Agroteknologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agroteknologi (S1) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 2077
Results Per Page
Sort Options
Item Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk hayati dan Pati Limbah Cucian Beras pada Media Tanam Subsoil terhadap Pertumbuhan Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) Klon Sidikalang(2006) DEWI SARTIKA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi dosis pupuk hayati EMAS dan pati limbah cucian beras pada media tanam subsoil yang pengaruhnya paling baik terhadap pertumbuhan tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) klon Sidikalang. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Ketinggian tempat ±750 m dpl, jenis tanah Inceptisol dan tipe curah hujan C menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson. Percobaan berlangsung dari bulan Juni 2011 sampai September 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari sebelas perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan tersebut adalah topsoil, subsoil + pupuk anorganik N 1,75 g, subsoil + 25 g pati beras, subsoil + 50 g pati beras, subsoil + 75 g pati beras, subsoil + pupuk hayati EMAS 2,5 g + 25 g pati beras, subsoil + pupuk hayati EMAS 2,5 g + 50 g pati beras, subsoil + pupuk hayati EMAS 2,5 g + 75 g pati beras, subsoil + pupuk hayati EMAS 5 g + 25 g pati beras, subsoil + pupuk hayati EMAS 5 g + 50 g pati beras, subsoil + pupuk hayati EMAS 5 g + 75 g pati beras. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi pupuk hayati EMAS 2,5 g dan 25 g pati limbah cucian beras pada media tanam subsoil memberikan hasil yang menyamai dan lebih baik dari media tanam topsoil sehingga subsoil yang diperkaya dengan pupuk hayati EMAS dan pati limbah cucian beras bisa dimanfaatkan sebagai pengganti fungsi topsoil.Item SELEKSI KETAHANAN TIGA KULTIVAR NILAM (Pogostemon cablin Benth.) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI Ralstonia solanacearum PADA TAHAP AKLIMATISASI(2007) ALDI KHAIRUNNAS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Aldi Khairunnas. 2013. Seleksi Ketahanan Tiga Kultivar Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Penyakit Layu Bakteri Ralstonia solanacearum Pada Tahap Aklimatisasi. Dibimbing oleh Suseno Amien, Citra Bakti dan Luciana Djaya. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan penghasil minyak atsiri. Penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum adalah salah satu kendala dalam produksi tanaman nilam. Metode pemuliaan nilam yang dapat dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap penyakit tersebut adalah dengan kombinasi antara teknik kultur jaringan dengan pemberian mutagen fisik iradiasi sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kultivar tanaman nilam yang tahan terhadap penyakit layu bakteri R. solanacearum. Percobaan dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai Juni 2013 di Laboratorium Teknologi Kultur Jaringan Tanaman, Rumah Kasa Hidroponik D3 Agribisnis dan Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Bahan yang digunakan adalah tiga kultivar nilam hasil iradiasi sinar gamma dan isolat bakteri R. solanacearum. Rancangan percobaan menggunakan analisis deskriptif. Tanaman nilam diinokulasi bakteri R. solanacearum pada umur enam bulan dan muncul gejala layu pada 11 HSI. Hasil penelitian menunjukkan dengan iradiasi sinar gamma 1 krad menghasilkan tiga tanaman kultivar Sidikalang dan empat tanaman kultivar Lhokseumawe tahan terhadap bakteri R. solanacearum setelah diinokulasi. Kata kunci : Nilam, Iradiasi Sinar Gamma, Ralstonia solanacearum, AklimatisasiItem PEMANFAATAN BAKTERI ENDOFIT UNTUK MENEKAN PERKEMBANGAN POPULASI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis Wollenweber) PADA TANAMAN KENTANG(2007) SYAHRIZAL TAQWIM; Noor Istifadah; Agus SusantoSalah satu faktor pembatas yang menjadi kendala para petani kentang adalah Globodera rostochiensis. Salah satu komponen dalam pengendalian penyakit yang ramah lingkungan adalah dengan cara pengendalian biologi. Mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian biologi adalah bakteri endofit. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi isolat bakteri endofit asal ubi dan akar kentang dalam menekan populasi Globodera rostochiensis pada tanaman kentang. Penelitian dilakukan di rumah kaca dan laboraturium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, mulai bulan April sampai Agustus 2012. Isolat bakteri endofit yang digunakan adalah isolat yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yaitu bakteri endofit asal ubi dan akar kentang dari daerah Cisurupan, Pasirwangi, dan Lembang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 11 perlakuan yaitu isolat bakteri endofit, control dan nematisida. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua isolat bakteri endofit perakaran dan ubi kentang dapat menekan populasi G. rostochiensis pada pertanaman kentang. Isolat bakteri endofit tersebut dapat menekan jumlah J2 G. rostochiensis dalam tanah sebesar 48,6%-86,4%, menekan jumlah betina pada akar sebesar 66,6%-86,6% serta menurunkan jumlah sista dalam tanah sebesar 51,7 – 70,6 %.Item APLIKASI PAKET TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Alternaria solani) PADA TANAMAN TOMAT ORGANIK(2008) BOBBY APRILENDY R; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Bobby Aprilendy Ramadhan. 2014. Aplikasi Paket Teknologi Ramah Lingkungan untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Coklat (Alternaria solani) pada Tanaman Tomat Organik. Di bawah bimbingan Noor Istifadah dan Agus Susanto. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi yang tepat dalam mengendalikan penyakit bercak coklat (Alternaria solani) pada tanaman tomat organik. Pada penelitian ini, dilakukan pengendalian dengan menggunakan kompos plus dan pestisida nabati. Percobaan dilakukan di Desa Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, dan di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Mei 2013. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan di lapangan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 3 bedengan dengan 30 tanaman. Untuk percobaan di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil pengujian di lapangan menunjukkan bahwa kompos plus yang berupa formulasi agens antagonis (Trichoderma sp., Papulaspora sp., dan Paecilomyces sp.) dapat menekan penyakit bercak coklat sebesar 40.19%. Penggabungan pengendalian yaitu aplikasi kompos plus dan jamur entomopatogen Paecilomyces sp., serta kompos plus dan fungisida nabati (campuran bawang putih, lengkuas, kunyit) serta insektisida nabati (campuran kipahit, lengkuas, kunyit) dapat menghambat penyakit bercak coklat sebesar 48.94 % dan 50.81%. Pestisida nabati petani (campuran kipahit, lengkuas, kunyit dan campuran bawang putih, lengkuas, kunyit) serta B. asiatica dapat menekan pertumbuhan patogen A. solani secara in vitro sebesar 66.59 % - 73.06%.Item Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat (P) dan Kalium (K) Terhadap Kuantitas dan Kualitas Benih Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Tipe Tegak(2008) RANI SITI ROMLAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem Pengaruh MPF dan Pupuk P terhadap Populasi MPF, Aktivitas Enzim Fosfatase, P Tersedia, Pertumbuhan, dan Bobot Kering Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol asal Jatinangor(2009) FARAH SAUFIKA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Farah Saufika. 2014. Pengaruh MPF dan Pupuk P terhadap Populasi MPF, Aktivitas Enzim Fosfatase, P Tersedia, Pertumbuhan, dan Bobot Kering Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol asal Jatinangor. Dibimbing oleh: Tualar Simarmata dan Betty Natalie Fitriatin. Penelitian untuk mengetahui pengaruh MPF dan dosis pupuk P terhadap populasi MPF, aktivitas enzim fosfatase, P tersedia, pertumbuhan, dan bobot kering tanaman jagung (Zea mays L.) pada Ultisol asal Jatinangor dilakukan dari bulan Mei 2013 sampai Juli 2013 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah inokulan MPF yang terdiri dari empat taraf yaitu : tanpa inokulan, inokulan BPF (Pseudomonas mallei dan Pseudomonas cepacea), inokulan FPF (Penicillium sp. dan Aspergillus sp.), serta inokulan campuran BPF dan FPF. Faktor kedua adalah dosis pupuk P