Ilmu Konservasi Gigi (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Konservasi Gigi (Sp.) by Author "Ayu Trisna Hayati"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
Item EFEKTIVITAS ANTIJAMUR HASIL FRAKSINASI ETIL ASETAT DAUN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) TERHADAP Candida albicans (ATCC 10231)(2018-04-10) YOLANDA DWIUTAMI; Hendra Dian Adhita Dharsono; Ayu Trisna HayatiKegagalan perawatan saluran akar bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang persisten. Candida albicans sering diasosiasikan dengan kasus infeksi persisten saluran akar, dan ditemukan dalam kasus kegagalan perawatan saluran akar. C. albicans memiliki sifat dan faktor virulensi yang membuatnya resisten terhadap beberapa medikamen saluran akar. Pencarian medikamen terus dilakukan, salah satunya dengan pendekatan herbal. Ekstrak daun gambir (Uncaria gambir Roxb) terbukti memiliki efek antibakteri dan antijamur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas fraksi etil asetat daun gambir terhadap Candida albicans (ATCC 10231), serta menganalisa golongan senyawa yang terkandung di dalamnya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengujian dilakukan beberapa tahap, yaitu pengujian konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum dengan teknik mikrodilusi, pengujian fitokimia dengan berbagai pelarut, serta pengujian kolom lapis tipis menggunakan plat dan silika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun gambir memiliki konsentrasi hambat minimum 3.000 ppm dan konsentrasi bunuh minimum 3.500 ppm terhadap Candida albicans. Golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun gambir adalah fenolik, steroid, triterpenoid, saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid ditemukan dominan dibanding golongan senyawa lain. Simpulan dari penelitian ini adalah fraksi etil asetat daun gambir efektif terhadap Candida albicans.Item GAMBARAN FENOMENA TERBENTUKNYA APICAL VAPOR LOCK DENGAN DESAIN JARUM IRIGASI OPEN-ENDED, SIDE-VENTED, DAN DOUBLE SIDE-VENTED(2017-04-10) RAISSA INDIWINA; Rahmi Alma Farah Adang; Ayu Trisna HayatiPerawatan endodontik dilakukan berdasarkan tiga buah prinsip dasar triad endodontic yaitu preparasi, irigasi, dan obturasi. Irigasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan bermacam jenis larutan, alat, teknik irigasi, dan juga beragam desain tip irigasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas irigasi, salah satunya adalah fenomena apical vapor lock. Fenomena apical vapor dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah desain jarum irigasi. Desain jarum open-ended, side-vented, dan double side-vented dilaporkan memiliki pengaruh terhadap fenomena terbentuknya apical vapor lock. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan gambaran fenomena terbentuknya apical vapor lock dengan desain jarum irigasi open-ended, side-vented, dan double side-vented. Selain itu juga untuk melihat desain jarum irigasi mana yang membentuk gambaran fenomena apical vapor lock yang terendah. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu. Fenomena terbentuknya apical vapor lock yang diteliti adalah ukuran, waktu terbentuknya, dan waktu hilangnya apical vapor lock pada ketiga desain jarum dengan jarak jarum ke apikal 1 mm dan 3 mm. Perekaman data dilakukan melalui rekaman video, diukur menggunakan program komputer WebPlotDigitizer, dan data dianalisis secara statistika menggunakan Uji Beda Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan gambaran fenomena terbentuknya apical vapor lock dengan desain jarum irigasi open-ended, side-vented, dan double side-vented. Fenomena waktu terbentuknya apical vapor lock pada jarum open-ended dan side-vented langsung terbentuk ketika diberikan perlakuan, sementara pada jarum double side-vented fenomena apical vapor lock terjadi 1 menit setelah diberi perlakuan. ada jarum