Agribisnis (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agribisnis (S1) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 1274
Results Per Page
Sort Options
Item Keragaan Agroindustri Stroberi di UKM Kindy Berry(2007) EDDY KRISTANTO; Muhammad Arief Budiman; Tidak ada Data DosenABSTRAK EDDY KRISTANTO, 2014. Keragaan Agroindustri Stroberi di UKM Kindy Berry (Studi Kasus di UKM Kindy Berry, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)”. Di bawah bimbingan MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan agroindustri stroberi mulai dari penyediaan bahan baku sampai proses pengolahan di UKM Kindy Berry dan mengetahui kendala yang dihadapi oleh UKM Kindy Berry dalam kegiatan agroindustri. Penelitian lapangan dilakukan pada Bulan Januari 2014 di UKM Kindy Berry dengan metode penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi wawancara mendalam, pengamatan secara langsung, dan studi literatur. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis desktiptif dengan desain kuantitatif dan kualitatif dan analisis sebab akibat (fishbone). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa UKM Kindy berry memiliki teknologi modern dengan menggunakan 2 (dua) mesin pengolah dodol dan bola-bola, dengan adanya mesin tersebut membantu meningkatkan volume produksi sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar, UKM Kindy Berry hanya berskala industri kecil namun memiliki tahapan dalam proses pengolahan stroberi (SOP). Adapun SOP yang diterapkan beliau yaitu pengupasan, pencucian, pengeringan, pengemasan, Perusahaan mempunyai SDM yang terampil berkat adanya pelatihan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Ketersediaan bahan baku yang melimpah di Desa Alamendah dapat di manfaatkan oleh perusahaan sehingga proses produksi tidak terhambat yang didapat dari petani dan pedagang pengumpul sekitar. Produk yang dihasilkan tanpa bahan pengawet, kemasan yang bervariasi dan tercantum masa kadaluarsa dan adanya label Halal dari MUI. Kata kunci : Keragaan, fishbone, pengolahan stroberi, agroindustriItem Besarnya Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Perubahan Permintaan Cabai Rawit Merah di Pasar Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung(2009) KRISTOFER YANUAR PARLINDUNGAN SIAGIAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK KRISTOFER YANUAR. 2014. Besarnya Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Perubahan Permintaan Cabai Rawit Merah di Pasar Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Di bawah bimbingan ETI SUMINARTIKA. Peranan cabai di Indonesia sangat penting dan kegunaannya sangat bervariasi. Selain dari pada itu komoditas cabai pun beragam, meliputi cabai merah besar, cabai keriting, cabai paprika, cabai rawit hijau dan khususnya pada cabai rawit merah. Cabai rawit merah paling banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia karena cabai rawit merah memiliki rasa yang lebih pedas dibandingkan cabai lainnya. Dapat dilihat pada harga cabai rawit merah di Pasaran selalu mengalami fluktuasi. Harga fluktuasi pada cabai rawit merah di asumsikan dipengaruhi oleh jumlah permintaan konsumen. Harga cabai rawit merah mengalami fluktuasi tertinggi di Indonesia nampak pada tahun 2011 sebesar Rp. 100.000 / kilogram. Harga fluktuasi tertinggi nasional pada tahun 2011 tersebut, berikut pula dialami oleh Pasar Baleendah. Pasar Baleendah memiliki jumlah kios dan lap terbanyak di Kabupaten Bandung, hal ini diasumsikan jumlah pengunjung ke pasar tersebut. Dampak dari fluktuasi harga cabai rawit di Pasar Baleendah mempengaruhi penurunan permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan permintaan akan cabai rawit merah tersebut tentunya tidak hanya dikarenakan faktor harga yang meningkat, disisi lain terdapat faktor-faktor lainnya seperti selera, pendapatan konsumen, dan barang subtitusi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik konsumen, karakteristik permintaan, dan menganalisa pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan cabai rawit merah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik konsumen cabai rawit merah mayoritas berumur 43 tahun dengan jenis kelamin rata – rata wanita. Tingkat pendidikan konsumen mayoritas pendidikan