Prostodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prostodonsia (Sp.) by Title
Now showing 1 - 20 of 70
Results Per Page
Sort Options
Item A Characterization of Ceramic Dental Implant Coated with Carbonate Apatite(2020-08-10) FAUZIAH ERFIN; Rasmi Rikmasari; Arief CahyantoZirconia-based dental implant in Indonesia is rarely used, especially due to low demand. High production cost makes the price of each zirconia dental implant piece become expensive. The fabrication process of the dental implant using 3 mol% Yttria-stabilized Zirconia (3YSZ) as a starting powder, or being synthesized using ZrCl3 and YCl4 precursor were costly and complicated. The aim of this study is to investigate morphology and phase analysis in the ceramic dental implant which coated with carbonate apatite (CO3Ap). The industrial 3YSZ powder was compacted using a manual hydraulic press and sintered at 1500°C approximately to 11 mm pellet size. Specimens were pre-treated using 9% hydrofluoric acid (HF 9%) before coated by CO3Ap, while others without treatment as a control. Then, they were dipped into CO3Ap suspension and heat treated with temperature variable of 300°C or 500°C. Fabrication of specimen using manual hydraulic press creates monoclinic phase more than expected, while SEM discovered that the particle of the specimen has 130-500nm size. In conclusion, the effective method to coat the ceramic dental implant with CO3Ap was using 9% HF as a pre-treatment then calcinate in 300°C as confirmed in XRD and EDS.Item ANALISIS BENTUK KONDILUS MANDIBULA PADA AWAKE, SLEEP, DAN COMBINED BRUXISM MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL(2017-03-27) FRANCESCA NOVI MARGARETA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAktivitas bruxism dapat menyebabkan hiperaktivitas otot pengunyahan dan memicu terjadinya proses remodeling tulang mandibula, yang disertai dengan perubahan bentuk kondilus mandibula. Perubahan bentuk kondilus merupakan respon terhadap beban mekanis yang melebihi batas kapasitas adaptasi sendi temporomandibula, yang dapat terlihat dari gambaran radiografi panoramik digital berbentuk oval, diamond, bird beak, dan crooked finger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat gambaran bentuk kondilus mandibula yang berbeda pada penderita awake bruxism (AB), sleep bruxism (SB), dan combined bruxism (CB). Kelompok sampel terdiri dari 27 orang penderita bruxism (9 orang SB, 9 orang AB, dan 9 orang CB) dan kelompok kontrol sebanyak 9 orang. Data diperoleh dengan pengisian kuesioner, pemeriksaan klinis, dan radiografi panoramik digital. Tracing bentuk kondilus mandibula menggunakan software Fiji. Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kruskall Wallis test. Hasil pengujian melalui skoring bentuk kondilus didapatkan p value = 0,0041 (p 0,05). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa analisis radiograf panoramik bentuk kondilus penderita bruxism (sleep bruxism, awake bruxism, dan combined bruxism) berbentuk bird beak, sedangkan pada kelompok kontrol berbentuk oval.Item ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA TULANG ALVEOLAR DARI IMPLAN GIGI DENGAN RESTORASI TUNGGAL DAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA TIGA DIMENSI(2013-01-21) SRI WAHYUNINGSIH RAIS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Ada bermacam-macam kasus kehilangan gigi yang dapat ditangani dengan menggunakan implan, salah satunya dengan menggunakan restorasi tunggal ataupun jembatan. Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah ada perbedaan distribusi tegangan pada tulang alveolar dari implan gigi dengan restorasi tunggal dan jembatan. Metode penelitian menggunakan metode elemen hingga tiga dimensi, yang terdiri dari tahap preprocessing, solution/solving, dan post processing. Penelitian dilakukan dengan mengamati pola distribusi, serta menilai tegangan tarik dan tegangan tekan pada tulang alveolar dari implan yang menyangga restorasi tunggal dan jembatan dengan pemberian beban arah vertikal maupun lateral sebesar 200 N. Hasil penelitian didapat nilai distribusi tegangan maksimal pada arah vertikal terhadap restorasi tunggal yaitu: tegangan tarik (20 MPa), dan tegangan tekan (30 MPa). Sedangkan restorasi jembatan: tegangan tarik (20 MPa), dan tegangan tekan (25 MPa). Nilai distribusi tegangan maksimal pada arah lateral terhadap restorasi tunggal yaitu: tegangan tarik (40 MPa), dan tegangan tekan (30 MPa). Sedangkan restorasi jembatan; tegangan tarik (40 MPa), dan tegangan tekan (50 MPa). Simpulan dari penelitian ini adalah distribusi tegangan yang terjadi pada tulang alveolar dari implan yang menyangga restorasi tunggal maupun jembatan, baik dalam arah beban vertikal maupun lateral, memiliki nilai lebih rendah dari tegangan tarik dan tekan tulang alveolar. Kata Kunci: implan gigi, tulang alveolar, tegangan tarik, tegangann tekan, metode elemen hingga tiga dimensi. ABSTRAC There are various cases of missing teeth that can be restoration with implants, one with a single or bridge restoration. The research objective was to determine whether there are differences in the stress distribution in the alveolar bone of dental implants with a single and bridge restorations. The research method using three-dimensional finite element method, which consists of preprocessing stage, solution / solving, and post processing. The study was conducted by observing the pattern of distribution, as well as assessing the tensile stress