yang terdiri dari lima taraf yaitu : 0 kg ha-1, 9 kg ha-1, 18 kg ha-1, 27 kg ha-1, dan 36 kg ha-1 P2O5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara inokulan MPF dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap populasi BPF dan diameter batang tanaman jagung pada umur 6 MST, tetapi memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap populasi FPF, aktivitas enzim fosfatase, P tersedia, diameter batang pada 2, 4, dan 8 MST, serta bobot kering tanaman. Efek mandiri pemberian inokulan MPF dibandingkan kontrol mampu meningkatkan diameter batang tanaman jagung pada umur 4 MST (13,8%) dan 6 MST (8,3%). Efek mandiri pemberian pupuk 18 kg ha-1 P2O5 mampu meningkatkan populasi FPF (27%) dan bobot kering tanaman jagung (27,6%) dibandingkan kontrol. Bobot kering tanaman jagung berkorelasi positif dengan tinggi tanaman (R2 = 18,4 %). Kata kunci : mikroba pelarut fosfat, pupuk P, Ultisol, P tersedia, fosfatase, Zea mays.Item Pengaruh Pemberin ZPT dan Naungan Vegetasi Tanaman Jagung (Zea mays L) pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kultivar Atlantik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil di Dataran Medium(2009) SUNANDAR SYAFAATTULLOH; Jajang Sauman Hamdani; Wawan SutariABSTRAK Sunandar Syafaattulloh 2014. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Naungan Vegetasi Tanaman Jagung Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kultivar Atlantik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Di Dataran Medium. Di bawah bimbingan Jajang Sauman Hamdani dan Wawan Sutari. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis sayuran dataran tinggi yang mendapat prioritas untuk dikembangkan di Indonesia. Produktivitas kentang di Indonesia masih tergolong rendah sehingga perlu dilakukan perluasan areal yaitu di dataran rendah dan medium. Hambatan utama dalam pengembangan kentang di dataran medium adalah suhu lingkungan yang tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kentang di dataran medium yaitu dengan pemberian kombinasi ZPT tumbuh BAP (Benzylaminopurine), Paclobutrazol dan CCC (Cloro Choline Chloride) serta naungan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kentang di dataran medium yang ditumpangsarikan dengan tanaman jagung sebagai naungan vegetasi dan untuk mendapatkan kombinasi pemberian berbagai jenis ZPT yang dapat meningkatkan hasil dan kualitas hasil. Percobaan dilakukan mulai bulan Juni sampai Agustus 2013 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Unpad Ciparanje, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) pola faktorial. Penggunaan naungan dijadikan sebagai petak utama (main-plot) yang terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa naungan dan naungan vegetasi, dan kombinasi ZPT sebagai anak petak (sub-plot) yang terdiri dari 5 taraf yaitu paclobutrazol + BAP, BAP + CCC, BAP, paclobutrazol and CCC. Hasil percobaan menunjukkan terjadi interaksi antara pemberian BAP dan naungan jagung terhadap luas daun. Pemberian kombinasi Paclobutrazol dapat menekan tinggi tanaman. Hasil kentang lebih tinggi yaitu 717,20 g dan meningkatkan kualitas ubi kentang kelas A, sedangkan aplikasi BAP meningkatkan NPA dan berat kering tanaman. Kata kunci : Kentang, zat pengatur tumbuh BAP (Benzylaminopurine), Paclobutrazol dan CCC (Cloro Choline Chloride).Item IDENTIFIKASI KUTUKEBUL Bemisia tabaci DAN PEMBUATAN KUNCI IDENTIFIKASI DALAM BENTUK PORTABLE DOCUMENT FORMAT (PDF)(2009) ISTIA SITI AMALIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem POPULASI, MORTALITAS Sitophilus oryzae Linn. DAN INTENSITAS KERUSAKAN VARIETAS BERAS YANG BERASAL DARI DAERAH TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL(2010) YOGI AHMAD M P; Sudarjat; Rika MeliansyahABSTRAK Yogi Ahmad MP. 2015. Populasi, Mortalitas Sitophilus Oryzae Linn. dan Intensitas Kerusakan Varietas Beras yang Berasal dari Daerah Tercemar Limbah Industri Tekstil. Dibimbing oleh Sudarjat dan Rika Meliansyah. Sitophilus oryzae Linn. merupakan salah satu hama bahan pangan yang dapat merusak beras. Populasi, mortalitas dan Intensitas kerusakan sangat dipengaruhi oleh kualitas beras. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas beras adalah pencemaran tanaman padi oleh limbah industri tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total populasi, persen mortalitas Sitophilus oryzae Linn. dan Intensitas kerusakan varietas beras yang berasal dari daerah yang tercemar limbah industri tekstil. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor dari bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan terdiri dari tiga varietas beras, yaitu Ciherang, IR64 dan Situ Patenggang yang berasal dari daerah yang tercemar limbah industri tekstil dan tiga varietas beras yang sama yang berasal dari daerah yang tidak terkontaminasi limbah industri tekstil. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Ciherang yang tercemar limbah Industri tekstil menghasilkan populasi Sitophilus oryzae Linn. sebanyak 186,25 ekor imago paling sedikit sedangkan populasi paling banyak yaitu varietas beras Ciherang sebanyak 261,75 ekor imago Sitophilus oryzae Linn. Persen mortalitas Sitophilus oryzae Linn. pada beras tercemar limbah tekstil dan tidak tercemar masing masing varietas tidak menunjukan beda nyata secara statistik. Intensitas kerusakan berdasarkan persen biji berlubang terdapat pada varietas Ciherang yang paling disukai Sitophilus oryzae Linn. Kata Kunci : Populasi, Mortalitas, Intensitas kerusakan, Limbah Industri tekstilItem Pengaruh Dosis Aplikasi Campuran Formula Bionematisida dengan Kompos Terhadap Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Kentang di Lapangan(2010) CICI FIDA FAUZIYYAH; Nenet Susniahti; Toto SunartoNematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) merupakan salah satu nematoda parasit pada tanaman famili Solanaceae diantaranya tanaman kentang. Salah satu alternatif dalam mengendalikan Meloidogyne spp. dengan menggunakan mikroba antagonis dan kompos. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan dosis aplikasi campuran formula bionematisida dengan kompos yang efektif dalam menekan Meloidogyne spp. pada tanaman kentang di lapangan. Percobaan dilakukan di Desa Margamekar Kecamatan Pangalengan dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah dosis campuran formula dengan kompos : A (50 g/tanaman), B (75 g/tanaman), C (100 g/tanaman), D (125 g/tanaman), E (150 g/tanaman), F Kontrol (0 g/tanaman), G (Karbofuran 3% 2 g/tanaman). Hasil percobaan aplikasi campuran formula bionematisida dengan kompos pada dosis 50 g dan 150 g menunjukkan persentase penekanan jumlah gall sebesar70% dan 71%, cenderung lebih tinggi dari dosis aplikasi lainnya. Dosis 150 g juga dapat menekan J2 Meloidogyne spp. sebesar 88%, serta cenderung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kentang di lapangan.Item Pengaruh Dosis Pupuk NPK Terhadap pH, P dan K-Potensial Tanah serta Hasil Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.) Pada Inceptisol, Jatinangor(2011) VALENTINA NAIBAHO; Mahfud Arifin; Rija SudirjaPupuk majemuk NPK adalah salah satu pupuk yang banyak digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk majemuk NPK 16:11:11 terhadap pH, P dan K-potensial tanah sertahasil cabai merah keriting (Capsicum annumL.) pada Inceptisols Jatinangor. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pengelolaan Tanah dan Air serta Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Departemen Ilmu Tanahdan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan. Pengamatan utama dari hasil penelitian dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji jarak Berganda Duncanpada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk majemuk NPK 16:11:11 memberikanpengaruh terhadap P dan K-potensial, panjang buah (cm) dan bobot buah per tanaman (g). Perlakuan ¾ dosis pupuk majemuk NPK memberikan hasil yang lebih baik terhadap bobot buah cabai per tanaman sebesar 242,78 g.tanaman-1. Pupuk majemuk NPK 16:11:11 memiliki potensi dalam meningkatkan hasil cabai merah keriting.Item PENGARUH JENIS MULSA ORGANIK DAN FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.).