Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item PERBEDAAN UTILITAS PASIEN DM di FKTP SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN KEBIJAKAN KAPITASI BERBASIS KINERJA (KBK) DI KOTA CIMAHI (ANALISIS DATA SAMPEL BPJS 2015-2020)(2022-12-04) ELITA IVANNA GULTOM; Sharon Gondodiputro; Irvan AfriandiDiabetes Melitus Tipe 2 merupakan jenis penyakit diabetes mellitus (DM) yang paling banyak terjadi, terhitung lebih dari 90% kasus dan merupakan diagnosis terbanyak di FKTP Tahun 2019-2020. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan utilitas KBK melalui karakteristik peserta, kepatuhan dan rujukan di FKTP Kota Cimahi. Desain penelitian yang digunakan analisis kuantitatif komparatif dengan menggunakan data sekunder yang memenuhi syarat variabel dan menerima pelayanan di FKTP Kota Cimahi Tahun 2018 – 2020. Berdasarkan data sampel BPJS, Proporsi Peserta DM yang ada di Kota Cimahi sebanyak 14,08 % dari dan peserta DM Tipe 2 sebanyak 468 (77,74 %) peserta. Hasil penelitian pada kasus peserta JKN DM rerata usia (p value : 0,008), Jenis kelamin (p value:0,138), Kepatuhan (p value : 0,201) Distribusi rujukan (p value : 0,256) mencerminkan adanya perbedaan pada rerata usia sebelum dan sesudah penerapan kebijakan KBK dan tidak adanya perbedaan pada jenis kelamin, kepatuhan dan rujukan sebelum dan sesudah KBK di FKTP Kota Cimahi pada kasus peserta DM. Pada peserta JKN DM tipe 2 didapatkan rerata usia hasil (p value : 0,025), Jenis kelamin ( p value : 0,141 ), Kepatuhan (p value : 0,201), rujukan (p value : 0,746) dapat disimpulkan adanya perbedaan pada rerata usia sebelum dan sesudah kebijakan KBK dan tidak ada perbedaan jenis kelamin, kepatuhan dan rujukan pada peserta DM Tipe 2 di FKTP Kota Cimahi sebelum dan sesudah penerapan kebijakan KBK. Kebijakan KBK yang perlu dievaluasi ulang dalam pelayanan di FKTP yang mendorong efektifitas kualitas pelayanan sehingga peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) baik DM maupun DM Tipe 2 mendapatkan pelayanan yang terbaik.Item Perbedaan capaian indikator-indikator pembangunan kesehatan antara Puskesmas perkotaan, pedesaan dan terpencil di Kabupaten Cianjur Tahun 2021(2023-05-05) FATMAH KUSTIASIH; Elsa Pudji Setiawati Sasongko; Dani FerdianKeberhasilan pembangunan kesehatan suatu daerah dapat diukur salah satunya dengan menggunakan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2018 Kabupaten Cianjur menempati posisi ketiga terbawah di Provinsi Jawa Barat, hal ini merupakan masalah yang harus menjadi perhatian, selain itu jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi, status gizi, juga masih merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Cianjur. Hal lain faktor struktural dan keadaan geografis sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan rerata capaian indikator pembangun IPKM berdasarkan karakteristik wilayah Puskesmas perkotaan, pedesaan dan terpencil. Metode penelitian menggunakan desain observasional, kuantitatif, cross sectional dengan populasi data sekunder yang merupakan total sampling. Besar sampel sebanyak 28 data indikator pembangun IPKM dari 45 Puskesmas di Kabupaten Cianjur. Analisis data bivariat dengan uji one way anova dan alternatif uji dengan kruskal wallis dengan menganalisis terhadap komponen input 6 indikator, output 10 indikator, outcome 7 indikator dan impact 5 indikator. Hasil analisis, dari 28 indikator, 23 indikator tidak ada perbedaan rerata dan 5 indikator terdapat perbedaan rerata pada indikator-indikator pembangunan kesehatan antara Puskesmas perkotaan, pedesaan dan terpencil. 3 indikator dari komponen input yakni kecukupan dokter per penduduk, kecukupan posyandu per desa dan kecukupan bidan per penduduk secara bermakna mempunyai perbedaan rerata antar kelompok Puskesmas perkotaan dan terpencil, serta 2 indikator dari komponen output yakni cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan cakupan kunjungan neonatal lengkap secara bermakna mempunyai perbedaan rerata antar Puskesmas pedesaan dan terpencil. Kesimpulan, ada permasalahan ketidakadilan di beberapa wilayah Puskesmas serta ada permasalahan akses serta mutu pelayanan.Item PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI DALAM BENTUK LAYANAN PERCAKAPAN BERBASIS WHATSAPP UNTUK IBU HAMIL DALAM MENCEGAH BERAT BAYI LAHIR RENDAH Oleh(2023-04-01) RISKHA DORA C D; Noormarina Indraswari; Raden Tina Dewi JudistianiKelahiran bayi dengan kondisi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat tidak lebih dari 2500 gram masih menjadi masalah yang harus dipecahkan. BBLR memiliki dampak jangka panjang seperti infeksi, kelainan bawaan, gangguan kepribadian, serta gangguan tumbuh kembang, dan fungsi otak rentan hingga dewasa nanti. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran literasi ibu hamil dalam pencegahan BBLR, menganalisis kebutuhan bidan dan ibu hamil terhadap layanan edukasi kesehatan ibu hamil dalam mencegah BBLR, mendapatkan model pengembangan layanan percakapan berbasis whatsapp bagi ibu hamil dalam mencegah BBLR, serta mendapatkan gambaran penerimaan pengguna yaitu bidan dan ibu hamil, ahli IT, dan ahli komunikasi terhadap layanan chatbot berbasis whatsapp bagi ibu hamil dalam mencegah BBLR. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method. Subjek penelitian berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 5 bidan dan 10 ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Kabupaten Sleman Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 35 orang terdiri dari pengguna (bidan dan ibu hamil), ahli IT, ahli komunikasi, dan ahli kebidanan. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, studi Dokumentasi, dan angket. Analisis data menggunakan dua tahap, yaitu tahap analisis data kualitatif yakni mengikuti model analisis interaktif yang terdiri dari tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dan tahap analisis data kuantitatif yakni uji penerimaan model Rasch. Hasil penelititan menunjukkan bahwa (1) literasi ibu hamil tentang pencegahan BBLR masih beragam, namun pada umumnya telah mengetahui bagaimana sebab-sebab terjadinya BBLR dan bagaimana pencegahannya; (2) bidan dan ibu hamil membutuhkan suatu layanan chatbot berbasis whatsapp yang bermanfaat, mudah digunakan, dan murah; (3) model layanan chatbot berbasis whatsapp dalam meningkatkan literasi ibu hamil guna mencegah BBLR dibuat dengan memberikan tampilan menu yang simpel dan praktis yang terbagi dalam tiga bagian, yaitu register, informasi, dan edukasi; (4) penerimaan pengguna, ahli IT, dan ahli komunikasi terhadap layanan chatbot berbasis whatsapp bagi ibu hamil dalam mencegah BBLR dapat dikatakan baik, meskipun masih harus merevisi kembali soal pertanyaan P1, P4, P6, dan P9 karena memiliki tingkat kesukaran tinggi sedangkan P2, P5, dan P8 karena memiliki tingkat kesukaran rendah.Item HUBUNGAN TINGKAT LITERASI GIZI DENGAN POLA KONSUMSI PRODUK PANGAN KEMASAN PADA REMAJA(2022-10-16) VERNANDA ALVIONITA PUSPITASARI; Siti Nur Fatimah; Dewi Marhaeni Diah HerawatiLatar Belakang : Masalah kesehatan terkait gizi yaitu penyakit degeneratif dalam beberapa tahun menunjukkan peningkatan. Masalah gizi tersebut dapat dicegah pada usia remaja dan dewasa muda melalui perbaikan pola makan seseorang. Remaja memiliki kebiasaan makanan cenderung melampiaskannya pada makanan ringan dan tidak didukung dengan literasi gizi yang adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat litrasi gizi dengan pola konsumsi pangan kemasan pada remaja. Subjek dan Metode: Desain penelitian cross-sectional. Populasi penelitian di SMPN 1 Tunjung Teja dengan jumlah sampel sebanyak 47 orang dengan kriteria usia 12-15 tahun dipilih secara teknik Simpel random sampling. Data dikumpulkan dengan observasi dan teknik wawancara menggunakan instrumen kuesioner Newest Vital Sign (NVS) yang telah diapdaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data yang diperoleh dianalisis secara uji normalitas, analisa univariat, bivariat dan multivariat menggunakan perangkat SPSS versi 26. Hasil: Remaja memiliki tingkat literasi gizi tidak adekuat 91,5%. Tingkat literasi gizi dengan pola konsumsi pangan kemasan pada remaja memiliki hubungan yang siginfikan dengan nilai p-value 0,008 0,05. Tingkat literasi gizi terhadap pola konsumsi produk pangan kemasan memiliki arah hubungan yang negatif. Tingkat literasi gizi merupakan faktor yang memiliki hubungan yang memengaruhi dibandingkan variabel lain. Simpulan: Tingkat literasi gizi memiliki hubungan dengan pola konsumsi produk pangan pada remaja. Jenis kelamin, pendidikan orang tua dan akses informasi tidak menunjukan hubungan dengan pola konsumsi pangan kemasan pada remaja. Tingkat literasi gizi merupakan faktor yang sangat memengaruhi terhadap pola konsumsi produk pangan kemasan pada remaja.Item Hubungan Faktor Kejadian Stunting dan Severe Stunting Pada Balita Usia 6-24 Bulan Pada Daerah Lokasi Fokus dan Non Lokasi Fokus Di Kota Serang Tahun 2021(2022-09-25) IRAWATI; Meita Dhamayanti; Insi Farisa Desy AryaStunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Dalam rangka percepapatan penurunan dan pencegahan stunting maka di Kota Serang ditetapkan lokus stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kejadian stunting dan severe stunting pada balita usia 6-24 bulan pada daerah lokus dan non lokus stunting di Kota Serang tahun 2021, menganalisa keberhasilan program yang sudah dilaksanakan, menambah referensi kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting di Kota Serang. Penelitian ini menggunakan desain retrospektif kohort study dan dianalisis dengan uji chi square dan uji regresi logistik. Data didapatkan dari validasi bulan penimbangan balita Kota Serang tahun 2021 dengan sampel sebanyak 638 balita. Setelah uji bivariat dihasilkan daerah non lokus intervensi stunting yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting dan severe stunting adalah riwayat BBLR (p=0,041, RR 0,821, 95% Confidence interval (CI) : 0,713-0,946), kepemilikan jamban (p = 0,019, RR 1,453, 95% CI : 1,005-2,100), pemberian MP-ASI ( p = 0,031, RR 1,170, 95% CI : 1,011-1,353), penolong persalinan oleh non tenaga kesehatan (p = 0,016, RR 1,267, 95% CI : 1,025-1,586) dan imunisasi lengkap (p = 0,027, RR 1,152, 95% CI : 1,022-1,298). Analisis multivariabel menunjukkan bahwa faktor risiko signifikan yang paling konsisten untuk anak stunting dan severe stunting usia 6-24 bulan adalah: kategori BBLR (p = 0,032, RR 0,453, 95% CI : 0,220-0,932), kepemilikan jamban (p = 0,048, RR 2,143, 95% CI : 1,008-4,557), melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun (p=0,083, RR 0,540 95% CI : 0,269-1,083), pemberian vitamin A (p = 0,175 RR 0,394 95% CI : 0,103-1,514) dan pemberian MP-ASI (p = 0,031, RR 1,585, 95% CI : 1,042-2,410). Intervensi berbasis masyarakat diperlukan untuk mengurangi terjadinya stunting dan severe stunting di Kota Serang. Intervensi ini harus menargetkan keluarga yang tidak memiliki jamban, keluarga yang masih memberikan ASI, kemitraan dengan dukun bersalin, pemeriksaan selama kehamilan dan pemberian imunisasi lengkap pada balita.Item Pengaruh sistem pemesanan makanan digital terhadap ketepatan waktu pemberian makanan dan kepuasan pasien(2022-10-15) LINA FERYANA; Siska Wiramihardja; Dida Akhmad GurnidaSistem pemesanan makanan manual membutuhkan waktu yang lama mengakibatkan rentang waktu distribusi makanan pasien menjadi panjang sehingga mengakibatkan pemberian makanan kepada pasien menjadi tidak tepat waktu. Pemesanan makanan pasien secara digital akan mempermudah pemesanan makanan pasien dan mengurangi waktu kerja, sehingga berpengaruh pada ketepatan waktu pemberian makanan pasien dan kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peningkatan ketepatan waktu pemberian makanan pasien sebelum dan sesudah penerapan sistem pemesanan makanan secara digital dan mengeksplorasi informasi tentang kepuasan pasien dalam hal pelayanan makanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan desain campuran yang berbentuk parallel concurrent mixed method. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Jumlah sampel sebanyak 91 responden dan 5 partisipan dengan teknik non probability sampling. Hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan bermakna waktu distribusi makanan antara sebelum dan sesudah penerapan aplikasi pemesanan makanan dengan p value 0,001; ada perbedaan yang signifikan ketepatan waktu pemberian makanan sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi pemesanan makanan dengan p value 0,001; ada hubungan yang signifikan antara ketepatan waktu pemberian makanan dengan kepuasan pasien dengan p value 0,006. Kesimpulan penelitian adalah terdapat peningkatan ketepatan waktu pemberian makanan pasien sesudah penerapan aplikasi sistem pemesanan makanan secara digital dan hasil penelitian ini memberikan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh tentang penerimaan pasien terhadap pelayanan makanan, yang teridentifikasi pada lima tema utama yaitu citarasa makanan yang dapat diterima, menu makanan yang bervariasi, waktu penyajian makanan yang tepat, penampilan petugas penyaji makanan yang rapi akan memberikan kepuasan pada pasienItem PENILAIAN USABILITAS APLIKASI MOBILE IPOSYANDU MENGGUNAKAN THE M-HEALTH APP USABILITY QUESTIONNAIRE (MAUQ) DI SULAWESI TENGAH(2022-11-20) SAKINA ABDULLAH; Fedri Ruluwedrata Rinawan; Raden Tina Dewi JudistianiDalam mendesain sebuah aplikasi harus mempertimbangkan aspek usabilitas agar produk sesuai dengan keinginan pengguna. Aplikasi mobile iPosyandu merupakan salah satu aplikasi smartphone berbasis android yang berisi informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita dan informasi seputar kehamilan. Pemeriksaan antenatal merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI), sehinggga diharapkan dengan menggunakan aplikasi iPosyandu dapat membantu ibu hamil untuk memperoleh informasi dan meningkatkan jumlah kunjungan ANC sesuai dengan yang direkomendasikan. iPosyandu mencoba untuk mengembangkan aplikasi mobile yang dapat digunakan kapan saja dan dimana saja, sekalipun pada wilayah yang sulit sinyal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usabilitas dari aplikasi mobile iPosyandu, dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan usabilitasnya agar aplikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan mengetahui skor usabilitas, masalah, dan memberikan rekomendasi. Penelitian dilakukan dari tanggal 22 Agustus sampai bulan September 2022. Metode yang digunakan yaitu Mixed Method Research (MMR) dengan desain explanatory sequential design. Pada tahap kuantitatif menggunakan kuesioner M-Health App Usability Questionnaire (MAUQ) untuk mengetahui skor usabilitas dan permasalahan yang terdapat pada aplikasi selanjutnya pada tahap kualitatif dilakukan FGD untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan dari pengguna aplikasi. Subjek penelitian terdiri dari 88 ibu hamil yang terbagi menjadi 44 orang dari wilayah bersinyal dan 44 orang dari wilayah sulit sinyal. Responden merupakan ibu hamil yang tercatat dalam registrasi Puskesmas Lere untuk wilayah bersinyal dan Puskesmas Kinovaro untuk wilayah sulit sinyal, memiliki dan mampu mengoperasikan smartphone. Hasil dari penelitian ini yang pertama adalah hasil perhitungan skor MAUQ dalam penelitian ini menunjukan setiap item pernyataan yang terdapat dalam 3 variabel atau aspek pada kuesioner MAUQ mendapatkan skor baik dengan total rata-rata skala 6,26 (89,41%) pada wilayah bersinyal dan 6,29 (89,81%) pada wilayah sulit sinyal dimana skor tersebut >4 yang berarti usabilitas dari aplikasi iPosyandu baik. Masalah yang paling banyak dialami responden saat mengoperasikan aplikasi mobile iPosyandu antara lain responden masih kesulitan dalam proses pendaftaran, mengalami kendala saat hendak mendaftarkan data anggota keluarga, masih terjadi error pada saat aplikasi digunakan seperti perintah yang terulang-ulang khususnya pada wilayah sulit sinyal, tampilan gambar dan video edukasi yang di anggap masih kurang, serta tidak adanya pilihan menu audio, setting beckground pada aplikasi. Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi masalah pada aplikasi mobile iPosyandu antara lain menambahkan tulisan yang menunjukkan keterangan dan pembeda halaman daftar atau buat akun dengan masuk pada aplikasi agar informan tidak bingung, mengkaji ulang desain tampilan aplikasi agar lebih menarik disertai dengan warna, gambar dan video edukasi yang mudah dipahami. Menambahkan audio pada aplikasi untuk memudahkan informan saat menggunakan aplikasi. Perlu dilakukan perbaikan pada menu chat bidan agar tidak terjadi error atau perintah yang berulang, sehingga responden tidak jenuh. Chat bidan sebaiknya tetap dilakukan dalam menu aplikasi iPosyandu tanpa harus berpindah ke whatsapp sehingga responden yang tinggal di wilayah sulit sinyal ataupun yang tidak memiliki data internet tetap dpat berkomunikasi dengan bidan untuk memperoleh informasi seputar kehamilannyaItem Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan Sampah Plastik di Indonesia(2022-10-07) HERA HERAWATI; Ardini Saptaningsih Raksanagara; Kurnia WahyudiTerjadinya pandemi Novel Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) pada akhir tahun 2019 diduga menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah produksi sampah di Indonesia sebagai akibat dari diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Penerapan pembatasan sosial menyebabkan masyarakat lebih banyak beraktivitas di luar rumah sehingga meningkatkan produksi limbah padat rumah tangga yang berkaitan dengan perlindungan diri terhadap penyebaran wabah Covid-19. Sampah plastik menjadi salah satu jenis sampah yang menjadi sorotan karena penggunaannya meningkat sebagai akibat dari perubahan pola pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan penggunaan APD berbahan dasar plastik untuk mencegah penyebaran Covid-19. Riset ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kasus Covid-19 dengan volume sampah plastik di 27 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan studi ekologi. Data yang digunakan dalam riset ini adalah data sekunder yaitu data volume sampah plastik di tingkat provinsi yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Analisis uji beda dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukan bahwa terdapat perbedaan median volume sampah plastik pada tahun 2019 dengan tahun 2020 selisih median = 676,23, interval kepercayaan 95% (58,05; ) p = 0,025, namun tidak terdapat perbedaan median volume sampah plastik tahun 2019 dengan tahun 2021 selisih median 2349,46, interval kepercayaan 95% (256,53; ), p = 0,028). Berdasarkan hasil riset bivariat hubungan kasus Covid-19 dengan volume sampah plastik pada tahun 2020 menunjukan korelasi positif yang signifikan (koefisien korelasi Spearman = 0,563, interval kepercayaan 95% (0,118; 0,851), p = 0,02) sedangkan pada tahun 2021 menunjukan korelasi positif yang dignifikan (koefisien korelasi Spearman = 0,564, interval kepercayaan 95% (0,153; 0,850), p = 0,02). Terdapat hubungan antara kasus Covid-19 dengan volume sampah plastik di Indonesia.Item PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL BUBUK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LEAVES POWDER) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBEUREUM TAHUN 2022(2022-10-18) YUNI VIANINGSIH; Ginna Megawati; Dewi Marhaeni Diah HerawatiSalah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia, terutama bagi wanita usia subur adalah anemia. anemia ditandai dengan jumlah hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari normal.1 Anemia pada kehamilan merupakan masalah kesehatan global yang utama dengan prevalensi 36.5%. 