and compressive stress in the alveolar bone supporting the restoration of single implants and bridges by providing vertical and lateral loads of 200 N. The results obtained maximum value of the stress distribution in the vertical direction to a single restoration are: tensile stress (20 MPa), and compressive stress (30 MPa). While the restoration of the bridge: tensile stress (20 MPa), and compressive stress (25 MPa). Maximum value of the stress distribution in the lateral direction for a single restoration are: tensile stress (40 MPa), and compressive stress (30 MPa). While the restoration of bridges; tensile stress (40 MPa), and compressive stress (50 MPa). The conclusions of this study is the distribution of stress that occurs in the alveolar bone supporting the restoration of a single implant or bridge, in both vertical and lateral load direction, has a value lower than the tensile stress and compressive stress alveolar bone. Keywords: dental implants, alveolar bone, tensile stress, compressive stress, three-dimensional finite element method.Item ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA TULANG ALVEOLAR PENDUKUNG GIGI TIRUAN FLEKSIBEL BERUJUNG BEBAS BILATERAL RAHANG BAWAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA TIGA DIMENSI(2013-01-20) RICCA CHAIRUNNISA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) fleksibel terbuat dari bahan resin nilon termoplastik, yang mempunyai keuntungan fisis dan mekanis, yaitu estetis, kuat, akurat, biokompatibel dan nyaman. Penggunaan GTSL fleksibel pada kasus berujung bebas masih menjadi kontradiksi. Distribusi tegangan pada tulang alveolar di bawah GTSL fleksibel berujung bebas belum diketahui dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi tegangan pada tulang alveolar pendukung GTSL fleksibel berujung bebas merata atau tidak. Penelitian menggunakan analisis metode elemen hingga tiga dimensi, diawali dengan pembuatan geometri rahang dan GTSL fleksibel dari hasil CT-scan. Kemudian dilakukan meshing, penentuan kondisi batas, pemberian sifat material dan selanjutnya dilakukan simulasi beban. Hasil penelitian menunjukkan terdapat konsentrasi tegangan pada tulang kortikal regio molar pertama sebesar: 9,6 MPa; 28,9 MPa; 48,1 MPa; 67,5 MPa; 86,4 MPa pada simulasi beban vertikal 50 N; 150 N; 250 N; 350 N; 450 N secara berurutan. Sedangkan pada simulasi beban lateral terjadi konsentrasi tegangan sebesar 8,0 MPa; 23,8 MPa; 39,6 Mpa; 56,4 MPa; dan 88,7 MPa untuk beban 50 N; 150 N; 250 N; 350 N; dan 450 N secara berurutan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa distribusi tegangan pada tulang alveolar pendukung GTSL fleksibel berujung bebas bilateral tidak merata. Nilai tegangan maksimum yang terjadi pada tulang alveolar pendukung GTSL fleksibel berujung bebas bilateral masih jauh di bawah nilai kekuatan tulang. ABSTRACT Flexible removable partial dentures (RPDs) are made of thermoplastic nylon resin, which have superior mechanical and physical benefit, such as: aesthetic, durable, accurate, biocompatible and comfortable. The use of flexible RPDs in free-end cases is still a contradiction. The stress distribution of alveolar bone supporting flexible RPDs remains unclear. The purpose of this study is to examine wether the stress distribution of alveolar bone beneath the distal extension flexible RPD occurs evenly. The research was done using three dimensional finite element method analysis, began with creation of the jaw and flexible RPD geometry from the CT-scan images, continued with mesh and boundary creation, material properties provision and loading simulation. The results showed that there were stress concentrations on the first molar region of the cortical bone at 9.6 MPa; 28.9 MPa; 48.1 MPa; 67.5 MPa; 86.4 MPa for vertical load simulation of 50 N, 150 N, 250 N, 350 N, 450 N, respectively. While in the simulation of lateral load, the stress concentrations occured at 8.0 MPa; 23.8 MPa; 39.6 MPa, 56.4 MPa; 88.7 MPa of 50 N, 150 N, 250 N, 350 N, and 450 N loading respectively. The results of this study concluded that the stress distribution of alveolar bone supporting bilateral free-end flexible RPD was uneven. The maximum stress occured in the alveolar bone supporting bilateral free-end flexible RPD was still under the mechanical strength of the alveolar bone.Item ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN TERHADAP GIGI TIRUAN JEMBATAN DUKUNGAN IMPLAN DISAIN NON-SUBMERGED DAN SUBMERGED(2016-01-18) JOKO PRIHATONO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenRestorasi gigi dengan implant-supported merupakan salah satu cara untuk mengatasi kasus berujung bebas, misalnya kehilangan tiga gigi posterior, biasanya dipasang tiga buah implan yang mendukung masing-masing satu suprastruktur atau dapat juga dipasang dua buah implan yang mendukung suprastruktur berupa jembatan (bridge) tiga unit. Implan dan abutmen pada dasarnya adalah dua komponen yang dijadikan satu oleh screw maka tantangan utama yang perlu diatasi dengan restorasi implan satu gigi adalah longgarnya screw dan fraktur implan atau abutment karena meningkatnya potensi timbulnya gaya pada implan, abutment, dan screw yang tidak dapat diprediksi. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan distribusi tegangan di sambungan antara implan dan abutmen pada gigi jembatan dukungan implan disain submerged dan non-submerged. Metode yang dilakukan adalah dengan metode elemen hingga tiga dimensi. Implan SSII (merk Osstem) dan implan 2 DRILL (2D Implant Co., Ltd) dengan ukuran 4,8x10 mm telah dianalisis dengan simulasi metode elemen hingga tiga dimensi dibawah suatu beban statis lateral dan vertikal sebesar 180 N. Model numerik segmen tulang rahang posterior rahang bawah dihasilkan pada gambaran computed tomography, dan pengukuran pembebanan dilakukan untuk mengetahui besarnya distribusi tegangan pada daerah sambungan antara implan dan abutmen pada gigi jembatan dukungan implan disain submerged dan non-submerged. Hasil pembebanan lateral, didapatkan nilai distribusi tegangan pada sambungan antara implan dan abutmen disain submerged yaitu sebesar 1,562x107 Pa, sedangkan pada disain non-submerged sebesar 9,63x107 Pa. Pada pembebanan vertikal, nilai distribusi tegangan pada sambungan antara implan dan abutmen disain submerged yaitu sebesar 1,038x107 Pa, sedangkan pada disain non-submerged sebesar 3,452x107 Pa. Pada pembebanan 180 Newton arah vertikal maupun lateral terhadap gigi jembatan dukungan implan, didapatkan nilai distribusi tegangan pada daerah sambungan antara implan dan abutmen disain submerged maupun non-submerged masih lebih kecil dari nilai ultimate tensile strength (UTS) yaitu 1040 MPa (1,04x109 Pa). Kedua jenis disain implan submerged dan non-submerged beserta komponen sekundernya (abutment) aman digunakan untuk dukungan gigi tiruan jembatan.Item ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI TEGANGAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN KASUS BERUJUNG BEBAS RAHANG BAWAH DENGAN CANGKOLAN DAN KAITAN PRESISI RESILIEN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT: REVIEW(2020-08-14) IRHAM MUHAMMAD ADINUGRAHA; Taufik Sumarsongko; Setyawan BonifaciusPenggunaan gigi tiruan pada kasus kehilangan gigi berujung bebas pada rahang bawah memerlukan perhatian khusus karena terdapat potensi pergerakan gigi tiruan yang dapat menyebabkan terjadinya ungkitan. Pergerakan gigi tiruan dapat terjadi karena perbedaan kompresibilitas yang besar antara ligamen periodontal dan juga mukosa. Gaya ungkit yang timbul sebagai akibat dari pergerakan gigi tiruan dapat menimbulkan gaya torsi pada gigi penyangga yang dapat menyebabkan kerusakan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya komponen yang berfungsi untuk mengurangi tegangan yang timbul pada gigi sebagai akibat dari beban kunyah yang diterima. Komponen yang umum untuk digunakan agar mengurangi tegangan adalah dengan menggunakan desain cangkolan yang memiliki efek stress-breaker atau penggunaan kaitan presisi yang resilien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari penggunaan komponen stress-breaker yang berbeda pada gigi tiruan sebagian lepasan dengan melakukan tinjauan pada artikel yang melakukan penelitian dan penilaian mengenai pemakaian komponen stress-breaker pada gigi tiruan untuk menggantikan kehilangan gigi yang berujung bebas rahang melalui analisis finite element dengan rapid review. Pencarian artikel dilakukan melalui basis data jurnal ilmiah Pubmed, EBSCO, dan Google Scholar dengan metode PRISMA. Pada penelitian ini didapatkan 6 artikel yang dapat ditelaah dengan penggunaan desain cangkolan RPI, RPA, RPT, back action, kaitan ERA, dan kaitan ball. Data yang didapatkan melalui pencarian kemudian disajikan secara deskriptif dan didapatkan secara umum penggunaan komponen stress-breaker berhasil untuk dilakukan, namun didapatkan kegagalan desain cangkolan RPI yang mengalami deformasi melebihi dari nilai toleransi.Item Apatite Formation on Zirconia (Y-TZP) Coated with Carbonate Apatite in Simulated Body Fluid(2020-08-10) ASTRIE YUMEISA; Arief Cahyanto; Lisda DamayantiAbstract. Various bioactive calcium phosphates such as hydroxyapatite (HA) and carbonate apatite (CO3Ap) have been widely studied due to their biocompatibility and osteoconductivity when implanted into bone defects. CO3Ap has the ability to adapt bone structure and induce bone regeneration; so that it can be categorized as resorbable bioactive materials. CO3Ap induced much stronger response such as cell adhesion and actin ring formation to osteoclast-like cells rather than HA. The aim of this study is to evaluate the bioactivity on zirconia (Y-TZP) coated with CO3Ap using simulated body fluid (SBF). Twenty Y-TZP ZrO2 disks with a 12-mm diameter and 1-mm thickness were employed as the samples. The disks were divided into two groups which the control group without CO3Ap coating and tested group with CO3Ap coating. Disks samples are dipped into CO3Ap suspension for one minute and stored in 37°C incubator for 24 hours. The disks were soaked in SBF for 1, 4, and 7 day(s) at 36.5°C. The obtained apatite crystals were characterized by scanning electron microscopy (SEM). It was found that the apatite formation on the tested group was greater than the control group. The EDS pattern showed the presence of Ca and P on the control and tested group after SBF soaking, which indicate the apatite deposition on the disks’ surface. However, the Ca and P on the tested group was higher compared to the control group. The formation of apatite layer on the disks’ surface is bioactivity indicator of CO3Ap.Item efektifitas lama desinfeksi ekstra Bush Marah (Pandanus conoideus Lam) pada asilo cetkan polyvinyl silvan(2019-10-25) I GUSTI AYU KADE IRA PURBASARI; Rasmi Rikmasari; An-Nissa KusumadewiPolyvinyl siloxan banyak digunakan prostodontis sebagai bahan cetak karena memiliki stabilitas dimensi yang sangat baik, namun hasil cetakan polyvinyl siloxane yang terdapat darah dan saliva mengandung kolonisasi bakteri, sehingga harus didesinfeksi menggunakan larutan desinfektan untuk mencegah transmisi silang dari pasien ke dokter gigi, asisten, maupun pekerja laboratorium. Saat ini, tanaman herbal seperti Buah Merah sedang dikembangkan manfaatnya sebagai bahan desinfeksi alami. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas lama desinfeksi Buah Merah terhadap hasil cetakan dengan bahan cetak polyvinyl siloxan. Dua puluh empat hasil cetakan gigi mahasiswa FKG UNPAD dibagi kedalam 4 kelompok. Kelompok pertama didesinfeksi dengan ekstrak Buah Merah 6% selama 5 menit, kelompok kedua selama 10 menit, kelompok ketiga selama 12 menit, dan kelompok keempat selama 15 menit. Setiap hasil cetakan di-swab sebelum dan setelah didesinfeksi, kemudian ditanam dalam media agar BHI dan diinkubasi selama 24 jam, lalu hasil kolonisasi bakteri dihitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah kolonisasi bakteri yang signifikan diantara kelompok sampel sebelum dan setelah desinfeksi. Penurunan kolonisasi bakteri paling signifikan pada kelompok sampel 10 menit. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, desinfeksi dengan ekstrak Buah Merah 6% efektif berada pada rentang 5-10 menit. Ekstrak Buah Merah 6% efektif digunakan sebagai bahan desinfeksi alami pada cetakan polyvinyl siloxan. Lama desinfeksi yang paling efektif pada hasil cetakan menggunakan ekstrak Buah Merah 6% adalah 10 menit.Item Efektivitas Antijamur Fraksi Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) terhadap Candida albicans untuk Pembersih Gigi Tiruan(2019-01-16) VITA MULYA PASSA NOVIANTI; Lisda Damayanti; Yuti MalindaBuah Merah (Pandanus conoideus Lam) merupakan tanaman yang digunakan masyarakat di Papua untuk berbagai kebutuhan. Penggunaan minyak dari buah ini dapat mengobati berbagai penyakit seperti kanker, HIV, malaria, kolesterol, dan diabetes militus. Perlekatan koloni mikroorganisme khususnya Candida albicans dapat menyebabkan kondisi bau dan infeksi rongga mulut seperti denture stomatitis. Perlekatan ini dapat dihambat dengan penggunaan antiseptik rongga mulut juga pembersih gigi tiruan, sehingga pemakaiannya sangat dianjurkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antijamur Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) terhadap Candida albicans (ATCC 10231), dengan menentukan fraksi Buah Merah yang memiliki zona hambat pertumbuhan paling besar terhadap Candida albicans, efek fungistatik (melalui nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)), dan efek fungisid (melalui nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)), sehingga dapat menjadi data untuk penelitian lanjut Buah Merah sebagai pembersih gigi tiruan. Metode cakram disk digunakan untuk pengujian zona hambat Buah Merah pada fraksi metanol, n-heksana, etil asetat, dan air, pada konsentrasi masing-masing 25, 50, dan 75%, juga klorheksidin 2% sebagai kontrol. Fraksi yang memiliki daya antijamur Candida albicans paling besar selanjutnya dilakukan uji KHM dengan metode mikrodilusi, dan uji KBM dengan penanaman pada media Potato Dextrose Agar (PDA). Analisa data dilakukan secara deskriptif pada uji zona hambat dan KBM, serta eksperimental analitik pada uji KHM dengan Saphiro-wilk, kemudian dilanjutkan One Sample T Test. Hasil penelitian ini menunjukkan fraksi etil asetat memiliki efektifitas daya antijamur Candida albicans paling baik dibanding fraksi metanol, n-heksana, dan air pada semua konsentrasi (nilai rata-rata pada konsentrasi 25, 50, dan 75% adalah 22,5 mm, 24 mm, dan 23,5 mm), walaupun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kontrol klorheksidin 2% (nilai rata-rata 27 mm), dengan KHM 15,63 mg/mL dan KBM 31,25 mg/mL. Analisa KHM dengan One Sample T Test didapatkan hasil signifikan yaitu p=0,0053 yang menunjukkan uji fraksi etil asetat Buah Merah memberikan hasil yang bermakna terhadap kematian Candida albicans. Penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat Buah Merah dapat dijadikan agen antijamur Candida albicans, yang dapat bersifat fungistatik dan fungisid.Item EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) SEBAGAI DESINFEKTAN BAHAN CETAKIRREVERSIBLE HYDROCOLLOID(2019-10-23) IVONY FITRIA; Rasmi Rikmasari; Lisda DamayantiBahan cetak irreversible hydrocolloid merupakan bahan cetak yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Sifat hidrofilik dan tekstur permukaan dar bahan ini rentan menahan sejumlah besar mikroorganisme rongga mulut dan berpotensi menyebabkan infeksi silang. ADA (American Dental Assosiation) menganjurkan untuk melakukan desinfeksi. Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) merupakan buah yang kaya dengan antioksidan alami dan mengandung bahan aktif yang bersifat antimikroba. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak Buah Merah sebagai desinfektan bahan cetak irreversible hydrocolloid. Penelitian ini menguji efektivitas ekstrak Buah Merah fraksi etil asetat dengan konsentrasi 3, 4,5, 6% bahan NaOCl 1% digunakan sebagai kontrol. Sampel setiap kelompok berjumlah 6 orang. Pencetakan dilakukan untuk mendapatkan mikroorganisme rongga mulut yang terdapat pada permukaan bahan cetak. Pembiakan dalam inkubator selama 24 jam dan jumlah koloni bakteri sebelum dan setelah desinfeksi. Uji statistik menggunakan analisis t-test berpasangan dan One Way Anova dengan p-value<0,01. Dari hasil penelitian didapatkan efektivitas ekstrak Buah Merah dengan konsentrasi 6% efektif mengurangi koloni bakteri sebanyak 63,63%, konsentrasi 4,5% sebanyak 42,89%, dan konsentrasi 3% sebanyak 41,10%. NaOCl 1% memiliki efektivitas paling tinggi yaitu sebanyak 98,65%. Penggunaan bahan desinfeksi yang berasal dari ekstrak Buah Merah fraksi etil asetat dapat menurunkan jumlah bakteri yang menempel pada permukaan bahan cetak. Konsentrasi 6% menunjukkan efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 3, dan 4,5%.Item Hubungan Antara Maloklusi, Bruksism, Kliking dan Hipertonus Otot Maseter pada Anak Gangguan Spektrum Autisme(2019-07-27) CALVIN ATHERTON; Lisda Damayanti; Erna KurnikasariPenderita autisme memiliki kebiasaan buruk seperti bruksism yang merupakan implikasi dental yang paling sering dilaporkan. Maloklusi merupakan salah satu faktor etiologi dari TMD. Maloklusi seperti overjet, spacing, hubungan molar Kelas II dan openbite memiliki insidensi yang tinggi pada anak autisme. Pemakaian gigi yang berlebihan terjadi pada penderita bruksism sehingga mengakibatkan nyeri pada TMJ dan keausan pada gigi. Bunyi dan nyeri pada TMJ, keterbatasan membuka mulut, nyeri pada otot penguyahan berhubungan dengan oklusi. Prevalensi TMD yang tinggi sering terjadi pada anak-anak. Tanda dan gejala gangguan TMD yang paling sering terjadi pada anak adalah kliking. Tingkat stres yang lebih tinggi pada anak autisme mempengaruhi bruksism dan hipertonus otot pengunyahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara maloklusi, bruksism, kliking dan hipertonus otot maseter pada anak autisme. Penelitian dilakukan pada populasi anak autisme di Lembaga Pendidikan Autisme Prananda di Bandung. Pemeriksaan dilakukan pada sampel untuk mengetahui jenis maloklusi, adanya bruksism, kliking, dan hipertonus otot maseter. Kemudian data-data yang didapatkan diolah untuk melihat hubungan tiap variabel. Nilai keterkaitan W = 0,58 dengan chi-square = 34,480 dan p-value = 0,00000016 (p-value < 0,01) yang bersifat signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara maloklusi, bruksism, kliking dan hipertonus otot maseter pada anak autisme. Namun, tidak terdapat keterkaitan antara maloklusi dengan bruksism, maloklusi dengan kliking, maloklusi dengan hipertonus otot maseter dan bruksism dengan kliking sedangkan terdapat keterkaitan antara bruksism dengan hipertonus otot maseter.Item HUBUNGAN FORWARD HEAD POSTURE DENGAN GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA BERDASARKAN PENGUKURAN LINEAR(2012-11-01) TINE MARTINA WINARTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Forward Head Posture (FHP) atau postur kepala ke depan adalah suatu posisi habitual kepala terhadap tubuh pada bidang sagital. Posisi kepala yang alami adalah tepat di atas bahu dengan leher sebagai penegaknya. Leher yang merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina vertebra, pada bidang sagital membentuk sudut dengan batang tubuh sekitar 49º-59º. Sudut ini disebut sudut kraniovertebra normal. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar. Keadaan FHP dapat menjadi pemicu terjadinya berbagai macam kesalahan postur tubuh lainnya, gangguan sendi, dan penyakit muskuloskeletal. Sendi temporomandibula yang terletak di dekat tragus dapat mengalami gangguan berupa nyeri sendi dan orofasial, bunyi sendi, serta abnormalitas pergerakan. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara FHP dan gangguan sendi temporomandibula dan apakah ukuran sudut kraniovertebra dapat dipakai sebagai salah satu indikator diagnosis gangguan sendi temporomandibula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 30 sampel mahasiswa profesi FKG Universitas Padjadjaran usia 20-28 tahun sebanyak 80% (4 laki-laki, 20 perempuan) mengalami gangguan sendi temporomandibula menurut klasifikasi RDC/TMD. Kelompok gangguan yang paling banyak diderita adalah Grup IIa, yaitu pergeseran diskus dangan reduksi, sebanyak 15 orang. Tujuh orang (12,5% ) dari seluruh sampel penderita gangguan sendi temporomandibula mempunyai 2 diagnosis. Sudut kraniovertebra rata-rata pada penderita gangguan sendi temporomandibula adalah 45,54º, sudut ini di bawah rentang sudut kraniovertebra normal yaitu 49º-59º. Sudut kraniovertebra rata-rata tanpa gangguan adalah 50,83º yang terletak pada rentang normal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sudut kraniovertebra (FHP) dengan gangguan sendi temporomandibula. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan sudut kraniovertebra di bawah normal dapat mengalami gangguan sendi temporomandibula, sehingga ukuran sudut kraniovertebra dapat dipakai sebagai indikator gangguan sendi temporomandibula. Kata kunci: Forward Head Posture, Gangguan Sendi Temporomandibula, RDC/TMD. ABSTRACTS Forward Head Posture (FHP) is a habitual position of the head towards the trunk in a sagital plan. The natural head position is exactly above the shoulder with the neck as a support. Neck as the most superior part of the spinal curvature forms 49°-59° with the trunk at sagital plane. This angle is termed normal craniovertebral angle. The smaller the angle, the greater the FHP. Forward head posture can be a trigger for various awkward conditions such as other body postures misalignment, joint disorders and musculoskeletal diseases. Temporomandibular joint, located near tragus can have joints pain, orofacial tenderness, joints sound and abnormalities in movement. Aim of this research was to find out whether there was relationship