SD dan tingkat pendapatan rata –rata diatas lima juta rupiah. Jumlah anggota keluarga konsumen rata – rata memiliki anggota keluarga 4 orang. Karakteristik permintaan cabai rawit merah terkait kualitas yang dibeli adalah kualitas baik. Barang subtitusi (Cabai Rawit Hijau) digunakan sedikit oleh konsumen disaat harga cabai rawit merah mengalami harga tinggi. Selera konsumen memiliki selera suka pedas, lalu frekuensi pembelian akan cabai rawit merah sebanyak 20 kali pembelian dalam sebulan. Pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan berpengaruh signifikan dikarenakan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (2,236 > 2,000) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Perubahan harga cabai rawit merah meningkat sebesar 1000 Rupiah maka permintaan menurun sebesar 0,191 kilogram. Kata kunci: Cabai Rawit Merah, Karakteristik Permintaan, Karakteristik KonsumenItem Dampak Penerapan Urban Farming Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di kelompok PKK RW 11, Kelurahan Kebonlega, Kecamatan Bojongloa Kidul, Bandung).(2009) DIMAS HERBOWO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK DIMAS HERBOWO, 2014. Dampak Penerapan Urban Farming Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di kelompok PKK RW 11, Kelurahan Kebonlega, Kecamatan Bojongloa Kidul, Bandung). Dibawah Bimbingan ANNE CHARINA. Urban Farming merupakan salah satu konsep pertanian secara modern dengan menerapkan metode menanam secara vertikulturdalam memanfaatkan lahan-lahan minimalis di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran seperti apa kegiatan Urban Famring yang dilakukan oleh kelompok PKK RW 11, mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh kelompok PKK RW 11 dalam menerapkan kegiatan Urban Farming, mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh kelompok PKK RW 11 setelah melakukan kegiatan Urban Farming, Penelitian ini dilakukan di kelompok PKK RW 11, Kelurahan Kebonlega, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung. Desain yang digunakan adalah desain penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study). Sumber data diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis persentase penghematan biaya pengeluaran setiap anggota untuk membeli sayuran dalam satu minggu. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dampak sosial yang dirasakan oleh kelompok PKK RW 11 adalah meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan dan pengembangan masyarakat baik secara individu anggota kelompok maupun secara berkelompok terlihat dari keterampilan, informasi dan kondisi organisasi yang lebih baik. Perubahan secara ekonomi yang dirasakan oleh Kelompok PKK RW 11 adalah akses mendapatkan sayuran lebih mudah dibandingkan sebelum menerapkan konsep Urban Farming dan setiap anggota mampu menghemat biaya pengeluaran dalam membeli sayuran setiap minggunya dengan kisaran dari yang terendah sebesar 50% sampai dengan yang tertinggi sebesar 86 %. Kendala yang dihadapi oleh kelompok PKK RW 11 dalam menerapkan kegiatan Urban Farmingadalah modal, informasi teknik budidaya dan sumber daya manusia. Kata Kunci : Dampak, Sosial Ekonomi, Urban Farming.Item Efektivitas Pembiayaan Pola Qardhul Hasan pada Gapoktan Al Ikhwan Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.(2009) AN NISAA GETTAR S S; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK AN NISAA GETTAR S. S. 2014. Efektivitas Pembiayaan Pola Qardhul Hasan pada Gapoktan Al Ikhwan Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan TUTI KARYANI. Sulitnya permodalan menjadi salah satu permasalahan yang terjadi pada sektor pertanian. Di sisi lain, islam memiliki instrumen berupa dana zakat yang salah satu pendistribusiannya dilakukan melalui pembiayaan pola qardhul hasan. Gapoktan Al Ikhwan di Kabupaten Cianjur adalah gapoktan yang telah menerapkan pembiayaan pola qardhul hasan sebagai sistem permodalan untuk petani anggotanya. Penulis telah melakukan penelitian mengenai efektivitas pembiayaan pola qardhul hasan di Gapoktan Al Ikhwan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan alat Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari segi keuangan dan pelaksanaan penyaluran dana, pembiayaan pola qardhul hasan di Gapoktan Al