open-ended terlihat gelembung menghilang mulai dari menit 02.00. Sementara pada jarum side-vented dan double side-vented, terlihat gelembung tidak menghilang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan fenomena terbentuknya apical vapor lock pada desain jarum open-ended, side-vented, dan double side-vented.Item PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIFUNGAL ANTARA SEALER RESIN EPOKSI DAN SEALER RESIN SALISILAT PLUS MTA (MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE) TERHADAP Candida albicans (ATCC 10231)(2018-04-10) RIKE KAPRIANI; Dudi Aripin; Ayu Trisna HayatiMikroorganisme yang persisten dalam saluran akar merupakan penyebab kegagalan perawatan endodontik. Candida albicans merupakan jamur yang paling sering ditemukan dalam sistem saluran akar yang terinfeksi. Sealer sebagai bahan pengisi saluran akar harus memiliki daya antifungal yang dapat mencegah terjadinya reinfeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antifungal sealer resin epoksi dan sealer resin salisilat plus MTA terhadap Candida albicans (ATCC 10231). Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan mengukur diameter hambat melalui metode difusi agar, menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal ( KBM) dengan metode mikrodilusi, menghitung Angka Lempeng Total jumlah koloni menggunakan pengenceran seri. Data kemudian dianalisis menggunakan uji t-test independen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada diameter hambat dan jumlah koloni Candida albicans. Berdasarkan nilai diameter hambat dan nilai jumlah koloni, sealer resin salisilat plus MTA lebih efektif dibandingkan sealer resin epoksi dalam mengeliminasi Candida albicans Simpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan efektivitas antifungal sealer resin salisilat plus MTA dan sealer resin epoksi terhadap Candida albicans (ATCC 10231).Sealer resin salisilat plus MTA lebih efektif dibanding sealer resin epoksi.Item PERBEDAAN SHEAR BOND STRENGTH PADA PERBAIKAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT NANOFILL DENGAN PENGETSAAN MENGGUNAKAN ASAM FOSFAT 37% DAN ASAM HIDROFLORIK 9%(2017-04-10) I GEDE ASTIKA ANDHI YASA; Opik Taofik Hidayat; Ayu Trisna HayatiRestorasi resin komposit di dalam rongga mulut dapat mengalami kegagalan seiring dengan waktu. Prosedur perawatan yang dapat dilakukan adalah mengganti atau memperbaiki restorasi. Kuat rekat resin komposit yang diperbaiki dapat ditingkatkan dengan perlakuan permukaan antara lain pengasaran permukaan dengan diamond bur, abrasi udara (sand blasting) dengan aluminium oksida, perlakuan kimia (etsa) dengan asam fosforik atau dengan asam hidroflorik, penggunaan silane coupling agent dan intermediate adhesive resin (sistem adhesif dan flowable composite). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui shear bond strength dari perbaikan restorasi resin komposit nanofill (Z350XT, 3M) dengan pengetsaan menggunakan asam fosfat 37% waktu aplikasi 120 detik dan asam hidroflorik 9% waktu aplikasi 120 detik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu secara invitro. Hasil shear bond strength pada resin komposit diukur dengan menggunakan alat universal testing machine, dalam satuan mega paskal. Analisis data menggunakan uji t test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kekuatan ikat geser (shear bond strength) dari pengetsaan dengan menggunakan asam hidroflorik 9% didapat nilai 16,055 MPa lebih tinggi dari pada pengetsaan dengan menggunakan asam fosfat 37% didapat nilai 6,028 MPa. Simpulan adalah terdapat perbedaan shear bond strength secara signifikan dari perbaikan restorasi resin komposit nanofil dengan pengetsaan menggunakan asam fosfat 37% dan asam hidroflorik 9%.Item PERBEDAAN DAYA ANTIFUNGI SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA DENGAN/DAN TANPA DITAMBAHKAN BISMUTH OKSIDA TERHADAP Candida albicans(2020-01-16) ARDIKA