Agroteknologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agroteknologi (S1) by Title
Now showing 1 - 20 of 2077
Results Per Page
Sort Options
Item 15 Aksesi Kentang Hitam (Solenostemon rotundifolius (Poir) J. K. Moert) Berdasarkan Karakter Morfologi dan Agronomi(2013-10-18) LYLA FITRIANI MAULANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem ADAPTABILITAS 36 KLON UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TIPE BARU PADA DUA LOKASI PENANAMAN DI JAWA BARAT(2016-10-14) MUHAMMAD DIVO N; Agung Karuniawan; Noladhi WicaksanaM. Divo Nugroho. 2016. Adaptabilitas 36 Klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Tipe Baru pada Dua Lokasi Penanaman di Jawa Barat. Di bawah bimbingan Agung Karuniawan dan Noladhi Wicaksana. Uji adaptasi merupakan persyaratan untuk melepas suatu klon sebagai varietas unggul. Pada penelitian ini dilakukan uji adaptabilitas 36 Klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Tipe Baru pada Dua Lokasi Penanaman di Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi pengaruh interaksi genotip x lingkungan terhadap penampilan karakter hasil dan komponen hasil 36 klon ubi jalar tipe baru dan mendapatkan klon yang memiliki adaptasi luas atau spesifik wilayah. Percobaan dilakukan di dua lokasi penanaman yaitu di Desa Wonoharjo Kabupaten Pangandaran dan Desa Ciawitali Kabupaten Sukabumi dari bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Desember 2015. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Perbesaran (Augmented Design) dengan 36 klon ubi jalar tipe baru dan empat varietas cek yaitu rancing, ayamurasaki, beta-2, dan ac putih. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara genotip dengan lingkungan yang mempengaruhi karakter hasil dan komponen hasil ubi jalar. Berdasarkan pada karakter hasil bobot per plot ubi jalar terdapat satu klon ubi jalar tipe baru yaitu klon nomor 48(162) yang memiliki adaptabilitas luas di semua lokasi penelitian berdasarkan pada analisis stabilitas Wricke dan analisis LSI. Untuk klon yang memiliki sifat spesifik wilayah di Kabupaten Pangandaran adalah klon nomor 52(108) dan spesifik wilayah di Kabupaten Sukabumi adalah klon nomor 14(73). Klon yang terpilih dapat direkomendasikan untuk dilakukan uji stabilitas sebelum dilepas sebagai varietas unggul baru. Kata kunci : adaptabilitas, augmented desain, ubi jalar, uji adaptasi, stabilitas, metode wricke.Item Aktivitas Bakteri Endofit Asal Tanaman Padi dalam Mendegradasi Kitin, Melarutkan Fosfat, dan Menghasilkan Asam Sianida (HCN)(2018-10-11) KHAIRUNISSA AINUN; Agus Susanto; Fitri WidiantiniBakteri endofit yang diisolasi dari daun, batang dan akar tanaman padi yang sehat dilaporkan memiliki potensi sebagai agen biokontrol. Bakteri endofit dapat menekan perkembangan penyakit blas (Pyricularia oryzae), penyakit bengkak akar (Meloidogyne graminicola), dan penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae). Bakteri endofit diketahui mampu menekan patogen dengan menginduksi ketahanan tanaman, menghasilkan zat antibiotik dan antifungi. Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi aktivitas isolat bakteri endofit asal tanaman padi dalam mendegradasi kitin, melarutkan fosfat dan menghasilkan HCN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2018 sampai Juni 2018 di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan dilakukan dengan menggunakan metode Rangkaian Acak Lengkap dari 9 perlakuan dengan masing-masing diuji sebanyak 3 kali ulangan. Aktivitas degradasi kitin dan pelarutan fosfat terdeteksi dari zona bening yang terbentuk disekitar koloni bakteri pada media pengujian. Aktivitas senyawa HCN diuji menggunakan picrate paper test. Hasilnya menunjukkan sebanyak dua isolat dapat mendegradasi kitin, yaitu isolat Os10 dan Os1. Sebanyak delapan isolat mampu melarutkan fosfat yaitu isolat Os1, Os2, Os3, Os4, Os5, Os6, Os,7 dan Os8. Aktivitas HCN terdapat pada isolat Os2, Os3, Os4, Os7 dan Os10.Item AKURASI METODE NON-DESTRUKTIF MENGGUNAKAN NEAR INFRARED (NIR) SPECTROMETER PADA JAMBU BIJI MERAH(2019-03-20) CILLA AZZAHRA TUSZKANI; Kusumiyati; Syariful MubarokPenelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode non-destruktif menggunakan portable Near-Infrared (NIR) Spectrometer dalam menentukan komponen kualitas hasil buah jambu biji merah seperti kadar air, total padatan terlarut, kekerasan dan warna kulit buah. Untuk memperluas rentang data digunakan buah jambu biji merah yang dikemas dengan empat jenis bahan kemasan yang berbeda serta disimpan pada dua periode simpan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian dan Laboratorium Keteknikan Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor pada September sampai dengan November 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis multivariate data. Pengukuran dilakukan dengan dua cara,yaitu tanpa menggunakan NIR (non-NIR) dan menggunakan Near-Infrared (NIR) Spectrometer. Data dianalisis menggunakan software Unscrambler dengan metode Partial Least Square (PLS). Nilai koefisien korelasi kalibrasi (r), Standar Error (SE) dan Ratio Prediction to Deviation (RPD) yang diperoleh yaitu kadar air r = 0,89 ; SE = 0,9 ; RPD = 1,85. Total padatan terlarut r = 0,93 ; SE = 0,12 ; RPD = 2,14. Kekerasan r = 0.85 ; SE = 0,25 ; RPD = 1,86. Warna L* r = 0,87 ; SE = 0,44 ; RPD = 1,67, a* r = 0,97 ; SE = 0,01 ; RPD = 1,50, b* r = 0,86 ; SE = 0,03 ; RPD = 2,96. Hue r = 0,94 ; SE = 0,44 ; RPD = 2,9. Chroma r = 0.86 ; SE= 0,40 ; RPD = 1,75. Hasil ini menunjukkan bahwa komponen kualitas buah jambu biji merah dapat diprediksi dengan baik menggunakan alat Near-Infrared (NIR) Spectrometer.Item Akurasi Metode Non-Destruktif Menggunakan Near Infrared (NIR) Spectrometer Terhadap Pengukuran Kualitas Hasil Jambu Kristal(2019-03-11) KHANSA ZHAFIRA; Farida; KusumiyatiJambu kristal merupakan salah satu varietas buah yang memiliki daya saing yang tinggi sehingga harus diperhatikan kualitasnya agar diterima oleh konsumen secara luas. Dalam rangka memenuhi kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar, perlu dilakukan pengukuran kualitas jambu kristal untuk mendapatkan produk yang seragam. Penelitian ini dilakukan pada berbagai periode penyimpanan dan jenis kemasan karena keduanya akan menghasilkan nilai kualitas berbeda yang berguna untuk meningkatkan rentang variasi data. Pengukuran kualitas yang mulai banyak digunakan adalah metode non-destruktif dengan menggunakan NIR karena pengukuran dapat dilakukan dengan cepat dan tidak merusak sampel sehingga dapat dijual kembali. Pengukuran komponen kualitas jambu kristal menggunakan NIR belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan penggunaan NIR dan keakuratan nilai kualitas pada jambu kristal dengan metode NIR terhadap metode destruktif. Penelitian dilakukan dari April-Oktober 2018 di laboratrium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dengan menggunakan metode PLS. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai-R, standar error dan CV yang dihasilkan secara berturut-turut adalah 0.94, 0.8, 0.94 untuk kadar air, 0.96, 0.33, 3.96 untuk total padatan terlarut, 0.92, 1.48, 2.41 untuk nilai L*, 0.94, 0.97, 9.33 untuk nilai a*, 0.84, 1.42, 4.56 untuk nilai b*, 0.85, 6.54, 9.99 untuk hue serta 0.82, 1.54, 4.64 untuk chroma, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan NIR terbukti mampu untuk memprediksi berbagai komponen kualitas hasil jambu kristal secara akurat.Item Akurasi Metode Non-destruktif Menggunakan Near-Infrared (NIR) Spectrometer Terhadap Komponen Kualitas Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Stadia Kematangan yang Berbeda(2014-04-22) DEBORA PANDIANGAN; Jajang Sauman Hamdani; KusumiyatiDebora Pandiangan. 2014. Akurasi Metode Non-destruktif Menggunakan Near-Infrared (NIR) Spectrometer Terhadap Komponen Kualitas Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) pada Stadia Kematangan yang Berbeda. Dibimbing oleh Kusumiyati dan Jajang Sauman Hamdani. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode non-destruktif dalam menentukan komponen kualitas hasil buah mentimun (kadar air, kekerasan, warna, dan total padatan terlarut) menggunakan Near-Infrared (NIR) Spectrometer. Mentimun kultivar Wulan dipanen dalam tiga stadia kematangan berbeda, yaitu muda, tua, dan matang. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada Oktober sampai dengan Desember 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen aksiomatik dengan pemodelan. Data diperoleh dari dua cara pengukuran, yaitu pengukuran secara konvensional dan secara non-destruktif menggunakan Near-Infrared. Data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS). Nilai koefisien korelasi (r) dan standard error prediction (SEP) yang diperoleh menggunakan PLS dari kadar air r = 0.95; SEP = 0.24, kekerasan r = 0.85; SEP = 1.64, total padatanterlarutr = 0.93; SEP = 0.10, warna (L* r = 0.92; SEP = 2.28, a* r = 0.92; SEP = 1.24, b* r = 0.90; SEP = 1.44, Hue r = 0.88; SEP =5.38, dan chroma r =0.90; SEP =4.34). Hasil ini menunjukkan bahwa komponen kualitas dari buah mentimun dapatdiukur dengan baik menggunakan Near-Infrared (NIR) Spectrometer. Kata kunci: Mentimun, Metode konvensional, Metode