Ikhwan berlangsung efektif. Kemudian, melalui AHP menunjukkan ada tiga aspek yang mendukung efektivitas pembiayaan antara lain faktor yang paling berpengaruh yaitu Tidak Ada Jaminan/Agunan, aktor yang paling berperan yaitu Ketua Gapoktan, serta strategi terbaik yang telah dilakukan yaitu Mekanisme Pertemuan Bulanan. Kata kunci: efektivitas, permodalan, pembiayaan pola qardhul hasan, gapoktanItem Sistem Produksi Pasca Landreform (Studi Kasus Dusun Kulon Bambang Desa Sumberhurip Kecamatan Doko Kabupaten Blitar)(2009) HAIDAR ADI MULYA; M. Gunardi Judawinata; Tidak ada Data DosenABSTRAK Haidar Adi Mulya, 2014. Sistem Produksi Pasca Landreform (Studi Kasus Dusun Kulon Bambang Desa Sumberurip Kecamatan Doko Kabupaten Blitar). Dibawah bimbingan M. Gunardi Judawinata. Ir. D.E.A Penelitian ini merupakan studi kasus dari fenomena keberhasilan Landreformdilakukan oleh Petani yang tergabung di Organisasi Petani Lokal Pawartaku dengan melakukan reklaming lahan seluas 280 Ha yang dibagikan kepada 531 Kepala Keluarga.Landreform melalui redistribusi tanah kini memasuki masa pasca pembagian tanah dengan fokus mengelola tanah dan meningkatkan pendapatan.Penelitian ini memiliki tujuan mendekripsikan dan menganalisa sosial ekonomi petani, usaha petani dalam mengelola tanahnya dan kontribusi pendapatan petani pasca redistibusi tanah. Penelitian ini dilakukan di Dusun Kulon Bambang Desa Sumberhurip Kecamatan Doko selama bulan Januari-Febuari 2014. Dengan menggunakan desain penelitian Kulitatif dengan teknik penelitian studi kasus. Teknik Triangulasi pengumpulan data berupa Observasi partisipatif, Wawancara secara mendalam, dan Studi literartur. Informan penelitian ini ditentukan dengan teknik Purposive. Hasil Penelitian menunjukan (i) Dari kriteria pembagian tanah A sampai D dilihat berdasarkan demografi pada usia A sampai D termasuk dalam usia produktif perbedaan pada tingkat pendidikan Kriteria B dan C yang mayoritas anggota berasal pawartaku beranggotakan orang persil yaitu orang kelas terendah dalam sistem agraria perkebunan merupakan para pemetik teh dan cengkeh memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan A merupakan pemimpin petani dan D kader muda yang dipersiapkan untuk regenerasi petani Kulon Bambang. (ii) Secara individu petani mengupayakan terpenuhinya usaha tani meliputi modal, tenaga kerja, cara menanam dan pemasaran sedangkan untuk meningkat produktivitas organisasi tani memfokuskan sarana-sarana pendukung seperti membuat pusat pendidikan, sistem simpan pinjam petani (Credit Union) yang dikelola secara kolektif. (iii) Petani yang memiliki lahan 1- 2 Hektar pendapatan terbesar bersumber usaha tani sedangkan kurang dari 0.3 Hektar pendapatan terbesar bersumber non usaha tani. Kata Kunci :Petani, Landreform, Pengelolaan Tanah, PendapatanItem Usahatani Brokoli (brassica oleracea L.) (Studi Kasus di Gapoktan Wargi Panggupay Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)(2011) TETANIA PRIMAUTAMI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem ANALISIS KEGIATAN BISNIS PADA PERUSAHAAN BERCIRI BISNIS SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN PETANI (Studi Kasus di PT. Kembang Langit di Desa Haruman, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut)(2012-08-07) RILVANU LUQMAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK RILVANU, LUQMAN. 2012. Analisis Kegiatan Bisnis Pada Perusahaan Berciri Bisnis Sosial Dalam Pengembangan Petani (Studi Kasus di PT. Kembang Langit di Desa Haruman, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut). Dibawah bimbingan ANNE CHARINA. Belum ada solusi yang benar-benar efektif untuk memecahkan berbagai masalah sosial di Indonesia, khususnya masalah di bidang pertanian yaitu masalah minimnya pendapatan petani. Banyak program bantuan pemerintah yang sifatnya diberikan dengan gratis (pupuk, pestisida, benih) yang hanya akan membuat petani memiliki ketergantungan terhadap bantuan tersebut. Berbeda dengan apabila semua pupuk, pestisida, dan benih tersebut dapat dibeli oleh petani namun dengan harga yang terjangkau. Petani yang membayar dengan pantas harga barang atau jasa yang mereka terima merupakan langkah maju menuju kemandirian. Hal ini sangat memberdayakan dan jauh lebih cepat