TRI KURNIAWAN; Irmaleny; Ayu Trisna HayatiKegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan mikroorganisme yang persisten. Candida albicans merupakan golongan fungi yang paling sering ditemukan dalam sistem saluran akar yang terinfeksi. Semen saluran akar yang ideal harus memenuhi syarat memiliki daya antifungi.MTA dan semen portland putih indonesia memiliki komposisi utama yang sama, kecuali tidak terdapatnya kandungan bismuth oksida pada semen portland putih indonesia. Bismuth oksida berfungsi sebagai radiopacifyer untuk meningkatkan radiopasitas pada semen saluran akar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan daya antifungi semen portland putih indonesia dengan dan tanpa bismuth oksida terhadap candida albicans. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan mengukur diameter hambat melalui metode difusi agar. Data selanjutnya dianalisis menggunakan uji t-test independen. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada zona hambat terhadap Candida albicans. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semen portland putih indonesia dengan dan tanpa ditambahkan bismuth oksida memiliki daya antifungi dengan kategori zona hambat intermediet, namun tidak dapat perbedaan pada keduanya secara signifikan.Item PERBEDAAN DAYA ANTIFUNGI SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA YANG BERPOTENSI SEBAGAI SEALER DENGAN PENAMBAHAN BISMUTH OKSIDA BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP Candida albicans (Studi in Vitro Antifungi Bahan(2022-01-17) DIXIE SINAY; Ayu Trisna Hayati; Rahmi Alma Farah AdangTerapi kemomekanis dalam perawatan endodontik masih dapat menyisakan mikroorganisme karena rumitnya sistem anatomi saluran akar. Candida albicans merupakan salah satu mikroorganisme persisten penyebab kegagalan dalam perawatan endodontik. Bahan pengisi saluran akar yang memiliki kemampuan sealing dan antifungi yang baik untuk dapat mengurangi mikroorganisme yang tersisa. Mineral trioxide aggregate (MTA) merupakan bahan endodontik dengan banyak kegunaan diantaranya sebagai sealer. MTA memiliki komposisi yang serupa dengan semen Portland kecuali tidak ditemukan bismuth oksida sebagai agen radio opaksitas dalam semen Portland. Ketersediaan bahan baku yang memadai menjadikan semen Portland berpotensi sebagai sealer dengan harga yang lebih ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan daya antifungi semen Portland putih Indonesia terhadap Candida albicans yang berpotensi sebagai sealer dengan penambahan konsentrasi bismuth oksida 15%, 20%, dan 25%. Jenis penelitian adalah eksperimental semu, dengan mengukur diameter hambat melalui metode difusi agar. Data kemudian dianalisis menggunakan t-test independent. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas daya antifungi semen Portland Putih Indonesia dengan penambahan bismuth oksida 20% dan 25% terhadap Candida albicans. Penelitian lebih lanjut pada campuran semen Portland putih Indonesia dengan penambahan bismuth oksida 15% diperlukan untuk melihat tingkat radio opaksitas dan efektifitas daya antifungi terhadap Candida albicans.Item PERBEDAAN SEALING ABILITY PENGISIAN SALURAN AKAR ANTARA TEKNIK KONDENSASI TERMOPLASTIS CARRIER-BASED DAN TEKNIK KONDENSASI LATERAL PANAS(2019-04-12) AYA AMIDA; Dudi Aripin; Ayu Trisna HayatiPengisian saluran akar merupakan tahapan penting perawatan saluran akar yang bertujuan menutup keseluruhan sistem saluran akar sehingga mencegah penetrasi bakteri dan produknya ke jaringan periradikular dan menciptakan lingkungan yang menunjang penyembuhan jaringan periapikal. Teknik kondensasi termoplastis dikembangkan untuk menghasilkan massa pengisian yang homogen, mencapai sealing ability yang optimal dan meningkatkan kualitas pengisian saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan sealing ability pengisian saluran akar antara teknik kondensasi termoplastis carrier-based dan kondensasi lateral panas, serta teknik kondensasi lateral dingin sebagai kontrol pembanding pada bagian sepertiga apikal, sepertiga tengah, sepertiga koronal, dan sepanjang saluran akar. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksprimental semu secara in-vitro pada 36 (tiga puluh enam) spesimen gigi insisivus sentralis maksila yang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (A) teknik kondensasi termoplastis carrier-based (Sistem GuttaCore), (B) teknik kondensasi lateral panas (heat carrier SystemB), dan teknik (C) kondensasi lateral dingin (kontrol). Sealing ability dievaluasi berdasarkan penilaian terhadap hasil pengukuran volume bahan pengisi dan sealer, volume void, dan surface density yang dihasilkan dari citra volumetrik tiga dimensi dari perangkat Micro-Computed Tomography (Micro-CT). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada persentase volume bahan pengisian dan volume sealer antara teknik kondensasi termoplastis carrier-based dan teknik kondensasi lateral panas pada sepertiga apikal, sedangkan volume void tidak menunjukkan perbedaan baik pada sepertiga apikal, sepertiga tengah, sepertiga koronal maupun sepanjang saluran akar. Simpulan penelitian ini adalah teknik termoplastis carrier-based tidak memiliki sealing ability yang lebih baik dibandingkan teknik kondensasi lateral panas pada sepanjang saluran akar.Item PERBEDAAN SEALING ABILITY SEALER BERBASIS BIOCERAMIC DAN SEMEN KARBONAT APATIT PADA TEKNIK PENGISIAN SINGLE CONE(2020-01-16) IHSAN FIRDAUS; Hendra Dian Adhita Dharsono; Ayu Trisna HayatiPengisian saluran tiga dimensi harus tercapai untuk mendapatkan “hermetic seal” sehingga mampu mencegah kebocoran baik dari arah koronal maupun apikal. Sealer bioceramic sudah mulai digunakan secara luas dalam endodontik karena sifat biokompatibilitasnya yang baik, namun bahan ini relatif mahal dan sulit didapatkan di Indonesia. Salah satu bahan bioceramic yang dapat menjadi pilihan alternatif adalah semen karbonat apatit (CO3Ap) yang merupakan bioresorbable bioceramic. CO3Ap mampu menginduksi osteogenesis dan meningkatkan penyembuhan tulang pada kasus dengan lesi periapikal yang besar. Bahan ini juga berasal dari mineral yang mudah ditemukan di Indonesia. Sealing ability suatu sealer merupakan kemampuan sealer menahan kebocoran dan dapat menjadi parameter terhadap kualitas pengisian saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sealing ability antara sealer berbasis bioceramic iRoot SP (Innovative BioCeramix Inc, Vancouver, Canada) dengan semen CO3Ap melalui citra tiga-dimensi Micro-CT. Penelitian ini menggunakan sampel gigi insisivus rahang atas yang berjumlah 10 dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A pengisian menggunakan sealer iRoot SP dan kelompok B pengisian dengan semen CO3Ap. Sampel dipreparasi menggunakan instrumen rotari berdiameter akhir 40/006 dan dilakukan pengisian menggunakan 2 sealer dengan teknik single cone. Evaluasi dengan Micro-CT dilakukan pada setiap sampel pada bagian sepertiga apikal, tengah, koronal, dan keseluruhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan sealing ability antara sealer iRoot SP dan semen CO3Ap baik pada sepertiga apikal, tengah, koronal dan keseluruhan secara signifikan (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa semen CO3Ap memiliki sealing ability yang serupa dengan iRoot SP, namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan potensi CO3Ap sebagai sealer.Item PERBEDAAN STRENGTH DAN ELASTICITY ANTARA CAMPURAN NANOPARTIKEL SPPI-ZrO2-UDMA DAN SEMEN RESIN-MODIFIED CALCIUM SILICATE SEBAGAI BAHAN PULP CAPPING(2022-10-14) FREDERICA DEBY THEDJAKUSUMA; Arief Cahyanto; Ayu Trisna HayatiPulpa yang terinflamasi secara tidak persisten dapat dirawat dengan perawatan pulpa vital, seperti pulp capping untuk mempertahankan vitalitas pulpa. Suatu material pulp capping yang