Spesialis
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Spesialis by Title
Now showing 1 - 20 of 719
Results Per Page
Sort Options
Item A Characterization of Ceramic Dental Implant Coated with Carbonate Apatite(2020-08-10) FAUZIAH ERFIN; Rasmi Rikmasari; Arief CahyantoZirconia-based dental implant in Indonesia is rarely used, especially due to low demand. High production cost makes the price of each zirconia dental implant piece become expensive. The fabrication process of the dental implant using 3 mol% Yttria-stabilized Zirconia (3YSZ) as a starting powder, or being synthesized using ZrCl3 and YCl4 precursor were costly and complicated. The aim of this study is to investigate morphology and phase analysis in the ceramic dental implant which coated with carbonate apatite (CO3Ap). The industrial 3YSZ powder was compacted using a manual hydraulic press and sintered at 1500°C approximately to 11 mm pellet size. Specimens were pre-treated using 9% hydrofluoric acid (HF 9%) before coated by CO3Ap, while others without treatment as a control. Then, they were dipped into CO3Ap suspension and heat treated with temperature variable of 300°C or 500°C. Fabrication of specimen using manual hydraulic press creates monoclinic phase more than expected, while SEM discovered that the particle of the specimen has 130-500nm size. In conclusion, the effective method to coat the ceramic dental implant with CO3Ap was using 9% HF as a pre-treatment then calcinate in 300°C as confirmed in XRD and EDS.Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa) TERHADAP Streptococcus sanguinis (ATCC 10556). Elvi Sahara - 160621160005(2019-04-12) ELVI SAHARA; Rahmi Alma Farah Adang; Denny NurdinStreptococcus sanguinis merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, membentuk cocci dan banyak dijumpai dalam rongga mulut manusia yang sehat. Bakteri ini merupakan pionir yang membantu perlekatan bakteri lainnya dan memiliki peran utama dalam membentuk serta mengembangkan biofilm rongga mulut. Buah stroberi (Fragaria x ananassa) merupakan salah satu buah edible yang banyak dijadikan objek penelitian karena mengandung banyak senyawa aktif yang bersifat sinergis dalam meningkatkan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya antibakteri serta nilai KHM dan KBM dari ekstrak Fragaria x ananassa terhadap Streptococcus sanguinis. Penelitian ini menggunakan ekstrak pekat metanol Fragaria x ananassa yang kemudian difraksinasi menjadi tiga fraksi, yaitu fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi heksana. Ketiga fraksi dan ekstrak metanol tersebut kemudian dilakukan pengujian zona hambat bakteri untuk menentukan fraksi yang paling efektif dan selanjutnya dilakukan pengujian KHM dan KBM. Hasil penelitian memperlihatkan fraksi etil asetat ekstrak Fragaria. x ananassa 4% merupakan fraksi yang paling efektif membentuk zona hambat dengan nilai 16,3 mm dibandingkan ekstrak metanol dan kedua fraksi lainnya. KHM diperoleh dengan melakukan dilusi dari fraksi etil asetat 4% pada microplate sehingga diperoleh nilai KHM 0,25%. Nilai KBM pada penelitian ini adalah 2%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat dari ekstrak Fragaria x ananassa memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus sanguinis pada zona hambat 4%, memiliki efek hambat minimum (KHM 0,25%) dan memiliki efek bunuh minimum (KBM 2%).Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum) TERHADAP Streptococcus sanguinis ATCC 10556(2019-04-12) INDRACIPTA MUNAJAT; Opik Taofik Hidayat; Denny NurdinKaries gigi merupakan suatu penyakit multifaktorial kronis yang meyebabkan larutnya struktur mineral pada gigi akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri sehingga menimbulkan kerusakan lokal dari jaringan keras gigi. Pengendalian biofilm dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi. Bahan ekstrak herbal menjadi suatu pilihan bagi masyarakat karena minimnya efek samping yang ditimbulkan dibandingkan bahan-bahan kimiawi. Salah satu tanaman herbal yang juga dipercaya dapat membantu kesehatan gigi dan mulut adalah daun kemangi (Ocimum basilicum). Ocimum Basilicum merupakan salah satu herbal yang mengandung minyak atsiri, flavonoid, fosfor, besi dan belerang serta vitamin A dan C. Kandungan alami tanaman ini dipercaya memiliki kandungan senyawa antibakteri serta antibiofilm yang tinggi. Streptococcus sanguinis merupakan bakteri pionir dalam perlekatannya dengan biofilm sehat dan tidak adanya karies. Menurunkan jumlah streptococcus dalam rongga mulut menurut penelitian dapat menekan terjadinya karies. Tujuan penelitian ini menganalisis apakah terdapat aktivitas antibakteri ekstrak Ocimum basilicum terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguinis melalui pengujian zona hambat dan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) serta konsentrasi bunuh minimum (KBM). Hasil penelitian pengukuran zona hambat menunjukkan diameter zona hambat fraksi etil asetat 4% diameter 14,6 mm. Hasil dari KHM berdasarkan microplate reader di konsentrasi 1250 ppm dan Konsentrasi Bunuh Minimum ekstrak Ocimum basilicum terhadap Streptococcus sanguinis adalah konsentrasi 20000 ppm. Simpulan berdasarkan penelitian ini ekstrak Ocimum basilicum memberikan efek terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguinis.Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI N-HEKSANA Piper betle Linn. TERHADAP ENZIM MURAMIDASE A Enterococcus faecalis SECARA IN VITRO DAN IN SILICO(2023-08-16) NUR INAYAH BAHARUDDIN; Dikdik Kurnia; Hendra Dian Adhita DharsonoKaries gigi adalah masalah serius yang telah berdampak pada lebih dari dua miliar penduduk dunia. Karies gigi membutuhkan perawatan endodontik, tetapi kegagalan perawatan sering terjadi karena bakteri yang persisten. Enterococcus faecalis adalah bakteri yang paling banyak ditemukan dan memiliki prevalensi yang tinggi dalam kegagalan perawatan endodontik. Bakteri ini memiliki dinding sel peptidoglikan yang menyebabkan Enterococcus faecalis mampu bertahan hidup di lingkungan hipotonik dan kurang menguntungkan. Penghambatan Enterococcus faecalis agar tidak lagi persisten dalam saluran akar dapat dilakukan dengan cara menghambat muramidase A yang merupakan enzim penting dalam sintesis peptidoglikan. Penelitian terhadap bahan yang mampu menghambat enzim muramidase A dengan efek samping yang minim penting untuk dilakukan. Penelitian ini mengkaji potensi bahan herbal Piper betle Linn. yang selama ini diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian difokuskan pada fraksi n-heksana karena sifatnya yang kurang toksik dibandingkan dengan jenis pelarut non polar lainnya. Tujuan penelitian adalah menganalisis aktivitas antibakteri fraksi n-heksana Piper betle Linn. terhadap Enterococcus faecalis dan menganalisis interaksi senyawa terpeniol dan α-terpinene Piper betle Linn. terhadap enzim muramidase A Enterococcus faecalis. Metode penelitian adalah penelitian in vitro untuk melihat zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), serta penelitian in silico untuk melihat interaksi terpeniol dan α-terpinene terhadap muramidase A Enterococcus faecalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana Piper betle Linn. memiliki aktivitas antibakteri terhadap Enterococcus faecalis secara in vitro, yakni memiliki diameter daya hambat sebesar 13,5 mm pada konsentrasi 10% dengan kategori kuat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 10.000 ppm, dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) sebesar 20.000 ppm. Interaksi senyawa terpeniol dan α-terpinene Piper betle Linn. terhadap enzim muramidase A Enterococcus faecalis secara in silico menghasilkan binding affinity masing-masing sebesar -5,59 kcal/mol dan -4,94 kcal/mol, serta konstanta inhibisi masing-masing sebesar 80,34 µM dan 238,57 µM. Terpeniol memiliki kinerja yang lebih baik daripada α-terpinene untuk menghambat enzim muramidase A Enterococcus faecalis.Item Aktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam.) terhadap Enzim Muramidase A dan Glucosyltransferase P Streptococcus sanguinis secara In Silico(2022-10-15) ANDI SRI PERMATASARI; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Meirina GartikaBuah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan tanaman asli dari Papua, Indonesia. Senyawa flavonoid buah merah memiliki aktivitas antibakteri. Streptococcus sanguinis merupakan bakteri gram-positif dalam rongga mulut yang menjadi pionir dalam pembentukan biofilm. Dinding sel tersusun oleh peptidoglikan yang tebal. Muramidase A (murA) adalah enzim berperan pada biosintesis peptidoglikan. Streptococcus sanguinis memiliki glucosyltransferase P (gtfP) yang menghasilkan glukan pada pembentukan biofilm. MurA dan gtfP dapat dijadikan target antibakteri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis aktivitas antibakteri senyawa flavonoid buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap muramidase A dan glucosyltransferase P pada Streptococcus sanguinis secara in silico. Penelitian menggunakan metode molecular docking secara in silico untuk melihat aktivitas antibakteri antara senyawa empat senyawa flavonoid buah merah (quercetin, quercetin 3 methyl ether, quercetin 3 glucoside, dan taxifolin) terhadap murA (1AIU) dan gtfP (3AIE) menggunakan software Autodock Tools. Aktivitas antibakteri dilihat dari nilai binding affinity dan Ki (Konstanta inhibisi). Quercetin 3 glucoside menunjukkan nilai binding affinity dan Ki paling kecil terhadap murA dibandingkan ketiga senyawa flavonoid lain dan klorheksidin, yaitu -11.11 kcal/mol dan 0.007 µM. Binding affinity dan Ki Quercetin 3 glucoside juga menunjukkan nilai paling kecil terhadap gtfP dibandingkan ketiga senyawa