memberikan petani solusi-solusi yang efektif dan dapat bertahan untuk jangka panjang. Konsep tersebut dapat ditemukan dalam suatu metode bisnis yang disebut bisnis sosial. Keberadaan bisnis sosial sendiri sudah mulai banyak berkembang di Eropa dan Amerika. Di Indonesia tepatnya di Garut ada sebuah perusahaan yang memiliki konsep hampir serupa dengan konsep bisnis sosial, maka perlu dilihat sejauh manakah tingkat kesesuaiannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai bisnis sosial atau tidak. Objek dari penelitian ini adalah kegiatan bisnis PT. Kembang Langit. Desain yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik penelitiannya studi kasus. Untuk mengetahui kesesuaian konsep bisnis perusahaan dianalisis secara deskriptif berdasarkan 7 pokok bisnis sosial oleh M. Yunus. Berdasarkan analisis menggunakan tujuh pokok bisnis sosial oleh M. Yunus dapat terlihat bahwa perusahaan memiliki lima kesesuaian dengan konsep bisnis sosial tersebut. Namun perusahaan belum dapat dikategorikan sebagai bisnis sosial karena adanya ketidaksesuaian pada poin peruntukkan laba yang merupakan kriteria penting sebuah bisnis sosial.Item PERAN BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN KOPI LUWAK MALABAR (Studi Kasus PT. NuGa Ramitra, Bandung)(2012-08-07) RATNA PUSPITA DEWI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK RATNA PUSPITA DEWI, 2012. Peran Bauran Pemasaran terhadap Perilaku Pembelian Konsumen Kopi Luwak Malabar (Studi Kasus PT. NuGa Ramitra, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Dibawah Bimbingan ERNA RACHMAWATI. Konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat karena sudah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini, salah satunya adalah kopi luwak. Kopi luwak adalah kopi yang dihasilkan dari hasil fermentasi biji kopi yang dimakan hewan bernama luwak. Kopi luwak menjadi salah satu kopi yang paling digemari saat ini. Konsumen kopi luwak berasal dari konsumen kelas menengah keatas dikarenakan harga jual kopi luwak yang mahal. Perusahaan yang memproduksi kopi luwak harus mempertimbangkan strategi agar produk mereka dapat diterima konsumen. Strategi yang biasanya digunakan yaitu bauran pemasaran. Bauran pemasaran yang diterapkan perusahaan tentunya akan mempengaruhi perilaku konsumen terutama perilaku pembelian terhadap kopi luwak, karena bauran pemasaran inilah yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk membeli produk hasil perusahaan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan, bagaimana perilaku konsumen terhadap pembelian kopi luwak, dan peran bauran pemasaran terhadap perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini dilakukan di PT. NuGa Ramitra yang berada di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Desain dan teknik penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan studi kasus. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam, dengan bantuan kuesioner serta dokumentasi lapangan. Responden yang digunakan peneliti adalah konsumen akhir (end user) kopi luwak dan konsumen cafe. Konsumen akhir dipilih sepuluh orang responden, dan konsumen cafe dipilih tiga responden yang berasal dari Morning Glory Cafe, Stone Cafe, dan Resep Moyang Cafe. Hasil penelitian tentang bauran pemasaran kopi Luwak Malabar yang meliputi empat unsur yaitu produk, harga, promosi, dan lokasi/distribusi. Harga yang relatif mahal menjadikan konsumennya berasal dari kelas menengah keatas. Promosi yang dilakukan perusahaan hanya dengan promosi penjualan dan periklanan (media cetak, elektronik, dan web), sedangkan lokasi/distribusi produk Kopi Luwak Malabar terfokus kepada konsumen café dan konsumen end user. Konsumen end user dan café memiliki karakteristik dan perilaku pembelian yang berbeda, dimana konsumen end user membeli Kopi Luwak Malabar untuk dikonsumsi sendiri, sedangkan konsumen café membeli Kopi Luwak Malabar untuk diolah kembali kemudian dijual di café diantaranya Morning Glory, Stone, dan Resep Moyang . Peran bauran pemasaran terhadap perilaku pembelian konsumen kopi luwak, yang paling berperan yaitu produk Kopi Luwak Malabar terutama kualitas, dinilai dari kualitas citarasanya.Item OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAHAN DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI BAYAM JEPANG DAN MENTIMUN JEPANG (Suatu Kasus di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten BandungBarat)(2012-08-07) KRISTIN J SIMAMORA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK KRISTIN JUNIARTI SIMAMORA, 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Dalam Pengembangan Usahatani Bayam Jepang dan Mentimun Jepang (Suatu Kasus di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat). Dibimbing oleh H. DEDDY MA’MUN. Bayam Jepang dan mentimun Jepang merupakan jenis sayuran Jepang yang saat ini dibudidayakan di Desa Cibodas karena memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan dan umur panen relatif singkat sehingga menjadi usahatani yang sangat menjanjikan bagi petani ke depannya. Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui dan menganalisis tingkat profitabilitas usahatani sayuran Jepang di Desa Cibodas dan 2) mengetahui dan menganalisis tingkat optimalisasi usahatani sayuran Jepang sehingga dapat memberikan pendapatan maksimal dengan kendala lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode suatu kasus. Rancangan analisis data menggunakan analisis profitbilitas dengan analisis R/C dan analisis BEP serta optimalisasi dengan pendekatan linier programming. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas sayuran Jepang menguntungkan dengan nilai R/C untuk bayam Jepang dan timun Jepang lebih dari satu yaitu 3,347 dan 2,475. Nilai BEP untuk kedua jenis sayuran tersebut berada di bawah nilai produksi dan penjualan baik BEP penjualan maupun BEP produksi yaitu Rp 3.362,53 dan 241,68 kg untuk bayam Jepang. Mentimun Jepang memiliki nilai BEP baik BEP penjualan maupun BEP produksi yaitu Rp 2.423,53 dan 525,099 kg. Berdasarkan analisis linier programming bahwa penggunaan input produksi belum optimal dan komposisi penggunaan optimal yaitu luas lahan 0,0393 ha untuk bayam Jepang dan luas lahan 0,0971 ha untuk mentimun Jepang mampu memberikan jumlah produksi yang optimal pada bayam Jepang sebesar 196,257 kg dan mentimun Jepang 219,1149 kg dengan penerimaan maksimum sebesar Rp 3,277.759,4.Item KARAKTERISTIK PEMASARAN SAYURAN DAUN DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) CIGOMBONG DAN MAJA (Studi Kasus di Kabupaten Cianjur dan Majalengka)(2012-08-07) MELIA REZKY H; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK MELIA REZKY HANDAYANI, 2012. Karakteristik Pemasaran Sayuran Daun di Sub Terminal Agribisnis Cigombong dan Maja (Studi Kasus di Kabupaten Cianjur dan Majalengka). Dibawah bimbingan ELLY RASMIKAYATI. Sub Terminal Agribisnis Cigombong dan Maja merupakan dua dari lima STA yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kedua STA ini sama – sama bergerak dalam kegiatan pemasaran untuk komoditas utama jenis sayur – sayuran. Masing – masing dari dua STA yang diteliti memiliki ciri khas tersendiri mulai dari kepengurusan, lembaga atau pelaku usaha terkait, hingga wilayah pasar tujuannya.Tujuan akhir dengan didirikannya sub terminal agribisnis ini adalah peningkatan pendapatan petani dengan memotong atau memperpendek rantai pemasaran sehingga tercapai suatu efisiensi pemasaran dan sebaran marjin yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kegiatan pemasaran yang terjadi di STA Cigombong dan Maja dan nilai efisiensi serta share margin yang diterima di masing – masing lembaga atau pelaku usaha terkait di dalam kedua STA tersebut. Desain penelitian yang dilakukan adalah desain penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Seluruh data yang diperoleh berasal dari data sekunder dan data primer berupa hasil wawancara dan observasi langsung. Rancangan analisis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik pemasaran sayuran daun dan rumusan share margin dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan pemasaran sayuran daun yang terjadi di STA Cigombong dilakukan sepenuhnya oleh supplier dengan tujuan pasarnya adalah supermarket. Kegiatan pemasaran ini melibatkan supplier mitra dan petani, sedangkan kegiatan pemasaran sayuran daun yang terjadi di STA Maja dilakukan oleh kelompok tani yang terdaftar sebagai pelaku usaha resmi di dalam STA. Kegiatan pemasaran ini merupakan jenis pemasaran langsung dengan tujuan