diaplikasikan diantara struktur gigi dan bahan restorasi idealnya memiliki kemampuan untuk menahan tekanan dari restorasi diatasnya. Resistensi material terhadap fraktur berkaitan dengan properti mekanis, termasuk kekuatan dan elastisitas bahan. Komposisi material dan pendekatan nanoteknologi memungkinkan terjadinya peningkatan kekuatan dan elastisitas bahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat material pulp capping berupa campuran nanopartikel semen Portland putih Indonesia (SPPI)-ZrO2-UDMA, menganalisis nilai compressive strength (CS), diametral tensile strength (DTS), flexural strength (FS) dan modulus of elasticity (ME) serta menganalisis perbedaannya dengan resin-modified calcium silicate (Theracal LC). Pembuatan campuran nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA dimulai dengan sintesis nanopartikel SPPI dengan metode top-down wet-milling lalu dicampurkan dengan ZrO2 dengan metode larutan sederhana kemudian dicampurkan dengan UDMA. Hasil sintesis campuran dikarakterisasi dengan FTIR dan dilakukan pengujian CS, DTS, FS dan ME dengan Universal Testing Machine sesuai dengan ISO 9971-1 dan ISO-4049. Analisis statistik dengan uji Anava dan post-hoc independent t-test untuk mengetahui perbedaan kedua bahan. Hasil penelitian menunjukkan puncak absorbansi gugus fungsi grup silika, karbonat dan karbonil yang merepresentasikan trikalsium-silikat, zirkonium dan UDMA. Nilai rata-rata CS tertinggi campuran nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA 158,92 MPa dan TheraCal LC 109,8 MPa. Nilai rata-rata DTS tertinggi SPPI-ZrO2-UDMA 29,37 MPa dan TheraCal LC 23,41 MPa. Nilai rata-rata FS tertinggi SPPI-ZrO2-UDMA 90,95 MPa dan TheraCal LC 31,76 MPa. Nilai rata-rata ME tertinggi SPPI-ZrO2-UDMA 4848,49 MPa dan TheraCal LC 954,41 MPa. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan pada kedua bahan. Modifikasi komposisi bahan dengan penambahan ZrO2 dan monomer resin UDMA serta penggunaan nanopartikel mempengaruhi kekuatan dari bahan yang digunakan dalam penelitian ini.Item Prediksi Aktivitas Senyawa Flavonoid Buah Stroberi (Fragaria vesca) Terhadap Protein Muramidase A (MurA) dan Enzim Glikosiltransferase (Gtf) Streptococcus mutans Secara In Silico(2022-10-14) INA PERMATA DEWI; Hendra Dian Adhita Dharsono; Ayu Trisna HayatiKaries gigi merupakan masalah kesehatan gigi yang paling banyak dijumpai di masyarakat. Etiologi terjadinya karies multifaktorial, dan pemicu utama terjadinya karies gigi disebabkan oleh bakteri kariogenik Streptococcus mutans. Streptococcus mutans dapat memfermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam laktat dan menyebabkan terjadinya karies gigi. Muramidase A merupakan enzim kunci yang terlibat dalam sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus mutans dapat menghasilkan enzim Glikosiltransferase B yang dapat menyebabkan polimerisasi glukosa dan membentuk glukan tidak larut air yang berkontribusi terhadap perkembangan karies. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berpotensi menjadi penghasil senyawa kimia, salah satunya adalah buah stoberi (Fragaria vesca) yang mengandung flavonoid untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis prediksi aktivitas senyawa flavonoid dalam ekstrak buah stroberi terhadap enzim MurA dan GtfB Streptococcus mutans dengan metode in silico. Penelitian ini menggunakan Autodock tools untuk docking antara ligan dengan enzim MurB dan GtfB dan Discovery Studio untuk memvisualisasikan hasil. Hasil penelitian menunjukan senyawa Quarcetin 3 glucuronide berpotensi menghambat enzim MurA dengan nilai binding affinity -9,50 dan KI 0.108 63 µm. Senyawa Procyanidine B3 berpotensi menghambat enzim GtfB dengan nilai binding affinity -5,51 dan KI 91.75 µm. Hasil menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas antibakteri yang berpotensi menghambat enzim MurA dan GtfB Streptococcus mutans.