Non-destruktif, NIR,Stadia KematanganItem Akurasi Pengukuran Kualitas Apel Varietas Manalagi (Malus sylvestris (L.) Mill.) Menggunakan Near-Infrared (NIR) Spectrometer pada Berbagai Jenis Kemasan dan Periode Penyimpanan(2019-08-14) EKA PERMANA PUTRA; Jajang Sauman Hamdani; KusumiyatiApel Manalagi merupakan salah satu varietas apel yang banyak dibudidayakan dan memiliki pasar yang luas di Indonesia. Pengukuran kualitas apel Manalagi merupakan cara mengetahui kualitas buah apel terbaik bagi masyarakat. Umumnya, pengukuran kualitas apel Manalagi menggunakan metode konvensional yang biasanya merusak buah dan memerlukan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan akurasi pengukuran kualitas apel Manalagi yang tinggi menggunakan Near-Infrared (NIR) spectrometer sehingga dapat mengukur kualitas secara non-destruksi, akurat, dan cepat. Pengujian sampel menggunakan perlakuan berbagai jenis kemasan dan periode penyimpanan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan November 2018 hingga Mei 2019 di Laboratorium Hortikultura Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Laboratorium Keteknikan Pengolahan Pangan (KPP), Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, dan sampel diambil dari Kebun Petani Apel, Jonggo - Tulungrejo Kota Batu, Jawa Timur. Metode penelitian menggunakan multivariate data analysis dengan metode Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NIR spectrometer dapat mendeteksi komponen kualitas dengan koefisien korelasi (r), standard error (SE), dan coefficent of variation (CV) berturut-turut adalah 0,91, (0,01), 0,01 untuk kadar air; 0,81, (1,98), 0,21 untuk kekerasan; 0,95, (0,45), 0,03 untuk total padatan terlarut (TPT); 0,94, (2,45), 0,04 untuk nilai L* (lightness/kecerahan); 0,98, (0,96), -0,13 untuk nilai a* (redness/merah ke hijau); 0,97, (1,63), 0,05 untuk nilai b* (yellowness/kuning ke biru); 0,97, (7,41), -0,11 untuk nilai hue; dan 0,96, (1,79), 0,05 untuk nilai chroma. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengukuran kualitas apel Manalagi menggunakan NIR spectrometer pada berbagai jenis kemasan dan periode penyimpanan memiliki tingkat akurasi yang tinggi.Item Akurasi Pengukuran Kualitas Hasil Pare Pada Kultivar Berbeda dengan Metode Non-Destruksi Menggunakan Near-Infrared Spectrometer(2016-07-19) YUDA HADIWIJAYA; Jajang Sauman Hamdani; KusumiyatiPare merupakan komoditas yang hortikultura yang dikonsumsi masyarakat sebagai pelengkap nasi, cemilan ataupun sebagai obat. Konsumen cenderung menginginkan komoditi yang menurut mereka memiliki kualitas terbaik, baik dari segi ukuran, warna, bobot, bentuk dan rasa. Pengukuran kualitas hasil buah biasa dilakukan dengan metode destruksi. Metode ini dapat merusak buah, sehingga buah tidak dapat dijual kembali. Maka dibutuhkan metode pengukuran yang tidak merusak buah, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode non-destruksi menggunakan near-infrared spectrometer. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kualitas hasil pare dengan metode non-destruksi menggunakan NIRS. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 hingga Maret 2014 di Labolatorium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen aksiomatik dengan multivariate data menggunakan pemodelan. Sampel pare yang digunakan pada penelitian ini berasal dari 3 kultivar pare yang berbeda, yaitu kultivar Hokian, Purnama, dan Lipa. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa hasil pengujian komponen kualitas pare metode non-destruksi menggunakan NIR mempunyai kualitas hasil yang mendekati hasil pengujian menggunakan metode destruksi. Pada pengujian kadar air didapatkan nilai koefisien korelasi kalibrasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,90 dan nilai standar error sebesar 1,38. Pada pengujian total padatan gula terlarut didapat nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,88 dan nilai standar error sebesar 0,29. Pada pengujian kekerasan buah didapatkan nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,96 dan nilai standar error sebesar 1,12. Pada pengujian nilai L* didapatkan nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,97 dan nilai standar error sebesar 0,89. Pada pengujian nilai a* didapatkan nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,96 dan nilai standar error sebesar 0,66.Pada pengujian nilai b* didapatkan nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,95 dan nilai standar error sebesar 1,64. Pada pengujian nilai hue didapatkan nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,97 dan nilai standar error sebesar 0,87. Pada pengujian nilai chroma didapatkan nilai koefisien korelasi gabungan ketiga kultivar sebesar 0,96 dan nilai standar error sebesar 1,31.Item Albert Franscyscus. 