(2011) RAMADI WIDITA GANDI; Cucu Suherman Victor Zar; Mira AriyantiABSTRAK PENGARUH JENIS MULSA ORGANIK DAN FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.). Ramadi Widita Gandi, Cucu Suherman V.Z., Mira Ariyanti Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Permintaan pasar akan hasil olahan tanaman karet semakin meningkat sehingga tanaman ini perlu terus dikembangkan potensinya. Ketersediaan air menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan karet di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi terbaik antara jenis mulsa dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet. Dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai bulan Juni 2017 yang berlokasi di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang dengan ketinggian tempat 750 meter dari permukaan laut. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 2 faktor. Faktor pertama adalah frekuensi penyiraman setiap hari, 2 hari sekali, dan 3 hari sekali. Faktor kedua adalah jenis mulsa terdiri dari tanpa mulsa, mulsa jerami, dan mulsa serasah daun karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi jenis mulsa dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet. Frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Frekuensi penyiraman 3 hari sekali menghasilkan jumlah daun paling banyak. Kata Kunci: Tanaman Karet, Penyiraman, Pemulsaan, PembibitanItem Pengaruh Formulasi Urea - Zeolit - Arang Aktif dalam Tablet terhadap Pelepasan Nitrogen (NH4+, NO3-) dan Penurunan Konsentrasi Timbal (Pb) pada Tanah Sawah(2011) DELILA DEAGRATHIA N; Rija Sudirja; Diyan HerdiyantoroUrea merupakan jenis pupuk N yang banyak digunakan petani di Indonesia. Urea memiliki sifat mudah hilang di tanah sawah. Penggunaan zeolit dan arang aktif diketahui dapat meningkatkan efisiensi N pada pupuk Urea saat pengaplikasian di tanah sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai formulasi tablet Urea – Zeolit – Arang Aktif dan dosis terbaiknya terhadap efisiensi pelepasan NH4+ (Amonium), NO3- (Nitrat), dan penjerapan logam berat Pb. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang diujikan pada percobaan ini yaitu perbandingan konsentrasi pupuk Urea – Zeolit – Arang Aktif yang terdiri dari 4 formulasi dan 1 kontrol dengan 5 kali pengulangan. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh nyata formulasi dosis campuran antara Urea – Zeolit – Arang Aktif dalam bentuk tablet terhadap kemampuan melepas lambat NH4+, NO3- pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 dan penurunan kelarutan Pb pada minggu ke-1, ke-3 dan ke-4. Formulasi C (Urea 50% : Zeolit 45% : Arang Aktif 5%) merupakan fomulasi paling baik dalam melepas lambat NH4+ pada minggu ke-4. Formulasi E (Urea 95% : Zeolit 5%) merupakan formulasi paling baik dalam melepas lambat NO3- dan menurunkan kelarutan Pb pada minggu ke-4.Item Keragaman Fenotipik dan Korelasi Karakter Morfologi terhadap Ketahanan Colletotrichum acutatum pada 18 Genotip Cabai (Capsicum spp).(2012) PUSTAKA RAIH SHAUMI; Neni Rostini; Ade IsmailKorelasi keragaman fenotipik 18 genotip cabai terhadap ketahanan Colletotrichum acutatum dilakukan untuk memperoleh informasi keragaman fenotipik yang tinggi dan memiliki korelasi terhadap ketahanan penyakit antraknosa. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, dari bulan Agustus 2015 sampai bulan Mei 2016. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 18 genotip cabai sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Populasi 18 genotip cabai tersebut memiliki latar belakang genetik yang berbeda-beda, terdiri dari genotip koleksi unpad dan varietas komersil. Selanjutnya dilakukan uji scott-knott untuk pengelompokkan berdasar nilai rata-rata. Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif diuji menggunakan analisis komponen utama (PCA) untuk melihat seberapa besar nilai kontribusi terhadap keragaman gentik cabai. Karakter-karakter cabai yang memiliki keragaman tinggi dan berkorelasi terhadap ketahanan penyakit Colletotrichum acutatum terdiri atas karakter tinggi tanaman, panjang buah, rasio panjang buah/diameter buah, panjang tangkai buah, ketebalan tangkai buah dan bobot buah pertanaman.Item Keragaman Genetik dan Heritabilitas Karakter Daun 40 Klon Teh Varietas Assamica (Camellia sinensis (L) O. Kuntze. Var. Assamica (Mast)(2012) DERAJAT FITRA M; Noladhi Wicaksana; Agung KaruniawanABSTRAK DERAJAT FITRA MARANDIKA. 