flavonoid lain, yaitu -5.96 kcal/mol dan 42.50 µM. Klorheksidin sebagai kontrol positif menunjukkan nilai paling kecil. Simpulan dalam penelitian adalah senyawa flavonoid pada buah merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap murA dan gtfP pada Streptococcus sanguinis. Quercetin 3 glucoside merupakan senyawa yang paling baik dalam menghambat murA dan gtfP.Item AKTIVITAS SENYAWA GERANIOL DAUN KEMANGI (OCIMUM AMERICANUM) TERHADAP ENZIM MURAMIDASE A DAN GLYCOSYLTRANSFERASE P STREPTOCOCCUS SANGUINIS SECARA IN SILICO(2022-01-04) RAHASTUTI; Mieke Hemiawati Satari; Yetty Herdiyati SumantadiredjaDaun kemangi Ocimum americanum telah terbukti mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Kandungan terbanyak dari O. americanum adalah terpenoid. Senyawa geraniol merupakan turunan dari terpenoid mempunyai persentase sebesar 37,70%. Bahan alam kemangi (O. americanum) diharapkan menjadi salah satu alternatif bahan obat kumur yang memiliki efek antibakteri terhadap biofilm Streptococcus sanguinis. S. sanguinis adalah bakteri yang paling banyak dalam biofilm rongga mulut dan berkorelasi dengan kesehatan mulut, terutama karies gigi dan penyakit periodontal. Penghambatan biofilm dapat dijadikan tindakan yang diperlukan untuk mengontrol biofilm. Salah satu cara adalah mengganggu dinding sel bakteri dengan menghambat biosintesis peptidoglikan. Enzim Muramidase A (Mur A) berkontribusi pada biosintesis peptidoglikan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis aktivitas geraniol daun kemangi (Ocimum americanum) dengan target protein enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P Streptococcus Sanguinis in Silico untuk menemukan senyawa aktif yang diharapkan dapat berperan dalam eksplorasi obat. Penelitian menggunakan metode simulasi docking yang memprediksi interaksi antar molekul, dapat berupa protein termasuk enzim. Struktur kristal Muramidase A (bank data protein ID: 1UAE) dan Glycosyltransferase P (bank data protein ID: 5V4a) diperoleh dari Research Collaboratory for Structural Bioinformatics (RCSB). Analisis in silico menunjukkan geraniol sebagai penghambat enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P. Afinitas pengikatan terhadap enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P adalah -.5,2 Kcal/mol dan -8,6 Kcal/mol lebih tinggi daripada klorheksidin. Hasil penelitian menunjukkan geraniol memiliki aktivitas geraniol terhadap enzim muramidase A dan Glycosyltransferase P S. sanguinis dilihat dari binding affinity, jenis ikatan dan panjang ikatan secara in silico. Simpulan dalam penelitian ini adalah senyawa geraniol memiliki potensi sebagai agen antibakteri alami baru melalui penghambatan enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P Streptococcus sanguinisItem Akurasi Aplikasi Artificial Intelligence untuk Menegakkan Radiodiagnosis Lesi Radiolusen Odontogenik: Scoping Review(2023-07-13) M RAKHMAT ERSYAD MUCHLIS; Belly Sam; Ria NoerianingsihABSTRAK Pendahuluan: Lesi radiolusen odontogenik terdiri dari sekelompok entitas patologis yang ditandai dengan berbagai gejala klinis, gambaran radiograf dan histologi. Lesi radiolusen odontogenik sering ditemukan dan paling umum. Hingga saat ini penulis belum menemukan publikasi artikel tentang akurasi dari teknik Artificial Intelligence (AI) untuk diagnosa otomatis lesi radiolusen odontogenik. Tujuan dari scoping review ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat akurasi aplikasi penggunaan AI dalam mendiagnosa lesi radiolusen odontogenik. Metode: Penelitian ini merupakan scoping review dilakukan sesuai dengan PRISMA Extension for Scoping Reviews (PRISMA-ScR). Pencarian dalam penelitian ini menggunakan "Boolean Operators", yaitu metode pencarian artikel dengan menggabungkan dua kata atau lebih menggunakan "AND", "OR", dan "NOT". Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed NCBI, Science Direct, EuropePMC, dan Scopus dengan kata kunci "(((artificial intelligence) AND (diagnostic)) AND (dental) AND (((CBCT) OR (panoramic)) OR (dental radiography))". Hasil: Berdasarkan hasil penelusuran artikel pada keempat database menggunakan kata kunci yang sudah ditentukan, ditemukan 741 artikel pada tahap penelurusan awal. Terdapat 19 studi yang menggunakan AI untuk menegakkan diagnosis, lesi radiolusen odontogenik. Simpulan: Aplikasi AI terbukti memiliki akurasi tinggi dalam mendiagnosa lesi radiolusen odontogenik. Namun, pengembangan model AI dimasa mendatang untuk mendiagnosa lesi radiolusen odontogenik dalan praktis klinis, diperlukan ketersediaan bigdata radiograf lesi radiolusen odontogenik, sumber daya komputasi, dan waktu serta melibatkan peneliti interdisiplin untuk melakukan kolaborasi penelitian. Kata kunci: Lesi radiolusen odontogenik, Artificial intelligence, AkurasiItem Akurasi Digitalisasi Model Gigi Dan Disain Surgical Guide Implant