2013. Pengaruh Volume dan Frekuensi Pemberian Air Cucian Beras terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.) Klon GT 1(2013-04-20) ALBERT FRANSCYSCUS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPercobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume dan frekuensi pemberian air cucian beras sebagai pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit karet klon GT 1. Percobaan dilakukan pada bulan September 2011 hingga Januari 2012 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor dengan ketinggian 754 m di atas permukaan laut (dpl). Tipe tanah Inceptisol dengan pH 6,18 dan memiliki tipe curah hujan C menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari 9 perlakuan dan percobaan diulang sebanyak 3 kali, dengan demikian terdapat 27 satuan percobaan. Perlakuannya adalah 100 mL air cucian beras yang diberikan 3 hari sekali, 100 mL air cucian beras yang diberikan 5 hari sekali, 100 mL air cucian beras yang diberikan 7 hari sekali, 300 mL air cucian beras yang diberikan 3 hari sekali, 300 mL air cucian beras yang diberikan 5 hari sekali, 300 mL air cucian beras yang diberikan 7 hari sekali, 500 mL air cucian beras yang diberikan 3 hari sekali, 500 mL air cucian beras yang diberikan 5 hari sekali, 500 mL air cucian beras yang diberikan 7 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air cucian beras dengan volume dan frekuensi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan lilit batang tanaman karet. Perlakuan 500 mL air cucian beras yang diberikan setiap 3 hari sekali memberikan hasil yang lebih baik pada pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan lilit batang.Item Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Jagung (Zea mays L.) dan Pilihan Adaptasi Strategisnya pada Lahan Kering di Kabupaten Garut(2020-07-22) LIVIA MARGARITA; Agus Wahyudin; RumintaFaktor utama iklim yang langsung berdampak terhadap pertanian adalah kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan, dan perubahan intensitas penyinaran matahari. Jagung merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim pada jagung dapat mempegaruhi kinerja enzim-enzim fotosintetik yang nantinya akan berdampak terhadap produksi dan produktivitas jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan iklim terutama suhu, dan curah hujan terhadap perubahan produksi tanaman jagung serta mengidentifikasi pilihan- pilihan adaptasi strategis untuk menghadapi penurunan produksi tanaman jagung akibat perubahan iklim di Kabupaten Garut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif menggunakan analisis tren, korelasi, regresi dan Autoregressive Integrated Moving Average. Data pada penelitian ini menggunakan data iklim dan data pertanian (luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas) Kabupaten garut yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut, BMKG Kabupaten Garut, dan LAPAN Kabupaten Garut, serta sumber- sumber terkait lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan iklim telah terjadi di Kabupaten Garut yang ditandai dengan naiknya curah hujan sebesar 1.047,3 mm, suhu naik 0,3°C, dan lama penyinaran matahari turun 0,19 jam. Korelasi positif terkuat antara curah hujan dan produksi jagung ditunjukkan oleh Kecamatan Cisurupan, Kecamatan Cikelet, dan Kecamatan Karangtengah dan korelasi negatif terkuat ditunjukkan oleh Kecamatan Peundeuy. Korelasi positif terkuat antara curah hujan dan produktivitas jagung ditunjukkan oleh Kecamatan Cikelet, dan Kecamatan Samarang, korelasi negatif ditunjukkan oleh Kecamatan Singajaya dan Kecamatan Cihurip. Dari hasil proyeksi, produksi jagung di Kabupaten Garut adalah 820.350,24 ton dan produktivitasnya 10,69 ton/ha. Adapun adaptasi strategis untuk menghadapi perubahan iklim yang telah dilakukan oleh petani jagung di Kabupaten Garut, antara lain penggunaan benih unggul dari varietas hibrida Bisi 18 dan Bisi 816, pengolahan tanah minimum, dan pembuatan penampungan air. Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas adaptasi lain yang dapat dilakukan adalah pergiliran tanaman, pengelolaan waktu tanam pada lahan, dan penerapan pengelolaan tanaman terpadu pada jagungItem ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) DAN PILIHAN ADAPTASI STRATEGISNYA PADA LAHAN TADAH HUJAN DI KABUPATEN GARUT(2020-10-26) GHEANOFANY RAMADAYANTY; Aep Wawan Irwan; Tati NurmalaABSTRAK Gheanofany Ramadayanty. 2020. Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Kedelai (Glycine max L.) dan Pilihan Adaptasi Strategisnya Pada Lahan Tadah Hujan di Kabupaten Garut. Dibimbing oleh Aep Wawan Irwan dan Tati Nurmala. Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman bagi sistem pertanian karena berdampak terhadap kenaikan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu dan permukaan air laut. Tanaman kedelai merupakan komoditas yang paling sensitif terhadap perubahan iklim karena memiliki dampak penurunan produksi yang tinggi. Maka dari itu telah dilakukan analisis perubahan iklim terhadap produksi tanaman kedelai di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya perubahan iklim di Kabupaten Garut, mengetahui dampak perubahan unsur iklim yaitu suhu udara dan curah hujan terhadap produksi dan produktivitas kedelai serta mengidentifikasi usaha adaptasi yang dilakukan oleh para petani. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di wilayah Kabupaten Garut. Dampak perubahan iklim terhadap penurunan produksi kedelai berkorelasi signifikan. Penurunan produksi kedelai di Kabupaten Garut disebabkan oleh faktor perubahan curah hujan dan suhu udara. Adaptasi yang harus dilakukan petani adalah dengan menanam bibit kedelai yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, melakukan pengaturan pola tanam, dan membuat sumur resapan air. Kata Kunci : Perubahan Iklim, Produksi Kedelai, Dampak, Adaptasi StrategisItem Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) serta Pilihan Adaptasi Strategisnya di Kabupaten Garut(2022-12-22) SALSABILA NARMADHIA; Fiky Yulianto Wicaksono; RumintaSALSABILA NARMADHIA. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) serta Pilihan Adaptasi Strategisnya di Kabupaten Garut. Dibimbing oleh RUMINTA dan FIKY YULIANTO WICAKSONO. Perubahan iklim yang meliputi pergeseran pola dan distribusi curah hujan, peningkatan suhu udara serta peningkatan permukaan air laut berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Padi adalah tanaman serelia yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak perubahan iklim, mengetahui besarnya dampak perubahan iklim serta mengkaji pilihan adaptasi strategis perubahan iklim terhadap produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Garut. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif menggunakan regresi, korelasi, analisis trend dan Autoregressive Integrated Moving Average. Data yang digunakan meliputi data iklim curah hujan dan suhu udara, data luas lahan, luas panen, produktivitas, produksi padi Kabupaten Garut yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut, LAPAN Kabupaten Garut, BPS Kabupaten Garut, dan BMKG Kabupaten Garut serta sumber-sumber terkait lainnya. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan iklim di Kabupaten Garut dengan indikasi peningkatan curah hujan dan suhu udara. Dampak perubahan iklim terhadap peningkatan produksi padi Kabupaten Garut berkorelasi signifikan. Hasil proyeksi dari tahun 2019ï€2030 menunjukkan produksi padi Kabupaten Garut akan cenderung stagnan, sedangkan produktivitas padi akan cenderung menurun. Berdasarkan hasil observasi, adaptasi strategis untuk menghadapi perubahan iklim di Kabupaten Garut adalah dengan penggunaan benih padi unggul, rotasi tanaman, pompanisasi, percepatan pengolahan lahan dan tanam dengan mekanisasi, pengamatan dini serangan OPT, dan gerakan pengendalian OPT.Item Analisis Daya Simpan Benih Galur Calon Tetua Jagung Manis Hibrida Unpad pada Populasi MSR dan SR dalam Dua Periode Simpan(2018-09-19) ROFI SAPUTRI; Muhamad Kadapi; Anne NurainiPenyimpanan benih adalah proses untuk mempertahankan kualitas maksimum benih selama mungkin. Akan tetapi selama proses penyimpanan, penurunan kualitas benih tidak dapat dihindari. Salah satu faktor yang memengaruhi daya simpan benih adalah faktor genetik. Faktor genetik pada benih ini berasal dari tetua-tetuanya. Tim Pengembangan Jagung Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran memiliki beberapa koleksi galur jagung untuk perakitan jagung manis hibrida dan dua dari koleksi-koleksi galur tersebut adalah populasi MSR dan SR. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya simpan benih galur calon tetua jagung manis hibrida Unpad pada populasi MSR dan SR dalam dua periode simpan 2 dan 4 bulan. Pada penelitian ini rancangan percobaannya menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 2 ulangan. Data dianalisis menggunakan uji F dan apabila data tersebut berbeda nyata maka diuji lanjut menggunakan uji Scott-Knott dan Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan daya simpan galur calon tetua jagung manis hibrida populasi MSR dan SR berdasarkan parameter kadar air benih dan daya berkecambah setelah periode simpan 4 bulan, serta bobot 100 butir dan keserempakan tumbuh setelah periode simpan 2 dan 4 bulan. Populasi galur MSR memiliki kecenderungan daya simpan lebih baik dibandingkan dengan populasi SR. Galur 994 (populasi MSR) merupakan galur yang mempunyai daya simpan benih terbaik setelah 4 bulan penyimpanan.Item Analisis Hasil dan Kualitas Hasil Tiga Tomat Hibrida pada Sistem Pertanian Organik dan Anorganik(2019-04-15) FATHIMAH F FARHAH; Syariful Mubarok; Dikdik KurniaAplikasi teknik budidaya yang berbeda diharapkan mampu memperbaiki hasil dan kualitas hasil tiga tomat hibrida Sletr1-2. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi menganai pengaruh aplikasi teknik budidaya yang berbeda terhadap perbaikan hasil dan kualitas hasil pada tiga tomat hibrida Sletr1-2. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 hingga Januari 2019 di Laboratorium Kultur Terkendali, Laboratorium Analisis Produksi dan Pascapanen Tanaman, dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan ini terdiri atas 3 set penelitian yaitu Mutiara x Sletr1-2, Intan x Sletr1-2, dan Ratna x Sletr1-2 dan terdapat 4 perlakuan yaitu teknik budidaya organik dengan tingkat kematangan buah breaker, teknik budidaya organik dengan tingkat kematangan buah merah, teknik budidaya anorganik dengan tingkat kematangan buah breaker, dan teknik budidaya anorganik dengan tingkat kematangan buah merah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan teknik budidaya organik menghasilkan buah dengan beberapa parameter hasil dan kualitas hasil yang lebih baik pada dua tingkat kematangan. Teknik budidaya organik menghasilkan buah dengan jumlah dan bobot yang lebih rendah namun memiliki nilai diameter dan panjang yang lebih besar. Teknik budidaya organik juga menghasilkan buah dengan kandungan TSS dan nilai pH yang lebih tinggi, tetapi kandungan kadar air, TA, likopen, dan β-karoten yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik budidaya anorganik.Item Analisis Heritabilitas Karakter Fenologi, Pertumbuhan, dan Komponen Hasil Jagung Manis berdasarkan Metode Parent Offspring Regression(2018-05-04) RENI FEBRIYANI; Dedi Ruswandi; Neni RostiniInformasi nilai duga heritabilitas merupakan salah satu parameter genetik penting dalam pengembangan kultivar jagung manis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi nilai duga heritabilitas pada karakter fenologi, pertumbuhan, dan komponen hasil jagung manis. Penelitian dilaksanakan di SLPP Arjasari, Fakultas Pertanian Unpad pada Februari 2017 sampai Mei 2017. Percobaan ini disusun dalam rancangan percobaan tanpa tata ruang dan ulangan terhadap 379 genotipe jagung manisgenerasi S4 koleksi Tim Jagung Laboratorium Pemuliaan Tanaman UNPAD. Hasil penelitian menunjukan koleksi jagung manis Tim Pemuliaan UNPAD memiliki kriteria heritabilitas rendah, sedang, dan tinggi pada karakter fenologi, pertumbuhan, dan komponen hasil pada single cross devide populations, three way dcross devide populations, atau double cross devide populations. Berdasarkan karakter fenologi populasi yang memiliki nilai duga heritabilitas terbaik yaitu P7 x (1) hasil single cross, P6 x P1 x (1) hasil three way cross, dan M6SR 17.6.7 x SR 17 x Bonanza, M6SR 17.6.7 x SR 24 x Bonanza, M6SR 17.6.7 x SR 43 x Bonanza, M6SR 17.6.7 x MSR 17.2.3 x Bonanza, M6SR 25.2.6 x SR 4 x Bonanza, M6SR 25.2.6 x SR 17 x Bonanza, M6SR 25.2.6 x SR 24 x Bonanza, M6SR 25.5.1 x SR 4 x Bonanza, M6SR 25.5.1x SR 17 x Bonanza, M6SR 25.5.1x SR 24 x Bonanza, M6SR 25.5.1x SR 43 x Bonanza, M6SR 25.5.1 x M6SR 17.6.7 x Bonanza, M6SR 25.5.1 x M6SR 25.2.6 x Bonanza pada hasil double cross. Berdasarkan karakter pertumbuhan populasi yang memiliki nilai duga heritabilitas terbaik yaitu P7 x (1) hasil single cross, P6 x P1 x (1) hasil three way cross, dan M6SR 25.5.1x SR 17 x Bonanza hasil double cross. Berdasarkan karakter komponen hasil populasi yang memiliki nilai duga heritabilitas terbaik yaitu populasi P7 x (1) hasil single cross, P6 x P1 x (1) hasil three way cross, dan M6SR 17.2.3 x SR 43 x Bonanza, M6SR 25.5.1x SR 17 x Bonanza, M6SR 17.6.7 x SR 43 x Bonanza hasil double cross Kata kunci : Jagung manis, Heritabilitas, Fenologi, Pertumbuhan, Komponen hasilItem Analisis Hubungan Kekerabatan 45 Genotip Cabai (Capsicum spp.) dengan Marka Morfologi(2015-04-21) FAISAL AKBAR; Citra Bakti; Farida DamayantiABSTRAK Faisal Akbar. 