Geofisika (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Geofisika (S1) by Author "Asep Harja"
Now showing 1 - 20 of 21
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Petrofisika Batuan Reservoar dan Batuan Induk pada Cekungan Berau, Perairan Papua Barat(2020-07-16) POPY DWI INDRIYANI; Asep Harja; Tidak ada Data DosenReservoar dan batuan induk pada sedimen klastik Cekungan Berau memiliki kesebandingan dengan daerah produktif hidrokarbon di Paparan Barat Laut Australia. Berdasarkan hal tersebut, Cekungan Berau diperkirakan memiliki potensi yang sama dengan daerah produktif hidrokarbon di Paparan Barat Laut Australia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis zona prospek reservoar hidrokarbon dan batuan induk dengan menggunakan parameter petrofisika yaitu volume shale, porositas, saturasi air dan permeabilitas. Analisis petrofisika batuan reservoar dan batuan induk dilakukan pada tiga sumur bor yang terletak di Cekungan Berau yaitu Sumur DI-1, DI-2 dan DI-3 pada Formasi Kembelangan dan Tipuma. Hasil analisis kualitatif menunjukkan terdapat empat zona reservoar dan empat zona batuan induk dari total analisis tiga sumur bor. Berdasarkan analisis kuantitatif Sumur DI-1 memiliki rata-rata nilai volume shale (V_sh) 9,25 %, porositas efektif (PHIE) 20,68 %, saturasi air (S_w) 93,3 % dan permeabilitas (k) 55,69 mD. Sumur DI-2 memiliki rata-rata nilai V_sh 29,16 %, PHIE 2,97 %, S_w 67,9 % dan k 0,05 mD. Sumur DI-3 memiliki rata-rata nilai V_sh 6,20 %, PHIE 19.36 %, S_w 80,2 % dan k 242,05 mD. Pada Sumur DI-1 dan DI-3 memiliki nilai S_w yang tinggi yang mempresentasikan bahwa batuan reservoar jenuh terhadap air. Selain itu pada Sumur DI-2 memiliki nilai porositas dan permabilitas yang rendah dan termasuk kategori yang buruk sebagai batuan reservoar. Berdasarkan hal tersebut, mengindikasikan bahwa pada tiga sumur pemboran tidak menunjukkan adanya prospek reservoar hidrokarbon.Item Analisis Tingkat Kontaminasi Logam Berat Pada Sedimen di Sungai Citarum Segmen Desa Sumbersari, Ciparay, Kabupaten Bandung(2022-08-26) LINCGAR BINAWANPATI; Asep Harja; Dini FitrianiSungai Citarum merupakan salah satu sungai yang menjadi pemasok kebutuhan air bagi masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta. Desa Sumbersari yang berada di Kecamatan Ciparay merupakan salah satu kawasan permukiman dan pertanian yang dilalui Sungai Citarum. Aliran Sungai Citarum pada kawasan ini menjadi tempat pembuangan limbah domestik dari daerah di sekitarnya. Limbah domestik di kawasan tersebut berpotensi menyebabkan pencemaran antropogenik pada sungai. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pencemaran akibat masuknya polutan antropogenik ke dalam Sungai Citarum segmen Sumbersari, Ciparay melalui sifat kemagnetan sedimen berdasarkan parameter suseptibilitas magnetik yang didukung dengan analisa sifat fisika-kimia air dan sedimen sungai serta indeks pencemaran logam berat pada sedimen sungai. Hasil pengukuran sifat fisika-kimia air dan sedimen sungai menunjukkan bahwa sebagian besar titik pengukuran memiliki suhu, TDS (Total Dissolved Solid), konduktivitas listrik, dan pH yang berada dalam rentang standar baku mutu air bersih untuk keperluan higiene sanitasi. Berdasarkan data suseptibilitas magnetik, nilai χLF sampel sedimen >10×10-8 m3/kg sehingga diindikasikan sebagian besar material sampel adalah adalah mineral ferrimagnetik. Nilai χFD (%) sampel sedimen menunjukkan rata-rata sampel termasuk ke dalam kategori low χFD (%). Korelasi negatif dari hasil plot χLF terhadap χFD (%) menunjukkan sampel sedimen didominasi oleh bulir magnetik dengan jenis domain magnetik Multi Domain (MD) yang mengindikasikan area penelitian telah tercemar oleh polutan antropogenik. Data indeks pencemaran Igeo (Indeks Geoakumulasi), CF (Contamination Factor), dan EF (Enrichment Factor) menunjukkan kontaminasi logam berat paling tinggi di area penelitian