M SOFIAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSalah satu tumbuhan di Indonesia yang memiliki kandungan minyak atsiri sebagai antibakteri adalah daun jinten (Coleus amboinicus Lour.). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jinten mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa tetapi belum pernah dilaporkan untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jinten (Coleus amboinicus Lour.) terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant (PAMR), menentukan konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM), dan menentukan konsentrasi bunuh minimum (KBM). Pengujian aktivitas antibakteri, penentuan KHTM dan KBM dilakukan dengan metode mikrodilusi. Hasil pengujian aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jinten menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jinten memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri resisten tersebut. KHTM minyak atsiri daun jinten terhadap MRSA terletak pada konsentrasi 750 µg/mL dan KBM terletak pada konsentrasi 1000 µg/mL. KHTM minyak atsiri daun jinten terhadap bakteri PAMR terletak pada konsentrasi 375 µg/mL, dan KBM terletak pada konsentrasi 750 µg/mL. Hasil Gas chromatography–mass spectrometry (GCMS) menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jinten mengandung Carvacrol, Caryophyllene, Bergamotene, dan α Humulene. One of the plants in Indonesia that contains oil as an antibacterial is Jinten leaves (Coleus amboinicus Lour.). Previous research showed that essential oil of Jinten leaves has a strong antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa but has not been reported for the bacteria Staphylococcus aureus resistant and Pseudomonas aeruginosa resistant. This research was already conducted to determine the antibacterial activity of Jinten leaves essential oil against the Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) bacteria and Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant (PAMR) bacteria, determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC), and determine the Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Test for antibacterial activity, MIC and MBC determined by microdilution method. The results revealed that the essential oil of Jinten leaves have antibacterial activity against these resistant bacteria. The MIC of the Jinten leaves essential oil to MRSA was in concentration of 750 µg/mL and MBC was in concentration of 1000 µg/mL. MIC of the Jinten leaves essential oil to PAMR bacteria was in concentration 375 µg/mL, and MBC was in concentration of 750 µg/mL. Gas chromatography-mass spectrometry (GCMS) result showed that the Jinten leaves contain Carvacrol, Caryophyllene, Bergamotene, and α Humulene.Keywords: Coleus amboinicus Lour., Essential oil, Antibacteria, Methicillin Resistant Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa Multi ResistantItem POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DAN POLA KUMAN PADA PASIEN SEPSIS RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2012-08-03) DIAN CHAIRUNNISA S; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSepsis merupakan penyebab kematian terbesar di dunia yang disebabkan oleh SIRS (System Inflammatory Response Syndrome) dan infeksi. Pemilihan antibiotic empiris harus rasional, adekuat dan tepat untuk menghindari terjadinya resistensi dan mengurangi resiko mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi pada pasien sepsis yang meliputi pola sumber infeksi, pola hasil biakan kuman, pola sensitivitas kuman terhadap antibiotik, pola penggunaan antibiotik, dan pembuatan petunjuk terapi empiris. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif pada bagian rekam medis, dengan kriteria inklusi subyek penelitian adalah pasien yang didiagnosis sepsis, dewasa dan dirawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode Januari-Desember 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber infeksi sepsis terbanyak berasal dari sumber infeksi saluran pernafasan, sedangkan kuman yang paling banyak terdeteksi adalah Klebsiella pneumonia (8.14%), Escherichia coli (4.65%) dan Staphylacoccus hominis (4,65%). Pola penggunaan antibiotic dari 48 jenis antibiotik yang digunakan, terdapat 26 jenis antibioitk yang digunakan pada segmen terbanyak termasuk levofloksasin (15.12%), seftazidim (13.18%), metronidazol (11.24%) memiliki resistensi yang relatif tinggi. Petunjuk pilihan terapi antibiotik empiris diperbaharui dari hasil penelitian berdasarkan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dan sumber infeksi. Sepsis is the leading of mortality in the world that caused by SIRS (System Inflammatory Response Syndrome) and infection. It must be given rational, adequate, and appropriate to avoid resistance and reducing the risk of mortality. This research aimed to study about patients with sepsis, including pattern of infection source, microbe culture, sensitivity of bacteria to antibiotics, antibiotic usage, and guidelines empirical antibiotics therapy. It is an observational research with collecting data retrospectively on the medical record, the inclusion criterias of subject were patients diagnosed with sepsis, adult, and hospitalized in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung during periode Januari-Desember 2011. The result showed that the most source of sepsis infections came from respiratory tract infection, whereas the most detected microbe are Klebsiella pneumonia (8.14%), Escherichia coli (4.65%) and Staphylacoccus hominis (4,65%). The pattern of antibiotics usage, 48 types of antibiotics were used, there was 26 types of antibiotics in the most segments, including levofloxacin (15.12%), ceftazidime (13.18%), metronidazole (11.24%) have a relatively high level of resistance. The guideline of choosing empirical antibiotics therapy was updated by the result of this research based on the sensitivity of microbe and the source of infection.Keyword : infection, sepsis, antibiotics, retrospectiveItem AKTIVITAS ANTIDIABETES FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT DAN AIR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES ALOKSAN(2012-08-03) IMAY ADIYATI HARAHAP; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAktivitas antidiabetes fraksi n-heksana, etil asetat dan air ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) telah diteliti pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan (125 mg/kg BB). Masing-masing fraksi diberikan dengan dosis 400 mg/kg BB secara oral. Sebagai kontrol positif digunakan glibenklamid dosis 0,45 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah puasa dilakukan pada hari ketiga setelah penginduksian aloksan dan pada hari kedua, keempat, ketujuh selama pemberian ekstrak menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 500 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis fraksi secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah (taraf nyata 0,05). Penurunan kadar glukosa tertinggi ditunjukan oleh fraksi air dosis 400mg/kg BB yaitu 66,45% pada hari ketujuh perlakuan, dan fraksi n-heksana sebesar 49,63% dan fraksi etil asetat 45,34% pada hari ketujuh perlakuan. Antidiabetic activity of n-hexane, ethyl acetate, and water fraction of ethanol extract of soursop leaves (Annona muricata L.) seeds had been investigated in white male-Wistar rats induced by alloxan (125 mg/kg of body weight). Each faction is given a dose of 400 mg / kgorally. Used as a positive control dose of glibenclamide 0.45 mg / kg. Measurement offasting blood glucose levels done on the third day after the induced with alloxan and on the second day, fourth, seventh during extract using UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 500nm. The results showed that all three dose fractions can significantly lower bloodglucose levels (real level 0.05). Decrease in glucose levels indicated by thehighest dose of400mg/kg weight fraction of water that is 66.45% on the seventh day oftreatment, andn-hexane fraction of 49.63% and 45.34% ethyl acetate fraction on the seventhday oftreatment. Keyword: Antidiabetic, Soursop Leaves, AlloxanItem AKTIVITAS ANTIDIABETES FRAKSI ETIL ASETAT DAN n-BUTANOL DARI HERBA SASALADAAN (Peperomia pellucida (L.) Kunth.) DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN(2012-08-03) PRANITA KUSUMAWARNI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTumbuhan sasaladaan (Peperomia pellucida (L.) Kunth.) telah lama dikenal memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Telah dilakukan pengujian aktivitas antidiabetes Peperomia pellucida (L.) Kunth. terhadap fraksi etil asetat dan n-butanol dari herba tersebut. Ekstrak etanol diperoleh secara maserasi dengan etanol 70% yang kemudian diekstraksi cair-cair dengan sistem pelarut n-heksan:air, etil asetat:air, dan n-butanol:air, masing-masing dengan perbandingan volume 1:1. Pengujian aktivitas antidiabetes fraksi dilakukan menggunakan metode induksi aloksan pada tikus putih jantan dengan dosis masing-masing fraksi 150 mg/kg BB secara peroral. Kadar glukosa ditentukan secara enzimatik (GOD-PAP) kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 500 nm. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ketiga, keempat, keenam, dan kesembilan setelah diinduksi aloksan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol memiliki aktivitas antidiabetes dengan persentase penurunan 53.44% dan 49.81%. Dengan demikian fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas antidiabetes yang lebih baik daripada fraksi n-butanol, namun kedua fraksi tidak menunjukkan perbedaan nyata pada uji lanjut Newman-Keuls (α = 0,01). Peperomia pellucida (L.) Kunth. has been known to used for treatment many diseases. An antidiabetic activity experiment was done to ethyl acetic fraction and n-butanol fraction.Ethanol extract was obtained by maceration with ethanol 70% and then fractionated by liquid-liquid extraction with three solvent systems n-hexane: water, ethyl acetic:water and n-butanol:water (1:1).The test antidiabetic activity was done to white male rat which induced by alloxan at a dose of 125 mg/Kg BW i.p, and administered each fractions at dose of 150 mg/Kg BW orally. Glucose levels were determined enzymatically by GOD-PAP method and measured by UV-VIS spectrophotometer at 500 nm wavelength. The measurement was done in the third, fourth, sixth and ninth day after induction of alloxan. The result of experiment showed that ethyl acetic fraction and n-butanol fraction have antidiabetic activity with percentage decreasing value at 53.44% and 49.81%.So that ethyl acetic fraction show higher activity than n-butanol fraction, but both of fractions were not significantly different based on Newman-Keuls statistic test (α = 0.01) .Keywords : Peperomia pellucida (L.) Kunth, Antidiabetic, Aloxan, RatItem PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL AKAR PAKIS TANGKUR (Polypodium feei) PADA MENCIT JANTAN(2012-08-03) RISA DEWI KRISTIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPakis tangkur merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan ini telah diketahui memiliki aktivitas analgesik-antiinflamasi, antiulser, antioksidan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol akar pakis tangkur pada mencit jantan galur swiss-webster dengan pembanding alopurinol yang telah diketahui aktivitasnya sebagai antihiperurisemia. Pengujian aktivitas antihiperurisemia dilakukan pada mencit yang diinduksi kalium dan dan jus hati ayam. Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan menggunakan alat UA Sure® setiap jam selama 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar pakis tangkur dapat menurunkan kadar asam urat darah mencit secara bermakna (p Polypodium feei is one plant that used as herbal medication. That plant has some activity which was known experimentally like analgesic-antiinflammatory, antiulcer, and antioxidant. In this experiment etanolic-extract of Polypodium feei roots was experimented to find out its antihyperuricemic activity in Swiss-Webster mice. This experiment also used potassium oxonate combined with chicken liver juice. Uric acid level was measured by UA Sure® every hour during 4 hours of experiment, after given an extract or drug. The result showed that etanolic-extract of Polypodium feei roots could reduce blood uric acid levels (p Keyword : Polypodium feei, Antihyperurisemic, Potassium Oxonate, Chicken Liver Juice