between FHP and temporomandibular disorders (TMDs) and whether or not craniovertebral angle used as an TMDs diagnosis indicator. The result showed that in the 30 sample student of Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran ages between 20-28 years old, 80% of them (4 male, 20 female) experienced Temporomandibular disorders according to RDC/TMD classification. The most experienced disorders was group IIa, disc displacements with reduction, involving 15 students. Seven sample (12.5%) from the TMDs sufferer had two diagnosis. In TMDs sufferer, the average craniovertebral angle was 45.54° which was lower than normal craniovertebral angle (49°-59°). Average craniovertebral angle without any TMDs was 50.83°, falls in the normal range. The result showed there was a significant relationship between FHP and TMDs. The conclusion showed that a person with lack of craniovertebral angle can suffered TMDs. Therefore, craniovertebral angle may used as an TMDs diagnosis indicator. Keywords: Forward Head Posture, Temporomandibular disorders, RDC/TMDItem KEKUATAN LEKAT SEMEN RESIN ADESIF MENGGUNAKAN METAL PRIMER DIBANDING SANDBLASTING PADA GIGI TIRUAN JEMBATAN ADESIF(2014-08-05) FAUZI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPada umumnya retensi yang dibuat pada sayap logam gigi tiruan jembatan adesif adalah pengasaran permukaan lempengan alloy logam dengan cara sandblasting partikel alumina. Pada saat ini berkembang juga metal primer yang dapat membentuk ikatan antara logam dengan semen resin adesif. Perkembangan gigi tiruan jembatan adesif, mendorong penelitian tentang metal primer yang efektivitasnya terbukti dapat membentuk retensi antara permukaan alloy logam mulia dan non mulia dengan semen resin adesif. Tujuan penelitian eksperimental laboratorium ini adalah untuk melihat pengaruh perlakuan metal primer maupun sandblasting pada permukaan lempengan alloy logam Ni-Cr terhadap kekuatan lekat semen resin adesif yang biasa digunakan dalam gigi tiruan jembatan adesif. Sampel penelitian berjumlah 12 lempengan alloylogam Ni-Cr berbentuk persegi panjang berukuran 7 mm x 5 mm x 1 mm yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan dengan jumlah sampel pada setiap kelompok sebanyak enam buah. Pengukuran kekuatan tarik memakai Ametek LLOYD Instrument yang hasilnya di analisis secara statistika dengan uji statistik t student menggunakan program Excel MegaStat. Hasil penelitian menunjukan kekuatan lekat semen resin adesif pada permukaan logam alloy Ni-Cr dengan metal primer lebih tinggi dibanding sandblasting. Analisis statistik mencatat tingkat kesalahan penelitian (standard error of difference) 0,015 dan t hitung 20,22 dan p-value = 1.93E-09, maka dapat dikatakan hasil penelitian ini sangat signifikan (p-value< 0,01).Item KEMAMPUAN HISAP BAYI CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT BILATERAL KOMPLIT DENGAN FEEDING PLATE MODIFIKASI HOTZ-KOGO(2014-04-17) DRG HERLINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKelainan celah bibir dan langit-langit merupakan kelainan yang sering terjadi pada kelainan kepala dan leher, disebabkan kegagalan penyatuan segmen pada minggu keempat kehamilan. Malformasi mengakibatkan kesulitan menghisap dan menelan, hingga terjadi malnutrisi di awal kehidupan bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan hisap bayi celah bibir dan langit-langit bilateral komplit menggunakan feeding plate dengan disain modifikasi Hotz-Kogo di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilakukan pada 9 bayi baru lahir. Untuk mendapatkan model rahang atas dilakukan pencetakan dibawah pengawasan dokter ahli anestesi. Pembuatan feeding plate dengan disain modifikasi Hotz-Kogo menggunakan resin akrilik keras dan lunak dilakukan di laboratorium RSGM Unpad. Setelah plat terpasang pada bayi dilakukan pengukuran tekanan negatif dan volume hisap bayi selama 15 menit. Pengukuran kedua diambil setelah 7-12 hari setelah pemasangan. Hasil penelitian menunjukkan penurunan nilai tekanan negatif dan peningkatan volume hisap pada pengukuran kedua. Uji statistik menggunakan uji t hasilnya signifikan, dimana p value < α. Keterkaitan antara tekanan negatif dan volume adalah signifikan secara statistik yaitu korelasi negatif. Kesimpulannya feeding plate modifikasi Hotz-Kogo dapat meningkatkan kemampuan hisap bayi celah bibir dan langit-langit bilateral komplit.Item Korelasi Antara nilai DC/TMD Aksis II dengan Kadar Enzim Alfa Amilase Saliva serta Skor NRS pada Pasien Myofascial Pain Syndrome(2024-01-11) DAISY WULANSARI; Lisda Damayanti; Rasmi RikmasariMyofascial Pain Syndrome (MPS) prevalensinya masih tinggi, gejala yang umum adalah nyeri pada otot-otot pengunyahan. Salah satu etiologi utamanya adalah stres psikologi. Stres dapat menyebabkan perubahan biokimia salah satunya adalah kadar enzim alfa amilase saliva. Tingkat stres juga dapat didiagnosis dari pemeriksaan DC/TMD pada Aksis II. Gejala utama MPS adalah nyeri, pemeriksaan nyeri dapat menggunakan NRS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan kadar enzim alfa amilase saliva, menganalisis korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan skor NRS, menganalisis korelasi antara kadar enzim alfa amilase saliva dengan skor NRS. Penelitian menggunakan metode penelitian korelasional, yang dilakukan terhadap 42 orang naracoba. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik non parametrik dengan koefisien korelasi rank Konkordal Kendall. Selanjutnya jika korelasinya bersifat signifikan dilakukan uji lanjutan yaitu analisis korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan ada korelasi antara empat variabel dengan nilai koefisien korelasi rank Konkordal Kendall yaitu W = 0,845 (84,5%) yang bersifat bermakna dengan nilai p =6,50E-23= 0,0000 < 0,05. Selain itu hasil korelasi satu variabel dengan variabel lain bernilai p<0,05. Simpulan dari penelitian ini terdapat korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan kadar enzim alfa amilase, terdapat korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan skor NRS, dan terdapat korelasi antara kadar enzim alfa amilase saliva dengan skor NRS.Item Penetapan diagnosis gangguan sendi temporomandibula berdasarkan DC/TMD pada mantan penyalahguna methamphetamine di Lapas Perempuan Bandung(2023-01-12) SANI KUSUMA WIJAYA; Erna Kurnikasari; Rasmi RikmasariPendahuluan: Prevalensi gangguan sendi temporomandibula 1,5-2 kali lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki serta etiologinya komplek dan multifaktor. Perempuan dengan riwayat penyalahguna methamphetamine yang menjalani hukuman di dalam Lapas menghadapi masalah psikologis dan fisik. Masalah ini meningkat seiring bertambah lamanya riwayat penyalahgunaan, yang berkaitan dengan pembebanan berlebih dan berkelanjutan pada aktivitas sendi temporomandibula dan otot mastikasi, dan menjadi etiologi gangguan sendi temporomandibula. Tujuan: Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis gangguan sendi temporomandibula berdasarkan DC/TMD pada mantan penyalahguna methamphetamine di Lapas Perempuan Bandung Metode: Penelitian ini dilakukan pada 124 orang subyek penelitian narapidana perempuan mantan penyalahguna methamphetamine, berusia 19–61 tahun di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi deskriptif dan penegakan diagnosis gangguan sendi temporomandibula menggunakan DC/TMD Aksis I dan II. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan DC/TMD Aksis I, Gangguan intra artikular paling banyak adalah Disc Displacement with Reduction (DDWR), diikuti dengan Degenerative Joint Disease. Pada gangguan nyeri, paling banyak adalah arthralgia, diikuti dengan: myalgia, myofascial pain with referral dan headache attributed to TMD. Pada aksis I, hanya 10,48% subyek penelitian tanpa diagnosis gangguan nyeri dan intra artikular. Berdasarkan Aksis II, diagnosis terbanyak adalah tidak ada distress, depresi, dan kecemasan serta low somatic symptom severity, high intensity pain without disability dan low parafunction. Pembahasan: Kerusakan fisik dan psikis akibat penyalahgunaan methamphetamine memerlukan waktu untuk pemulihan, sehingga meskipun sudah menjadi mantan penyalahguna, gangguan sendi temporomandibula Aksis I dan II masih tinggi. Simpulan: Berdasarkan DC/TMD, diagnosis gangguan sendi temporomandibula Aksis I dan II pada perempuan mantan penyalahguna methamphetamine tinggi dan meningkat seiring dengan semakin lamanya riwayat penyalahgunaan.Item PENGARUH APLIKASI SEMEN OPAK TERHADAP WARNA DAN TRANSLUSENSI VENEER LITHIUM DISILICATE HIGH TRANSLUCENT(2023-01-12) RINA CRISTINA EVELIANA MANURUNG; Setyawan Bonifacius; Rasmi RikmasariSifat translusensi menjadi karakteristik yang diinginkan pada bahan keramik gigi agar tampak lebih alami, namun menjadi kontradiktif karena memengaruhi kemampuan masking terlebih jika didigunakan pada gigi yang mengalami perubahan warna. Aplikasi semen opak pada keramik lithium disilicate high translucent diharapkan dapat membantu memasking gigi yang mengalami perubahan warna namun tetap memiliki tampilan yang alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi semen resin opak terhadap warna akhir, translusensi, dan chroma veneer keramik lithium disilicate high translucent dan kemampuan masking gigi yang berwarna gelap Spesimen keramik IPS e.max (10x10x1 mm) dengan warna BL1, A1, B1, C1, D2 (berdasarkan vita classic) dibuat masing-masing sebanyak 12 buah. Kemudian dibuat 60 spesimen komposit (Filtek Z-250, 3M ESPE) dengan warna C4 (10x10x4 mm). Spesimen keramik dan komposit digabungkan kemudian diukur dengan kolorimeter. Setelah itu, setiap kelompok warna keramik dibagi 3, masing masing 4 buah, kemudian kelompok pertama disementasi dengan semen resin light cure Rely X Veneer berwarna white opaque, kelompok kedua dengan yellow opaque, kelompok ketiga dengan warna dark opaque dari Variolonik Estetik LC dan diberi pemberat logam 64 gram untuk mendapatkan tekanan yang sama. Setelah penyemenan dilakukan pengukuran kembali dengan kolorimeter (Color Reader 10 plus, Konica Minolta) untuk mendapatkan perbedaan warna (ΔE), translusensi dan chroma kedua spesimen sebelum dan sesudah sementasi. Kemudian dilakukan analisis ANOVA diikuti oleh uji t independent dengan tingkat signifikansi 5%. Terdapat perbedaan warna yang signifikan (p-value0,05. Untuk chroma, nilai p-value<0,05 bersifat signifikan. Terdapat 68 % dari semua kelompok yang memiliki nilai perbedaan warna kurang dari 3,3. Simpulan penelitian ini yaitu aplikasi semen opak mempengaruhi perbedaan warna dan chroma keramik lithium disilicate high translucent tetapi tidak berpengaruh terhadap translusensi Aplikasi semen opak pada keramik lithium disilicate high translucent memiliki kemampuan memasking substrat gigi yang gelap.Item PENGARUH BENTUK PREPARASI FERRULE DAN SEAT TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR PASAK FIBER BERMAHKOTA KOMPOSIT(2015-10-20) NOVIANA KURNIAWAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenGigi yang telah dirawat endodontik biasanya rapuh dan telah kehilangan struktur gigi yang luas sehingga perlu direstorasi dengan mahkota pasak-inti. Saat ini pasak fiber semakin banyak digunakan untuk merestorasi gigi yang telah dirawat endodontik karena lebih estetik, pembuatannya lebih mudah, dan menurunkan resiko terjadinya fraktur akar dibandingkan pasak logam cor. Bentuk preparasi yang dapat diterapkan untuk merestorasi gigi yang telah dirawat endodontik adalah bentuk preparasi ferrule dan bentuk preparasi seat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk preparasi ferrule dan seat terhadap ketahanan fraktur pasak fiber bermahkota komposit serta mengetahui bentuk preparasi yang lebih baik terhadap ketahanan fraktur pasak fiber bermahkota komposit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris menggunakan 12 gigi insisivus pertama rahang atas yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dipreparasi bentuk ferrule dan kelompok kedua dipreparasi bentuk seat. Hasil penelitian ketahanan fraktur pasak fiber yang dianalisis dengan metode analisis statistik uji t-student menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p-value = 0,0371 (p<0,05). Rata-rata ketahanan fraktur pasak fiber pada gigi yang dipreparasi bentuk ferrule sebesar 239,53 N dengan standar deviasi 36,57 N, sedangkan pada gigi yang dipreparasi bentuk seat sebesar 201,09 N dengan standar deviasi 29,85 N. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bentuk preparasi ferrule dan seat memberikan pengaruh terhadap ketahanan fraktur pasak fiber bermahkota komposit, dimana bentuk preparasi ferrule memberi ketahanan fraktur pasak fiber yang lebih baik dibandingkan bentuk preparasi seat.Item Pengaruh Disain Akhiran Coping Logam Terhadap Ketahanan Fraktur Mahkota Porcelain-Fused-To-Metal(2022-01-04) MARIA SUTJIATI VOLVINA; Taufik Sumarsongko; Deddy FirmanMahkota porcelain-fused-to-metal menjadi standar restorasi indirek karena ketahanan fraktur yang tinggi dan biaya yang ekonomis. Bahan ini kurang disukai karena estetika yang buruk pada margin labial. Collar logam menimbulkan diskolorisasi keabuan yang diperparah dengan resesi gingiva. Modifikasi coping logam pada margin labial dikembangkan untuk menggabungkan sifat ketahanan fraktur logam yang tinggi dengan estetika porselen. Modifikasi konstruksi mahkota PFM dalam struktur dan komposisi alloy nikel kromium dan porselen feldspathic, serta aplikasi semen resin self-adhesive dan teknik digital bertujuan untuk meningkatkan nilai estetik tanpa mengurangi ketahanan fraktur mahkota PFM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk melihat ketahanan fraktur mahkota PFM dengan disain coping logam berbeda. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20 buah dibagi menjadi 4 kelompok yang dibagi berdasarkan disain coping logam berbeda. Kelompok 1 dengan disain full metal collar sebanyak 5 buah; Kelompok 2 dengan disain full metal collarless sebanyak 5 buah; Kelompok 3 dengan disain modified metal collarless reduksi 1,5 mm ke arah insisal sebanyak 5 buah; dan Kelompok 4 dengan disain modified metal collarless reduksi 2 mm ke arah insisal sebanyak 5 buah. Uji ketahanan fraktur menggunakan Universal Testing Machine (LRXPlus, Lloyd). Nilai rerata ketahanan fraktur Kelompok 1 yaitu 988,42 N; Kelompok 2 1180,15 N; Kelompok 3 1089,47 N; Kelompok 4 1202,61 N. Uji statistik ANOVA menunjukkan adanya perbedaan ketahanan fraktur mahkota PFM dengan disain coping logam berbeda tetapi tidak bermakna secara statistik. Simpulan penelitian ini adalah semakin tinggi reduksi coping logam, semakin tinggi rata-rata ketahanan fraktur mahkota PFM, dengan standar deviasi yang semakin tinggi.Item PENGARUH DISAIN PREPARASI MARGIN CHAMFER DAN SHOULDER TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR RESTORASI MAHKOTA CERAMAGE GIGI ANTERIOR(2019-10-24) RANI TOSYA SARI; Lisda Damayanti; Deddy FirmanRestorasi dengan logam dapat memberikan efek toksik, kimia dan alergi. Perbedaan antara warna dan tampilan gigi yang natural merupakan masalah pada restorasi mahkota dengan logam. Penggunaan restorasi komposit indirect telah meningkat pada gigi dengan kerusakan yang luas karena sifat fisik dan mekanis bahan ini memberikan ketahanan yang lebih baik dibandingkan tipe restorasi yang lain. Berapa tahun terakhir dikembangkan suatu material bahan restorasi komposit keramik indirect yaitu ceramage. Ceramage adalah zirconium silicate yang ditambahkan pada restorasi indirect sehingga mengkombinasikan kelebihan antara resin komposit dan keramik. Prasyarat penting untuk keberhasilan klinis restorasi mahkota antara lain estetika yang baik, resistensi yang tinggi terhadap fraktur dan kedudukan marginal yang fit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh disain margin chamfer dan shoulder terhadap ketahanan fraktur mahkota ceramage gigi anterior. Jumlah sampel 20 mahkota ceramage, dibagi dua kelompok margin shoulder dan kelompok margin chamfer. Penelitian ini menggunakan alat Universal Testing Mechine untuk mengukur nilai ketahanan fraktur mahkota ceramage dalam satuan Newton. Hasil penelitian di uji menggunakan analisis statistik t-test, dengan p>0,05. Nilai rata-rata ketahanan fraktur restorasi mahkota ceramage dengan kelompok sampel margin chamfer 377,15N dan margin shoulder 255,93N. Preparasi margin chamfer memberikan ketahanan fraktur yang lebih besar dari pada shoulder secara signifikan.