Statistika (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Statistika (S1) by Subject "ABCM"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
Item Iuran Baru Program Pensiun Normal ABCM dengan Mempertimbangkan Perubahan Kepangkatan Sesuai Masa Kerja dan Kenaikan Manfaat pada Pegawai Negeri(2020-02-18) SAMIYA PUTRI ANGGARA; Lienda Noviyanti; Achmad Zanbar SolehProgram pensiun untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) bertujuan memberikan jaminan hari tua dan penghargaan atas jasa-jasa dalam dinas Pemerintah kepada pegawai negeri tersebut. PT TASPEN (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk untuk menyelenggarakan Asuransi Sosial PNS salah satunya Program Pensiun yang menggunakan prinsip manfaat pasti (pay as you go) dengan ketetapan nilai manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu. Selama ini, penentuan manfaat pensiun hanya berdasarkan gaji pokok terakhir dari PNS. Pada penelitian ini, selain menggunakan gaji pokok terakhir dalam menentukan manfaat pensiun, peluang perpindahan pangkat dari PNS selama masa kerja nya dipertimbangkan menggunakan Rantai Markov dan melibatkan kenaikan manfaat pensiun secara konstan (Increasing Annuity) untuk pensiunan PNS. Oleh karena itu perhitungan iuran normal baru yang lebih sesuai akibat perubahan kebijakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan perubahan kepangkatan dan kenaikan manfaat muncul Supplemental Liability. Artinya terdapat kekurangan dana sehingga PNS lama yang menjadi peserta pendanaan pensiun harus membayar iuran normal baru.Item Menentukan Ekspektasi Iuran Pensiun Cacat Beserta Variansnya Dengan Mempertimbangkan Penyesuaian Kurs Valuta Asing Menggunakan Accrued Benefit Cost Method(2012-12-28) ADINDA NUNUNG K; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKondisi perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh globalisasi ekonomi, yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama terhadap dollar Amerika, sehingga tunjangan yang diterima pada saat pensiun menjadi tidak memiliki nilai sesuai harapan. Untuk mengantisipasi hal tersebut dipertimbangkan penyesuaian kurs valuta asing dalam program pendanaan pensiun jenis pensiun cacat yaitu dengan menentukan rumusan ekspektasi iuran pensiun cacat beserta variansnya dengan mempertimbangkan penyesuaian kurs valuta asing. Berdasarkan perhitungan, seseorang yang mengikuti program pendanaan pensiun pada usia 24 tahun dengan kemungkinan pensiun cacat antara usia 25 tahun hingga 55 tahun, maka pada usia 24 tahun iuran normal yang harus di bayar sebesar Rp. 29.883,46 per tahun per individu atau sekitar Rp 2.490,29 per bulan per individu. Nilainya akan bertambah seiring dengan kenaikan persentase gaji, dengan parameter rata-rata perubahan (drift) nilai kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar -0,00065, sedangkan tingkat volatilitasnya sebesar 0,032947.Item Menentukan Iuran Normal Menggunakan Accrued Benefit Cost Method dan Hukum Mortalita Gompertz Pada Jenis Pensiun Meninggal(2014-03-03) SOVI APRILIYANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPT. TASPEN (Persero) merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program dana pensiun PNS. Metode pendanaan yang digunakan PT. TASPEN (Persero) adalah Accrued Benefit Cost Method (ABCM) dan metode pendekatan diskrit dalam hal aspek risiko penyusutan populasi. Pendekatan diskrit yaitu nilai peluang dihitung langsung menggunakan Tabel Mortalita TASPEN 2012 (TMT 2012). Pendekatan kontinu yaitu pendekatan hukum mortalita menggunakan force of mortality. Hukum mortalita Gompertz digunakan karena dapat menjelaskan fenomena mortalita masyarakat Indonesia dikarenakan faktor usia. Pendekatan kontinu memberikan keuntungan kepada peserta dengan tidak melanggar aturan aktuaris dengan memperhitungkan nilai peluang sesaat kemudian. Berdasarkan hasil analisis perhitungan, iuran normal dengan pendekatan hukum mortalita menghasilkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan pendekatan diskrit, hal ini terjadi dikarenakan pada pendekatan hukum mortalita memperhitungkan peluang kematian seseorang sesaat kemudian. Karena perubahan metode perhitungan iuran normal, maka muncul Supplemental Liability sebesar Rp. 5.556.553,23 untuk usia peserta dan pasangannya 34 tahun.Item Normal Cost Menggunakan Manfaat Pasti Pada Pensiun Dipercepat Dengan Mempertimbangkan