dipengaruhi oleh unsur Cd, Cr, Co, Cu, Mg, Ni, Pb, dan Zn.Item APLIKASI SEISMIK MULTI-ATRIBUT DAN METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI FASIES RESERVOIR BATUPASIR (STUDI KASUS: CEKUNGAN BONAPARTE)(2020-07-16) DIANA RACHMAWATI; Asep Harja; Tidak ada Data DosenAkumulasi hidrokarbon pada Cekungan Bonaparte terdapat pada Formasi Plover dengan reservoir berupa batupasir yang memiliki ukuran butir halus hingga kasar, dari pola log gamma ray menunjukkan dalam batuan pasir terdiri dari beberapa fasies yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengidentifikasi sebaran fasies reservoir batupasir berdasarkan sifat fisis berupa porositas, resistivitas dan Vshale. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode inversi impedansi akustik, seismik multi-atribut dan metode Probabilistic Neural Network. Metode PNN dapat digunakan untuk mengetahui persebaran sifat fisis reservoir dengan baik yaitu porositas dengan nilai korelasi 0,948, resistivitas dengan nilai korelasi 0,948 dan Vshale dengan nilai korelasi 0,980. Zona reservoir yang mengandung hidrokarbon pada daerah penelitian berada pada litologi tight sandstone yang memiliki nilai impedansi tinggi yaitu berkisar antara 10.672 – 12.884 (m/s)*(g/cc), serta nilai porositas efektif, resistivitas dan Vshale yang mendukung yaitu memiliki rentang nilai porositas 0,0571 - 0,1668 untuk reservoir-1 dan 0,0548 - 0,1369 untuk reservoir-2, resistivitas tinggi yaitu > 94 ohm.m pada reservoir-1 dan reservoir2 serta Vshale rendah yaitu 0 - 6,3% untuk reservoir-1 dan 0 - 7,9% untuk reservoir-2.Item DELINEASI ZONA BATUAN INDUK HIDROKARBON NON KONVENSIONAL BERDASARKAN DATA MAGNETOTELURIK DI CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR(2018-07-16) IRA MEISYA ANGGRAENI; Asep Harja; Yudi RosandiKota Samarinda merupakan bagian dari Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Salah satu formasi batuan yang ada yaitu Formasi Pamaluan terdiri dari batulempung, serpih, batugamping dan batulanau. Serpih pada formasi ini diduga memiliki potensi sebagai black shale yang dapat menghasilkan gas ditandai dengan kandungan organik tinggi yaitu lebih dari 2% dan memiliki kerogen tipe II dan III yang sangat berpotensi untuk menghasilkan hidrokarbon berupa gas. Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui pola persebaran black shale dengan metode Magnetotelurik. Penampang hasil metode Magnetotelurik berupa persebaran resistivitas 2D kemudian diintegrasikan dengan metode gayaberat dan seismik untuk memperoleh struktur bawah permukaan. Hasil interpretasi menunjukan bahwa lapisan bawah permukaan terdiri dari empat lapisan batuan yaitu batu pasir,serpih, batulempung dan batuan dasar berupa slate. Lapisan serpih yang berpotensi sebagai black shale ditemukan pada kedalaman lebih dari 1.200m dengan ketebalan maksimal 4.000m dengan nilai resistivitas 1 - 11Ωm dan densitas 4.41kg/m3. Pola persebaran black shale berarah timur laut – barat daya yaitu mengikuti arah struktur dari Antiklinorium Samarinda dan berada pada zona sinklin yang sangat ideal untuk terbentuknya shale gas.Item ESTIMASI PROFIL KETEBALAN LAPISAN TANAH LUNAK DI WILAYAH CEKUNGAN BANDUNG MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI (Studi Kasus : Pusat Cekungan Bandung)(2020-09-12) MOCHAMMAD RIZKI RINALDI; Eleonora Agustine; Asep HarjaDesa Sumbersari, Desa Bojongemas, Desa Rancakasumba, dan Kelurahan Rancaekek Kencana terletak pada endapan danau Bandung purba sehingga menyebabkan kawasan tersebut bertanah lunak. Tanah lunak merupakan tanah yang jika tidak dikenali dan diselidiki secara berhati-hati dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang pada tanah yang tidak dapat ditolerir. Dalam proses penyelidikan lapisan tanah lunak, metode geofisika yang dapat digunakan yaitu seismik refraksi karena dapat menentukan kondisi tanah di suatu wilayah melalui nilai Vs30. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil Vs30 untuk lapisan tanah lunak di sekitar lokasi penelitian dan hubungan korelasi empiris antara nilai Vs30 dengan data Standard Penetration Test (N-SPT) serta menentukan ketebalan serta jenis tanah berdasarkan nilai profil Vs30 dan hubungannya dengan data SPT. Hasil penelitian menunjukan bahwa diduga pada kedalaman tersebut memiliki tiga lapisan dengan ketebalan yang sama setiap lintasannya, yaitu pada kedalaman 0-8 meter, 8-18 meter, dan 18-30 meter. Dari penelitian ini diketahui pula bahwa pusat Cekungan Bandung didominasi oleh litologi lempung lunak dan memiliki jenis tapak Tanah Medium (SD). Hasil korelasi empiris antara nilai Vs30 dengan nilai N-SPT dari penelitian ini diperoleh persamaan korelasi sebesar Vs = 170,66N0,15 dengan nilai R² = 0,24 untuk litologi lempung, kemudian Vs = 196,84N0,11 dengan nilai R² = 0,30 untuk litologi pasir, dan Vs = 172,14N0,15 dengan nilai R² = 0,30 untuk semua jenis tanah. Berdasarkan persamaan dari setiap jenis litologi memiliki nilai regresi yang cukup kecil sehingga masih membutuhkan evaluasi untuk penelitian yang akan datang.Item IDENTIFIKASI AKUIFER BERDASARKAN DISTRIBUSI RESISTIVITAS DI BAWAH PERMUKAAN (STUDI KASUS: WILAYAH KAMPUS UNPAD ARJASARI)(2019-10-16) IWAN GUNAWAN; Asep Harja; Eleonora AgustineAir sebagai salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia yang sebagian besar tersimpan dalam tanah. Kondisi tersimpannya air dalam tanah berbeda-beda di setiap wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis lapisan batuan penyimpan dan mampu mengalirkan air (akuifer) dengan nilai kedalamannya di wilayah kampus UNPAD Arjasari Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger menggunakan 28 elektroda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki nilai resistivitas berkisar antara 1,4 – 1348 Ωm. Lapisan yang memiliki resistivitas rendah kurang dari 20 Ωm mendominasi hingga kedalaman 35 m diidentifikasikan sebagai lapisan akuiklud, yaitu media berpori yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan air. Lapisan ini diperkirakan terisi oleh air pada musim hujan, namun pada musim kering tidak mengandung air. Lapisan batuan dengan rentang resistivitas menengah 22 – 89 Ωm terdapat dibeberapa titik hingga kedalaman 70 m diinterpretasi litologi tufa kasar berselingan dengan tufa halus yang bersifat permeabel dan dapat berperan sebagai akuifer. Lapisan batuan dengan nilai resistivitas tinggi lebih dari 89 Ωm yang mendominasi pada kedalaman lebih dari 70 m. Batuan dengan resistivitas tinggi ini diperkirakan batuan breksi vulkanik kompak berasosiasi dengan lava yang tidak dapat menyimpan air maupun mengalirkannya (impermeabel). Dengan adanya lapisan impermeabel pada bagian bawah lapisan akuifer dan tidak adanya batuan keras di atasnya maka diperkirakan akuifer pada daerah penelitian merupakan akuifer dangkal yang bersifat bebas (unconfined aquifer).Item IDENTIFIKASI AKUIFER MENGGUNAKAN RESISTIVITAS DC (STUDI KASUS : KIPAS LAVA GUNUNG HARUMAN, KAWASAN PEGUNUNGAN MALABAR, KABUPATEN BANDUNG)(2022-09-30) FIKRI IBRAHIM MAHDY HERMANTO; Asep Harja; Kusnahadi SusantoAir merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan utama bagi manusia. Peningkatan populasi manusia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air dimana sebagian besar kebutuhan air bersih masih bergantung pada air tanah. Gunung Haruman, Kabupaten Bandung merupakan salah satu recharge area Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi distribusi aliran air mendapatkan kedalaman akuifer pada kipas lava Gunung Haruman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Resistivitas DC. Hasil interpretasi terhadap data resistivitas memunculkan dugaan bahwa akuifer pada daerah penelitian merupakan akuifer dangkal dengan kedalaman sekitar 40 meter. Akuifer diduga berada pada lapisan pumice dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 3,9 Ωm hingga 