Geofisika (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Geofisika (S1) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 125
Results Per Page
Sort Options
Item INTERPRETASI STRUKTUR DANGKAL BERDASARKAN NILAI TAHANAN JENIS PADA DAERAH GENANGAN BENDUNGAN JATIGEDE DESA LEUWIHIDEUNG KECAMATAN DARMARAJA KABUPATEN SUMEDANG(2011) RIZKI ANUGRAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenDaerah penelitian secara administratif termasuk wilayah Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 108°5`38,42" - 108°5`43,93" BT dan 6°55`17,03"– 6°55`14,17" LS. Desa Leuwihideung merupakan salah satu desa yang akan menjadi daerah genangan bendungan Jatigede. Sebagai antisipasi terjadinya amblasan pada lapisan tanah yang nantinya menjadi dasar bendungan, maka diperlukan informasi mengenai gejala geologi struktur yang terjadi dan litologi batuan penyusun lapisan tanah di daerah tersebut. Metode geolistrik tahanan jenis dapat digunakan untuk penafsiran gejala geologi struktur dan pola perlapisan batuan bawah permukaan bumi berdasarkan sifat listrik batuannya. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran nilai tahanan jenis batuan menggunakan metoda geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner untuk mendapatkan nilai tahanan jenis batuan di bawah permukaan secara lateral dan vertikal. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah Resistivitymeter Naniura NRD-300HF, sedangkan pengolahan datanya menggunakan perangkat lunak Res2DInv untuk mendapatkan penampang tahanan jenis 2-D. Hasil penelitian diperoleh penampang tahanan jenis 2-D dari tiga lintasan pengukuran. Lintasan 1 memiliki nilai tahanan jenis yang berkisar antara 1,1 – 406 𝛺m hingga kedalaman 225 meter. Lintasan 2 memiliki nilai tahanan jenis yang berkisar antara 0,37 – 471 𝛺m hingga kedalaman 225 meter. Sedangkan lintasan 3 nilai tahanan jenis yang berkisar antara 0,47 – 269 𝛺m hingga kedalaman 230 meter. Diperoleh keberadaan zona – zona lemah, lintasan 1 berada pada jarak 35 meter hingga 45 mete, lintasan 2 berada pada jarak 60 meter hingga 80 meter dan lintasan 3 berada pada jarak 35 meter hingga 40 meter penampang tahanan jenis 2-D. Kata kunci : Leuwihideung, Tahanan Jenis, Wenner.Item STUDI MIKROZONASI DI KAWASAN PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA (PSDKU) PANGANDARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR(2015) DELLA AZARIA; Mia Uswatun Hasanah; Eddy SupriyanaWilayah pembangunan PSDKU Pangandaran memiliki tingkat seismisitas yang tinggi karena berada pada jalur pertemuan lempeng tektonik. Selain itu wilayah ini memiliki jenis batuan berumur tersier yang sebagian telah mengalami pelapukan, menyebabkan timbulnya sifat memperkuat efek guncangan gempa. Untuk mengidentifikasi kerentanan tanah, dilakukan mitigasi bencana menggunakan metode mikrotremor. Penelitan ini bertujuan membuat peta mikrozonasi faktor frekuensi dominan (f0), periode dominan (T0), amplifikasi tanah (A0), indeks kerentanan seismik tanah (Kg), percepatan tanah puncak (α), dan regangan geser tanah (γ) dari data mikrotremor yang dapat menunjukkan tingkat kerentanan suatu daerah terhadap bahaya gempa bumi. Pengukuran mikrotremor dilakukan dengan seismometer tiga komponen sebanyak 23 single station membentuk grid. Data tersebut dianalisa dengan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran nilai frekuensi dominan berkisar antara 3,97 – 13,90 Hz, distribusi nilai periode dominan dengan nilai 0,07 – 0,25 detik, faktor amplifikasi tanah berkisar antara 1,21 – 4,80, indeks kerentanan seismik berkisar antara 0,34 – 3,89 s2/cm, percepatan tanah puncak Kanai berkisar antara 6,30 – 11,80 gal (cm/s2), lalu dapat dikonversi menjadi skala III MMI, regangan geser tanah berkisar antara 0,0002 – 0,0020 dan kecepatan gelombang geser sampai kedalaman 30 meter (Vs30) yang diperoleh dari USGS berkisar antara 279,09 m/s – 472,41 m/s. Berdasarkan hasil overlay dari parameter-parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian memiliki tiga tingkat kerawanan gempa