Kurs Valuta Asing dan Tingkat Suku Bunga Model Cox, Ingersoll, dan Ross (CIR)(2016-04-20) AJENG NAWANGWULAN; Gatot Riwi Setyanto; SoemartiniDana Pensiun Telkom selaku lembaga pengelola dana pensiun PT.Telekomunikasi Tbk menggunakan tingkat suku bungan konstan sebesar 7% dan tidak mempertimbangkan kurs valuta asing dalam perhitungan pendanaan program pensiun dengan manfaat pasti (Accrued Benefit Cost Method). Pada kenyataannya kurs valuta asing dan tingkat suku bunga mengalami perubahan seiring dengan rentang waktu yang tidak dapat ditentukan. Muncul kemungkinan tunjangan yang diberikan pada saat pensiun tidak sesuai dengan harapan perencanaan program pensiun karena perubahan tersebut sehingga perlu adanya pengelolaan terhadap iuran yang dibayarkan setiap periode guna menghindari ketidakmungkinan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini membahas perhitungan besaran iuran normal (normal cost) baru untuk pensiun dipercepat dengan mempertimbangkan pergerakan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dan tingkat suku bunga Model Cox Ingersoll dan Ross (CIR), dengan hasil perhitungan parameter rata-rata perubahan (drift) nilai kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar -0.0029 dan tingkat volatilitasnya sebesar 0.0372 , serta perubahan tingkat suku bunga.Item PENENTUAN IURAN NORMAL UNTUK PENSIUN MENINGGAL DENGAN PENDEKATAN TINGKAT SUKU BUNGA STOKASTIK MODEL COX INGERSOLL DAN ROSS (CIR)(2014-09-15) MALISA PUSPA N.; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenDana Pensiun Telkom selaku lembaga pengelola dana pensiun bagi Pegawai PT. Telekomunikasi Tbk. dan Pegawai Dana Pensiun Telkom (Dapen Telkom) perlu mengantisipasi kejadian pensiun yang dapat terjadi sewaktu – waktu selama pegawai masih aktif dan belum mencapai masa pensiun, misalnya yang diakibatkan karena meninggal, salah satu cara mengantisipasi hal tersebut adalah dengan mengelola iuran yang dibayarkan setiap periode atau disebut Iuran Normal (Normal Cost). Metode pendanaan pensiun yang digunakan Dapen Telkom adalah Accrued Benefit Cost Method (ABCM) dan manfaat pesiun dibayarkan sekaligus atau disebut dengan Manfaat Pensiun Sekaligus (MPS). Selama ini, perhitungan besaran pensiun di Dapen Telkom masih menggunakan tingkat suku bunga konstan yaitu sebesar 7%, sedangkan pada kenyataannya tingkat suku bunga berubah-ubah sepanjang waktu dan merupakan suatu proses stokastik. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas perhitungan besaran pensiun yaitu Iuran Normal untuk pensiun meninggal dengan tingkat suku bunga stokastik Model Cox Ingersoll dan Ross (CIR). Diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu alternatif perhitungan Iuran Normal untuk pensiun meninggal di Dapen Telkom.Item PENENTUAN IURAN PROGRAM PENSIUN NORMAL MENGGUNAKAN ACCRUED BENEFIT COST METHOD DENGAN MEMPERHITUNGKAN SUPPLEMENTAL LIABILITY COST(2008) FEBRIYANI W; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini membahas pendanaan pensiun normal yang dibayarkan sekaligussaat peserta memasuki masa pensiun dengan Accrued Benefit Cost Method(ABCM). Selama ini, perhitungan manfaat pensiun maupun cicilan untuk pegawaiDapen Telkom dilakukan tanpa mempertimbangkan kewajiban tambahan/(Supplemental Liability). Padahal dengan memperhitungkan kewajiban tambahandiperoleh alat ukur untuk menentukan cicilan program pensiun normal bagipegawai Dapen Telkom yang lebih tepat dan sesuai dengan kondisi lapangankarena memperhatikan besarnya perubahan asumsi tingkat bunga, perubahanpersentase kenaikan gaji pegawai, serta dapat memperkecil risiko kerugian bagiDapen Telkom akibat adanya kewajiban yang tidak terdanai akibat adanyakewajiban tambahan. Seseorang yang mengikuti program pensiun normal padausia 37 tahun di tahun 1997, akan memperoleh manfaat sebesarRp.211.181.608,00 pada saat pensiun dengan cicilan sebesar Rp.7.271.570,55 saatberusia 52 tahun di tahun 2012. Namun, setelah terjadi perubahan kebijakanasumsi tingkat bunga dan persentse kenaikan gaji pegawai di tahun 2012, manfaatyang akan diterima berubah menjadi sebesar Rp. 293.830.457,77 dan kewajibantambahan akibat perubahan kebijakan tahun 2012 sebesar Rp. 153.047.014,59dengan cicilan yang harus dibayar dengan memperhitungkan kewajiban tambahanpada saat peserta berusia 52 tahun adalah sebesar Rp. 47.334.248,98.Item PENENTUAN IURAN UNTUK PENSIUN NORMAL MENGGUNAKAN