Prostodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prostodonsia (Sp.) by Author "Deddy Firman"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
Item Pengaruh Disain Akhiran Coping Logam Terhadap Ketahanan Fraktur Mahkota Porcelain-Fused-To-Metal(2022-01-04) MARIA SUTJIATI VOLVINA; Taufik Sumarsongko; Deddy FirmanMahkota porcelain-fused-to-metal menjadi standar restorasi indirek karena ketahanan fraktur yang tinggi dan biaya yang ekonomis. Bahan ini kurang disukai karena estetika yang buruk pada margin labial. Collar logam menimbulkan diskolorisasi keabuan yang diperparah dengan resesi gingiva. Modifikasi coping logam pada margin labial dikembangkan untuk menggabungkan sifat ketahanan fraktur logam yang tinggi dengan estetika porselen. Modifikasi konstruksi mahkota PFM dalam struktur dan komposisi alloy nikel kromium dan porselen feldspathic, serta aplikasi semen resin self-adhesive dan teknik digital bertujuan untuk meningkatkan nilai estetik tanpa mengurangi ketahanan fraktur mahkota PFM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk melihat ketahanan fraktur mahkota PFM dengan disain coping logam berbeda. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20 buah dibagi menjadi 4 kelompok yang dibagi berdasarkan disain coping logam berbeda. Kelompok 1 dengan disain full metal collar sebanyak 5 buah; Kelompok 2 dengan disain full metal collarless sebanyak 5 buah; Kelompok 3 dengan disain modified metal collarless reduksi 1,5 mm ke arah insisal sebanyak 5 buah; dan Kelompok 4 dengan disain modified metal collarless reduksi 2 mm ke arah insisal sebanyak 5 buah. Uji ketahanan fraktur menggunakan Universal Testing Machine (LRXPlus, Lloyd). Nilai rerata ketahanan fraktur Kelompok 1 yaitu 988,42 N; Kelompok 2 1180,15 N; Kelompok 3 1089,47 N; Kelompok 4 1202,61 N. Uji statistik ANOVA menunjukkan adanya perbedaan ketahanan fraktur mahkota PFM dengan disain coping logam berbeda tetapi tidak bermakna secara statistik. Simpulan penelitian ini adalah semakin tinggi reduksi coping logam, semakin tinggi rata-rata ketahanan fraktur mahkota PFM, dengan standar deviasi yang semakin tinggi.Item PENGARUH DISAIN PREPARASI MARGIN CHAMFER DAN SHOULDER TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR RESTORASI MAHKOTA CERAMAGE GIGI ANTERIOR(2019-10-24) RANI TOSYA SARI; Lisda Damayanti; Deddy FirmanRestorasi dengan logam dapat memberikan efek toksik, kimia dan alergi. Perbedaan antara warna dan tampilan gigi yang natural merupakan masalah pada restorasi mahkota dengan logam. Penggunaan restorasi komposit indirect telah meningkat pada gigi dengan kerusakan yang luas karena sifat fisik dan mekanis bahan ini memberikan ketahanan yang lebih baik dibandingkan tipe restorasi yang lain. Berapa tahun terakhir dikembangkan suatu material bahan restorasi komposit keramik indirect yaitu ceramage. Ceramage adalah zirconium silicate yang ditambahkan pada restorasi indirect sehingga mengkombinasikan kelebihan antara resin komposit dan keramik. Prasyarat penting untuk keberhasilan klinis restorasi mahkota antara lain estetika yang baik, resistensi yang tinggi terhadap fraktur dan kedudukan marginal yang fit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh disain margin chamfer dan shoulder terhadap ketahanan fraktur mahkota ceramage gigi anterior. Jumlah sampel 20 mahkota ceramage, dibagi dua kelompok margin shoulder dan kelompok margin chamfer. Penelitian ini menggunakan alat Universal Testing Mechine untuk mengukur nilai ketahanan fraktur mahkota ceramage dalam satuan Newton. Hasil penelitian di uji menggunakan analisis statistik t-test, dengan p>0,05. Nilai rata-rata ketahanan fraktur restorasi mahkota ceramage dengan kelompok sampel margin chamfer 377,15N dan margin shoulder 255,93N. Preparasi margin chamfer memberikan ketahanan fraktur yang lebih besar dari pada shoulder secara signifikan.Item