bumi, yakni rentan, sedang dan rendah. Untuk tingkat rentan apabila dibuatkan konstruksi pada zona ini maka disarankan fondasi bangunan perlu diperdalam, dan menghindari daerah yang memiliki batuan berongga seperti gua dari endapan sedimen laut gamping.Item Rancang Bangun Alat Instrumentasi Sensor Getaran Tiga Dimensi dengan menggunakan Geophone SM-24 untuk mendeteksi Getaran Tanah(2015) ARYA PANJI DWIPUTRA; Yudi Rosandi; Tidak ada Data DosenGetaran tanah merupakan salah satu dari penyebab terjadinya longsor. Beberapa sumber getaran tanah yang dapat memicu terjadinya longsor diantaranya adalah gempa, aktivitas gunung berapi, gangguan hidrogeologi, dan aktivitas manusia. Untuk itu, dibutuhkan sebuah alat instrumentasi berbasis sensor getar yang dapat mendeteksi dan merekam getaran tanah. Dalam tugas akhir ini, dibangun suatu sistem instrumentasi perekam getaran tanah menggunakan sensor getar dengan tipe SM-24. Alat perekam getaran yang dirancang memiliki tiga sensor getar pada 3 aksis, yaitu pada sumbu x, y, dan z. Untuk dapat melihat frekuensi dari getaran tanah, dilakukan perekaman 10.000 data getaran yang didapat dalam interval waktu 90 detik. Tugas akhir ini telah menghasilkan sebuah purwarupa sistem instrumentasi perekam getaran yang memiliki resolusi data 16- bit dengan penyimpanan data pada kartu SD yang disertai dengan informasi waktu perekaman data. Alat ini mampu menyimpan data sebanyak 14 GB dengan spektrum frekuensi berkisar antara 5 – 50 Hz.Item ESTIMASI HEAT FLUX GUNUNG API BATUTARA MENGGUNAKAN METODE PENGINDRAAN JAUH(2016) REAN AULIA RAHMAN; Irwan Ary Dharmawan; Tidak ada Data DosenGunung api Batutara adalah salah satu gunung api di Indonesia yang tidak memiliki stasiun pemantauan vulkanik. Gunung api ini mengalami erupsi kembali pada bulan Maret tahun 2007 setelah terakhir kali meletus pada tahun 1932. Erupsi yang terjadi mengeluarkan material panas serta lava pijar yang muncul hingga ke permukaan. Data dari Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia menunjukan bahwa gunung api Batutara masih aktif hingga saat sekarang. Aktifnya gunung api dan tidak adanya stasiun pemantauan vulkanik diperlukan perhitungan heat flux untuk mengestimasi tingkat keaktifan gunung api tersebut. Metode pengindraan jauh (remote sensing) digunakan untuk mengestimasi energi yang keluar (heat flux) setiap kali gunung api Batutara mengalami erupsi. Satelit untuk pengolahan data termal menggunakan Landsat 8 dan ASTER. Citra satelit ASTER yang digunakan ialah band 12 sebagai Thermal Infrared (TIR) dan citra satelit Landsat 8 yang digunakan ialah band 10 sebagai Thermal Infrared (TIR). Nilai brightness temperature digunakan untuk melihat sebaran nilai termal permukaan gunung api dan untuk mengestimasi nilai heat flux gunung api Batutara. Sebaran nilai brightness temperature pada permukaan gunung api dapat menunjukkan konsentrasi panas serta arah aliran lava ketika erupsi terjadi. Dari perhitungan yang dilakukan, didapat nilai brightness temperature tertinggi pada tahun 2007 sebesar 101 ℃ menggunakan satelit ASTER dan pada tahun 2015 sebesar 87,9 ℃ menggunakan satelit alndsat 8. Nilai heat flux aktivitas gunung api Batutara tertinggi berada pada tahun 2015 sebesar 4,064 MW/m^2 melalui citra satelit ASTER dan pada tahun 2018 sebesar 6,721 MW/m^2 melalui satelit Landsat 8.Item RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH JAWA BARAT MENGGUNAKAN METODE DOUBLE DIFFERENCE (DD)(2016) MOHD. AIDHIL RIZQI; Kartika Hajar Kirana; Tidak ada Data DosenStuktur regional berupa lipatan dan patahan di wilayah Jawa Barat diakibatkan oleh pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang bersifat konvergen. Kedua lempeng tersebut mengalami pergerakan akibat arus konveksi dan saling bertumbukan sehingga membentuk zona subduksi di bagian Selatan Jawa Barat yang menyebabkan terbentuknya banyak struktur sesar di daratan Jawa Barat. Struktur sesar tersebut mengakibatkan beberapa kejadian gempabumi, sehingga diperlukan penentuan lokasi sumber gempabumi (hiposenter) secara akurat untuk dapat mengidentifikasi sumber gempa. Relokasi hiposenter dilakukan untuk menentukan posisi hiposenter sehingga menjadi lebih akurat serta dapat dimanfaatkan untuk menentukan kondisi seismisitas sesar di wilayah Jawa Barat berdasarkan persebaran episenter dan hasil cross section. Metode double difference (DD) diterapkan untuk merelokasi hiposenter menggunakan data waktu tiba gelombang-P dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil relokasi menunjukan peningkatan kualitas apabila dilihat dari residual waktu tempuh, dimana nilai residual waktu tempuh sesudah relokasi menunjukan banyak nilai yang mendekati nol. Hasil relokasi mengindikasikan adanya beberapa kelompok gempa yang terbentuk bergerak mendekati sumber utama gempabumi, sehingga dapat didefinisikan sebagai daerah dengan tingkat seismistias tinggi yang diduga diakibatkan oleh adanya aktivitas beberapa sesar lokal di wilayah Jawa Barat dengan rata-rata kedalaman kurang dari 60 km. Kondisi seismisitas berdasarkan persebaran episenter dan hasil cross section menunjukan bahwa kelompok gempa yang diduga sesar di Selatan Sesar Cimandiri, Sesar Garsela, Sesar Walat, dan kelompok gempa di Barat Daya Gunung Salak memiliki aktivitas gempa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Sesar Cimandiri, sedangkan Sesar Lembang, Sesar Baribis, dan Sesar Citanduy memiliki aktivitas gempa terendah.Item SURVEY GEOLISTRIK DI DESA MEKAR ASIH KECAMATAN DARMARAJA KABUPATEN SUMEDANG DAN KORELASINYA DENGAN POTENSI BENCANA PENGARUH PENGAIRAN WADUK JATIGEDE(2016-10-20) RACKA PUTRA PRANDIKA; Mia Uswatun Hasanah; Asep HarjaBendungan Jatigede yang memiliki luas sekitar 4800 hektar resmi digenangi pada tanggal 31 Agustus 2015. Perubahan kondisi alam yang sebelumnya daratan menjadi sebuah perairan akan berdampak pada kestabilan tanah dan menyebabkan terjadinya bencana alam. Daerah penelitian ini berada di Formasi Halang yang terdiri dari pasir dan lempung. Pasir memiliki porositas efektif yang cukup tinggi yaitu 20-25% sehingga perairan Waduk Jatigede dapat mempengaruhi formasi tersebut. Pada penelitian ini digunakan metode geolistrik dengan menggunakan konfigurasi wenner, karena metode geolistrik sangat efektif dalam mencari air bawah permukaan tanah. Diindikasi terdapat air tanah permukaan pada lokasi pengukuran, hal ini dibuktikan dengan adanya mata air di sekitar lokasi penelitian dan adanya nilai resistivitas kecil yang terlihat pada penampang lintasan 1 dan 3. Ditemukan pula kemungkinan adanya rembesan dari air Waduk Jatigede dengan adanya nilai resistivitas kecil pada ketinggian yang sama dengan tinggi permukaan air Waduk Jatigede. Rembesan dari air Waduk Jatigede ini, dapat menambah massa dan volume air di dalam akuifer sehingga dapat meningkatkan potensi pergerakan dan amblesan tanah di lokasi penelitian.Item PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN TIMOR SEBAGAI POTENSI SISTEM HIDROKARBON MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELURIK(2016-10-27) RHEZA YUSUF H; Asep Harja; Tidak ada Data DosenCekungan Timor merupakan cekungan sedimen yang berindikasi hidrokarbon, ini terbukti karena adanya rembesan minyak dan gas bumi di daerah sekitar cekungan yang diteliti. Adanya indikasi hidrokarbon di cekungan timor ini diperkuat dengan adanya data sumur yang dibor sumur Banli 1. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai indikasi hidrokarbon di cekungan sedimen Pulau Timor berdasarkan distribusi resistivitas bawah permukaan maka dilakukan survei metode geofisika menggunakan metode magnetotelurik (MT) dimana metode MT dapat mengindentifikasi struktur resistivitas daerah yang memiliki struktur geologi kompleks. Pada pengolahan data MT dilakukan peningkatan kualitas data sinyal noise rasio yang berdasarkan nilai koherensi sehingga di dapat model 1D dan 2D yang menghasilkan penampang distribusi resistivitas bawah permukaan lalu di korelasikan dengan data geologi daerah penelitian. Dari model struktur resistivitas bawah permukaan menunjukkan adanya