PENDEKATAN TINGKAT SUKU BUNGA STOKASTIK MODEL COX INGERSOLL ROSS (CIR) DENGAN PENERAPAN HUKUM MORTALITA GOMPERTZ(2016-08-24) NADIRA KARRISA; Gatot Riwi Setyanto; SudartiantoDana Pensiun Telkom merupakan sebuah lembaga yang berfungsi mengelola dana pensiun bagi karyawan dan pensiunan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan karyawan Dana Pensiun Telkom sendiri. Metode pendanaan pensiun yang digunakan Dapen Telkom adalah Accrued Benefit Cost Method (ABCM). Pendekatan kontinu yaitu pendekatan menggunakan hukum mortalita yang dapat memperhitungkan ketepatan seseorang tersebut meninggal kapanpun waktunya. Hukum mortalita Gompertz digunakan karena dapat menjelaskan fenomena mortalita pegawai Dapen Telkom dikarenakan faktor usia. Selama ini perhitungan iuran normal di Dapen Telkom masih menggunakan tingkat suku bunga yang konstan, sedangkan pada kenyataannya tingkat suku bunga di Indonesia berubah-ubah sepanjang waktu dan merupakan proses stokastik. Olah karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan tingkat suku bunga stokastik Model Cox Ingersoll dan Ross (CIR). Diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu alternatif perhitungan iuran untuk pensiun normal di Dapen Telkom.Item Penentuan Manfaat Pensiun Normal dengan Mempertimbangkan Pergerakan Kurs Valuta Asing dan Tingkat Hasil Investasi Secara Stokastik Model Cox Ingersoll Ross (CIR)(2017-02-23) ERWAN SUSILA TRESNA; Gatot Riwi Setyanto; Achmad Zanbar SolehDana Pensiun Karyawan PT. Pindad (Dapen Pindad) menerapkan program pensiun manfaat pasti atau Accrued Benefit Cost Method (ABCM) sejak awal berdiri, kemudian pada tahun 1998 terjadi perubahan kebijakan pada program pensiun menjadi Projected Benefit Cost Method (PBCM). Dana iuran yang dibayarkan oleh peserta akan dikembangkan melalui investasi, dimana hasil investasi ini akan dikembalikan lagi ke peserta. Untuk dapat menghitung manfaat pensiun, maka Hasil Investasi ke depannya akan diestimasi menggunakan model Cox Ingersoll Ross (CIR). Sejauh ini manfaat yang dibayarkan oleh Dapen Pindad tanpa mempertimbangkan kurs valuta asing, sehingga muncul kemungkinan bahwa manfaat yang diberikan pada saat pensiun tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan diawal perencanaan program pensiun akibat dari pengaruh volatilitas nilai tukar Rupiah yang tinggi terhadap Dollar Amerika. Untuk menghindari hal tersebut, maka perhitungan manfaat pada penelitian ini juga akan mempertimbangkan kurs valuta asing. Berdasarkan hasil perhitungan, untuk seseorang yang masuk kerja sebelum tahun 1998 dan usia pensiun normal 55 tahun, diperoleh manfaat sebesar Rp1.261.520.637,17 dengan menggunakan tingkat Hasil Investasi model CIR yang berfluktuasi disekitar rata-rata µ=8,95% serta parameter rata-rata perubahan (drift) nilai logaritma kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar -0,0242 dan tingkat volatilitas yang menunjukkan besar fluktuasi yang terjadi pada nilai kurs adalah sebesar 0,1074.Item Penentuan Normal Cost Melalui Pendekatan Rantai Markov pada PhDP dengan Memperhatikan Kepangkatan dan Masa Kerja pada sSat Pensiun Normal(2016-06-20) FESHA MAYVIA EKA P; Gatot Riwi Setyanto; Neneng SunengsihPenelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya Normal Cost yang harus dibayarkan peserta bila melibatkan peluang kenaikan pangkat dan masa kerja pada saat pensiun normal dalam perhitungan PhDP. Kenaikan pangkat bersifat tidak pasti dan bergantung pada waktunya seperti perubahan status yang terjadi pada rantai markov sehingga peluang-peluang tansisi yang terjadi selama masa kerja dapat dihitung melalui matriks peluang transisi rantai markov lalu hasilnya akan digunakan dalam perhitungan estimasi besar PhDP saat pensiun normal. Setelah didapat estimasi besar PhDP saat pensiun normal maka dapat ditentukan besar manfaat yang akan diterima saat peserta pensiun kemudian dapat dihitung juga besar Normal Cost yang harus dibayarkan peserta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya estimasi PhDP yang dihitung dengan melibatkan peluang transisi kenaikan pangkat nilainya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan taksiran PhDP dengan asumsi kenaikan PhDP konstan. Hal ini berdampak pada besarnya manfaat yang akan diterima dan besarnya Normal Cost yang harus dibayar. Kata Kunci: Pensiun Normal, ABCM, Rantai Markov, Matriks Peluang Transisi.