Menggunakan CBCT Dengan Referensi Optical 3D Scanner(2023-07-13) YURIKA AMBAR LITA; Azhari; Farina PramanikABSTRAK Pendahuluan: Model gigi Computed Aided Design (CAD) meningkatkan efisiensi untuk perencanaan implan gigi. Studi ini dirancang untuk mengevaluasi akurasi analisis 3D model CAD dan implan panduan bedah dari pemindaian 3D CBCT, ini dibandingkan dengan pemindai optik desktop untuk kebenaran dan presisi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi analisis 3D untuk daerah edentulous gigi dan panduan bedah dengan menggunakan program perangkat lunak inspeksi analisis 3D. Metode: 2 jenis CAD dental model dan panduan bedah dibuat dari 15 model gips gigi dalam 24 area edentulous. Model gigi CAD diperoleh dengan menggunakan pemindai desktop dan Pemindai CBCT. Pemandu bedah CAD dibuat dari model gigi baik pemindai desktop dan Pemindai CBCT dengan menggunakan perangkat lunak implan pemandu bedah (Aplikasi AIS3D, Acteon). Untuk program perangkat lunak inspeksi analisis 3D (GOM Inspect) digunakan dalam inspeksi kebenaran dan presisi model gigi dan panduan bedah dari CBCT-Desktop Scanner dan juga dalam perbandingan 3D. Uji Mann–Whitney 𝑈 digunakan untuk membandingkan akurasi antara area empat titik dalam model gigi dan panduan bedah. Hasil: Root mean square (RMS) dianggap sebagai hasil dari nilai kebenaran perbandingan 3D model (0,0041) dan panduan bedah (0,0048). Paired dependent T-test menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan yang dilakukan untuk perbandingan statistik deviasi pada dental model-sugical guide (α = 0,05). Diskusi: Hasil menunjukkan, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik maupun relevan secara klinis mengenai kebenaran dan ketepatan 2 jenis model CAD dan panduan bedah. Temuan investigasi ini mendukung kegunaan beberapa pemindai cor dalam praktik klinis. Temuan scanner desktop setara dengan hasil digitalisasi CBCT, menurut analisis nilai RMSE model dan panduan bedah memiliki perbedaan nilai kebenaran yang lebih tinggi daripada akurasi CBCT lainnya sebagai studi model pemindaian. Kesimpulan: Baik model CAD dan panduan bedah kebenaran dan presisi memberikan akurasi untuk perencanaan implan, yang menyarankan CBCT 3D sebagai model gigi pemindai adalah metode yang dapat diandalkan untuk mendapatkan panduan bedah untuk tujuan perencanaan implan.Item Akurasi Penempatan Implan Gigi Menggunakan Surgical Guide yang Berasal dari CBCT 3D(2023-07-13) DIMAS SATRIA PUTRA; Farina Pramanik; AzhariPendahuluan: Penempatan implan gigi dengan menggunakan teknik tangan bebas menyebabkan deviasi penempatan yang tinggi. Dengan berkembangnya 3D CBCT, operator dapat melakukan perawatan implan dengan menggunakan sistem pemandu yang menghasilkan panduan bedah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi penempatan implan gigi dengan menggunakan panduan bedah dan keandalan panduan bedah yang dihasilkan dari 3D CBCT. Metode: Data perencanaan bedah virtual implan gigi ditumpangkan dengan data CBCT 3D pasca operasi. Pengukuran sudut dan kedalaman dilakukan untuk menemukan penyimpangan. Setelah itu, dilakukan uji t berpasangan dan uji kesalahan RMS. Hasil: Hasil uji statistik perbandingan antara posisi implan gigi yang direncanakan dan yang telah terpasang tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang signifikan, yaitu 0,698 & 0,70 untuk penyimpangan sudut dan 0,205 untuk penyimpangan kedalaman. Hasil uji RMSE 0,075 & 0,05 pada deviasi sudut & 0,003 antara implan gigi yang direncanakan dan yang ditempatkan. Pembahasan: Pengujian statistik menunjukkan adanya deviasi dari rencana penempatan implan gigi, namun tidak terjadi perubahan yang signifikan sehingga hasil pengukuran rata-rata deviasi masih dalam batas aman. Hasil uji RMSE mendekati angka hipotetik (0) dan menunjukkan akurasi yang baik. Kesimpulan: Penyimpangan yang ditemukan pada penelitian ini disebabkan oleh tidak adanya metal sleeve dan pengalaman operator dalam menggunakan surgical guide, namun penyimpangan tersebut masih dalam batas aman dan penggunaan surgical guide yang berasal dari CBCT 3D dapat diandalkan dan dapat meningkatkan akurasi dalam perawatan implan gigi.Item ANALISA KETINGGIAN TULANG KORTEKS MANDIBULA PENGGUNA AMLODIPIN MENGGUNAKAN RADIOGRAF PANORAMIK(2016-04-18) FARIHAH SEPTINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPemeriksaan densitas tulang dapat dilakukan menggunakan radiograf panoramik digital menggunakan Antegonion Indeks (AI), Gonion Indeks (GI) dan Mental Indeks (MI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisa ketinggian tulang korteks mandibula, bagaimana analisa perbandingan dengan pasien normal, dan analisa perbandingan ke tiga indeks pada pengguna amlodipin menggunakan radiograf panoramik. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan sampel Radiograf panoramik sebanyak 30 buah kanan dan kiri pada pasien yang mengkonsumsi amlodipin 1-3 tahun di RSGMP-FKG Unpad, Bandung. Hasil penelitian ini didapatkan nilai GI berkisar 0,8 mm; AI berkisar 1,75-1,76 mm dan pada MI berkisar 1,8-1,9 mm. Ketinggian korteks mandibula ternyata lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi normal dengan nilai sig 0,0 dan lebih besar dari α > 0,05. Perbandingan hasil antara ketiga indeks menunjukan angka signifikan berbeda dengan α > 0,05. Simpulan dari penelitian ini adalah Ketinggian korteks mandibula pengguna amlodipin menggunakan radiograf panoramik yang diukur dengan AI, MI dan GI adalah lebih rendah dari pada pasien normal. Perbandingan antar indeks paling sensitif adalah menggunakan metode Gonion IndeksItem ANALISA RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL UNTUK MENILAI KERAPATAN TRABEKULA TULANG MANDIBULA WANITA PASCA MENOPAUSE PADA AREA FORAMEN MENTALE(2013-01-17) KURNIA EFFENDI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Trabekula merupakan tulang tipis yang bercabang-cabang membentuk jaring di dalam rongga sumsum. Gambaran radiografi trabekula mandibula dapat dilihat menggunakan alat radiografi panoramik digital. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah gambaran radiograf panoramik digital dapat memberikan informasi mengetahui diagnosa osteoporosis secara dini pada wanita pascamenopause usia antara 50 – 80 tahun. Metode penelitian ini adalah deskripsi sederhana. Penelitian dilakukan pada radiograf panoramik digital di daerah sekitar foramen mentale wanita pasca menopause usia antar 50 – 80 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Data tersebut dicatat, dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian didapatkan persentase bahwa 67,3 % wanita pasca menopause dengan keadaan normal dan 36,7 % wanita pasca menopause dengan keadaan osteoporosis. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa dari hasil analisa gambaran radiograf panoramik digital tulang mandibula, pada area foramen mentale wanita pasca menopause, dapat menilai kerapatan trabekula, yang mana hal tersebut dapat memberikan informasi tentang keadaan kualitas dan kuatitas tulang, yaitu apabila jumlah trabekula meningkat dikarenakan putusnya percabangan trabekula dan menipisnya ketebalan trabekula, maka kualitas tulang terjadi penurunan atau dengan kata lain wanita pasca menopause tersebut mengalami osteoporosis.Item ANALISIS KETEBALAN ROOF OF GLENOID FOSSA DAN BENTUK KONDILUS PADA PASIEN SUSPEK TMD MENGGUNAKAN RADIOGRAFI CBCT 3D(2015-04-13) MUHAMMAD SUTRIA HARIS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGangguan sendi temporomandibula atau yang dikenal dengan Temporo Mandibular Disorder (TMD) dapat mempengaruhi struktur artikular kompleks termasuk Roof of Glenoid Fossa (RGF) dan kepala kondilus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa nilai ketebalan RGF dan bentuk kepala kondilus pada pasien suspek TMD menggunakan radiografi CBCT 3D. Metode penelitian ini menggunakan survei observasional. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 82 radiograf CBCT 3D TMJ yang didapatkan dari Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Universitas Padjadjaran, Bandung. Hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata ketebalan RGF kanan sebesar 1,2 mm dan kiri sebesar 1,31 mm. Hasil uji Mann Whitney U-test dengan nilai p <0,05 memperlihatkan terdapat perbedaan signifikan antar ketebalan RGF pada kondilus bentuk normal (0,89 mm) dan bentuk tidak normal (1,32 mm), Hasil uji Kruskal-Wallis test dengan nilai p <0,05 juga memperlihatkan adanya penebalan RGF yang meningkat pada variasi bentuk kondilus. Simpulan dari penelitian ini adalah, analisis ketebalan RGF pada suspek pasien TMD menunjukkan adanya peningkatan ketebalan RGF pada kondilus normal dan tidak normal maupun antar variasi bentuk kondilus.Item ANALISIS BENTUK DAN KESIMETRISAN KONDILUS MANDIBULA PADA OKLUSI KELAS I DAN KELAS II ANGLE MENGGUNAKAN RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL(2015-04-13) RATNA TRISUSANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKeseimbangan fungsional dari sendi temporomandibula terjadi apabila ada keserasian yang baik antara kontak oklusi dengan gerakan otot. Variasi perubahan morfologis dari sendi temporomandibula terutama pada kondilus, baik bentuk maupun ukurannya, tampak pada penderita dengan gangguan sendi temporomandibula. Adanya selisih pada ketinggian di sisi kiri dan kanan yang disebut asimetri , tidak selalu disebabkan oleh suatu penyakit tetapi dianggap sebagai faktor risiko untuk berkembangnya gangguan temporomandibular. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan kesimetrisan kondilus mandibula pada oklusi kelas I dan kelas II Angle menggunakan radiograf panoramik digital. Metode Penelitian menggunakan penelitian survey observasional. Subyek penelitian adalah radiograf panoramik digital dari pasien dengan oklusi kelas I dan kelas II Angle di instalasi radiologi RSGM UNPAD. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh sebanyak 30 sampel. Hasil penelitian bentuk kondilus pada oklusi kelas I terbanyak adalah membulat pada kedua kondilus (48%), sedangkan pada oklusi kelas II bentuk terbanyak adalah membulat pada satu sisi dan bersudut pada sisi lainnya (40%). Kesimetrisan kondilus pada oklusi kelas I, simetris sebesar 36% dan asimetris sebesar 64%. Pada oklusi kelas II, kondilus simetris sebesar 40% dan kondilus asimetris 60%. Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari bentuk dan kesimetrisan kondilus mandibula pada oklusi kelas I dan kelas II Angle dilihat dari radiograf panoramik digital.Item ANALISIS BENTUK KEPALA KONDILUS MANDIBULA DAN JARAK TERHADAP FOSSA GLENOIDALIS PADA SUSPEK PENDERITA TMD DILIHAT DARI PANDANGAN SAGITAL CBCT-3D(2015-04-13) MUTIARA SUKMA SUNTANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTemporo Mandibular Disorder (TMD) adalah suatu istilah yang menyatakan berbagai tanda dan gejala gangguan TMJ yang menyebabkan perubahan bentuk dan jarak kepala kondilus mandibula terhadap fossa glenoidalis. Tampilan sagital pada CBCT-3D merupakan teknik imejing terpilih untuk dapat perubahan bentuk yang disebabkan oleh osteoatritis dan perubahan jarak yang disebabkan oleh disc dearangement tanpa adanya superimpose dari struktur yang berdekatan dengan TMJ. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk dan jarak kepala kondilus mandibula terhadap fossa glenoidalis diliat dari pandangan sagital CBCT-3D. Sampel pada CBCT-3D 44 orang pria dan wanita dengan suspek penderita TMD dianalisis secara terpisah untuk bagian TMJ kanan dan kiri sehingga didapatkan 88 sampel. Bentuk kondilus dan jarak anterior, superior, dan posterior terhadap fossa glenoidalis dianalisis menggunakan software Ez Implant. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pandangan sagital memperlihatkan bentuk kepala kondilus mandibula pada sisi kanan TMJ : paling banyak adalah bentuk normal sebesar 47,7%, flattening 15,9%, sklerosis 15,9%, osteophyte 11,4% dan erosi 9,1% sedangkan pada sisi kiri TMJ yang paling banyak adalah bentuk kepala kondilus normal 47,7%, flattening 20,5%, osteophyte 11,4% sklerosis 11,4%, dan erosi 9,1%. Terjadi perubahan jarak superior (SS), jarak anterior (SA), dan jarak posterior (PS) pada penderita TMD dibandingkan dengan TMJ normal. Simpulan penelitian ini terdapat perubahan bentuk dan jarak kepala kondilus mandibula pada suspek penderita TMD tetapi tidak terdapat hubungan antara perubahan bentuk dengan jarak secara statistik.Item ANALISIS BENTUK KONDILUS DAN SUDUT EMINENTIA ARTIKULARIS PADA KUALITAS TULANG WANITA MENOPAUSE MENGGGUNAKAN RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL(2015-04-13) ERWIN SETYAWAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerubahan bentuk sendi temporomandibula dipengaruhi oleh beban pengunyahan dan bisa dideteksi awal dengan radiograf panoramik. Beban pengunyahan mengakibatkan terjadinya resorpsi tulang. Proses resorpsi dipengaruhi oleh aktifitas osteoklas. Peningkatan aktifitas osteoklas disebabkan oleh diantaranya defisiensi hormon estrogen. Wanita menopause mengalami defisiensi hormon estrogen Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan sudut eminentia artikularis pada berbagai kualitas tulang wanita menopause dan perbedaan sudut eminentia artikularis pada berbagai bentuk kondilus menggunakan radiograf panoramik digital. Penelitian ini menggunakan metode survei observasional. Subjek penelitian adalah radiograf panoramik digital dari pasien wanita menopause di instalasi radiologi kedokteran gigi RSGM UNPAD tahun 2012. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dan diperoleh 35 wanita menopause dengan kualitas tulang normal adalah 11 orang, osteopenia 9 orang, dan osteoporosis 15 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan sudut eminentia artikularis kiri pada tulang normal 49,87°, yang kanan 49,58°; pada tulang osteopenia sudut eminentia kiri 32,02°, yang kanan 33,6°; pada tulang osteoporosis sudut eminentia kiri 30,47°, yang kanan 30,13°. Simpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan sudut eminentia artikularis pada wanita menopause, dan tidak ada perbedaan sudut eminentia artikularis pada berbagai bentuk kondilus.Item ANALISIS BENTUK KONDILUS MANDIBULA PADA AWAKE, SLEEP, DAN COMBINED BRUXISM MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL(2017-03-27) FRANCESCA NOVI MARGARETA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAktivitas bruxism dapat menyebabkan hiperaktivitas otot pengunyahan dan memicu terjadinya proses remodeling tulang mandibula, yang disertai dengan perubahan bentuk kondilus mandibula. Perubahan bentuk kondilus merupakan respon terhadap beban mekanis yang melebihi batas kapasitas adaptasi sendi temporomandibula, yang dapat terlihat dari gambaran radiografi panoramik digital berbentuk oval, diamond, bird beak, dan crooked finger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat gambaran bentuk kondilus mandibula yang berbeda pada penderita awake bruxism (AB), sleep bruxism (SB), dan combined bruxism (CB). Kelompok sampel terdiri dari 27 orang penderita bruxism (9 orang SB, 9 orang AB, dan 9 orang CB) dan kelompok kontrol sebanyak 9 orang. Data diperoleh dengan pengisian kuesioner, pemeriksaan klinis, dan radiografi panoramik digital. Tracing bentuk kondilus mandibula menggunakan software Fiji. Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kruskall Wallis test. Hasil pengujian melalui skoring bentuk kondilus didapatkan p value = 0,0041 (p 0,05). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa analisis radiograf panoramik bentuk kondilus penderita bruxism (sleep bruxism, awake bruxism, dan combined bruxism) berbentuk bird beak, sedangkan pada kelompok kontrol berbentuk oval.Item Analisis Biomekanis Komputasional Dua Jenis Implan Gigi Menggunakan Metode Elemen Hingga (MEH) Tiga Dimensi(2016-07-18) ALDILLA MIRANDA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenImplan gigi memiliki resiko kegagalan secara biomekanis di dalam rongga mulut akibat beban pengunyahan. Aspek biomekanis cukup kompleks untuk diteliti secara in vivo, sehingga Metode Elemen Hingga (MEH) menjadi pilihan alat yang tepat untuk menganalisis mengenai permasalahan implan gigi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan evaluasi biomekanis distribusi tegangan dan kegagalan lelah implan gigi teroseointegrasi yang digunakan di klinik Periodonsia dan Prostodonsia FKG Unpad menggunakan MEH. Penelitian ini menggunakan dua buah foto CBCT pasien berimplan lebih dari tiga bulan, kemudian dikonversi menjadi model digital elemen hingga 3 dimensi secara komputerisasi. Kedua model implan tersebut diberikan sifat material, tumpuan, serta disimulasikan beban oklusi sebesar 87N dan beban gesek lateral 29N selama 0,7 detik. Penelitian ini menunjukkan adanya konsentrasi tegangan pada kedua model di puncak tulang alveolar. Nilai tegangan Von-Misses maksimum untuk model Osstem sebesar 403,3 MPa dan 36,561 MPa pada komponen implan dan tulang alveolar secara berurutan, sedangkan untuk model Dentium 605 MPa dan 108,64 MPa. Nilai tegangan tarik lelah untuk model Osstem 136,52 MPa dan 41 MPa pada komponen implan dan tulang alveolar secara berurutan, sedangkan untuk model Dentium 310 MPa dan 269,52 MPa. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tegangan pada kedua model implan Osstem dan Dentium terkonsentrasi pada puncak tulang. Implan mampu bertahan di dalam rongga mulut selama jaringan periodontal yang mendukungnya sehat.Item ANALISIS BIOMEKANIS KOMPUTASIONAL IMPLAN GIGI PADA RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA (MEH) TIGA DIMENSI(2017-04-10) MUTIA ROCHMAWATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenImplan gigi merupakan suatu metode untuk mengganti hilangnya gigi yang semakin popular karena dinilai mampu mencapai fungsi pengunyahan, estetika dan kenyamanan yang ideal. Faktor penentu keberhasilan dan kegagalan implan adalah respon biomekanis dari jaringan tulang pendukung implan terhadap penyaluran beban oklusal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi dan nilai tegangan uji statis struktural implan gigi dan tulang teroseointegrasi implan pada rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) menggunakan metode elemen hingga tiga dimensi (MEH 3D). Prosedur penelitian meliputi pembuatan foto CBCT pasien implan gigi pada regio molar yang sudah mengalami oseointegrasi, pembuatan model MEH 3D menggunakan software 3D-DOCTOR dan CATIA V5R19, running dan solving model MEH 3D menggunakan software ANSYS 17.1. Nilai tegangan von-Mises implan gigi RA 321,46 MPa dan RB 336,08 MPa. Nilai tegangan von-Mises abutment implan gigi RA 90,869 MPa dan RB 87,827 MPa. Nilai tegangan maksimum tarik tulang kortikal RA 83,424 MPa dan RB 52,172 MPa. Nilai tegangan maksimum tekan tulang kortikal RA 104,31 MPa dan RB 72,802 MPa. Nilai tegangan maksimum tarik tulang trabekular RA 3,1119 MPa dan RB 4,1211 MPa. Nilai tegangan maksimum tekan tulang trabekular RA 4,6113 MPa dan RB 4,5515 MPa. Pola distribusi tegangan uji statis struktural implan gigi pada RA dan RB tidak merata, terletak pada ulir pertama badan implan gigi, dan tidak melebihi nilai yield strength titanium alloy. Pola distribusi tegangan uji statis struktural tulang teroseointegrasi implan pada RA dan RB tidak merata, terletak pada tulang kortikal dan tidak melebihi nilai ultimate tensile strength dan ultimate compressive strength tulangItem ANALISIS BIOMEKANIS KOMPUTASIONAL IMPLAN GIGI DESAIN NONSUBMERGED DAN