perangkap sturktur antiklin yang diduga perangkap sistem hidrokarbon. Batuan cap rock diduga berada pada kedalaman 2000 - 2500 m dengan nilai resistivitas 13 89 Ωm yang termasuk kedalam Formasi Nakfunu yang berumur Albian dengan jenis batuan pasir dan batuan sedimen lempung. Pada kedalaman 3000 -3500 m dengan nilai resistivitas 90 - 295 Ωm diduga merupakan batuan reservoir dengan jenis batuan batu pasir,batu sedimen lempung, batu lanau, batu gamping yang termasuk kedalam Formasi Oe Baat yang berumur Tithonian, jura akhir.Item ESTIMASI NILAI PARAMETER FISIS MEDIA BERPORI BERDASARKAN CITRA DIGITAL(2017) ERIK IRAWAN; Irwan Ary Dharmawan; Tidak ada Data DosenBatuan berpori adalah suatu batuan yang memiliki rongga-rongga atau pori, dimana pori tersebut merupakan tempat fluida mengalir. Secara fisis, batuan berpori memiliki beberapa parameter efektif diantaranya adalah porositas, luas permukaan spesifik, tortuositas, dan permeabilitas. Perhitungan parameter fisis bedasarkan pencitraan digital dilakukan dengan membuat model atau memvisualisasikan perbedaan antara pori dan matriks batuan dan dapat digunakan untuk memprediksi nilai porositas, permeabilitas, dan parameter batuan lain. Citra digital batuan dapat diperoleh dari pemindaian menggunakan X-Ray Computed Tomography (CT-Scan) dan dikombinasikan dengan perangkat lunak simulasi. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran parameter fisis dari batuan digital tiga dimensi. Perhitungan nilai permeabilitas dilakukan dengan metode Kozeny-Carman. Hasil perhitungan selanjutnya divalidasi dengan nilai permeabilitas hasil eksperimen. Dari data hasil penelitian, didapatkan nilai permeabilitas batuan dan juga dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu Rabbani et al. (2014); Al-Raoush and Madhoun (2017); Dvorkin (2009).Item ANALISIS CLUSTERING PARAMETER FISIKA SEDIMEN SUNGAI (STUDI KASUS: MEANDER SUNGAI CITARUM HULU)(2017) ANINDITA PUTRI GUNAWAN; Kartika Hajar Kirana; Tidak ada Data DosenSedimen sungai merupakan salah satu media tempat terendapkannya material pencemar, diantaranya polutan antropogenik yang dapat mengubah sifat fisis. Sifat fisis yang dapat terpengaruh diantaranya adalah Electrical Conductivity (EC), Total Dissolved Solid (TDS) dan suseptibilitas magnetik (χLF dan χFD). Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data sifat fisis tersebut yang diambil dari Meander Sungai Citarum Hulu untuk dianalisis karakternya berdasarkan pengelompokkan data yang sejenis menggunakan metode K-Means clustering. Karakter tersebut dapat dijadikan indikator adanya perbedaan nilai parameter fisis yang lebih besar atau lebih kecil berdasarkan tempatnya. Karakter sedimen yang diperoleh adalah nilai suseptibilitas terukur akan berbanding terbalik dengan parameter lain, dimana akan bernilai rendah apabila berasosiasi dengan zat antropogenik, begitupun sebaliknya. Seperti pada hasil clustering yang menunjukkan tiga cluster berbeda. Rentang nilai χLF, χFD, EC dan TDS berturut-turut yang didapat pada setiap cluster sebesar (422.73-980.75) × 10−8𝑚3/𝑘𝑔, 2.98-3.99%, (310-530) µS/cm dan (225-380) mg/L untuk cluster pertama yang diduga tercemar tinggi, (759.03-1200.83) × 10−8𝑚3/𝑘𝑔, 1.53-3.23 %, 120-340 µS/cm dan 94-244 mg/L untuk cluster kedua yang diduga tercemar sedang dan (1264.85-1728.44) × 10−8𝑚3/𝑘𝑔, 1.40-2.12 %, 190-350 µS/cm dan 145-254 mg/L untuk cluster ketiga yang diduga tercemar rendah dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Hasil menunjukkan bahwa K-Means dapat digunakan untuk menemukan karakter sedimen yang dapat mengidentifikasi keberadaan zat pencemar.Item Penerapan Metode Inversi Impedansi Akustik dan Metode Seismik Multiatribut Untuk Delineasi Reservoar(2018-01-08) ADRI MUHAMMAD RASSAL; Yudi Rosandi; Asep HarjaReservoar batupasir pada Formasi Plover merupakan reservoar yang prospek hidrokarbon. Dalam penelitian ini telah dilakukan inversi dan analisa seismik multiatribut pada data seismik 3D untuk mengetahui karakteristik reservoar batupasir pada Formasi Plover. Arah persebaran reservoar ini secara umum adalah Utara-Selatan yang terdapat stuktur geologi berupa antiklin. Analisa karakterisasi reservoar dilakukan dengan membandingkan peta persebaran impedansi akustik dan peta persebran porositas. Dari proses inversi diperoleh nilai impedansi akustik untuk reservoar prospek berada pada rentang 4000 (m/s).