Browsing by Author "Setyawan Bonifacius"
Now showing 1 - 20 of 29
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI TEGANGAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN KASUS BERUJUNG BEBAS RAHANG BAWAH DENGAN CANGKOLAN DAN KAITAN PRESISI RESILIEN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT: REVIEW(2020-08-14) IRHAM MUHAMMAD ADINUGRAHA; Taufik Sumarsongko; Setyawan BonifaciusPenggunaan gigi tiruan pada kasus kehilangan gigi berujung bebas pada rahang bawah memerlukan perhatian khusus karena terdapat potensi pergerakan gigi tiruan yang dapat menyebabkan terjadinya ungkitan. Pergerakan gigi tiruan dapat terjadi karena perbedaan kompresibilitas yang besar antara ligamen periodontal dan juga mukosa. Gaya ungkit yang timbul sebagai akibat dari pergerakan gigi tiruan dapat menimbulkan gaya torsi pada gigi penyangga yang dapat menyebabkan kerusakan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya komponen yang berfungsi untuk mengurangi tegangan yang timbul pada gigi sebagai akibat dari beban kunyah yang diterima. Komponen yang umum untuk digunakan agar mengurangi tegangan adalah dengan menggunakan desain cangkolan yang memiliki efek stress-breaker atau penggunaan kaitan presisi yang resilien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari penggunaan komponen stress-breaker yang berbeda pada gigi tiruan sebagian lepasan dengan melakukan tinjauan pada artikel yang melakukan penelitian dan penilaian mengenai pemakaian komponen stress-breaker pada gigi tiruan untuk menggantikan kehilangan gigi yang berujung bebas rahang melalui analisis finite element dengan rapid review. Pencarian artikel dilakukan melalui basis data jurnal ilmiah Pubmed, EBSCO, dan Google Scholar dengan metode PRISMA. Pada penelitian ini didapatkan 6 artikel yang dapat ditelaah dengan penggunaan desain cangkolan RPI, RPA, RPT, back action, kaitan ERA, dan kaitan ball. Data yang didapatkan melalui pencarian kemudian disajikan secara deskriptif dan didapatkan secara umum penggunaan komponen stress-breaker berhasil untuk dilakukan, namun didapatkan kegagalan desain cangkolan RPI yang mengalami deformasi melebihi dari nilai toleransi.Item Gamabaran Ketinggian Tulang Rahang Bawah Pada Radiografi Panoramik Berdasarkan Klasifikasi Rahang Tidak Bergigi(2015-07-15) RAMADHINI AYU L; Rasmi Rikmasari; Setyawan BonifaciusHingga saat ini, khususnya di Indonesia, belum diterapkannya suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan pasien yang telah kehilangan seluruh giginya. Hal ini dapat menghambat perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien yang membutuhkan perawatan gigi tiruan. Suatu sistem klasifikasi untuk rahang tidak bergigi yang dikenal dengan nama Prosthodontic Diagnostic Index (PDI) telah dikembangkan, namun belum banyak dikenal di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ketinggian tulang pada pasien gigi tiruan lengkap di Klinik Prostodonsia RSGM Universitas Padjadjaran. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengambilan sampel adalah consecutif. Jumlah sampel yang didapat pada penelitian ini adalah sebanyak 30 orang. Data ketinggian tulang diperoleh dengan cara pengukuran melalui radiografi panoramik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah gamabaran ketinggian tulang rahang bawah berdasarkan klasifikasi PDI terbanyak adalah klasifikasi kelas 1 sebesar 53,33%, diikuti oleh kelas 2 26,66%, kelas 3 19,99%, dan kelas 4 3,33%. Simpulan penelitian adalah bahwa ketinggian tulang rahang bawahpada pasien gigi tiruan lengkap di Klinik Prostodonsia RSGM Unpad masih dalam keadaan yang cukup memadai untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi gigi tiruan.Item Gambaran Desain Pontik pada Gigi Tiruan Jembatan yang dikerjakan oleh Dokter Gigi di Kota Bandung(2022-07-12) R. MAUDY DWI KUSUMA PUTRI; Setyawan Bonifacius; Seto PramuditaPendahuluan: Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang masih banyak muncul di masyarakat. Kehilangan gigi dapat digantikan dengan penggunaan gigi tiruan jembatan. Pontik adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang memiliki fungsi untuk menggantikan gigi asli yang hilang, mengembalikan fungsi gigi dan menempati ruang edentulous yang sebelumnya ditempati oleh mahkota klinis. Pontik harus memenuhi estetika, nyaman, dan tidak mengganggu kesehatan periodontal. Ada banyak jenis desain pontik pada protesa gigi tiruan jembatan. Perawatan gigi tiruan jembatan merupakan salah satu metode perawatan utama yang digunakan oleh dokter gigi umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik pemilihan desain pontik oleh dokter gigi umum. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional study. Sampel yang digunakan adalah 120 orang dokter gigi umum yang bertugas di Kota Bandung yang direkrut dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner mengenai gambaran pemilihan desain pontik pada gigi tiruan jembatan yang dikerjakan oleh dokter gigi umum di Kota Bandung. Kuesioner mencakup informasi umum/demografi (gelar profesi, jenis kelamin, tempat praktik praktisi dan lamanya praktik) dan jumlah desain pontik yang dikerjakan oleh dokter gigi umum. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan secara online dengan menggunakan google form. Hasil: Pada gigi anterior rahang atas pontik modified ridge lap pontic yang paling umum digunakan. Pada gigi posterior rahang atas pontik ridge lap pontic yang paling umum digunakan. Dalam rahang bawah desain pontik yang umum digunakan adalah pontik modified ridge lap pontic Pada anterior dan pada posterior adalah pontik sanitary pontic . Simpulan: Pada penelitian ini desain pontik terbanyak digunakan adalah pontik modified ridge lap sedangkan yang paling sedikit digunakan adalah pontik modified ovate.Item Gambaran Keberadaan Undercut pada Preparasi Mahkota Porcelain-Fused-To-Metal oleh Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran(2023-08-03) EFRAIM PADRE PIO SURBAKTI; Setyawan Bonifacius; Valentine Rosadi SinagaPendahuluan: Prinsip preparasi gigi menjadi dasar dalam mewujudkan keberhasilan perawatan mahkota. Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah terbentuknya undercut pada gigi penyangga, yang dapat mempengaruhi kedudukan dan retensi mahkota. Keberadaan undercut sering terkait dengan sudut konvergensi yang tidak optimal pada preparasi mahkota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat undercut pada preparasi mahkota yang telah dipreparasi oleh mahasiswa program profesi dokter gigi Universitas Padjadjaran Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode observasi. Pengambilan sampel memakai teknik convenience sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Permukaan preparasi gigi pada pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran yang melakukan perawatan gigi tiruan jembatan akan diperiksa secara menyeluruh dengan intraoral scanner. Hasil: Dari 60 preparasi mahkota, 36 (60%) preparasi mahkota memiliki undercut. Preparasi dengan undercut didominasi di gigi premolar (25 preparasi), diikuti gigi molar (9 preparasi) dan kaninus (2 preparasi). Undercut pada preparasi rahang bawah (26 preparasi) lebih banyak daripada preparasi di rahang atas (10 preparasi). Kedalaman undercut kurang dari 0,1 mm paling sering terjadi dengan penyebaran undercut terbanyak terdapat pada sisi labial/bukal preparasi. Simpulan: Keberadaan undercut pada preparasi mahkota porcelain-fused-to-metal yang dibuat oleh mahasiswa program profesi dokter gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sebesar 60 % dan didominasi dengan kategori kedalaman undercut kurang dari 0,1 mm.Item Gambaran Kesimetrisan Wajah Akibat Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi pada Usia Dewasa Muda(2019-07-01) BYA NABILA AULIA; Setyawan Bonifacius; Lisda DamayantiPendahuluan: Pengunyahan terjadi secara seimbang di kedua sisi rongga mulut, tetapi mayoritas orang mengunyah hanya pada satu sisi. Kebiasaan mengunyah satu terjadi ketika pengunyahan terjadi secara konsisten atau dominan di satu sisi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kebiasaan mengunyah satu sisi dapat mempengaruhi kesimetrisan wajah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesimetrisan wajah akibat kebiasaan mengunyah satu sisi pada usia dewasa muda di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Metode: Jenis penelitian ini merupakan peelitian deskriptif, penentuan jumlah sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Sampel diperoleh sebanyak 22 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran angkatan 2015 berusia 18-25 tahun yang memenuhi kriteria. Kebiasaan mengunyah satu sisi dinilai dengan observasi visual menggunakan metode Mc. Donnell dengan permen karet dan kesimetrisan wajah diukur dengan menghitung selisih besar sudut gonion kanan dan kiri dari fotometri ekstraoral. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 22 responden, 16 responden (72,73%) memiliki wajah asimetris dan 6 responden (27,27%) memiliki wajah simetris. Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar subjek dengan kebiasaan mengunyah satu sisi di Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Gigi Padjadjaran menunjukkan gambaran wajah yang asimetris dan sebagian kecil menunjukkan gambaran wajah yang simetris.Item Gambaran Ketepatan Tepi Restorasi Mahkota Pasak Porcelain-Fused-To-Metal pada Regio Anterior di RSGM FKG Unpad(2020-07-14) MUHAMMAD FARHAN; Setyawan Bonifacius; Lisda DamayantiPendahuluan: Ketepatan tepi restorasi pada mahkota pasak merupakan aspek yang penting. Tepi restorasi dengan adaptasi yang baik, dapat mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran ketepatan tepi restorasi mahkota pasak porcelain-fused-to-metal pada regio anterior di RSGM FKG Unpad. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasi dengan pasien dilakukan perawatan mahkota pasak porcelain-fused-to-metal pada regio anterior oleh mahasiswa FKG Unpad dengan pengerjaannya di RSGM FKG Unpad. Sampel pada penelitian ini menggunakan teorema limit pusat yang berjumlah sebanyak 30 sampel pada tenggang waktu bulan November 2019 hingga Desember 2019. Pasien yang diperiksa ialah pasien yang telah dilakukan perawatan mahkota pasak porcelain-fused-to-metal pada regio anterior selama 0 sampai 4 tahun. Pemeriksaan menggunakan explorer dan probe WHO dengan indikator ketepatan ialah ujung probe WHO sebesar 50µm, jika kurang dari 50µm dinyatakan tepat dan lebih dari 50µm dinyatakan tidak tepat. Hasil: Gambaran ketepatan tepi restorasi mahkota pasak porcelain-fused-to-metal ialah sebesar 50% dan menurut kategori dari permukaan mesial, distal, labial, dan lingual/palatal sebesar 75,83%. Simpulan: Ketepatan tepi restorasi mahkota pasak porcelain-fused-to-metal di RSGM FKG Unpad menunjukkan ketepatan sebesar 50%.Item Hubungan Stres Psikologis dengan Gangguan Sendi Temporomandibula: Rapid Review dan Meta-Analisis(2022-07-12) LOVINA PATRICIA OKTABELLA; Setyawan Bonifacius; Daisy WulansariPendahuluan: Stres adalah salah satu masalah yang sering terjadi dalam kehidupan umat manusia yang sudah tidak bisa terelakkan yang dapat terjadi di lingkungan manapun dan terjadi pada siapapun. Stres dapat memberikan kontribusi 50-70% terhadap timbulnya sebagian besar penyakit. Aspek psikosomatik dan/atau psikososial telah memperlihatkan adanya hubungan dengan nyeri, termasuk gangguan sendi temporomandibula. Gangguan sendi temporomandibula adalah keadaan fungsi sendi temporomandibula menjadi tidak normal dan tidak sempurna. Salah satu faktor etiologi yang dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula adalah stres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara gangguan sendi temporomandibula dengan stres psikologis. Metode: Prosedur penelitian dilakukan menggunakan metode rapid review dengan mengikuti pedoman PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis). Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan kata kunci pada dua basis data, yaitu PubMed dan Scopus. Hasil analisis kuantitatif akan divisualisasi dalam bentuk tabel dan forest plot. Hasil: Pada penelusuran tahap awal diperoleh 898 total artikel, kemudian seluruh artikel diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 11 artikel yang diikutsertakan dalam tinjauan ini. Hasil analisis kuantitatif didapatkan hubungan yang positif dan signifikan antara stres (OR 1.21 [1.11, 1.32], p < 0.00001), depresi (OR 1.35 [1.09, 1.67], p < 0.00001), dan kecemasan (OR 1.47 [1.09, 1.99], p < 0.00001) terhadap gangguan sendi temporomandibula. Simpulan: Tinjauan ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan sendi temporomandibula dengan stres psikologis yang dapat dilihat dari berbagai dimensi seperti distres, depresi, dan kecemasan.Item Ketinggian Tulang Kortikal Mandibula pada Penderita Bruxism berdasarkan Gonion dan Antegonial Indeks(2020-11-27) FIDELA DWIRAHMA AZIZA; Setyawan Bonifacius; Lusi EpsilawatiPendahuluan: Aktivitas bruxism dapat menimbulkan perubahan pada tulang alveolar melalui proses remodeling tulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ketinggian tulang kortikal mandibula pada penderita bruxism dan bukan penderita bruxism. Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diambil terbagi menjadi dua kelompok, masing-masing 30 sampel radiografi panoramik digital penderita bruxism dan bukan penderita bruxism. Penelitian dilakukan dengan mengukur ketinggian tulang kortikal mandibula pada radiograf panoramik digital berdasarkan Gonion Index (GI) dan Antegonial Index (AI) dengan menggunakan aplikasi imagej. Hasil: Hasil analisis statistika menunjukkan nilai p-value dari semua perbandingan yang dilakukan masing-masing 0.3096, 0.3001, 0.0916, dan 0.2220, lebih besar dari α = 0.05, berarti Ho diterima. Pembahasan: Tingkat remodeling pada tulang kortikal secara proporsional lebih jarang terjadi dan biasanya 5-10 kali lebih rendah daripada tingkat remodeling tulang trabekular. Modulus elastisitas tulang kortikal juga lebih tinggi daripada kekuatan tegangan yang dapat diberikan oleh ligament periodontal saat dikenakan gaya oklusal sehingga tidak cukup untuk memicu terjadinya adaptasi tulang mekanik. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan ketinggian tulang kortikal mandibula pada penderita bruxism dan bukan penderita bruxism berdasarkan GI dan AI.Item Komplikasi dan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan Panjang Zirkonia : Rapid Review(2021-07-09) JOSEPHINE OLIVIA WIBOWO; Setyawan Bonifacius; Vita Mulya Passa NoviantiPendahuluan: Zirkonia merupakan bahan yang berpotensi untuk dijadikan alternatif dalam pembuatan Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) karena sifat optik, biologi, dan mekanik yang unggul. Akan tetapi pada penggunaannya untuk GTJ panjang (>3 unit) didapati banyak terjadi komplikasi dan kegagalan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis jenis komplikasi dan kegagalan yang dialami oleh GTJ panjang zirkonia serta saran klinis yang bisa diterapkan untuk mencegahnya. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur jenis rapid review. Artikel dianalisis dengan mengacu pada analisis Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA) serta menggunakan database PubMed dan Cochrane. Hasil: Dari 851 artikel, terdapat 11 artikel yang diinklusikan untuk direview. Pada GTJ panjang zirkonia ditemukan komplikasi dan kegagalan berupa chipping pada veneer, pengasaran permukaan, fraktur kerangka, desementasi, debonding, fraktur gigi penyangga, masalah endodonti, dan karies sekunder. Simpulan: Komplikasi dan kegagalan pada GTJ panjang zirkonia yang paling banyak terjadi adalah karena permasalahan mekanik dan dapat dicegah dengan memperhatikan bahan, desain, cara pembuatan, dan kondisi rongga mulut dari pasien.Item MODIFIKASI DESAIN PONTIK PADA REGIO ANTERIOR DENGAN LINGGIR ALVEOLAR YANG RESORPSI(2017-04-18) NIDA NURUL FAJRI; Deddy Firman; Setyawan BonifaciusPontik merupakan bagian protesa cekat yang menggantikan gigi asli yang hilang, memperbaiki fungsi dan penampilan. Ketika kehilangan gigi linggir alveolar seringkali mengalami resorpsi. Modifikasi desain pontik merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah resorpsi linggir alveolar pada bagian gigi yang hilang dengan metode non bedah. Metode penulisan adalah tinjauan pustaka dengan mengkaji berbagai artikel, jurnal dan textbook yang berkaitan dengan modifikasi desain pontik pada penangan linggir alveolar yang resorpsi. Sumber berasal dari berbagai tulisan dan penelitian para ahli diseluruh dunia. Modifikasi desain pontik yang dapat digunakan pada penanganan linggir alveolar yang resorpsi adalah modifikasi desain pontik dengan akhiran porselen pink, modifikasi desain pontik dengan Andrew’s bridge system dan modifikasi desain pontik ovate. Simpulan dari tinjauan pustaka ini adalah modifikasi desain pontik dengan Andrew’s bridge system adalah modifikasi desain pontik yang paling baik pada kasus resorpsi linggir alveolar yang parah.Item PENGARUH APLIKASI SEMEN OPAK TERHADAP WARNA DAN TRANSLUSENSI VENEER LITHIUM DISILICATE HIGH TRANSLUCENT(2023-01-12) RINA CRISTINA EVELIANA MANURUNG; Setyawan Bonifacius; Rasmi RikmasariSifat translusensi menjadi karakteristik yang diinginkan pada bahan keramik gigi agar tampak lebih alami, namun menjadi kontradiktif karena memengaruhi kemampuan masking terlebih jika didigunakan pada gigi yang mengalami perubahan warna. Aplikasi semen opak pada keramik lithium disilicate high translucent diharapkan dapat membantu memasking gigi yang mengalami perubahan warna namun tetap memiliki tampilan yang alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi semen resin opak terhadap warna akhir, translusensi, dan chroma veneer keramik lithium disilicate high translucent dan kemampuan masking gigi yang berwarna gelap Spesimen keramik IPS e.max (10x10x1 mm) dengan warna BL1, A1, B1, C1, D2 (berdasarkan vita classic) dibuat masing-masing sebanyak 12 buah. Kemudian dibuat 60 spesimen komposit (Filtek Z-250, 3M ESPE) dengan warna C4 (10x10x4 mm). Spesimen keramik dan komposit digabungkan kemudian diukur dengan kolorimeter. Setelah itu, setiap kelompok warna keramik dibagi 3, masing masing 4 buah, kemudian kelompok pertama disementasi dengan semen resin light cure Rely X Veneer