2 Masalah anemia tertinggi terdapat di negara Afrika sebesar 61.3% dan Asia tenggara sebesar 52.5%.3 Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil mengalami peningkatan yaitu tahun 2013 sebesar 37.1% dan tahun 2017 menjadi 48.9%.4 Prevalensi anemia ibu hamil di Jawa Barat pada tahun 2020 adalah 7% dan prevalensi anemia di Kota Cimahi tahun 2021 adalah 6%.5 Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Cibeureum berdasarkan sasaran ibu hamil terjadi peningkatan, yaitu tahun 2019 sebesar 54 kasus (4.2%), tahun 2020 sebesar 108 kasus (9.3%) dan tahun 2021 meningkat 112 kasus (11.2%).6 Dampak terjadinya anemia pada ibu hamil berisiko meningkatnya persalinan yang abnormal, risiko infeksi pada ibu, terjadinya pendarahan, morbiditas dan mortalitas tinggi. 9 Pemenuhan kebutuhan zat besi selama kehamilan dengan terapi tablet tambah darah ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga perlu ditunjang dengan mengkonsumsi makanan sumber zat besi.7 Daun kelor merupakan sayuran yang mengandung tinggi zat besi, vitamin A, vitamin C, protein, dan elemen penting lainnya.8 Tujuan penelitian ini menganalisis peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia sebelum dan setelah pemberian kapsul bubuk daun kelor dan menganalisis pengaruhnya. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Quasi experiment design dengan desain pretest-posttest with control group design. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan diberikan tablet tambah darah dan kapsul bubuk daun kelor, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi tablet tambah darah saja dengan jumlah sampel masing masing 30 reponden. Berdasarkan analisa statistik uji wilcoxon didapatkan hasil (p = 0,000), Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata nilai kadar hemoglobin yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi mengunakan kapsul daun kelor dan tablet tambah darah. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari rata-rata kadar HB pretest 10,190 gr/dL, meningkat menjadi 11,933 gr/dL pada saat dilakukan post-test. Perubahan rata-rata kadar HB dari pre-test terhadap nilai post-test, yaitu terdapat peningkatan sebesar 1.743 gr/dL.Item EVALUASI PROGRAM KASM (KERAN AIR SIAP MINUM) JALATISTA DI LINGKUNGAN MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN(2021-07-19) TANTAN GUMILAR; Sri Yusnita Irda Sari; Guswan WiwahaAir merupakan sumber daya alam yang harus ada bagi kehidupan dibuktikan dengan keberadaan air dalam tubuh manusia yang kurang lebih terdiri dari 70% air. Data Susenas 2013 menunjukkan bahwa untuk akses air minum yang aman, Indonesia baru mencapai 67,73%. Saat ini untuk mendapatkan air yang sesuai dengan standar sulit didapatkan karena sudah banyak air yang tercemar oleh bebagai macam limbah dari kegiatan manusia. Data menunjukkan pada tahun 2018 Universitas Padjadjaran memiliki 32.481 mahasiswa, yang pada aktivitas kesehariannya di kampus membutuhkan air minum yang tidak sedikit. Upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum dengan kuantitas dan kualitas yang memadai dilakukan oleh Universitas Padjadjaran melalui program Keran Air Siap Minum (KASM) Jalatista. Hasil survei yang dilakukan oleh BEM Kema Unpad pada tahun 2018 ditemukan masih banyaknya mahasiswa yang belum pernah menggunakan KASM Jalatista sekitar 41,8%. Evaluasi program dilakukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang lebih terfokus pada kegiatan yang sedang dilaksanakan dan dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi berdasarkan indikator-indikator tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi pelaksanaan program KASM Jalatista di Universitas Padjadjaran yaitu dengan model CIPP (context, input, process, product). Penelitian ini bersifat mixed methods dengan strategi sequential explanatory. Tahap pertama yaitu tahap kuantitatif dengan melakukan survey kepada 430 mahasiswa dan menguji kualitas mikrobiologi air minum KASM Jalatista yang berada di 10 titik (20 sampel air). Tahap kedua mendalami hasil penelitian kuantitatif yaitu menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada 2 orang pihak pengelola KASM Jalatista. Hasil penelitian menunjukan aspek konteks pelaksanaan program KASM Jalatista dapat dikatakan berjalan cukup baik. Aspek masukkan perlu adanya peningkatan kapasitas SDM dan pengembangan sarana supaya program KASM Jalatista dapat berjalan lebih baik. Aspek proses pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola kurang optimal dan kurang disiplinnya pegawai untuk melakukan monitoring. Aspek produk mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas KASM Jalatista 52,8% (IK 95% : 48,1% – 57,5 %), jika dibandingkan dengan survey sebelumnya pada tahun 2019 ada kenaikan pengguna sebanyak 11%. Selanjutnya, kualitas air minum masih belum layak minum pada 6 sample dari total 20 sample yang ada, dan tingkat kepercayaan pengguna masih ditemukan kurang baik. Program KASM Jalatista harus mendapatkan perhatian besar pada aspek pemeliharaan untuk meningkatkan kualitas air minum yang dihasilkan pada semua titik.Item Efficacy of Combination Additional Iron-Folate Tablet and Liver Supplements of Sidat Eel Fish in Hemoglobin Concentrate for Female Anemia Midwifery STIKES Karsa Husada Garut.