(g/cc) – 8000 (m/s).(g/cc) dengan jenis reservoar adalah batupasir. Sedangkan dari proses seismik multatribut diperoleh nilai porositas 15 % - 20 %. Hasil analisa menunjukkan terdapat 3 zona reservoar prospek hidrokarbon, yatu pada bagian selatan, tengah, dan utara daerah penelitian.Item PENINGKATAN KUALITAS PENAMPANG PADA DATA SEISMIK 2D BERNILAI FOLD COVERAGE RENDAH MENGGUNAKAN COMMON REFLECTION SURFACE(2018-07-16) FIKRI ZAIN KARIM; Eddy Supriyana; Dini FitrianiPengolahan data seismik melalui proses Common Reflection Surface (CRS) stack mampu melibatkan trace seismik lebih banyak untuk proses stack dibandingkan dengan Common Midpoint (CMP) stack atau dengan kata lain stack konvensional. Penerapan stack konvensional menghasilkan penampang seismik dengan kejelasan dan kemenerusan reflektor yang relatif kurang optimal untuk data seismik bernilai fold coverage rendah sehingga penerapan proses CRS Stack diperlukan untuk meningkatkan kejelasan dan kemenerusan reflektor pada penampang seismik. Meskipun metode CRS Stack mampu meningkatkan kejelasan dan kemenerusan reflektor, terdapat beberapa resiko yang mungkin terjadi jika nilai aperture disamakan untuk kedua lintasan, yakni rasio S/N yang diperoleh belum tentu optimal serta kemungkinan terjadinya penurunan resolusi pada reflektor. Solusi untuk meminimalisir resiko tersebut adalah dengan menghitung besar radius zona Fresnel masing – masing lintasan sebagai acuan untuk digunakan sebagai besar nilai aperture pada proses CRS Stack. Penelitian ini menggunakan dua buah data seismik laut yaitu BW-06 dan BW-08 dengan nilai fold coverage rendah yaitu sebesar 15. Pengolahan kedua data tersebut melalui proses CRS Stack dengan memilih nilai aperture berdasarkan besar radius zona Fresnel masing – masing lintasan memperoleh penampang dengan peningkatan kejelasan dan kemenerusan reflektor serta rasio S/N yang optimal dibandingkan pengolahan data melalui proses stack konvensional.Item PENINGKATAN AKURASI HIPOSENTER GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE HYPOCENTER DOUBLE-DIFFERENCE (Studi Kasus Sesar Opak, Yogyakarta)(2018-07-16) YASMIN NURBAITI QOTHRUNNADA; Mia Uswatun Hasanah; Bambang WijatmokoGempa berkekuatan 6.4 Mw yang mengguncang Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 telah diketahui sebagai hasil dari aktivitas sesar Opak. Penggambaran aktivitas tektonik dapat diperoleh dengan cara menentukan lokasi hiposenter. Algoritma Double-Difference diaplikasikan dalam program HypoDD, diterapkan untuk meningkatkan akurasi data gempa dari 12 stasiun di daerah sekitar sesar Opak dalam periode 15 Juni 2006 hingga 19 Juni 2006. Peningkatan akurasi dengan algoritma Double-Difference diaplikasikan untuk mengkalkulasi hiposenter relatif dengan mereduksi efek dari struktur kecepatan yang tidak termodelkan. Inversi LSQR yang digunakan dalam metode ini telah memperbaiki 296 dari 303 gempa. Peta seismisitas setelah peningkatan akurasi menunjukan episenter yang lebih terkonsentrasi pada bagian timur sesar Opak. Distribusi hiposenter yang sebelumnya bervariasi dari 0-40 km bergeser secara signifikan pada kedalaman 10-20 km. Nilai RMS Residual yang diperoleh berkurang hingga mendekati 0 yang mengindikasikan perbaikan dari lokasi hiposenter pada zona sesar Opak. Episenter yang terakumulasi pada blok timur sesar Opak diperkirakan disebabkan dari perbedaan energi akibat litologi batuan.Item DELINEASI ZONA BATUAN INDUK HIDROKARBON NON KONVENSIONAL BERDASARKAN DATA MAGNETOTELURIK DI CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR(2018-07-16) IRA MEISYA ANGGRAENI; Asep Harja; Yudi RosandiKota Samarinda merupakan bagian dari Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Salah satu formasi batuan yang ada yaitu Formasi Pamaluan terdiri dari batulempung, serpih, batugamping dan batulanau. Serpih pada formasi ini diduga memiliki potensi sebagai black shale yang dapat menghasilkan gas ditandai dengan kandungan organik tinggi yaitu lebih dari 2% dan memiliki kerogen tipe II dan III yang sangat berpotensi untuk menghasilkan hidrokarbon berupa gas. Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui pola persebaran black shale dengan metode Magnetotelurik. Penampang hasil metode Magnetotelurik berupa persebaran resistivitas 2D kemudian diintegrasikan dengan metode gayaberat dan seismik untuk memperoleh struktur bawah permukaan. Hasil interpretasi menunjukan bahwa lapisan bawah permukaan terdiri dari empat lapisan batuan yaitu batu pasir,serpih, batulempung dan batuan dasar berupa slate. Lapisan serpih yang berpotensi sebagai black shale ditemukan pada kedalaman lebih dari 1.200m dengan ketebalan maksimal 4.000m dengan nilai resistivitas 1 - 11Ωm dan densitas 4.41kg/m3. Pola persebaran black shale berarah timur laut – barat daya yaitu mengikuti arah struktur dari Antiklinorium Samarinda dan berada pada zona sinklin yang sangat ideal untuk terbentuknya shale gas.Item DELINEASI SUB-CEKUNGAN SEDIMEN DAN KONFIGURASI BATUAN DASAR BERDASARKAN FILTER UPWARD CONTINUATION SERTA PEMODELAN 2D DAN 3D DATA GAYABERAT (STUDI KASUS : DAERAH REMBANG DAN SEKITARNYA)(2018-07-23) GITA NIA MUHARINA; Budy Santoso; Eddy SupriyanaCekungan Jawa Timur diklasifikasikan sebagai cekungan klasik back-arc sehingga diindikasikan cekungan tersebut memiliki struktur dan stratigafi yang kompleks, dimana terdapat kawasan yang disebut dengan Rembang High. Rembang High merupakan istilah anomali gayaberat yang muncul pada kawasan Cekungan Jawa Timur Utara yang memiliki nilai yang lebih tinggi dari zona fisiogafi lainnya dan diduga berkaitan dengan antiklin Rembang. Hal tersebut menarik untuk dikaji konfigurasi batuan dasarnya dan dugaan adanya sub-cekungan sedimen. Anomali gayaberat merupakan superposisi dari semua sumber anomali di bawah permukaan, yaitu anomali regional dan residual. Pemisahan anomali regional dan residual ini dilakukan dengan menggunakan filter upward continuation. Ketinggian kontinuasi optimum dapat diperoleh dari korelasi silang dua ketinggian kontinuasi. Anomali residual diperoleh dari selisih antara anomali Bouguer dengan anomali regional. Selain mengunakan ketinggian kontinuasi optimum, estimasi kedalaman sumber anomali diperoleh dengan menggunakan analisis spektral. Hasil yang diperoleh baik menggunakan upward continuation maupun analisis spektral menunjukan nilai kedalaman optimal yang sama yaitu sebesar 3500 m atau 3,5 km. Pemodelan 2D dan 3D dilakukan untuk memudahkan interpretasi mengenai kondisi struktur geologi dibawah permukaan. Hasil pemodelan menunjukan adanya batuan yang terangkat (basement high) pada kedalaman 3,5 km serta deposenter cekungan pada kedalaman 5 km dengan batuan dasar yang memiliki densitas > 2,7 g/cm3 yang diduga sebagai batuan meta-sediment.Item PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA MAGNETOTELLURIK UNTUK STUDI HIDROKARBON (Studi Kasus: Kota Bangun, Cekungan Kutai(2018-08-13) FAIZ FAUZAN; Yudi Rosandi; Asep HarjaAplikasi metode magnetotellurik (MT) dalam eksplorasi non-konvensional merupakan hal yang baru di Indonesia. Telah dilakukan penelitian menggunakan metode magnetotellurik pada daerah Kota Bangun, Cekungan Kutai untuk mengetahui keberadaan struktur yang berpotensi hidrokarbon. Berdasarkan hasil penampang MT, distribusi resistivitas dikelompokan menjadi zona resistivitas rendah (1-4 Ohm.m), sedang (5-21 Ohm.m), dan tinggi (22-95 Ohm.m). Informasi litologi dan struktur geologi diperoleh berdasarkan hasil korelasi metode magnetotellurik dan gaya berat. Hasil dari korelasi didapatkan batu slate sebagai batuan dasar, diatasnya terendapkan sedimen tersier dengan ketebalan lapisan mencapai 13.5 kilometer yang tersusun oleh batu shale dan lempung pada Formasi Pamaluan, serta batu pasir pada