97 Ωm. Lapisan akuifug ditandai dengan nilai resistivitas relatif lebih tinggi yaitu 100 Ωm hingga 1500 Ωm dengan dugaan berupa lapisan batu lava basalt yang bersifat impermeable. Distribusi aliran air pada akuifer yang terdapat pada daerah penelitian diduga mengarah dari arah timur ke arah barat laut.Item IDENTIFIKASI SESAR MIKRO DAN LAPISAN AKUIFER PADA KAWASAN KIPAS VULKANIK MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS-DC (STUDI KASUS: GUNUNG HARUMAN, JAWA BARAT)(2022-09-19) FARHAM REZQI MA`ARIF .M; Asep Harja; Kusnahadi SusantoGunung Haruman terletak di sisi barat Pegunungan Malabar merupakan daerah recharge area dengan vegetasi rapat dan curah hujan yang cukup tinggi. Gunung Haruman sebagai kawasan recharge area memiliki mata air yang tersebar di kawasan tersebut. Kondisi mata air dengan kualitas yang baik menjadikan Gunung Haruman berpotensi besar dalam sumber daya air tanah. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi kemenerusan lapisan akuifer dan mengindentifikasi pengaruh sesar mikro terhadap akuifer yang berada di Gunung Haruman. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode resistivitas DC. Hasil interpretasi dari penampang resistivitas sebenarnya memunculkan dugaan jika akuifer pada daerah penelitian diduga berada pada lapisan batupasir dengan rentang nilai resistivitas sebesar 98 Ωm-186,5 Ωm. Akuifer tersebut diduga tergolong sebagai akuifer bebas dengan kedalaman sekitar 50 meter hingga 160 meter sehingga tergolong akuifer dalam, selain itu terdapat akufier dangkal yang berada dekat dengan permukaan dengan kedalaman sekitar 20 meter dari permukaan dan berarah ke barat laut. Akuifer dangkal memiliki rentang nilai resistivitas sekitar 40 Ωm-70 Ωm. Kemenerusan lapisan akuifer dalam diduga berarah ke barat laut dan tenggara. Kondisi tersebut membuat akuifer dalam bertemu di daerah diskontinuitas yang diduga merupakan sesar mikro. Sesar mikro diidentifikasi berada pada kedalaman sekitar 160 meter dengan dugan diskontinuitas terjadi pada batuan lava basaltItem KORELASI ANALISIS KOHERENSI DAN SKEWNESS PADA PENINGKATAN DATA MAGNETOTELURIK DI BANDUNG TIMUR.(2022-07-14) MUHAMMAD AVY FAUZHY; Asep Harja; Tidak ada Data DosenMagnetotelurik (MT) adalah metode geofisika dengan sumber gelombang pasif yang dapat menggambarkan variasi nilai tahanan jenis untuk menyelidiki struktur bawah permukaan bumi. Metode ini memanfaatkan sumber gelombang EM aktivitas matahari (solar wind) dan aktivitas petir sebagai sumbernya. Berdasarkan sumbernya, data yang diperoleh sangat rentan terhadap noise lokal atau regional karena kekuatan sinyal yang lemah. Penelitian ini dilakukan pada daerah perkotaan dengan aktivitas penduduk yang tinggi di Kota Bandung bagian Timur dengan jumlah 9 titik pengukuran. Proses peningkatan kualitas data dengan mengurangi noise merupakan suatu cara untuk mendapatkan hasil interpretasi yang baik. Salah satunya dengan melakukan analisis koherensi dan skewness. Hasil dari analisis koherensi terbukti dapat meningkatkan nilai koherensi pada setiap titik pengukuran dengan rata-rata nilai koherensi dari 77.71% menjadi rata-rata 89.25% atau mengalami peningkatan sebesar 11.54%. Pada analisis skewness menunjukan reduksi efek dimensionalitas 3-D dari 56 unit data menjadi 5 unit data. Hasil analisis ini memperlihatkan bahwa peningkatan pada analisis koherensi dapat meningkatan kualitas data secara signifikan dengan mereduksi efek dimensionalitas 3-D pada analisis skewness.Item PEMETAAN ZONA AKUIFER BERDASARKAN DATA RESISTIVITAS DI BAGIAN UTARA KIPAS VULKANIK GUNUNG HARUMAN (STUDI KASUS: HARUMAN, KABUPATEN BANDUNG)(2022-08-24) REINALDY TANGKE; Kusnahadi Susanto; Asep HarjaPenggunaan air tanah sebagai salahsatu sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan manusia terus meningkat, sehingga perlu dilakukan konservasi pada daerah resapan air. Lereng Gunung Haruman merupakan salahsatu kawasan yang memiliki kondisi hutan yang cukup hijau dan banyak ditemukan mata air sehingga berpotensi menjadi daerah resapan air. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan persebaran lapisan akuifer berdasarkan persebaran nilai resistivitas batuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Resistivitas-DC dengan konfigurasi Schlumberger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang nilai resistivitas daerah penelitian berada pada rentang 1-5000 Ohmm dan terdapat dua lapisan, yaitu lapisan akuifer dan lapisan akuifug. Lapisan akuifer memliki rentang nilai resistivitas 1-100 Ohmm dan terdiri dari lapisan batuan lava vesikuler yang berasosiasi dengan batuapung. Lapisan akuifer diperkirakan berada di kedalaman kurang dari 40 meter dan termasuk jenis lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) dengan arah persebaran dari timur ke barat, sesuai dengan bentuk kipas vulkanik Gunung Haruman. Lapisan akuifug memiliki rentang nilai resistivitas 100-5000 Ohmm dan terdiri dari lapisan batuan lava basalt yang merupakan lapisan kedap air (impermeable) karena memiliki struktur masif dan kompak, sehingga air tanah tidak dapat melewati lapisan batuan ini.Item PEMETAAN ZONA AKUIFER MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS-DC PADA KAWASAN KIPAS VULKANIK (STUDI KASUS: HARUMAN, JAWA BARAT)(2021-04-20) SALSABILLA FILSANI; Dini Fitriani; Asep HarjaTingkat pengambilan air bersih sebagai salahsatu kebutuhan utama manusia terus meningkat, sehingga penting untuk dilakukan konservasi, khususnya pada daerah resapan. Daerah Haruman merupakan salahsatu kawasan resapan utama yang mengisi Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang serta terdapat 10 mata air yang tersebar di bagian barat lereng gunung berbentuk kipas vulkanik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui persebaran zona akuifer berupa kedalaman dan arah aliran air tanah berdasarkan persebaran nilai resistivitas batuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Resistivitas-DC konfigurasi Wenner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang nilai resistivitas daerah penelitian berada dalam rentang 20–1500 Ωm yang terdiri dari 4 lapisan batuan, yaitu lapisan pumice dan lapilli dengan rentang nilai 20–150 Ωm, lapisan lava vesikuler dengan rentang nilai 150–250 Ωm, lapisan tufa dengan rentang nilai 250–500 Ωm, dan lapisan lava basalt dengan rentang nilai 500–1500 Ωm. Berdasarkan hasil penelitian, zona akuifer diperkirakan berada pada lapisan batuan pumice dan lapilli serta pada lapisan batuan lava vesikuler yang berada di kedalaman dangkal (<40 meter) dan termasuk jenis lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer). Aliran air tanah diperkirakan mengalir searah dengan kipas vulkanik dan sebaran lokasi mata air yaitu dari arah timur menuju barat.Item PEMODELAN KE DEPAN 2-DIMENSI METODE GEOLISRIK UNTUK IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RESPON ANOMALI(2020-11-11) IFTIKHAR SABILLAL RAMADHAN; Imran Hilman Mohammad; Asep HarjaDalam eksplorasi geofisika, pemodelan merupakan suatu cara untuk menafsirkan distribusi respon bumi yang terukur dari suatu kondisi geologi bawah permukaan tertentu. Pada penelitian ini telah dilakukan pemodelan kedepan (forward modelling) geolistrik resistivitas untuk kasus 2D dengan menerapkan metode beda hingga (finite difference method) menggunakan software Octave untuk menyelesaikan suatu persamaan differensial sistem. Penyelesaian solusi persamaan differensial tersebut dilakukan dengan mendiskritisasi persamaan menggunakan central finite difference. Ada beberapa model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : model homogen, model anomali konduktif, model kontak vertikal, dan model kontak horizontal. Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa respon model (nilai resistivitas) di permukaan sangat bergantung pada syarat batas yang digunakan dan juga sensitif terhadap perubahan jarak spasi elektroda (dalam kasus ini menggunakan Konfigurasi Wenner).Item Pemodelan Ke Depan 2-Dimensi Metode VLF (Very Low Frequency) Untuk Identifikasi Karakteristik Respon Anomali Prisma Konduktif(2019-10-29) RAFI WIDYANSYAH; Asep Harja; Imran Hilman MohammadMetode VLF merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat metode pasif dimana metode ini hanya mengukur medan elektromagnetik alamiah yang terdapat pada permukaan bumi. Data yang diperoleh dari akuisisi metode ini merupakan medan magnetik total bumi, yaitu penjumlahan dari medan magnet primer dari sumber berupa antena pemancar gelombang VLF dengan medan magnet sekunder yang berasal dari benda anomali. Ketiadaan medan listrik pada pengukuran VLF menyebabkan interpretasi struktur langsung berupa informasi resistivitas bawah permukaan tidak dapat dilakukan. Meskipun demikian metode VLF memiliki sensitivitas yang cukup baik dalam mendeteksi variasi struktur anomali vertikal secara kualitatif menggunakan parameter inphase dan quadrature yang didapatkan langsung dalam pengukuran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon metode VLF pada benda anomali prisma konduktif dengan menggunakan pemodelan ke depan (forward modeling) beda hingga (finite difference). Hasil pemodelan dikarakterisasi secara kualitatif untuk melihat respon VLF pada benda anomali prisma konduktif. Respon berupa in-phase, quadrature, tilt angle, dan eliptisitas VLF divalidasi menggunakan hasil yang dilakukan oleh Saydam (1981), Fraser (1969), dan Karous dan Hjelt (1983). Hasil pemodelan ke-depan 2-Dimensi VLF menunjukkan bahwa respon tilt angle dan eliptisitas dipengaruhi oleh ketebalan benda anomali prisma konduktif, resistivitas benda anomali prisma konduktif, resistivitas medium sekitar benda anomali prisma konduktif, dan kedalaman benda anomali prisma konduktif.Item PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA MAGNETOTELLURIK UNTUK STUDI HIDROKARBON (Studi Kasus: Kota Bangun, Cekungan Kutai(2018-08-13) FAIZ FAUZAN; Yudi Rosandi; Asep HarjaAplikasi metode magnetotellurik (MT) dalam eksplorasi non-konvensional merupakan hal yang baru di Indonesia. Telah dilakukan penelitian menggunakan metode magnetotellurik pada daerah Kota Bangun, Cekungan Kutai untuk mengetahui keberadaan struktur yang berpotensi hidrokarbon. Berdasarkan hasil penampang MT, distribusi resistivitas dikelompokan menjadi zona resistivitas rendah (1-4 Ohm.m), sedang (5-21 Ohm.m), dan tinggi (22-95 Ohm.m). Informasi litologi dan struktur geologi diperoleh berdasarkan hasil korelasi metode magnetotellurik dan gaya berat. Hasil dari korelasi didapatkan batu slate sebagai batuan dasar, diatasnya terendapkan sedimen tersier dengan ketebalan lapisan mencapai 13.5 kilometer yang tersusun oleh batu shale dan lempung pada Formasi Pamaluan, serta batu pasir pada Formasi Pulau Balang. Struktur geologi yang berada pada daerah tersebut berupa patahan serta lipatan antiklin dan sinklin. Black shale diduga memiliki potensi hidrokarbon berupa gas yang ditunjukan dengan resistivitas rendah dan didominasi berada pada lipatan sinklin. Keberadaan patahan diduga sebagai salah satu faktor penyebab termatangkannya material organik pada batuan black shale yang ditemukan pada rentang kedalaman 3-7 kilometer dari permukaan. Zona rendahan pada Cekungan Kutai merupakan zona struktur lipatan sinklin yang diduga memiliki potensi hidrokarbon yang besar.Item PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN TIMOR SEBAGAI POTENSI SISTEM HIDROKARBON MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELURIK(2016-10-27) RHEZA YUSUF H; Asep Harja; Tidak ada Data DosenCekungan Timor merupakan cekungan sedimen yang berindikasi hidrokarbon, ini terbukti karena adanya rembesan minyak dan gas bumi di daerah sekitar cekungan yang diteliti. Adanya indikasi hidrokarbon di cekungan timor ini diperkuat dengan adanya data sumur yang dibor sumur Banli 1. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai indikasi hidrokarbon di cekungan sedimen Pulau Timor berdasarkan distribusi resistivitas bawah permukaan maka dilakukan survei metode geofisika menggunakan metode magnetotelurik (MT) dimana metode MT dapat mengindentifikasi struktur resistivitas daerah yang memiliki struktur geologi kompleks. Pada pengolahan data MT dilakukan peningkatan kualitas data sinyal noise rasio yang berdasarkan nilai koherensi sehingga di dapat model 1D dan 2D yang menghasilkan penampang distribusi resistivitas bawah permukaan lalu di korelasikan dengan data geologi daerah penelitian. Dari model struktur resistivitas bawah permukaan menunjukkan adanya perangkap sturktur antiklin yang diduga perangkap sistem hidrokarbon. Batuan cap rock diduga berada pada kedalaman 2000 - 2500 m dengan nilai resistivitas 13 89 Ωm yang termasuk kedalam Formasi Nakfunu yang berumur Albian dengan jenis batuan pasir dan batuan sedimen lempung. Pada kedalaman 3000 -3500 m dengan nilai resistivitas 90 - 295 Ωm diduga merupakan batuan reservoir dengan jenis batuan batu pasir,batu sedimen lempung, batu lanau, batu gamping yang termasuk kedalam Formasi Oe Baat yang berumur Tithonian, jura akhir.Item PENDUGAAN ZONA MINERALISASI MANGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS DC DAN POLARISASI TERINDUKSI (STUDI KASUS : KAMPUNG MAKI, DESA KAJONG, KECAMATAN REO, KABUPATEN MANGGARAI, PROVINSI NUSA TENGGARA TI(2022-12-29) DHEVANGGA DHIYAN NAGHARA; Kusnahadi Susanto; Asep HarjaKabupaten Manggarai terindikasi adanya cebakan mineral Mangan, dimana mineral Mangan tersebut memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas sumber daya alam yang perlu di eksplorasi. Mineral Mangan memiliki sifat kelistrikan yang khas sebagai mineral logam sulfida. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur mineral logam adalah metode geolistrik. Metode ini meliputi pengukuran resistivitas dan chargeability. Penelitian ini membahas tentang eksplorasi mangan menggunakan metode geolistrik. Hasil penelitian ini merepresentasikan bahwa sebaran zona mineralisasi Mangan terakumulasi pada lintasan 3 sampai dengan lintasan 9. Zona mineral Mangan diindikasikan dengan nilai resistivitas sekitar 40 sampai dengan 150 Ωm dan nilai chargeability lebih dari 30 ms. Zona deposit Mangan tersebut terletak pada batuan sedimen.Item Penerapan Metode Inversi Impedansi Akustik dan Metode Seismik Multiatribut Untuk Delineasi Reservoar(2018-01-08) ADRI MUHAMMAD RASSAL; Yudi Rosandi; Asep HarjaReservoar batupasir pada Formasi Plover merupakan reservoar yang prospek hidrokarbon. Dalam penelitian ini telah dilakukan inversi dan analisa seismik multiatribut pada data seismik 3D untuk mengetahui karakteristik reservoar batupasir pada Formasi Plover. Arah persebaran reservoar ini secara umum adalah Utara-Selatan yang terdapat stuktur geologi berupa antiklin. Analisa karakterisasi reservoar dilakukan dengan membandingkan peta persebaran impedansi akustik dan peta persebran porositas. Dari proses inversi diperoleh nilai impedansi akustik untuk reservoar prospek berada pada rentang 4000 (m/s).(g/cc) – 8000 (m/s).(g/cc) dengan jenis reservoar adalah batupasir. Sedangkan dari proses seismik multatribut diperoleh nilai porositas 15 % - 20 %. Hasil analisa menunjukkan terdapat 3 zona reservoar prospek hidrokarbon, yatu pada bagian selatan, tengah, dan utara daerah penelitian.Item REDUKSI EFEK DIMENSIONALITAS 3D PADA DATA MAGNETOTELURIK MENGGUNAKAN ANALISIS KOHERENSI, TREND KURVA DAN SKIN DEPTH (STUDI KASUS: PULAU YAPEN BAGIAN SELATAN DAN SEKITARNYA, PAPUA)(2022-07-18) EDWIN PARLINDUNGAN; Asep Harja; Tidak ada Data DosenData Magnetotelurik rentan terhadap gangguan akibat penggunaan sumbernya yang berasal dari aktivitas matahari dan petir dalam rentang frekuensi yang sangat lebar dan kekuatan sinyal yang lemah. Oleh sebab itu, diperlukan