2014. Analisis Hubungan Kekerabatan 45 Genotip Cabai (Capcicum spp.) dengan Marka Morfologi. Dibimbing oleh Citra Bakti dan Farida Damayanti Cabai (Capsicum spp.) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia. Produktivitas cabai di Indonesia masih jauh dari potensi yang dimilikinya. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah tersebut yaitu dengan melakukan perakitan varietas unggul yang dapat diperoleh melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu upaya meningkatkan kemungkinan didapatkannya kultivar unggul baru adalah dengan melakukan persilangan antar dua tetua yang mempunyai jarak genetik yang jauh. Informasi tentang hubungan kekerabatan antar materi genetik yang akan digunakan dalam program pemuliaan tanaman sangat penting bagi pemulia tanaman dalam usaha untuk meningkatkan efisiensi dalam pengembangan suatu tanaman. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk (i) memperoleh informasi mengenai hubungan kekerabatan 45 genotip cabai milik Balitsa berdasarkan marka morfologi; (ii) memperoleh calon tetua potensial yang memiliki jarak genetik yang jauh berdasarkan marka morfologi. Hasil penelitian berdasarkan dendogram menunjukkan bahwa terdapat dua kluster besar dengan koefisien ketidaksamaan sebesar 10. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan kekerabatan yang cukup jauh pada 45 genotip cabai yang diuji. Genotip yang memiliki hubungan kekerabatan paling jauh adalah genotip 19 (0735-5608-1) introduksi asal Taiwan dan genotip 14 (Tanjung-2) asal Balitsa. Calon tetua yang direkomendasikan antara lain kombinasi dari genotip 19 (0735-5608-1) dan genotip 14 (Tanjung-2) dapat dijadikan sebagai sumber tetua potensial.Item ANALISIS HUBUNGAN LOGAM BERAT KROMIUM DAN TIMBAL DENGAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA LAHAN SAWAH TERCEMAR DI KECAMATAN RANCAEKEK(2019-10-31) HANDIKA RISWAN PRASOJO; Rija Sudirja; Apong SandrawatiABSTRAK HANDIKA RISWAN PRASOJO, 2019. Analisis Hubungan Logam Berat Kromium dan Timbal dengan Beberapa Sifat Kimia Tanah pada Lahan Sawah Tercemar di Kecamatan Rancaekek. Dibimbing oleh Rija Sudirja dan Apong Sandrawati. Rancaekek dikenal sebagai salah satu daerah lumbung padi di wilayah timur Kota Bandung. Sejak tahun 1990 wilayah Rancaekek mengalami perubahan fungsi lahan menjadi pengembangan kawasan industri khususnya tekstil. Seiring dengan perkembangan industri tersebut pembuangan limbah cair hasil produksi tidak dapat diolah dengan baik. Hal ini berakibat pada pencemaran Sungai Cikijing oleh logam berat hasil limbah industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status cemaran logam berat Kromium (Cr) dan Timbal (Pb) pada lahan sawah di sekitar aliran Sungai Cikijing Kecamatan Rancaekek serta hubungannya dengan jarak sumber polutan dan sifat-sifat kimia tanah. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan April sampai Agustus 2019 di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode survei sistematis dengan analisis deskriptif kuantitatif pada 10 titik sampel pengamatan. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara kadar logam Cr dan Pb total tanah dengan jarak sumber polutan, pH, C-organik, dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor C-organik tanah menjadi faktor yang memiliki hubungan positif yang kuat dengan kadar Cr dan Pb total tanah. Semakin tinggi kandungan C-organik tanah, maka diikuti dengan kenaikan kadar Cr dan Pb total tanah. Tidak ditemukan hubungan yang kuat antara kadar Cr dan Pb total tanah dengan faktor jarak sumber polutan, pH, dan KTK tanah. Kata kunci: C-organik, Kapasitas Tukar Kation (KTK), Logam Cr, Logam Pb, pH, Sungai Cikijing.Item Analisis Hubungan Produktivitas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Dengan Karakteristik Kimia Tanah Dan Iklim di Kecamatan Cibugel.(2023-10-13) GEAVANI MEIDINISA SETIADI; Ade Setiawan; Marenda Ishak Sonjaya SulePermintaan jagung di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya, akan tetapi kondisi tersebut tidak dimbangi dengan peningkatan produktivitas jagung dalam negeri. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan produktivitas tanaman jagung dengan memahami informasi mengenai krakteristik kimia tanah dan iklim di lahan perkebunan jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik kimia tanah dan iklim terhadap produktivitas tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan pada November 2022 – Maret 2023 di Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang dan Analisis laboratorium di lakukan di Laboratorium KTNT Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Metode penelitian menggunakan metode deksriptif, survei dan prediktif pada 18 sampel tanah. Wilayah pengambilan sampel tanah didapat dari uji analisis dan overlay dari satuan lahan berupa elevasi, kemiringan, iklim, dan area produksi jagung. Perkebunan jagung berada pada area dengan kemiringan 10°- 30° dan ketinggian berkisar di 600 – 1000 mdpl. Hasil analisis penelitian menggunakan metode korelasi dan regresi linear berganda metode stepwise antara karakteristik kimia tanah (KTK, C-organik, pH) dan iklim dengan produktivitas tanaman jagung. Hasil korelasi menunjukan bahwa elevasi, kelembaban dan suhu memiliki hubungan yang signifikan terhadap produktivitas tanaman jagung dengan masing-masing nilai korelasi r = -0,87*, r = -0,78*, dan r = 0,74* sedangkan parameter lainnya menunjukan nilai korelasi yang lemah. Penelitian ini menunjukan bahwa faktor elevasi dan suhu menjadi faktor yang paling berhubungan terhadap produktivitas tanaman jagung sebesar 80% (R² = 0,800) pada taraf kepercayaan 95% dengan persamaan regresi Y = -6297,8552-11,4832*Elevasi + 1006,143*Suhu.Item ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KROMIUM (Cr) DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI CIKIJING HILIR, KECAMATAN RANCAEKEK(2020-08-18) BILL DIVEND SIHOMBING; Rija Sudirja; Apong SandrawatiSejak tahun 1980 di wilayah Kabupaten Bandung tepatnya di Kecamatan Rancaekek telah berkembang menjadi alternatif kawasan industri khususnya tekstil. Seiring dengan perkembangan industri tersebut pembuangan limbah cair hasil produksi tidak dapat diolah dengan baik. Hal ini berakibat pada pencemaran Sungai Cikijing oleh logam berat hasil limbah industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status cemaran logam berat Pb dan Cr pada aliran Sungai Cikijing hilir dengan menganalisisnya berdasarkan waktu pengambilan sampel serta mengetahui hubungan antara jarak sumber polutan, pH air, suhu, dan total dissolved solid (TDS) terhadap konsentrasi logam pada badan air. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2019 di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode survei bebas sistematis dengan analisis deskriptif kuantitatif dan korelasi pada 4 titik sampel pengamatan. Pengambilan sampel air menggunakan metode composite sampling pada ketiga sisi aliran sungai (kiri, tengah, dan kanan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor suhu dan TDS air memiliki hubungan yang kuat dengan kadar Pb dan Cr terlarut. Hubungan antara suhu air terhadap kadar Pb dan Cr terlarut memiliki bentuk hubungan positif, kenaikan nilai suhu akan diikuti dengan kenaikan kadar logam Pb dan Cr. TDS air berhubungan negatif terhadap kadar Pb dan Cr terlarut, kenaikan nilai TDS akan diikuti dengan penurunan kadar logam Pb dan Cr. Tidak ditemukan hubungan yang kuat antara faktor jarak sumber polutan dan pH air dengan kadar Pb dan Cr terlarut pada badan perairan.Item ANALISIS KARAKTER MUTU FISIK DAN FISIOLOGIS 16 GENOTIP BENIH JANGUNG MANIS CALON TETUA HIBRIDA UNPAD PADA DUA PERIODE SIMPAN(2018-05-02) NIKI RAHAYU; Sumadi; Anne NurainiNiki Rahayu.2018. Analisis Karakter Mutu Fisik Dan Fisiologis 16 Genotip Benih Jagung Manis Calon Tetua Hibrida Unpad Pada Dua Periode Simpan. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Sumadi. Penggunaan benih bermutu diharapkan memiliki daya simpan yang lebih lama sehingga benih yang diproduksi dapat ditanam kembali. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada penyimpanan benih adalah faktor genetik yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Sifat genetik pada jagung manis akan berbeda pada setiap tanaman, karena susunan genetik setiap jagung berbeda. Benih bermutu tinggi biasanya mampu mempertahankan mutu fisik dan fisiologisnya setelah mengalami periode simpan. Tim pengembangan jagung Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran memiliki koleksi galur jagung manis yang berpotensi sebagai tetua. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis karakter mutu fisik dan mutu fisiologis 16 genotipe benih jagung manis pada dua periode simpan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor 16 genotipe jagung manis dengan 2 ulangan. Data dianalisis menggunakan uji F, apabila terdapat perbedaan yang signifikan dilakukan uji lanjut Scott Knott taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada semua parameter pengamatan utama, kecuali parameter kadar air berdasarkan analisis varians. Genotip P5 x P1 (x) (3) dengan kode 613 menunjukkan mutu fisik dan fisiologis terbaik setelah 2 dan 4 bulan penyimpanan. Kata Kunci: Jagung manis, mutu fisik & fisiologis, penyimpanan.