Formasi Pulau Balang. Struktur geologi yang berada pada daerah tersebut berupa patahan serta lipatan antiklin dan sinklin. Black shale diduga memiliki potensi hidrokarbon berupa gas yang ditunjukan dengan resistivitas rendah dan didominasi berada pada lipatan sinklin. Keberadaan patahan diduga sebagai salah satu faktor penyebab termatangkannya material organik pada batuan black shale yang ditemukan pada rentang kedalaman 3-7 kilometer dari permukaan. Zona rendahan pada Cekungan Kutai merupakan zona struktur lipatan sinklin yang diduga memiliki potensi hidrokarbon yang besar.Item PENINGKATAN KUALITAS DATA SEISMIK LAUT MENGGUNAKAN FK-FILTER DAN TRANSFORMASI RADON (STUDI KASUS PERAIRAN KANGEAN)(2018-08-17) RAYMOND J T P; Yudi Rosandi; Eleonora AgustineMasalah utama pada eksplorasi seismik refleksi laut adalah noise multiple. Multiple disebabkan karena adanya perbedaan impedansi antara air dengan permukaan di bawahnya sehingga terjadi perulangan pemantulan gelombang yang menyebabkan seolah-olah terdapat reflektor baru. Kehadiran multiple dapat membuat terjadinya kesalahan dalam tahapan interpretasi sehingga diperlukan atenuasi. Multiple dapat diredam dengan cara FK-Filter dan transformasi radon. Atenuasi multiple pada FK-filter dilakukan dalam domain frekuensi (f) – bilangan gelombang (k) dimana frekuensi reflektor primer dan frekuensi multiple dipisahkan berdasarkan lapisan penampang yang terekam lalu difilter. Sedangkan pada transformasi radon, domain untuk meredam multiple adalah domain tau-p dan dengan analisa perbedaan kecepatan moveout-nya, sinyal primer dan multiple dapat dibedakan. Transformasi radon meredam multiple lebih baik ketimbang FK-filter. Dengan teredamnya multiple maka kualitas data yang ditunjukkan oleh nilai rasio sinyal/noise pada lintasan seismik L16 Perairan Kangean dapat meningkat.Item DETERMINASI FLUIDA DAN LITOLOGI PADA RESERVOIR BATUAN PASIR MENGGUNAKAN ANALISIS INVERSI EXTENDED ELASTIC IMPEDANCE (EEI)(2018-09-23) REZA FAUZIAH; Yudi Rosandi; Eddy SupriyanaSalah satu permasalahan yang sering ditemukan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi adalah sumur yang tidak berisi hidrokarbon (dry hole). Kemungkinan dry hole sangat tinggi. Dari enam data sumur yang diketahui dalam penelitian ini terdapat empat dry hole, sehingga analisis yang lebih detail diperlukan. Pada penelitian ini digunakan analisis inversi Extended Elastic Impedance (EEI) untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, menggunakan parameter sifat-sifat elastik batuan, yaitu produk dari parameter Lamé dan densitas (λρ), produk dari modulus geser dan densitas (µρ) serta rasio laju gelombang primer dan sekunder (Vp/Vs) dari gelombang seismik. Dari proyeksi gelombang datang terhadap bidang batas terdapat sudut yang tepat (χ) untuk λρ, µρ dan rasio Vp/Vs berturut-turut adalah 130, -570 dan 440. Hasil dari pemrosesan yang dilakukan didapat penampang dan peta yang menunjukkan nilai rendah dari sifat-sifat elastik batuan untuk sumur-sumur yang mengandung hidrokarbon (proven). Hal ini mengindikasikan batuan poros dan fluida hidrokarbon. Sedangkan, pada sumur-sumur dry hole didapat nilai sifat-sifat elastik yang tinggi, yang mengindikasikan batuan lempung, batuan pasir tersementasi dan batuan karbonat yang terkompaksi.Item Identifikasi Fasies Seismik dan Porosity Trend Reservoir Karbonat Formasi Minahaki Menggunakan Integrasi Seismik Atribut(2018-09-23) APRILLIA HIMATINA RE; Bambang Wijatmoko; Eddy SupriyanaReservoir karbonat Formasi Minahaki memiliki variasi porositas di bagian atas dan bawah reservoir. Identifikasi fasies diperlukan untuk mengetahui korelasinya dengan distribusi porositas yang didukung oleh distribusi impedansi akustik menggunakan seismik atribut. Bagian bawah reservoir karbonat menunjukkan fasies amplitudo kuat dan fasies frekuensi rendah. Hal ini biasa dikaitkan dengan hidrokarbon berupa gas yang juga menghasilkan efek yang sama seperti karbonat. Akan tetapi berdasarkan hasil Fluid Replacement Modelling, properti reservoir yang lebih