pasar untuk supermarket. Analisis marjin dan efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa STA Maja lebih unggul dibanding STA Cigombong.Item DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK INDUSTRI HASIL TEMBAKAU TERHADAP PENDAPATAN DAN KEBERLANGSUNGAN USAHA HASIL TEMBAKAU IRIS MOLE ( Studi Kasus di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat )(2012-08-08) RENITA AGUSTIANI S; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK RENITA AGUSTIANI SUSANTI, 2012. Dampak Kebijakan Pajak Industri Hasil Tembakau Terhadap Pendapatan dan Keberlangsungan Usaha Hasil Tembakau Iris Mole(Studi Kasus di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat ). Dibawah bimbingan Dr. Trisna Insan Noor, Ir., DEA. Usaha hasil tembakau iris mole yang sudah dikemas dan memiliki merek dagang merupakan barang kena cukai. Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang, yaitu konsumsinya perlu dikendalikan,peredarannya perlu diawasi, pemakaian dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup dan pemakaiannya perlu pertimbangan pungutan Negara demi keadilan dan keseimbangan. Pengusaha hasil tembakau iris mole diharuskan melengkapi dan melaksanakan prosedur dan syarat usaha untuk memproduksi barang kena cukai. Dalam dua tahun terakhir terdapat tiga dari tujuh perusahaan hasil tembakau iris mole mengalami gulung tikar akibat dari ketidakmampuan dalam memenuhi kebijakan mengenai pajak industri hasil tembakau.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak kebijakan pajak industri hasil tembakau terhadap pendapatan dan keberlangsungan usaha hasil tembakau iris mole. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kualitatif dengan motode studi kasus. Data diperoleh dari responden yang dipilih secara sengaja, yaitu pemilik usaha hasil tembakau mole dan Kepala Bidang Bea dan Cukai Tipe Madya A Bandung. Informasi dan data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dampak pajak industri hasil tembakau iris mole terhadap pendapatan yaitu terjadi penurunan pendapatan sebesar 4%-10% dari tahun 2007-2011, bahkan tidak hanya penurunan pendapatan hampir setiap tahun terdapat pengusaha yang mengalami kerugian dalam usahanya. Sedangkan dampak pajak industri hasil tembakau iris mole terhadap keberlangsungan usaha yaitu usaha industri hasil tembakau yang tidak mampu memenuhi prosedur dansyarat yang disyaratkan oleh direktoral jendral bea dan cukai maka usaha tersebut tidak dapat dilanjutkan atau dapat dikatakan gulung tikar. Kedua permasalahan tersebut dikarenakan modal yang dimiliki rendah, modal yang sangat besar yang harus dikeluarkan tiap satu kali produksi adalah biaya bahan baku dan biaya pembayaran pajak cukai dan pajak pertambahan nilai bagi pengusaha yang mencapaiomset lebih dari Rp 600.000.000 dalam satu tahun buku.Item AGRIBISNIS KOPI LUWAK ARABIKA ( Studi Kasus Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung )(2012-08-08) NURUL AENI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK NURUL AENI. 2012. Agribisnis Kopi Luwak Arabika (Studi Kasus Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung). Dibawah bimbingan GANJAR KURNIA Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain merupakan sebuah asosiasi petani kopi yang mengusahakan kopi luwak arabika. Sampai dengan saat ini Three Mountain telah memiliki anggota lebih dari 28 petani yang tersebar pada tiga kabupaten yaitu Bandung, Garut dan Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi agribisnis tanaman Kopi Luwak yang terdapat di Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain dan langkah strategis apa yang dapat diambil oleh Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain Civet Coffee dalam pengembangan agribisnis kopi luwak dilihat dari kondisi internal (kelebihan, kekurangan) dan eksternalnya (peluang, ancaman). Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Data diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara tentang informasi tentang agribisnis kopi luwak arabika. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain menjalankan secara runtun agribisnis sebagai sistem dimulai dari subsistem pengadaan sarana produksi pertanian (agroinput) sampai subsistem kelembagaan penunjang kegiaatan pertanian (agro supporting). Dari hasil penelitian juga dapat diketahui aliran bisnis kopi luwak Three Mountain terbagi menjadi dua yaitu aliran produk dan aliran uang. Dari perhitungan analisis usahatani dapat diketahui perbandingan analisis usahatani olahan green bean kopi arabika reguler, kopi luwak arabika di tingkat anggota dan pada Three Mountain. Hasil dari perhitungan tersebut NPV ketiganya menunjukan hasil yang positif. Strategi pengembangan yang tepat digunakan oleh usaha kopi luwak arabika Three Mountain berdasarkan matriks SWOT adalah strategi intensif, dalam bentuk penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.Item KERAGAAN AGRIBISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) KULTIVAR GRANOLA (Studi Kasus di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung)(2012-08-08) PUNKY WAHYUNI NOOR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK PUNKY WAHYUNI NOOR. 2012. Keragaan Agribisnis Kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Granola (Studi kasus di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung). Dibawahbimbingan GANJAR KURNIA. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu dari lima komoditas unggulan sayuran semusim. Komoditas kentang juga termasuk kedalam komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Penggunaannya yang cukupbervariasi membuatnya banyak dicari dan berharga cukup tinggi diantara komoditas pertanian yang lain. Produktivitas yang rendah karena masalah penyediaan bibit, baik dalam kualitas maupun kuantitas dan masuknya kentang impor dari negara China menjadi masalah yang dihadapi petani kentang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan agribisnis kentang Kultivar Granola di Desa Pulosari serta untuk mengetahui pendapatan usahatani kentang per hektar per satu musim tanam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kasus. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan keragaan agribisnis kentang, teori pendapatan seperti rumus penerimaan, total biaya, dan pendapatan digunakan untuk memperoleh besar pendapatan usahatani, dan R/C rasio digunakan untuk mengidentifikasi kelayakanusahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan agribisnis kentang Kultivar Granola sudah mencakup semua kegiatan subsistem agribisnis mulai dari subsistem pengadaan sarana produksi sampai pada subsistem pemasaran, bahkan sampai pada subsistem pendukung. Hanya saja, dalam pelaksanaan subsistemusahatani masih ada perbedaan dengan teori yang ada. Pendapatan rata-rata petani kentang Kultivar Granola adalah sebesar Rp 41.993.168,- per hektar per satu musim tanam, dengan R/C rasio > 1.Item POTRET PETANI PADI DI LAHAN TIDUR KOTA (Studi Kasus pada Kelompok Tani Suka Mulya, Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)(2012-08-08) EVA AMALIYAH FIKRIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Eva Amaliyah Fikriani, 2012. Potret Petani Padi di Lahan Tidur Kota (Studi Kasus pada Kelompok Tani Suka Mulya, Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur). Dibimbing oleh M. Gunardi Judawinata. Lahan merupakan faktor produksi yang penting bagi kegiatan pertanian. Lahan di Indonesia memang semakin berkurang jumlahnya, tetapi ternyata ada pula lahan yang terlantar yang belum dikelola secara optimal. Seluruh lahan yang belum atau tidak dipergunakan sesuai peruntukannya atau tidak terpelihara dengan baik digolongkan lahan tidur termasuk diantaranya lahan pribadi yang semula ditujukan untuk investasi. Pemanfaatan lahan tidur merupakan salah satu cara untuk mengganti lahan-lahan yang telah dikonversi maupun lahan yang sama sekali belum digunakan. Kegiatan usaha tani dengan melakukan pemanfaatanlahan tidur menjadi lahan pertanian akan menjadi hal yang menarik apalagi jika melakukan kegiatan usaha tani di perkotaan. Pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan pertanian di perkotaan memiliki karakteristik pertanian yang berbeda dengan pertanian di perdesaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potret petani padi yang memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan usaha tani dilihat darisegi profil dan kendala petani di kota. Penelitian ini dilakukan pada petani yang tergabung di Kelompok Tani Suka