2016. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Karakter Daun 40 Klon Teh Varietas Assamica (Camellia sinensis (L) O. Kuntze. Var. Assamica (Mast)). Di bawah bimbingan Noladhi Wicaksana dan Agung Karuniawan. Kebun Percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung memiliki lebih kurang 600 klon teh varietas Assamica yang tidak diketahui asal-usul tetuanya (illegitim). Informasi mengenai keragaman genetik dan heritabilitas karakter yang berpengaruh terhadap hasil tanaman masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan nilai heritabilitas karakter morfologi yang berpengaruh terhadap hasil pada 40 klon teh tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April sampai dengan Juli 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menganalisis Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Hasil analisis Varians yang diperoleh selanjutnya dianalisis komponen utama (PCA) untuk mengetahui karakter-karakter yang berpengaruh terhadap keragaman. Terdapat lima karakter morfologi yang berpengaruh terhadap keragaman, yaitu: panjang daun, lebar daun, jumlah tulang daun, dan sudut percabangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada 40 klon teh varietas Assamica yang diamati terdapat keragaman genetik yang luas dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0.03-0.92 dan terdapat nilai heritabilitas yang tinggi. Kata kunci : Keragaman Genetik, Heritabilitas, Camellia sinensis (L) O. Kuntze. Var. Assamica (Mast))Item PENAMPILAN FENOTIPIK KARAKTER KOMPONEN HASIL DAN HASIL JAGUNG MUTAN GENERASI M 2 DI JATINANGOR(2012-08-07) ANNISA INTAN VALENTINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Annisa Intan Valentina, 2012. Penampilan Fenotipik Karakter Komponen Hasil dan Hasil Jagung Mutan Generasi M di Jatinangor. Di Bawah Bimbingan Dedi Ruswandi dan Anas. Informasi mengenai penampilan fenotipik diperlukan untuk menseleksi. Seleksi merupakan suatu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar untuk mendapat kultivar unggul baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengidentifikasi penampilan fenotipik 786 mutan jagung generasi M2 di Jatinangor. Perearaan lapangan telah dilakukan di Ciparanje, Jatinangor, Kab Sumedang, Jawa Barat, dari bulan September 2010 sampai Februari 2011.Perearaan disusun dalam Rancangan Perbesaran (Augmented Design) dengan 786 individu mutan M dan 18 cek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada karakter jumlah tongkol pertanaman individu mutan M2DR 1.10 memiliki penampilan lebih baik dibandingkan cek DR 6, pada karakter diameter tongkol individu mutan M22DR 4.21 memiliki penampilan lebih baik dibandingkan cek DR18, pada karakter jumlah biji pertongkol individu mutan MDR 18.7 memiliki penampilan lebih baik dibandingkan cek BR 153, pada karakter jumlah biji perbaris individu mutan M22BR 153.28 memiliki penampilan lebih baik dibandingkan cek DR 18, pada karakter bobot biji per tongkol individu mutan MDR 9.99 memiliki penampilan lebih baik dibandingkan cek DR 10, dan pada karakter bobot biji per tanaman individu mutan MDR 9.99 memiliki penampilan lebih baik dibandingkan cek DR 18.222Item RESPON TIGA KULTIVAR KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP BEBERAPA KOMBINASI MEDIA PUPUK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN BA PADA KULTUR IN VITRO(2012-08-07) TIA TRI LESTARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Tia Tri Lestari. 2012. Respon Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.)Terhadap Beberapa Kombinasi Media Pupuk dan Zat Pengatur Tumbuhan NAA dan BA Pada Kultur In-Vitro. Dibimbing oleh: Farida Damayanti dan Citra Bakti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tiga kultivar kentang (Solanum tuberosum L.) terhadap beberapa kombinasi media pupuk dan zat pengatur tumbuh NAA dan BA pada kultur in-vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2011. Metode percobaan yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor dan dua ulangan. Faktor pertama adalah kultivar (tiga taraf), yaitu kultivar Granola (k1), Atlantik (k2) dan Russet Burbank (k). Faktor kedua adalah media kombinasi pupuk anorganik dan zat pengatur tumbuh (sembilan taraf) yaitu tediri dari: pupuk Ma 2 gram/L + BA 2 mg/L + NAA 1 mg/L (m3);pupuk Ma 2 gram/L + BA 3 mg/L + NAA 1 mg/L (m); pupuk Ma 2 gram/L +BA 4 mg/L + NAA 1 mg/L (m32); pupuk Mb 2 gram/L + BA 2 mg/L + NAA 1mg/L (m4); pupuk Mb 2 gram/L + BA 3 mg/L + NAA 1 mg/L (m); pupuk Mb 2gram/L + BA 4 mg/L + NAA 1 mg/L (m); pupuk Mc 2 gram/L + BA 2 mg/L +NAA 1 mg/L (m76); pupuk Mc 2 gram/L + BA 3 mg/L + NAA 1 mg/L (m); pupuk Mc 2 gram/L + BA 4 mg/L + NAA 1 mg/L (m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara kultivar kentang dengan media perlakuan pada karakter jumlah daun, jumlah buku dan ukuran kalus. Pada karakter waktu pembentukan tunas dan daun awal tercepat untuk kultivar Granola ditunjukkan oleh media m 89. Kultivar Atlantik memberikan respon waktu pembentukan tunas dan daun awal tercepat pada media m . Kultivar Russet Burbank menunjukkan respon pembentukan daun dan akar awal tercepat pada media m3.9581Item KEMAMPUAN MIKROBA ASAL AIR RENDAMAN KOMPOSDAN KOMPOS PLUS DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR Alternaria solani Sorr. SECARA IN VITRO(2012-08-07) MELVA FRESYA DESIANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenyakit tanaman merupakan salah satu pembatas dalam produksi tanaman. Pengendalian penyakit yang sering dilakukan petani adalah dengan menggunakan pestisida sintetis yang berpotensi untuk membahayakan manusia dan lingkungan.Salah satu pengendalian ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan bahan organik dan air rendamannya. Kompos dapat digunakan sebagai bahan pembawa agens antagonis seperti kompos plus yaitu kompos yang ditambahkan jamur antagonis Trichoderma sp., Papulaspora sp., dan Paecilomyces sp. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mikroba yang terdapat dalam kompos, kompos plus dan air rendamannya dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen A. solani. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Februari sampai April 2012. Jamur dan bakteri diisolasi dari kompos dan kompos plus beserta air rendamannya. Isolat tersebut diuji kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan jamur A. solani menggunakan metode dual culture dan poisoneous food yang dimodifikasi. Hasil percobaan menunjukkan terdapat perbedaan jenis dan kerapatan populasi mikroba di dalam kompos dan kompos plus beserta air rendamannya. Mikroba antagonis hasil isolasi yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen A. solani secara in vitro adalah Trichoderma sp. dan Aspergillus sp. sebesar 63.1 – 68.9%. Jamur antagonis yang ditambahkan pada kompos plus yaitu Trichoderma sp., Paecilomyces sp., dan Papulaspora sp. dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen tular udara, A.solani, secara in vitro sebesar 43.0 – 68.9%.Item INVENTARISASI PENYAKIT PADA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.) DI KECAMATAN TOMO KABUPATEN SUMEDANG(2012-08-07) KARLIANI ARIFFIFERNIATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Karliani Ariffiferniati, 2012. Inventarisasi Penyakit pada Tanaman Mangga di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Di bawah bimbingan Agus Susanto dan Rika Meliansyah. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu buah yang menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia. Buah ini memiliki rasa yang khas dan warna yang menarik sehingga permintaan mangga baik dari dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen. Salah satu faktor penghambat dalam budidaya mangga adalah adanya serangan penyakit, sampai saat ini belum ada penelitian inventarisasi penyakit yang menyerang tanaman mangga dan sejauh mana kerusakan yang disebabkannya. Maka dari itu saya melakukan penelitian yang berjudul Inventarisasi Penyakit pada Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Kecamatan Tomo merupakan salah satu sentra mangga di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi penyakit pada tanaman mangga. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, pengamatan utama dilakukan secara langsung pada tanaman sampel. Survei diambil dari 3 desa yang mempunyai areal penanaman mangga terluas yaitu desa Karya Mukti, Tolengas dan Jembar Wangi. Inventarisasi patogen dilakukan dengan pengamatan sampel tanaman yang menunjukkan gejala penyakit kemudian diidentifikasi penyebabnya di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Padjadjaran, sedangkan untuk persentase kerusakannya dihitung secara langsung di lapangan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa penyakit yang terdapat pada pertanaman mangga adalah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), penyakit Karat Merah (Cephaleuros virescens kunz) dan Penyakit Embun Jelaga (Capnodium sp.). penyakit-penyakit tersebut terdapat pada ketiga varietas tanaman mangga (Gedong, Arumanis dan Cengkir). ABSTRACT Karliani Ariffiferniati, 2012. Inventory of Plant Disease in Mango in theDistrict of Tomo, Sumedang District. Under the guidance of Agus Susantoand Rika Meliansyah.Mango (Mangifera indica L.) is one of the pieces that became Indonesia’s mainexport commodity. The fruit has a distinctive taste and vibrant colour. Thedemand of mango increase constantly, both from domestic and overseasconsumer. One of inhibitant factors on mangoes cultivation is the existence ofdisease. To date no studies have inventoried the disease that attacks the mangoand the extent of the damage it causes. Therefore I conducted research about “Inventory of Plant Disease in Mango in the District of Tomo, Sumedang District†. Tomo is one of central mangoes cultivation in west java. This studyaims to inventory and identify disease in mango. The research was conducted bysurvey method, the main observations made directly on the plant samples. Surveytaken from the three villages which have the largest mango growing areas KaryaMukti village, Tolengas and Jembar Wangi. Inventory of pathogens carried byobservation that plant sampels showing symptoms of disease later in identifyingthe cause in Fitopatologi Laboratory, Department of Plant and Pest DiseasePadjadjaran University, while the percentage of damage is calculated directly inthe field. Research result indicate that these disease are found in planting mango isAntraknose (Colleototrichum gloeosporioides), Algae leaf spot disease or red rustdisease (Cephaleuros virescens Kunz) and Shooty mould (Capnodium sp). Suchdisease are the three varieties of mango (Gedong, Arumanis and Cengkir).Item SELEKSI PLASMA NUTFAH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TOLERAN TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN(2012-08-07) RAHMATULLOH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Rahmatulloh. 2012. Seleksi Plasma Nutfah Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Toleran Terhadap Cekaman Kekeringan. Dibimbing oleh Suseno Amien dan Agung Karuniawan. Kekeringan merupakan faktor utama yang dapat mengurangi produktivitas kacang tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang interaksi antara genotip kacang tanah dengan cekaman kekeringan dan memperoleh genotip kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan berdasarkan komponen hasil dan hasil. Percobaan dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 hingga Februari 2012 di Rumah Kaca Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan dan diulang dua kali. Faktor pertama adalah genotip, yang terdiri dari dua puluh genotip. Faktor kedua adalah kadar air yang terdiri dari dua taraf, yaitu 100% kapasitas lapang dan 25% kapasitas lapang. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara 20 genotip plasma nutfah kacang tanah dengan kondisi kadar air 100% dan 25% kapasitas lapang terhadap tinggi tanaman 100 HST, bobot kering akar, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Cekaman kekeringan dapat mengurangi tinggi tanaman 100 HST, bobot kering akar, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman. Tidak terdapat interaksi pada karakter tinggi tanaman 40 HST, luas daun spesifik, panjang akar, volume akar, umur panen dan bobot 100 biji. Terdapat dua genotip plasma nutfah kacang tanah yang memiliki toleransi terhadap cekaman kekeringan yaitu genotip Tuban dan genotip Madura 2.