berpengaruh bukan karena efek fluida hidrokarbon melainkan porositas. Hasil identifikasi fasies lingkungan pengendapan menunjukkan bahwa reservoir karbonat Formasi Minahaki diendapkan di platform dan reefal karbonat yang ditandai dengan adanya variasi karakter internal berupa paralel, mounded dan chaotic. Walaupun diendapkan di daerah yang jauh dari sumber karbonat dan tersusun atas mudstone dan wackstone, namun porositas reservoir karbonat bagian atas masih memiliki nilai porositas yang tinggi yaitu 25% dan nilai impedansi akustik rendah berkisar 22500 – 25500 ft/s*g/cc. Hal tersebut dipengaruhi oleh tipe pori karbonat yaitu moldic. Hasil integrasi antara fasies, porositas serta impedansi akustik menunjukkan bahwa reservoir karbonat Formasi Minahaki menghasilkan amplitudo kuat, nilai porositas tinggi dan impedansi akustik rendah.Item STRUKTUR RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH PROSPEK HIDROKARBON BERDASARKAN DATA MAGNETOTELURIK (Studi Kasus: Daerah Arjawinangun, Jawa Barat)(2018-10-02) DENIS CANDRA; Asep Harja; Tidak ada Data DosenDaerah Arjawinangun, Jawa Barat, termasuk kedalam Cekungan Bogor dan Sub- cekungan Majalengka. Proses tektonik dan magmatik mempengaruhi litologi batuan di daerah tersebut, mulai dari batuan sedimen, sedimen laut, dan volkanik. Ditemukannya rembesan minyak di cekungan bogor dan sub cekungan majalengka memungkinkan terdapatnya hidrokarbon yang terperangkap di Arjawinangun. Untuk mengetahui ketebalan formasi dan keberadaan hidrokarbon pada daerah Arjawinangun yang memiliki struktur kompleks, dilakukan penelitian dengan menggunakan metode magnetotelurik (MT) dan metode audio-magnetotelurik (AMT). Digunakan penggabungan dua metode ini agar didapat hasil yang optimal baik kedalaman dangkal maupun dalam. Dilakukan analasis strike pada pengolahan data MT untuk mendapat hasil yang baik yang sesuai mode pengukuran yaitu mode TE dan mode TM. Penampang resistivitas yang diidentifikasi adalah penampang resistivitas 2D. Diperoleh hasil bahwa terdapat 3 formasi yang dibagi kedalam zona resistivitas, yaitu formasi Subang dengan ketebalan 0-4000 m, memiliki nilai resistivitas rendah yaitu 440 Ohm.m dianalisis sebagai caprock. Formasi Halang sebagai reservoir yang memiiki nilai resistivitas 40-400 Ohm.m dengan ketebalan 1000 m, dan formasi Cinambo sebagai batuan sumber dengan nilai resistivitas 400-3000 Ohm.m. Keberadaan source rock yang potensial, reservoir, dan batuan penudung membuat Arjawinangun memiliki prospek hidrokarbon.Item PENENTUAN MAGNITUDO GEMPA MIKRO MENGGUNAKAN MAGNITUDO LOKAL DAN MOMEN MAGNITUDO UNTUK ZONASI DAERAH RAWAN BENCANA (STUDI KASUS SESAR OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)(2018-10-03) BEI BIANDA RADIA NAG; Bambang Wijatmoko; Mia Uswatun HasanahGempa Yogyakarta pada tahun 2006 mengakibatkan kerusakan besar yang diduga berasal dari keaktifan Sesar Opak maupun sesar-sesar minor disekitarnya. Salah satu faktor dalam mengetahui tingkat rawan bencana gempa bumi suatu daerah adalah melalui nilai kekuatan yang dihasilkan oleh gempa tersebut. Terdapat beberapa metode dalam menghitung nilai kekuatan gempa diantaranya adalah magnitudo lokal dan momen magnitudo. Data penelitian yang digunakan merupakan data gempa aftershock pada tanggal 8 dan 9 Juni 2006 dari 13 stasiun perekaman gempa BMKG. Proses pengolahan data dimulai dari pemilihan waktu tiba gelombang P dan S, penentuan lokasi hiposenter awal, perhitungan magnitudo lokal serta momen magnitudo menggunakan rumus empiris, dan pembuatan peta rawan bencana gempa bumi berdasarkan nilai magnitudo. Perhitungan rata-rata magnitudo lokal pada kedalaman hiposenter 20km berurutan adalah 2,56 M dan 3,04 M. Sedangkan rata-rata momen magnitudo pada kedalaman hiposenter yang sama ialah 2,78 M dan 3,16 M. Nilai momen seismik menunjukan daerah Timur dengan asosiasi batuan sedimen memiliki tingkat seismisitas yang lebih tinggi dibandingkan daerah Barat yang berasosiasi dengan batuan vulkanik dengan nilai berurutan 8,64E+21 dyn cm dan 3,95E+21 dyn cm.