proses reduksi gangguan data secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan cara analisis koherensi, proses trend kurva, dan skin depth, yang menghasilkan kualitas data mencapai rata-rata 91,51%. Analisis skewness dilakukan untuk mengevaluasi tipe distorsi 1D, 2D, atau 3D, yang terjadi pada tensor impedansi. Kemunculan efek dimensionalitas 3D akibat adanya distorsi pada tensor impedansi pada delapan (8) data MT di Pulau Yapen bagian Selatan dan sekitarnya telah tereduksi secara keseluruhan oleh analisis koherensi, proses trend kurva, dan skin depth, sehingga hasil data tidak perlu dilakukan analisis rotasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pemodelan inversi 1D-2D.Item STRUKTUR RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH PROSPEK HIDROKARBON BERDASARKAN DATA MAGNETOTELURIK (Studi Kasus: Daerah Arjawinangun, Jawa Barat)(2018-10-02) DENIS CANDRA; Asep Harja; Tidak ada Data DosenDaerah Arjawinangun, Jawa Barat, termasuk kedalam Cekungan Bogor dan Sub- cekungan Majalengka. Proses tektonik dan magmatik mempengaruhi litologi batuan di daerah tersebut, mulai dari batuan sedimen, sedimen laut, dan volkanik. Ditemukannya rembesan minyak di cekungan bogor dan sub cekungan majalengka memungkinkan terdapatnya hidrokarbon yang terperangkap di Arjawinangun. Untuk mengetahui ketebalan formasi dan keberadaan hidrokarbon pada daerah Arjawinangun yang memiliki struktur kompleks, dilakukan penelitian dengan menggunakan metode magnetotelurik (MT) dan metode audio-magnetotelurik (AMT). Digunakan penggabungan dua metode ini agar didapat hasil yang optimal baik kedalaman dangkal maupun dalam. Dilakukan analasis strike pada pengolahan data MT untuk mendapat hasil yang baik yang sesuai mode pengukuran yaitu mode TE dan mode TM. Penampang resistivitas yang diidentifikasi adalah penampang resistivitas 2D. Diperoleh hasil bahwa terdapat 3 formasi yang dibagi kedalam zona resistivitas, yaitu formasi Subang dengan ketebalan 0-4000 m, memiliki nilai resistivitas rendah yaitu 440 Ohm.m dianalisis sebagai caprock. Formasi Halang sebagai reservoir yang memiiki nilai resistivitas 40-400 Ohm.m dengan ketebalan 1000 m, dan formasi Cinambo sebagai batuan sumber dengan nilai resistivitas 400-3000 Ohm.m. Keberadaan source rock yang potensial, reservoir, dan batuan penudung membuat Arjawinangun memiliki prospek hidrokarbon.Item STUDI POTENSI AIR TANAH BERDASARKAN DATA SELF POTENTIAL DI SEKITAR LERENG KIPAS VULKANIK GUNUNG HARUMAN(2022-09-05) MUHAMMAD ZULFANSYAH SAEPUL MUTAQIN; Kusnahadi Susanto; Asep HarjaGunung Haruman adalah salah satu zona imbuhan di pegunungan Malabar yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Cekungan Bandung bagian selatan. Zona imbuhan ini terbentuk pada ketinggian 1300 mdpl bagian barat Gunung Malabar dengan vegetasi yang cukup lebat. Sumber air tanah pada zona imbuhan sangat penting pada siklus hidrologi, oleh karena itu diperlukan penelitian yang bertujuan pada konservasi dan perlindungan sumber air tanah tersebut. Penelitian ini berfokus pada eksplorasi zona infiltrasi dan akumulasi air tanah di zona imbuhan Gunung Haruman. Metode yang digunakan adalah geolistrik self potential dengan teknik gradient potential dan fix based. Metode ini secara umum telah terbukti dapat mengukur potensial alami yang disebabkan oleh aktivitas elektrokinetik fluida. Peta isopotensial hasil pengukuran menunjukkan adanya anomali SP pada bagian utara dan selatan wilayah penelitian yang berasal dari aktivitas pergerakan fluida yang dipengaruhi oleh topografi dan kondisi permukaanya. Nilai SP pada rentang 200 hingga 611.51 mV merupakan zona infiltrasi air. Sementara itu, nilai SP pada rentang 0 hingga 100 mV merupakan zona kering dengan pergerakan air yang relatif lebih lambat dan sedikit. Aliran air beriorientasi menuju ke arah barat dan bergerak menuju lembah mengikuti topografi yang curam di sisi bagian utara dan selatan.