Spesialis
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Spesialis by Subject "25(OH)D"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Hubungan Antara Kadar 25(OH)D dengan Stadium Kanker pada Pasien Kanker Rongga Mulut(2020-07-13) I NYOMAN GEDE JUWITA PUTRA; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Irna SufiawatiPendahuluan: Kanker rongga mulut merupakan suatu neoplasia ganas yang muncul di bibir atau rongga mulut. Vitamin D dianggap memiliki peran dalam menekan kanker melalui efeknya sebagai anti-tumor, anti-proliferatif, apoptosis dan angiogenesis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis profil kadar 25(OH)D serum dan hubungannya dengan stadium kanker pada pasien kanker rongga mulut. Metode: Jenis penelitian ini adalah observational analytic dengan rancangan metode cross-sectional dengan lokasi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pencatatan identitas dan stadium kanker rongga mulut dengan wawancara, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Untuk pemeriksaan kadar 25(OH)D serum, darah diambil dengan teknik venipuncture sebanyak 2 ml. Analisis data menggunakan uji rank spearman untuk menganalisis variabel bivariat yaitu hubungan kadar 25(OH)D dengan stadium kanker pada pasien kanker rongga mulut. Hasil: Subjek penelitian adalah perempuan yaitu 17 orang (65,6%) dan laki-laki 9 orang (36,4%). Rata-rata umur subjek adalah 51 tahun (SD=14 tahun) dari rentang 19-78 tahun. Sebanyak 61,5% pasien kanker rongga mulut memiliki kadar 25(OH)D defisiensi. Pasien dengan defisiensi 25(OH)D memiliki jumlah yang merata pada stadium kanker (stadium I: 25,0%, stadium II: 18,8%, stadium III: 37,5% dan stadium IV: 18,8%)), begitu juga pada pasien dengan insufisiensi 25(OH)D dan sufisiensi 25(OH)D. Didapatkan bahwa koefisien r sebesar 0,271 dan p sebesar 0,090 (>0,05), menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Simpulan: Pasien kanker rongga mulut lebih banyak memiliki defisiensi kadar 25(OH)D. Tidak terdapat hubungan antara kadar 25(OH)D dengan stadium kanker pada pasien kanker rongga mulut.Item HUBUNGAN KADAR 25(OH)D SERUM DENGAN LESI ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS(2020-07-13) EKO ROTARY NURTITO; Irna Sufiawati; Agnes Rengga IndratiPendahuluan : Human immunodeficiency virus (HIV) adalah lentivirus yang sangat menular (keluarga retroviridae) yang menyebabkan kondisi berpotensi mengancam jiwa dengan sindrom defisiensi imun (AIDS) menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia termasuk Indonesia. Terapi antiretroviral (ARV) telah merubah riwayat infeksi HIV secara dramatis dengan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas AIDS meskipun sampai sekarang ARV tidak dapat memberantas HIV. Penelitian di berbagai negara menunjukkan 60-90% penderita HIV/AIDS memiliki sekurang-kurangnya satu lesi di dalam rongga mulut selama perjalanan penyakitnya. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar vitamin D pada pasien HIV-AIDS dengan dan tanpa ARV serta hubungannya dengan lesi oral. Metode: Jenis penelitian adalah cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien HIV-AIDS dengan ARV dan tanpa ARV. Kadar vitamin D diperiksa dengan Enzyme Linked Immuno Assay (ELISA). Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan uji Chi-Square. Hasil: Subjek penelitian terdiri dari 32 orang pasien HIV-AIDS dengan ARV dan 33 orang tanpa ARV, 63,1% laki-laki dan 36,9% perempuan dengan kelompok usia tertinggi 25-49 tahun (53,3%). Kadar vitamin D pada pasien HIV dengan ARV dan tanpa ARV lebih rendah bermakna dibandingkan pasien HIV Individu Sehat (p0,05). Pasien HIV yang mengalami defisiensi vitamin D sebesar 40,4% mengalami kejadian lesi oral hampir sama pada yang normal vitamin sebesar 46,2% mengalami kejadian lesi oral, secara uji statistik nilai p sebesar 0,706 (>0,05), ini artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara kadar vitamin D dengan kejadian lesi oral. Kesimpulan: Kadar vitamin D lebih rendah secara signifikan pada pasien HIV-AIDS dengan ARV dibandingkan tanpa ARV. Pasien HIV-AIDS dengan ARV memiliki kejadian lesi oral lebih rendah signifikan dibanding tanpa ARV. Kadar vitamin D pada pasien HIV-AIDS dengan ARV secara signifikan berhubungan dengan lesi oral namun tidak berhubungan signifikan dengan masing-masing jenis lesi oral.