berwarna white opaque, kelompok kedua dengan yellow opaque, kelompok ketiga dengan warna dark opaque dari Variolonik Estetik LC dan diberi pemberat logam 64 gram untuk mendapatkan tekanan yang sama. Setelah penyemenan dilakukan pengukuran kembali dengan kolorimeter (Color Reader 10 plus, Konica Minolta) untuk mendapatkan perbedaan warna (ΔE), translusensi dan chroma kedua spesimen sebelum dan sesudah sementasi. Kemudian dilakukan analisis ANOVA diikuti oleh uji t independent dengan tingkat signifikansi 5%. Terdapat perbedaan warna yang signifikan (p-value0,05. Untuk chroma, nilai p-value<0,05 bersifat signifikan. Terdapat 68 % dari semua kelompok yang memiliki nilai perbedaan warna kurang dari 3,3. Simpulan penelitian ini yaitu aplikasi semen opak mempengaruhi perbedaan warna dan chroma keramik lithium disilicate high translucent tetapi tidak berpengaruh terhadap translusensi Aplikasi semen opak pada keramik lithium disilicate high translucent memiliki kemampuan memasking substrat gigi yang gelap.Item PENGARUH EKSTRAKSI GIGI MOLAR KETIGA IMPAKSI DENGAN GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA(2022-10-10) AZKIA ULIL AZMY; Rasmi Rikmasari; Setyawan BonifaciusPendahuluan: Ekstraksi gigi molar ketiga impaksi adalah salah satu prosedur paling umum dilakukan di bedah mulut dan maksilofasial. Sebagian besar tindakan operasi molar ketiga dilakukan tanpa komplikasi. Namun, sebuah prosedur tetap memiliki kemungkinan untuk dapat menyebabkan komplikasi pada pasien, salah satunya dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula (TMD). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ekstraksi gigi molar ketiga dengan gangguan sendi temporomandibula. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan protokol PRISMA (Preffered Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) melalui database: PubMed, Ebsco, Sage, Scopus dan Springer dengan kata kunci yang relevan dan dipublikasikan pada 2012 hingga 2022. Artikel yang didapat lalu diseleksi dan dilihat kelayakannya. Detail data diekstraksi dengan google spreadsheet. Hasil: Sebanyak 6 artikel memenuhi kategori inklusi sebagai bahan kajian. Literatur yang dinklusikan terdiri dari jenis studi retrospective study (n=1), prospective cohort study (n=1) retrospective cohort study (n=1), review (n=2), dan systematic review (n=1). Simpulan: Hasil dari semua artikel yang disertakan pada penelitian, sebagian besar artikel mengatakan bahwa terdapat pengaruh namun tidak signifikan antara ekstraksi gigi molar ketiga impaksi dengan gangguan sendi temporomandibula yang berkaitan dengan beragamnya faktor faktor yang mempengaruhi yaitu kompleksitas prosedur, usia dan jenis kelamin. Hubungan definitif tidak dapat dibuat karena sampel dan metode penelitian bervariasi serta tidak dilakukannya penilaian kualitas studi.Item PENGARUH JENIS SEMEN KEDOKTERAN GIGI TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI MAHKOTA PENUH GIGI POSTERIOR(2017-04-10) METTA SARI; Deddy Firman; Setyawan BonifaciusSalah satu faktor penentu keberhasilan gigi tiruan cekat adalah kebocoran mikro atau microleakage. Microleakage didefinisikan sebagai fenomena dinamik atau difusi dari substansi seperti cairan, bakteri, molekul dan ion kedalam celah antara restorasi dan permukaan gigi. Manifestasi dari kebocoran mikro adalahhipersensitif, inflamasi pulpa, karies sekunder. Besarnya kebocoran mikro dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu restorasi, semen luting dan struktur permukaan gigi. Setiap jenis semen memberikan kebocoran mikro yang bervariasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh semen kedokteran gigi terhadap besarnya kebocoran mikro pada mahkota penuh gigi posterior. Sebanyak 24 sampel gigi molar kedua yang telah dibuatkan mahkota penuh berbahan logam disementasi dengan semen glass ionomer, resin modified glass ionomer dan semen resin self-adhesive. Seluruh sampel direndam dalam larutan methylene blue 2% selama 24 jam lalu dipotong longitudinal dan diobservasi dibawah stereomikroskop. Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dan Wilcoxon-Mann/Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasilnya terdapat pengaruh jenis semen kedokteran gigi terhadap besarnya kebocoran mikro. Semen glass ionomer memiliki kebocoran mikro terbesar dan terkecil pada semen resin self-adhesive. Kebocoran mikro pada semen resin modified glass ionomer dan semen resin self-adhesive tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik.Item Pengaruh Panjang dan Diameter Implan Terhadap Stabilitas Primer Implan Gigi yang Miring pada Densitas Tulang D4(2023-01-08) MUHAMMAD IQBAL BAIHAQI; Taufik Sumarsongko; Setyawan BonifaciusTujuan : Untuk mengetahui pengaruh panjang dan diameter serta derajat kemiringan implan terhadap stabilitas primer implan yang miring pada densitas tulang D4. Material dan metode : Implan Superline dengan panjang (12 dan 14 mm) dan diameter (4 dan 5 mm) yang berbeda serta kemiringan arah pasang implan (0, 15, 30 dan 45) digunakan dalam uji labiratorium ini dan dibagi menjadi 16 kelempok. Balok tulang Polyurethane (PU) buatan 20 pounds per cubic foot (0,32 g/cm3) disiapkan, dan setiap implan dimasukkan mengikuti instruksi pabrik. Pengukuran stabilitas primer implan menggunakan alat Osstell. Prosedur ini diulang 3 kali untuk setiap implan dengan empat orientasi 90o yang berbeda atau dari arah bukal, lingual, mesial, dan distal. Nilai rata-rata implant stabiltity quotient (ISQ) dihitung untuk analisis statistik. Hasil : Hasil pada penelitian ini menunjukkan ada perbedaan nilai rata-rata stabilitas primer pada implan gigi yang miring dengan panjang dan diameter yang berbeda. Implan dengan panjang 14 mm dan diameter 5 mm pada kemiringan 45° menghasilkan nilai ISQ tertinggi dengan rata-rata 72,25. Implan dengan panjang 12 mm dan diameter 4 mm pada kemiringan 15° memilki nilai ISQ terendah dengan rata-rata 63,58. Implan dengan kemiringan 45° menunjukkan tidak ada perbedaan nilai rata-rata stabilitas primer terhadap implan dengan posisi tegak (0). Kesimpulan : Semakin panjang dan semakin lebar serta kemiringan 45° pada implan gigi yang miring memiliki stabilitas primer yang lebih baik pada densitas tulang D4.Item PENGARUH PENAMBAHAN FIBER ZIRKONIA-POLIMETILMETAKRILAT DENGAN BERAT ZIRKONIA BERBEDA TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL DAN MODULUS ELASTISITAS FIBER-REINFORCED COMPOSITE(2024-01-14) ERIS DIAN NOVIANTI; Setyawan Bonifacius; Rasmi RikmasariPendahuluan: Saat ini, protesa Resin-Bonded Fiber-Reinforced Composite (RBFRC) merupakan satu-satunya restorasi protesa cekat dengan teknik langsung yang menawarkan kekuatan fleksural dan kapasitas menahan beban tinggi, indikasi klinis yang serbaguna dan dapat menggantikan kehilangan satu atau dua gigi. Tujuan penelitian: Melihat pengaruh penambahan fiber Zirkonia-polimetilmetakrilat hasil sintesis metode wet spinning dengan komposisi zirkonia berbeda terhadap kekuatan fleksural dan modulus elastisitas fiber-reinforced composite. Metode: Sampel terdiri dari 50 spesimen yang dibagi menjadi lima kelompok dengan berat zirkonia berbeda. Kelompok 1: tanpa fiber (kontrol negatif); kelompok 2: dengan fiber polimetilmetakrilat tanpa zirkonia (kontrol positif); kelompok 3: dengan fiber zirkonia 0,1 gr-polimetilmetakrilat; kelompok 4: dengan fiber zirkonia 0,3 gr-polimetilmetakrilat; dan kelompok 5 dengan fiber zirkonia 0,5 gr-polimetilmetakrilat. Kekuatan fleksural dan modulus elastisitas diukur menggunakan uji tekuk tiga titik. Data dianalisis dengan ANOVA diikuti oleh uji t-independent dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil: kekuatan fleksural fiber Zirkonia 0,3 gr-polimetilmetakrilat (108±14 MPa) secara signifikan lebih besar daripada kelompok kontrol negatif (86±13 MPa) dan kontrol positif (84±15 MPa). Modulus elastisitas juga meningkat secara signifikan pada kelompok zirconia 0,3 gr-polimetilmetakrilat (13±12 GPa) daripada kelompok kontrol negatif (7±2 GPa) dan kontrol positif (6,29±1,03 GPa). Simpulan: Penambahan fiber Zirkonia-polimetilmetakrilat efektif untuk meningkatkan kekuatan fleksural dan modulus elastisitas dengan berat optimal zirkonia 0,3 gram. Kata kunci: Fiber Zirkonia-polimetilmetakrilat, fiber-reinforced composite, kekuatan fleksural, modulus elastisitasItem Pengaruh Perendaman Larutan Asam Sitrat terhadap Kekerasan Soft Acrylic(2019-03-05) FIRGIE FAHIRA AMALIA; An-Nissa Kusumadewi; Setyawan BonifaciusPendahuluan: Soft acrylic digunakan karena efek bantalan pada mukosa sehingga terhindar dari trauma jaringan lunak. Kekerasan dengan nilai yang rendah dan stabil merupakan aspek penting dari soft acrylic, agar pengunaannya lebih lama dan nyaman. Desinfeksi secara kimiawi dapat memberikan perubahan pada sifat fisik dan mekanis pada material soft liner. Asam sitrat merupakan asam lemah organik yang digunakan sebagai desinfektan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah perendaman larutan asam sitrat berpengaruh terhadap nilai kekerasan dari soft acrylic. Metode: Lempeng soft acrylic dibuat dengan ukuran 30 mm × 30 mm × 3 mm, direndam sebanyak 90 kali pengulangan dengan