(2017-10-16) HAJI SAMKANI; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Dida Akhmad GurnidaAnemia Defisiensi Besi (ADB) or Iron Deficiency Anemia is still high in teenagers group of female. Providing iron-folate and vitamin A supplements has been shown to be more effective to improve status of iron. Indonesian eel (Anguilla Bicolor) powder contains high of nutrients, especially in vitamin A which can used as subtance of nutraceutical and help iron metabolism. The purpose of this research was making nutraceutical formulation from eel fish powder and for discovering the efficacy of the combination iron-folate and supplement of sidat to hemoglobin concentration in anemic midwifery student STIKES Karsa Husada Garut. Design of this study was experimentally research through two stages which were formulation and intervention phase. The formulation stage is done by proximate and contamination test on head fluor,liver and bone meal. The second stage was intervention with Randomized Controlled Trial (RCT) research design on 37 anemic subjects taken by simple random sampling. The combination iron-folate tablets (60 mg Fe, 400 mcg of folat acid) and sidat supplements (2 capsules) were given to the group of treatment, and control group only received iron-folate (60 mg Fe, 400 mcg of acid folat) for 30 days. The Results based on proximate analysis showed that the liver flour contains vitamin A 11.818,10 mcg/100 g and iron 34.236 mg/100 g, fish head flour contains vitamin A 761.58 mcg/100 and iron 30.001 mg/100 g, and bone meal vitamin A 485 mcg/100 g and iron 47.918 mg/100 g. Formulation of liver supplements 1 gram dose of administration containing 118.181 mcg and iron 0.342 mg. Statistical analysis (Mann-Whitney) showed no significant difference in hemoglobin concentration (Hb) between two groups (p> 0.315), the increasing average of Hb concentration in treatment group (9.63 ± 6.72 g / L) was higher than control (7.56 ± 7.15 g / L). The decrease of prevalence in anemia treatment group was higher (52.6%) than control group (33.3%), Chi-Square test result there was difference between both groups of alteration anemia status (p = 0.236). The combination of iron-folate tablet and supplements of eel had the same efficacy as iron-folate tablet in increasing the concentration of hemoglobin for anemic female students.Item Pengembangan Model Sistem Kesehatan Daerah di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan di Kabupaten Nunukan(2017-03-26) ASMADI; Nanan Sekarwana; Deni Kurniadi SunjayaKabupaten Nunukan memiliki karakteristik yang unik sebagai Daerah Terpencil, Daerah Perbatasan maupun Daerah Kepulauan. Komponen-komponen Sistem Kesehatan yang ada masih merujuk pada SKN, yang tidak sepenuhnya cocok diterapkan di Kabupaten Nunukan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan model SKD DTPK di Kabupaten Nunukan, Building Block Sistem Kesehatan WHO menjadi landasan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi fungsi-fungsi dan komponen Building Block Sistem Kesehatan WHO 2) Mengidentifikasi faktor pendorong dan faktor penghambat perubahan SKD 3) Mengembangkan model Sistem Kesehatan Daerah (SKD) di DTPK Kabupaten Nunukan. Penelitian menggunakan Mixed Method dengan pendekatan action research. Pemilihan subjek kualitatif dengan purposif. Subyek Kuantitatif berjumlah 37 orang di Puskesmas Kabupaten Nunukan. Penelitian dilaksanakan pada September sampai Desember 2016 di Kabupaten Nunukan. Hasil penelitian menyatakan problematika Sistem Kesehatan Kabupaten Nunukan di Daerah Terpencil adalah daerah dengan risiko tinggi bagi tenaga kesehatan dan harga relatif mahal. Daerah Perbatasan terdapat aktifitas TKI yang tinggi memengaruhi pola epidemiologi dan pembiayaan. Daerah Kepulauan tidak memiliki transportasi rujukan Ambulans laut. Biaya rujukan menggunakan transportasi udara di Krayan tidak ditanggung BPJS sehingga menyebabkan economic high cost. Komitmen dan visi pengambil kebijakan menjadi faktor pendorong perubahan sedangkan budaya kerja, sikap pesimis dan ketidakpercayaan terhadap pemimpin dari pelaksana kebijakan menjadi faktor penghambat. Model Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten Nunukan dikembangkan berdasarkan karaktersitik Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan. Penelitian ini menghasilkan model SKD Kabupaten Nunukan yang merupakan modifikasi Building Block Sistem Kesehatan WHO untuk DTPK. Model sistem kesehatan daerah kabupaten Nunukan merupakan sistem kesehatan yang berkerja mengikuti pola karakteristik daerah yaitu Daerah Terpencil, Daerah Perbatasan dan Daerah Kepulauan. Sistem tersebut terdiri dari subsistem upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan perorangan, penanganan gawat darurat, pelayanan bencana yang didukung oleh subsistem sumberdaya, obat-obatan, tata kelola dan regulasi. Semua subsistem tersebut didukung oleh subsistem informasi kesehatan dan pembiayaan berdasarkan etik, akses, mutu, keamanan dan keadilan untuk meningkatkan derajat kesehatan.Item PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI KIE AKU BANGGA AKU TAHU (ABAT) SINGLE SESSION DENGAN MULTIPLE SESSION TERHADAP PENGETAHUAN, PERSEPSI, STIGMA DAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA PESERTA DIDIK SMA(2016-10-19) ACHMAD CHAIRUL HAMDI; Shelly; Merry WijayaHIV/AIDS masih menjadi masalah di Indonesia. Penularan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok usia 15-24 tahun. Sebagai upaya pengendalian HIV/AIDS, pemerintah meluncurkan Komunikasi Informasi dan Edukasi Aku Bangga Aku Tahu (KIE ABAT) yang dapat dilakukan dalam satu sesi atau beberapa sesi. Sampai saat ini KIE ABAT belum pernah dilakukan evaluasi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menganalisis perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT single session dengan multiple session terhadap pengetahuan, persepsi, stigma dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi Experiment dengan Pre-test Post-test Control Group Design. Subjek penelitian ini berjumlah 221 orang dibagi menjadi kelompok single, multiple dan kontrol. Kelompok single dan multiple diberikan intervensi KIE ABAT dengan metode pemutaran film, ceramah, curah pendapat, role play dan tanya jawab. Kelompok single diintervensi sebanyak satu sesi selama 120 menit, kelompok multiple diintervensi sebanyak tiga sesi masing-masing 120 menit, sedangkan kelompok kontrol tidak diintervensi. Data penelitian ini diperoleh menggunakan kuesioner melalui pretest dan dua kali posttest. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan antara kelompok single dan multiple pada posttest 1 (p = 0,162) dan posttest 2 (p = 0,479). Terdapat perbedaan peningkatan persepsi antara kelompok single dan multiple pada posttest 1 (p = 0,008) dan posttest 2 (p = 0,001). Tidak terdapat perbedaan penurunan stigma antara kelompok single dan multiple pada posttest 1 (p = 0,835) dan posttest 2 (p = 0,070). Terdapat perbedaan peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS antara kelompok single dan multiple pada saat posttest (p < 0,001). Pembahasan hasil penelitian ini menjelaskan bahwa KIE ABAT single maupun multiple session efektif meningkatan pengetahuan. Hanya KIE ABAT multiple session yang terbukti efektif meningkatkan persepsi dan perilaku pencegahan HIV/AIDS. KIE ABAT single session maupun multiple session belum mampu mendorong terjadinya penurunan stigma kepada ODHA. Untuk itu perlunya peningkatan peran akademisi dalam mengkritisi kebijakan/program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, peningkatan advokasi kepada lintas program dan lintas sektor terkait, penerapan fungsi manajemen yang mantap, penyempurnaan KIE, peningkatan KIE bagi orang tua, guru, tokoh agama dan masyarakat umum, selektif terhadap informasi, serta meningkatkan keterlibatan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha menciptakan norma sosial dan budaya yang baik.Item PERBEDAAN PENGARUH METODE PERMAINAN EDUKATIF KARTU KASUGI DAN METODE CERAMAH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SERTA MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SEKOLAH DASAR(2016-10-04) KRISTYAWAN SUTRIYANTO; Merry Wijaya; Ardini Saptaningsih RaksanagaraPromosi Kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan maupun motivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Peningkatan pengetahuan dan motivasi PHBS pada siswa dapat dilakukan dengan bantuan metode promosi kesehatan yang menarik, mudah, dan sederhana. Permainan edukatif Kartu Kasugi merupakan metode yang memenuhi kriteria tersebut dan cocok digunakan sebagai metode promosi kesehatan untuk anak usia sekolah. Tujuan penelitian adalah menganalisis perbedaan antara pengaruh metode permainan edukatif Kartu Kasugi dan metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan serta motivasi perilaku hidup bersih dan sehat siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan Quasi Experimental - Non-Equivalent Control Group Design. Data kuantitatif diperoleh dari penilaian kelayakan media Kartu Kasugi oleh ahli dan skor pretest-posttest pengetahuan serta motivasi PHBS pada kelompok perlakuan permainan Kartu Kasugi maupun ceramah. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna setelah siswa mendapat 1 kali permainan Kartu Kasugi (p=0,102). Terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna setelah siswa mendapat 2 dan 3 kali permainan Kartu Kasugi (p<0,001). Tidak terdapat peningkatan motivasi yang bermakna setelah siswa mendapat 1 kali permainan Kartu Kasugi (p=1,00). Terdapat peningkatan motivasi yang bermakna setelah siswa mendapat 2 dan 3 kali permainan Kartu Kasugi (p<0,001). Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna antara siswa yang mendapat 3 kali permainan Kartu Kasugi dengan 3 kali ceramah (p=0,484), dan tidak terdapat perbedaan peningkatan motivasi yang bermakna antara siswa yang mendapat 3 kali permainan Kartu Kasugi dengan 3 kali ceramah (p=0,205). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian promosi kesehatan melalui metode permainan edukatif Kartu Kasugi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan motivasi PHBS pada siswa sekolah dasar. Pemberian promosi kesehatan melalui 3 kali permainan edukatif Kartu Kasugi dengan 3 kali ceramah memberikan peningkatan pengetahuan dan motivasi PHBS yang tidak berbeda secara bermakna. Pemberian permainan edukatif Kartu Kasugi dapat menjadi media promosi kesehatan alternatif untuk mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan.Item EFEKTIVITAS FILM PENDEK(2016-10-05) R. YUDI RACHMAN SALEH; Insi Farisa Desy Arya; Irvan AfriandiMasalah perilaku remaja yang membahayakan kesehatan yaitu merokok karena menimbulkan berbagai penyakit dan meningkatkan risiko kematian. Hal ini disebabkan efek adiktif dari rokok, karakteristik remaja, pengaruh lingkungan, kemudahan memperoleh rokok serta pengaruh industri rokok melalui media dan kegiatan promosi rokok yang menarik. Upaya pencegahannya yaitu melalui promosi kesehatan dengan media yang mudah diakses, menarik dan sesuai karakteristik remaja yaitu film. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi perancangan dan pembuatan media film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya, menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya selanjutnya menganalisis efektifitas film pendek tersebut dibandingkan dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Rancangan penelitian menggunakan Mixed Method dengan Sequential Exploratory Design. Diawali desain kualitatif melalui pendekatan kontruktivisme dengan metode kajian literatur untuk mengeksplorasi perancangan dan pembuatan film pendek yang efektif dengan objek artikel jurnal dan buku teks untuk kemudian digunakan sebagai dasar menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya, dilanjutkan dengan metode kuantitatif menggunakan True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design untuk menganalisis efektivitas film pendek tentang rokok dan bahayanya dibandingkan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan untuk merancang dan membuat film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya harus mencakup 9 komponen yang terdiri dari tujuan pembuatan film, tema film, konten atau isi pesan dalam film, alur cerita, konflik, bahasa film, durasi penayangan, tata artistik dan penokohan. Selanjutnya 9 komponen tersebut dijadikan dasar untuk menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya. Hasil analisis statistik menunjukan terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi antara pemberian film pendek dengan ceramah tentang rokok dan bahayanya, tetapi film pendek lebih efektif dibandingkan dengan ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan motivasi sedangkan untuk meningkatkan sikap, metode ceramah lebih efektif dibandingkan dengan film pendek.Item PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN BERBASIS PANGAN LOKAL PADA INTERVENSI ASUHAN GIZI TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK(2016-10-06) DEDEH; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Lulu Eva RakhmillaAsupan makan yang kurang dapat menimbulkan masalah gizi. Penyediaan makanan yang tidak bervariasi akan menimbulkan kebosanan dan menyebabkan sisa makanan. Makanan selingan merupakan bagian dari pemberian makanan selama dirawat. Penelitian ini bertujuan melakukan uji organoleptik dan melakukan standarisasi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal serta menganalisis pengaruh pemberian makanan selingan tersebut terhadap asupan makan dan status gizi pasien gagal ginjal kronik . Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre eksperimental dengan subjek dipilih sesuai dengan kedatangannya ke rumah sakit sebanyak 32 pasien yaitu 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi yang diperoleh dari 5 ruang rawat pada Februari sampai Mei 2016. Makanan selingan berbasis pangan lokal yang akan diberikan kepada subjek penelitian dinilai terlebih dahulu melalui uji organoleptik oleh panelis ahli gizi dan pasien gagal ginjal. Data berupa hasil uji organoleptik dianalisis dengan rasch model, menghitung standar nilai gizi makanan selingan dengan software nutrisurvey sedangkan pengaruh makanan selingan terhadap status gizi dengan chi square test dan terhadap asupan menggunakan independent t-test. Diperoleh 8 macam makanan selingan berbasis pangan lokal hasil uji organoleptik yang memenuhi aspek penilaian, dapat diterima oleh panelis dan kandungan nilai gizi sesuai dengan standar yang seharusnya. Terdapat pengaruh pemberian makanan selingan berbasis pangan lokal terhadap asupan makan pasien p0,005).Asupan makan pada pasien kelompok intervensi lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, sodium, kalium dan kalsium pada kelompok intervensi mencapai lebih dari 80%. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat dihabiskan dan menyumbangkan jumlah asupan makan pasien. Selain itu komposisi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal lebih tinggi dari makanan selingan rumah sakit. Status gizi memiliki kecenderungan lebih baik pada kelompok intervensi walaupun secara statistik tidak bermakna karena penambahan berat badan sebanyak 0.5kg dalam satu minggu membutuhkan penambahan asupan sebanyak 500 kkal per hari dan pada kondisi sakit dibutuhkan waktu lebih lama untuk terjadi peningkatan berat badan. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat menjadi alternatif pilihan dan menambah variasi penyediaan makanan selingan untuk pasien gagal ginjal dalam meningkatkan asupan makan.Item EFEKTIVITAS KEGIATAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN SUSU TERHADAP PENCEGAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA IBU HAMIL RISIKO KURANG ENERGI KRONIS DI KABUPATEN PASURUAN(2017-04-04) VICTOR HENDRATMOKO; Deni Kurniadi Sunjaya; Yenni ZuhairiniABSTRAK Kejadian BBLR di Kabupaten Pasuruan meningkat sejak tahun 2011-2015 (1,9%, 2,5%, 2,6%, 2,9% dan 3,1%). Pemerintah daerah memberikan intervensi gizi pada ibu hamil risiko KEK dalam bentuk PMT-P susu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengeksplorasi efektivitas PMT-P susu dalam meningkatkan status gizi ibu hamil dan dampaknya terhadap kejadian BBLR serta eksplorasi faktor determinan BBLR. Desain penelitian adalah embedded concurrent mixed method. Penelitian kuantitatif digunakan dalam analisis pertambahan berat badan ibu hamil penerima PMT-P susu secara deskriptif. Analisis perbedaan kejadian BBLR serta analisis hubungan faktor usia, paritas, jarak kehamilan, anemia terhadap kejadian BBLR menggunakan uji statistik Chi-Square dan alternatifnya. Penelitian kualitatif digunakan dalam eksplorasi kegiatan PMT-P susu menggunakan pendekatan naratif. Eksplorasi faktor determinan BBLR menggunakan paradigma interpretivism dengan predetermined categories serta pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil penerima PMT-P susu yang mengalami kenaikan berat badan sesuai anjuran hanya sejumlah 5 orang (13,16%). Tidak terdapat perbedaan kejadian BBLR pada ibu hamil yang menerima maupun tidak menerima PMT-P susu (p=0,642). Faktor usia, paritas, jarak kehamilan, anemia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p=0,073; p=1,000; p=0,760; p=0,928). Kegiatan PMT-P susu tahun 2014 direncanakan tidak presisi dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kaidah intervensi gizi pemulihan. Faktor determinan BBLR meliputi: 1) faktor genetik dan dasar; 2) faktor demografi, sosio ekonomi dan psikososial; 3) faktor kehamilan; 4) faktor gizi; 5) faktor kesakitan selama hamil; 6) faktor paparan berbahaya; dan 7) faktor pelayanan antenatal. Kegiatan PMT-P susu untuk ibu hamil risiko KEK yang sudah berjalan tidak efektif dalam menanggulangi masalah status gizi ibu hamil risiko KEK serta mencegah kelahiran BBLR. Faktor determinan BBLR sangat kompleks, sehingga untuk mencegahnya dibutuhkan program komprehensif yang meliputi tujuh faktor determinan BBLR yang ada di Kabupaten Pasuruan Kata kunci : BBLR, Ibu hamil risiko KEK, PMT-P susu.Item PENGARUH PERSEPSI TENTANG IMPLEMENTASI JKN TERHADAP KESEDIAAN DOKTER PRAKTIK BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DI KABUPATEN BANYUMAS(2016-10-06) SITO HATMOKO; Henni Djuhaeni; Irvan AfriandiDokter umum praktik perorangan merupakan pintu masuk pertama pelayanan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan berkepentingan untuk meningkatkan kerja sama dengan dokter umum praktik perorangan. Fasilitas kesehatan, termasuk dokter praktik perorangan yang dapat melayani peserta BPJS adalah fasilitas kesehatan yang sudah bekerja sama dengan BPJS. Pada awal tahun 2015 hanya sebagian kecil (9,9 %) dokter umum yang telah bekerja sama dengan BPJS di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan dokter praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS. Faktor-faktor tersebut meliputi persepsi tentang keuntungan, kesesuaian, dan kemudahan implementasi JKN yang merujuk pada teori difusi inovasi yang digagas oleh Rogers. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol yang dilakukan selama periode bulan Januari sampai Maret 2016. Sampel kasus berjumlah 32 dokter yang sudah bekerja sama dengan BPJS dan sampel kontrol berjumlah 96 dokter yang belum bekerja sama dengan BPJS. Analisis data menggunakan uji spearman rho pada bivariabel dan uji regresi logistik ganda pada mutivariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga persepsi (tentang keuntungan, tentang kesesuaian, dan tentang kemudahan implementasi JKN) berhubungan dengan kesediaan dokter praktik bekerja sama dengan BPJS. (Nilai p ketiga variabel di bawah 0,05 dan nilai r di bawah 0,3). Hal ini dapat diartikan semakin baik persepsi dokter tentang kemudahan, kesesuaian, dan kemudahan implementasi JKN akan semakin besar peluang seorang dokter untuk bekerja sama dengan BPJS, tetapi dengan kekuatan hubungan yang lemah. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa persepsi tentang kemudahan implementasi JKN merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kesediaan dokter umum praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS. (OR = 1,575). Diharapkan hasil penelitian ini mempunyai daya ungkit terhadap peningkatan partisipasi dokter praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di Kabupaten Banyumas. Faktor yang menjadi perhatian utama dalam upaya tersebut adalah faktor kemudahan, yaitu dengan cara mempermudah administrasi dan prosedur kontrak kerja sama antara dokter dan BPJS. Upaya lain yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti Dinas Kesehatan, organisasi profesi dokter, dan BPJS adalah melakukan sosialisasi lebih intensif tentang persyaratan administrasi dan prosedur kontrak dokter praktik bekerja sama dengan BPJS.Item Formulasi Bubuk Udang Rebon pada Menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita 4-5 Tahun di Posyandu Anggrek Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon(2015-04-25) PRIYO SULISTIYONO; Insi Farisa Desy Arya; Dewi Marhaeni Diah HerawatiPrevalensi balita gizi kurang di Kota Cirebon mencapai 13,9% sedang balita pendek mencapai 15,7%, salah satu penyebabnya adalah karena minimnya makanan sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh anak balita. Udang Rebon sebagai pangan lokal daerah pesisir memiliki potensi kandungan nutrisi yang baik terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui formulasi PMT-BUR yang memiliki sifat organoleptik dan daya terima balita terbaik. Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan Bubuk Udang Rebon (BUR), uji organoleptik, uji laboratorium dan uji daya terima PMT-BUR pada balita. BUR dibuat menggunakan udang rebon varietas lokal Cirebon. Uji organoleptik dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (BUR 5, 10, 15%) termasuk kontrol (0%) dan dua kali ulangan. Responden uji organoleptik sebanyak 30 panelis yaitu Mahasiswa Program Studi Diploma Gizi Cirebon. Uji penerima dilakukan dengan satu kali uji coba BUR terpilih pada satu kelompok balita usia 4-5 tahun di Posyandu Anggrek Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 50 balita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kandungan protein (p=0,000), kalsium (p=0,013), tingkat kesukaan warna (p=0,029), rasa (p=0,000), aroma (p=0,000), tektur (p=0,000) dan tingkat kesukaan keseluruhan (overall) (p=0,000) pada berbagai persentase penambahan bubuk udang rebon sebagai PMT balita. PMT-BUR bubur lemu dapat diterima oleh 80% balita dan bolu kukus mencapai 88%. Kandungan kadar air, kadar abu dan protein BUR memenuhi SNI pembanding. Formulasi PMT-BUR dengan tingkat kesukaan tertinggi adalah PMT-BUR 5% dengan kadungan protein mencapai 83,8% standar minimal protein PMT sebesar 8 g% dan tingkat penerimaan balita mencapai 88%. Bubuk udang rebon (BUR) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen atau bahan tambahan PMT balita di posyandu untuk meningkatkan mutu gizi. BUR dapat menjadi solusi dalam penanganan kasus balita kurang gizi di Kota CirebonItem HUBUNGAN DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TENAGA PELAKSANA ELIMINASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT FILARIASIS LIMFATIK PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR(2016-10-04) DINI RIYANTINI SARI T; Nanan Sekarwana; Nanan SekarwanaFilariasis limfatik menjadi masalah kesehatan masyarakat khususnya pada daerah endemis filariasis di Indonesia. Angka Mikrofilaria rate (Mf rate) di Kelurahan Nibung Putih sebesar 2,08%, sedangkan target nasional Mf rate<1%. Tingginya prevalensi penyakit filariasis limfatik salah satunya disebabkan oleh kurangnya kepatuhan minum obat filariasis limfatik, kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE). Apabila penderita tidak patuh atau tidak minum obat Filariasis sama sekali akan mengakibat kecacatan pada organ tubuh, seperti pada kaki, tangan, payudara, dan skrotum. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan dimensi kualitas pelayanan TPE dengan kepatuhan minum obat filariaisis limfatik pada masyarakat di Kelurahan Nibung Putih Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Metode penelitian yang digunakan adalah pemodelan Rasch merupakan teknik analisis data dengan mengubah data mentah menjadi data pengukuran dalam bentuk logit, desain penelitian observasional analitik kuantitatif dengan metode survei, pendekatan waktu cross sectional studies. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Nibung Putih, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang menjadi sasaran pengobatan filariasis selama 4 tahun dari tahun 2012 sampai 2015. Sampel berjumlah 103 orang diambil secara sistematic random. Data dianalisis menggunakan Pearson Correlation Test dan Multiple Linear Regression. Hasil analisis Pearson Correlation Test dan Multiple Linear Regression menunjukkan bahwa variabel dimensi kualitas pelayanan TPE (Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy) berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik, dimensi Tangible tidak berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat filariasis limfatik adalah dimensi Responsiveness. Pembahasan hasil penelitian ini bahwa kualitas pelayanan TPE yang baik berhubungan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik. Diperlukan evaluasi dan kegiatan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat filariasis limfatik.