PENGARUH JENIS SEMEN KEDOKTERAN GIGI TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI MAHKOTA PENUH GIGI POSTERIOR(2017-04-10) METTA SARI; Deddy Firman; Setyawan BonifaciusSalah satu faktor penentu keberhasilan gigi tiruan cekat adalah kebocoran mikro atau microleakage. Microleakage didefinisikan sebagai fenomena dinamik atau difusi dari substansi seperti cairan, bakteri, molekul dan ion kedalam celah antara restorasi dan permukaan gigi. Manifestasi dari kebocoran mikro adalahhipersensitif, inflamasi pulpa, karies sekunder. Besarnya kebocoran mikro dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu restorasi, semen luting dan struktur permukaan gigi. Setiap jenis semen memberikan kebocoran mikro yang bervariasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh semen kedokteran gigi terhadap besarnya kebocoran mikro pada mahkota penuh gigi posterior. Sebanyak 24 sampel gigi molar kedua yang telah dibuatkan mahkota penuh berbahan logam disementasi dengan semen glass ionomer, resin modified glass ionomer dan semen resin self-adhesive. Seluruh sampel direndam dalam larutan methylene blue 2% selama 24 jam lalu dipotong longitudinal dan diobservasi dibawah stereomikroskop. Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dan Wilcoxon-Mann/Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasilnya terdapat pengaruh jenis semen kedokteran gigi terhadap besarnya kebocoran mikro. Semen glass ionomer memiliki kebocoran mikro terbesar dan terkecil pada semen resin self-adhesive. Kebocoran mikro pada semen resin modified glass ionomer dan semen resin self-adhesive tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik.Item Perbedaan Kekuatan Lekat Sayap Logam Jembatan Adesif Anterior antara yang Dikasarkan dengan di Etsa Asam(2023-01-10) HUSNA INDRIYANI; Lisda Damayanti; Deddy FirmanJembatan adesif merupakan salah satu restorasi jembatan pendek baik dianterior maupun posterior. Keunggulan dari restorasi ini adalah preparasi yang minimal dengan mempertahankan struktur gigi penyangga, waktu pengerjaan relatif singkat, terjangkau dan tidak memerlukan anestesi. Tetapi sejumlah kegagalan restorasi jembatan adesif seringkali terjadi, yaitu terlepasnya restorasi dari gigi penyangga sebagai akibat terlepasnya ikatan antara semen resin adesif dengan permukaan gigi ataupun logam restorasi. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kekuatan lekat jembatan adesif baik secara makro, mikro, kimiawi ataupun kombinasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perlekatan antara sayap logam jembatan adesif yang diberi perlakuan kombinasi sandblast dan etsa asam dengan sayap logam jembatan adesif yang diberi perlakuan sandblast dan kekasaran permukaan dengan guratan. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris murni. Dua puluh tujuh sayap logam jembatan adesif anterior dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok sebanyak 9 sampel. Kelompok A merupakan kelompok kontrol dengan perlakuan menggunakan partikel Al2O3 dengan ukuran 50 mikron, kelompok B merupakan kelompok dengan perlakuan sandblast dan etsa asam, serta kelompok C merupakan kelompok dengan perlakuan sandblast dan pengasaran permukaan dengan guratan. Sampel kemudian dilakukan uji kekuatan geser (shear strength) menggunakan alat Universal Testing Machine. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji ANOVA dan uji T-test. Pada penelitian ini didapat rata-rata shear strength SS-A 10,97 MPa, SS-B 9,68 MPa dan SS-C 11,99 MPa. Nilai p-value terhadap SS-A, SS-B, SS-C adalah 0,1212 > 0,05 (tidak signifikan), namun antara SS-B dengan SS-C didapat nilai p-value 0,0425 < 0,005 (signifikan). Simpulan dari penelitian ini adalah kombinasi sandblast menggunakan partikel Al2O3 dengan ukuran 50 mikron dan pemberian guratan merupakan teknik yang memberikan nilai shear strength tertinggi.Item PERBEDAAN KEKUATAN LEKAT SEMEN GLASS IONOMER, RESIN SELF ADHESIVE, DAN ZINC FOSFAT SEBAGAI BAHAN SEMENTASI PASAK INTI COR(2019-01-16) JANE AMELIA WIBISONO; Lisda Damayanti; Deddy FirmanGigi yang telah mengalami perawatan endodontik memerlukan restorasi khusus agar dapat kembali berfungsi maksimal dan dapat berperan sebagai gigi penyangga untuk protesa cekat maupun lepasan. Pasak intraradikular biasanya dipakai pada gigi yang sudah mengalami kehilangan banyak jaringan keras. Pasak inti cor yang dibuat khusus mempunyai keuntungan karena bagian pasak dan inti dicor secara bersamaan yang terdiri dari bahan yang sama sehingga menghasilkan sambungan yang terbaik antara bagian pasak dan inti, selain itu pasak inti cor yang dibuat secara khusus juga dapat mengisi ruang saluran akar lebih akurat. Penelitian ini bertujuan mengentahui perbedaan kekuatan lekat semen glass ionomer (Luting Lining Cement, GC Japan), semen resin self adhesive (Rely X U200, 3M), dan semen zinc fosfat (Elite Cement 100, GC Japan). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 12 buah gigi yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 menggunakan semen glass ionomer, kelompok kedua menggunakan semen resin self adhesive, dan kelompok 3 menggunakan semen zinc fosfat. Sampel yang disiapkan akan dilakukan uji tarik dengan alat ukur Instron (LRX Plus, LLOYD Instrument LTD) dan data yang didapat diolah dengan analisis statistik ANOVA. Nilai rata-rata kekuatan lekat kelompok 1 (glass ionomer) adalah 209,292 N, kelompok 2 (resin self adhesive) adalah 196,190 N, dan kelompok 3 (zinc fosfat) adalah 197,245 N. Hasil analisis statistik didapatkan p-value 0,9312 (p > 0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kekuatan lekat diantara tiga semen yang diuji sebagai bahan sementasi pasak inti cor.Item Perbedaan Ketahanan Fraktur Jembatan Fiber Reinforced Composite Menggunakan Bahan Fiber Bentuk Pita Dengan Batang(2019-01-16) EVAN VALERIO; Setyawan Bonifacius; Deddy FirmanPreparasi jembatan dengan pembuangan jaringan sehat seminimum mungkin akan menguntungkan dalam pemeliharaan struktur gigi. Jembatan konvensional dari bahan porcelain fused to metal memerlukan pembuangan struktur gigi cukup banyak. Salah satu alternatif bahan yang digunakan untuk jembatan adalah fiber reinforced composite yang tidak memerlukan preparasi gigi yang luas namun tetap memberikan kekuatan yang baik. Bentuk batang fiber banyak digunakan sebagai restorasi mahkota pasak pada gigi yang telah dirawat endodontik, sedangkan pita fiber digunakan sebagai penguat jembatan. Ketahanan fraktur jembatan fiber reinforced composite tergantung dari kualitas ikatan fiber dengan komposit melalui impregnasi. Batang fiber umumnya telah dilakukan impregnasi di pabrik sedangkan beberapa pita fiber memerlukan impregnasi manual oleh dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan ketahanan fraktur jembatan fiber reinforced composite menggunakan bahan fiber bentuk pita (Ribbond) dengan batang (Tenax FiberTrans, Coltene). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 16 buah dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing: kelompok 1 sebanyak 8 buah jembatan fiber reinforced composite dengan pita fiber dan kelompok 2 sebanyak 8 buah jembatan fiber reinforced composite dengan batang fiber. Uji ketahanan fraktur menggunakan Universal Testing Machine (LRXPlus, Lloyd). Nilai rata-rata ketahanan fraktur kelompok 1 (pita) adalah 810,17875±153,99776 N dan kelompok 2 (batang) adalah 832,11125±160,27832 N. Uji statistik dengan independen t-tes dua pihak memperlihatkan p-value 0,7843 (p>0,05). Simpulan penelitian menunjukkan ketahanan fraktur jembatan fiber reinforced composite dengan batang fiber lebih tinggi daripada jembatan fiber reinforced composite dengan pita fiber walaupun tidak bermakna secara statistik. Kata kunci: fiber reinforced composite, jembatan, ketahanan fraktur