empat kelompok sampel. Perendaman dengan air suling, dan larutan asam sitrat 3% dengan waktu 15 menit dan 30 menit, kemudian uji kekerasan sebelum dan sesudah perendaman lempeng. Hasil: Nilai kekerasan mengalami peningkatan setelah perendaman. Perendaman dengan air suling selama 15 menit dan 30 menit, dan asam sitrat selama 15 menit tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Terdapat perbedaan pada 30 menit perendaman larutan asam sitrat 3%, nilai kekerasan meningkat secara signifikan (53,8 ± 4,3 hingga 59,8 ± 4,1 Shore) (p<0,05). Pembahasan: Perbedaan waktu dan larutan perendam mempengaruhi kekerasan. Soft acrylic menunjukkan perubahan nilai kekerasan setelah prosedur perendaman, yang dipengaruhi dengan waktu kontak dengan larutan dan juga bahan dari larutan. Waktu kontak yang lebih banyak antara soft acrylic dan asam sitrat menyebabkan lebih banyak plasticizer yang dilepaskan, sehingga dapat meningkatkan kekerasan pada soft acrylic. Simpulan: Perendaman larutan asam sitrat mempengaruhi kekerasan soft acrylic, dengan waktu perendaman yang lebih lama yaitu selama 30 menit.Item PENGARUH PITCH DAN KEDALAMAN ULIR IMPLAN DENTAL PENDEK TERHADAP STABILITAS PRIMER PADA DENSITAS TULANG D4(2021-12-29) EVANDER REINALDO; Setyawan Bonifacius; Aprillia AdenanKeberhasilan implan dental dipengaruhi kualitas dan kuantitas tulang, disain implan, dan teknik pembedahan. Disain implan dapat memengaruhi stabilitas primer dan distribusi tekanan saat proses osseointegrasi. Stabilitas primer implan dapat ditingkatkan dengan mengubah geometrik ulir diantaranya pitch dan kedalaman ulir. Metode pengukuran stabilitas primer implan non invasif salah satunya adalah Resonance Frequency Analysis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pitch dan kedalaman ulir implan dental pendek terhadap stabilitas primer pada tulang dengan densitas D4. Implan BT Safe (pitch 2,4 mm berganda dan kedalaman 0,35 mm dan Superline (pitch 1,8 mm berganda dan kedalaman 0,5 mm) diinsersikan pada blok polyurethane 0,32 gr/cm3 yang telah dipreparasi sesuai instruksi masing-masing pabrik. Smartpeg kemudian disekrup pada fixture implan dan transduser Osstell diarahkan pada magnet kecil di atas Smartpeg, dipegang stabil sampai alat berbunyi dan menunjukkan nilai Implant Stability Quotient (ISQ). Prosedur tersebut diulang 20 kali setiap jenis implan dengan 4 orientasi berbeda dengan sudut 90o. Nilai rata-rata dihitung dan dianalisis secara statistik. Implan Superline dengan pitch ulir lebih kecil dan kedalaman ulir lebih dalam mendapatkan nilai rata-rata ISQ akhir 65,9±0,76. Implan BT safe dengan pitch ulir lebih panjang dan kedalaman ulir lebih dangkal mendapatkan nilai rata-rata ISQ akhir 63,3±0,95. Hasil ISQ rata-rata implan Superline menunjukkan SP lebih baik dibandingkan implan BT Safe dengan nilai p-value <0,05 yang berarti hasil pengujian sangat bermakna. Simpulan penelitian ini adalah implan dental pendek dengan pitch lebih pendek dan kedalaman ulir lebih dalam memiliki stabilitas primer yang lebih baik pada tulang dengan densitas D4.Item PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER GIGI TENTANG GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN RESIN TERMOPLASTIK FLEKSIBEL DI KOTA BOGOR(2023-09-21) NADINE SALSABILA SURYA; Gian Nur Alamsyah; Setyawan BonifaciusPendahuluan: Penggunaan resin termoplastik fleksibel sebagai bahan pembuatan GTSL mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu karena sifatnya yang lebih fleksibel dan estetika tinggi yang diminati oleh pasien. Akan tetapi, informasi mengenai GTSL resin termoplastik fleksibel biasanya diperoleh dari lembaran promosional pabrik manufaktur, bukan dari pendidikan formal di institusi. Keterbatasan informasi mengenai GTSL resin termoplastik fleksibel dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap dokter gigi terhadap pemilihan keputusan pembuatan GTSL resin termoplastik di tempat praktik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap dokter gigi tentang GTSL resin termoplastik fleksibel sebagai perawatan kehilangan gigi sebagian pasien. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptiif kuantitatif dengan jenis survey dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian dilakukan selama bulan Mei – Juni 2023 pada 207 dokter gigi di Kota Bogor dengan mengisi kuesioner yang berisi 15 pertanyaan pengetahuan dan 5 pernyataan sikap. Data akan dianalisis menggunakan analisis univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta kategorisasi pengetahuan dan sikap. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 107 dokter gigi (51,7%) memiliki pengetahuan teoritis yang kurang tentang GTSL resin termoplastik fleksibel dengan 5 pertanyaan dengan jawaban salah terbanyak. Sebanyak 128 dokter gigi (61,8%) memiliki sikap positif tentang GTSL resin termoplastik fleksibel sebagai perawatan pasien edentulous parsial. Simpulan: Pengetahuan dokter gigi di Kota Bogor tentang GTSL resin termoplastik fleksibel kurang dan sikap dokter gigi di Kota Bogor terhadap GTSL resin termoplastik fleksibel positif. Hasil ini menggambarkan terdapat kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dokter gigi mengenai GTSL resin termoplastik fleksibel.Item PERBANDINGAN KETAHANAN FRAKTUR ANTARA MAHKOTA ZIRKONIA MONOLITIK LOW TRANSLUCENT DENGAN ULTRA HIGH TRANSLUCENT(2019-10-24) PRATAMA KESUMA TANUDJAJA; Setyawan Bonifacius; Rasmi RikmasariSeiring perkembangan zaman restorasi sewarna gigi semakin diminati. Hal ini membuat penggunaan keramik terutama zirkonia sebagai restorasi dental semakin meningkat. Mahkota zirkonia monolitik awalnya mempunyai warna yang opak, sehingga dikembangkan mahkota zirkonia monolitik yang mempunyai warna yang lebih translusen. Tetapi, hal ini diperkirakan dapat mempengaruhi kekuatan dari mahkota zirkonia monolitik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan ketahanan fraktur antara mahkota zirkonia monolitik low translucent dengan mahkota zirkonia monolitik ultra high translucent. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris menggunakan sepuluh sampel mahkota zirkonia monolitik yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mahkota zirkonia monolitik low translucent dan kelompok kedua adalah mahkota zirkonia monolitik ultra high translucent. Semua sampel kemudian dilakukan uji tekan menggunakan UTM (Universal Testing Machine) hingga terjadi fraktur. Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik ANOVA dan uji Post Hoc menggunakan t-test yang menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan p-value= 4,67 e-11 (p< 0,05). Rata-rata nilai ketahanan fraktur mahkota zirkonia monolitik low translucent adalah 3527 N, dan rata-rata nilai ketahanan fraktur mahkota zirkonia monolitik ultra high translucent adalah 2972 N. Simpulan penelitian ini menunjukkan mahkota zirkonia monolitik low translucent memiliki nilai ketahanan fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahkota zirkonia monolitik ultra high translucent.Item PERBANDINGAN STABILITAS PRIMER IMPLAN PANJANG DENGAN POSISI MIRING DAN IMPLAN PENDEK DENGAN POSISI TEGAK PADA DENSITAS TULANG D2 DAN D4(2023-01-07) KALEB ADIGUNA YOUNG; Setyawan Bonifacius; Lisda DamayantiTujuan : Penelitian ini bertujuan ntuk menilai serta membandingkan stabilitas primer implant panjang dengan posisi miring dibandingkan dengan implant pendek dengan posisi tegak vertikal yang ditanam pada bone block artificial yang menyerupai tulang D2 dan D4. Material dan metode : Penelitian eksperimental laboratoris murni menggunakan Implan Superline Dentium dengan panjang 12 mm berdiamter 4mm ditanam dengan posisi miring (0,15, 30 dan 45) dan implant Superline Dentium dengan panjang 7 mm berdiameter 4 mm ditanam dengan posisi tegak vertikal (0) digunakan dalam uji labiratorium ini. Balok tulang poliuretan (PU) buatan 20 PCF (0,32 g/cm3) menyerupai tulang D4 dan 50 PCF (0,80 g/cm3) menyerupai tulang D2 disiapkan, dan setiap implan dimasukkan mengikuti instruksi pabrik. Pengukuran stabilitas primer implan menggunakan alat Osstell dan dilakukan pencatatan. Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas, uji Anava, dan uji Post Hoc Analyisis. Hasil : Pada bone block D2 maupun D4, Implant panjang 12 mm dengan posisi miring menghasilkan stabilitas primer yang lebih tinggi dibandingkan implant panjang 7 mm dengan posisi tegak. Implant panjang 7mm yang dipasang pada blok tulang polyurethane setara D4 dan dipasang secara vertical 0° mendapatkan nilai rata-rata ISQ terendah yaitu 50,17. Sedangan Implant dengan panjang 12 mm yang dipasang pada blok tulang polyurethane setara D2 dengan kemiringan 45° mendapatkan nilai rata-rata ISQ tertinggi yaitu 75,92. Kesimpulan : Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas tulang mempengaruhi stabilitas primer, dimana stabilitas primer implant yang ditanam pada bone block menyerupai D2 mendapatkan nilai ISQ yang lebih tinggi dibandingkan pada bone block menyerupai D4. Dari data penelitian juga didapatkan implant panjang (12 mm) dengan posisi miring mendapatkan stabilitas primer yang lebih tinggi daripada implant pendek (7 mm) dengan posisi tegak vertikal.