SUBMERGED MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA (MEH) TIGA DIMENSI(2017-04-10) WIDIA HAFSYAH SUMARLINA RITONGA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPemasangan implan gigi dapat dilakukan dengan prosedur bedah satu tahap untuk desain implan nonsubmerged dan dua tahap untuk desain implan submerged. Perbedaan desain dan geometri dari kedua desain implan gigi ini dapat mempengaruhi aspek biomekanis yang cukup kompleks untuk diteliti secara invivo, sehingga Metode Elemen Hingga (MEH) 3D menjadi pilihan yang tepat untuk menganalisis mengenai permasalahan implan gigi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melakukan evaluasi perbedaan biomekanis pola distribusi, nilai, dan lokasi tegangan maksimum yang terdistribusi pada kedua desain implan gigi serta tulang alveolar disekitarnya dengan menggunakan MEH 3D. Penelitian ini menggunakan satu buah foto CBCT rahang bawah pasien, satu buah implan gigi desain nonsubmerged, dan satu buah implan gigi desain submerged, kemudian dikonversi menjadi model digital elemen hingga tiga dimensi secara komputerisasi. Kedua desain implan tersebut diberikan sifat material, tumpuan, serta disimulasikan beban oklusi sebesar 87N arah vertikal dan beban geser 29N arah mesial dan lingual. Penelitian ini menunjukkan adanya lokasi tegangan maksimum pada kedua desain implan terletak pada daerah implan sekitar puncak tulang alveolar. Nilai tegangan von-Mises maksimum desain nonsubmerged terletak pada badan implan sebesar 252,53 MPa dan abutment sebesar 104,16 MPa, sedangkan badan implan desain submerged sebesar 193,31 MPa dan abutment sebesar 134,62 MPa. Nilai tegangan tarik maksimum pada implan desain nonsubmerged sebesar 43,61 MPa sedangkan implan desain submerged sebesar 41,53 MPa. Nilai tegangan tekan maksimum implan desain nonsubmerged sebesar 62,31 MPa dan implan desain submerged sebesar 73,92 MPa. Hasil nilai tegangan von-Mises maksimum pada badan implan dan abutment berada dibawah nilai yield strength aloi titanium 860 MPa. Nilai tegangan tarik maksimum berada dibawah nilai ultimate tensile strength tulang kortikal 133 MPa dan nilai tegangan tekan maksimum berada dibawah ultimate compressive strength tulang kortikal 193 Mpa. Lokasi tegangan maksimum pada desain implan nonsubmerged dan submerged terletak pada puncak tulang alveolar dan pada pembebanan statik baik implan maupun tulang alveolarnya berada pada batas amanItem Analisis Campuran Nanopartikel Semen Portland Putih Indonesia-ZrO2-UDMA dengan Penambahan Nanosilika sebagai Bahan Pulp Capping(2023-08-14) ALEX KESUMA; Arief Cahyanto; Denny NurdinPulp capping merupakan tindakan aplikasi bahan bioaktif secara direk maupun indirek pada jaringan pulpa yang mengalami pulpitis reversibel, untuk menstimulasi proses dentinogenesis reparatif dan penyembuhan sehingga vitalitas pulpa dapat dipertahankan. Bahan mineral trioxide aggregate (MTA) semakin banyak diminati penggunaannya sebagai bahan pulp capping dibandingkan gold standard kalsium hidroksida (Ca(OH)2) akibat keunggulan sifat bioaktivitas dan biokompatibilitasnya. Semen Portland Putih Indonesia (SPPI) telah diteliti memiliki kesamaan komposisi utama dengan MTA, yaitu trikalsium silikat sehingga berpotensi sebagai alternatif bahan pulp capping yang lebih ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penambahan senyawa nanosilika (SiO2) terhadap sifat bioaktivitas dan biokompatibilitas bahan pulp capping berbasis resin dengan filler nanopartikel SPPI-ZrO2. Kelompok sampel nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA dan SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA disintesis, kemudian dilakukan pengukuran dan analisis nilai pH, pelepasan ion hidroksil dan kalsium, serta nilai sitotoksisitas dan perlekatan sel dalam jangka waktu berbeda. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi pelepasan ion hidroksil dan kalsium pada kelompok SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA lebih tinggi daripada SPPI-ZrO2-UDMA tanpa adanya perbedaan signifikan secara statistik (p-value>0,05). Kelompok SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA menunjukkan persentase viabilitas sel fibroblas NIH/3T3 tertinggi pada masa inkubasi 72 jam (244.0718 ± 22.2519) dengan perbedaan signifikan secara statistik (p-value<0.05) jika dibandingkan dengan kelompok SPPI-ZrO2-UDMA. Peningkatan viabilitas perlekatan sel juga terlihat lebih tinggi pada kelompok SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA dibandingkan SPPI-ZrO2-UDMA selama masa waktu inkubasi 24, 48, hingga 72 jam. Simpulan dalam penelitian ini mendukung dilakukannya penambahan nanosilika dalam formulasi nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA sebagai potensi bahan pulp capping kalsium silikat berbasis resin dengan sifat bioaktivitas dan biokompatibilitas yang lebih baik.