Mulya, Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa teknik triangulasi yang menggabungkan antara observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi literatur. Respondenpenelitian ditentukan dengan teknik purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profil petani padi yang memanfaatkan lahan tidur di Kelompok Tani Suka Mulya, Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, dari aspek demografi rata-rata berusia di atas 50 tahun,merupakan penduduk asli Kelurahan Cakung Timur dan memiliki pengalaman usaha tani puluhan tahun semenjak petani masih kecil. Luas lahan yang digarap petani antara 0,2 – 0,5 hektar dan kepemilikan lahan seluruhnya dimiliki oleh pengembang PT ModernLand Realty. Petani padi yang memanfaatkan lahan tidur ini menjadikan usaha tani padi sebagai pekerjaan utama mereka. Motivasi petani padi yang memanfaatkan lahan tidur karena tidak memiliki keterampilan lain selain bertani sekaligus menjadikan usaha tani padi sebagai sumber pendapatan mereka. Sedangkan kendala yang sering dihadapi petani adalah kendala teknis seperti serangan hama dan masalah pengairan.Kendala ekonomi dan sosial jarang terjadi di sini.Item KERAGAAN DAN STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI KERAJINAN ROTAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN EKSPOR (Studi Kasus di PT. Euroindo Jaya, Jakarta Timur)(2012-08-08) OCKTA SELVIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK OCKTA SELVIANI, 2012. Keragaan dan Strategi Pemasaran Agroindustri Kerajinan Rotan untuk Meningkatkan Volume Penjualan Ekspor (Studi Kasus di PT. Euroindo Jaya, Jakarta Timur). Di bawah bimbingan ERNARACHMAWATI. Rotan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri atau home industry. PT. Euroindo Jaya merupakan salah satu industri mebel yang telah menghasilkan berbagai macam produk kerajinan unggulan terutama mebel rotan. Industri ini senantiasa berupaya memanfaatkan sumber daya rotan dalam negeri yang selanjutnya diolah menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang cukup tinggi di pasar mancanegara terutama di wilayah Amerika Serikat dan Eropa. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengidentifikasi keragaan agroindustri kerajinan rotan PT. Euroindo Jaya yang dikaitkan dengan hubungan pemegang kepentingan (stakeholders) dalam industri tersebut dengan para petani yang memiliki kontribusi terhadap pengadaan bahan baku rotan, (2) untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT. Euroindo Jaya untuk meningkatkan volume penjualan ekspor kerajinan rotan melalui hasil analisis tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif berdasarkan matrik BCG (Boston ConsultingGroup). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis matrik BCG. Analisis matrik BCG (Boston Consulting Group) digunakan untuk mengetahui efektivitas dari strategi pemasaran dan posisiperusahaan. Objek dalam penelitian ini adalah keragaan dan strategi pemasaran kerajinan rotan PT. Euroindo Jaya untuk meningkatkan volume penjualan ekspor. Hasil penelitian mengenai keragaan agroindustri kerajinan rotan PT. Euroindo Jaya terdiri dari (1) Pengadaan bahan baku, pada kegiatan pengadaan bahan baku rotan PT. Euroindo Jaya menjalin kerja sama dengan petani rotanyang berasal dari Desa Luwuk dan Desa Hampangen, Kecamatan Hilir, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, (2) Proses produksi mebel rotan, terdiri dari beberapa tahapan yaitu proses pengolahan rotan, proses perancangan, pembentukan dan pembuatan tipe mebel rotan hingga tahap penyelesaian (finishing), (3) Pemasaran, perusahaan melakukan pemasaran kerajinan rotan yangefektif dengan memperhatikan citra perusahaan, pemahaman perusahaan tentang pasar, dan jaringan distribusi. PT. Euroindo Jaya berdasarkan matrik BCG berada pada posisi Dogs yang menunjukan bahwa pertumbuhan pasar masih sangat rendah atau lemah (weak) yaitu sebesar – 28,8 persen. Prestasi perusahaan pada posisi ini tidak memuaskan karena pangsa pasar PT. Euroindo Jaya mengalamipenurunan pada tahun 2011. Akan tetapi perusahaan masih memiliki peluang dan kekuatan untuk perbaikan karena mempunyai nilai pangsa pasar relatifnya pada tahun 2010 sebesar 1,22 dan tahun 2011 sebesar 1,05 atau lebih besar dari satu (>1). Pada posisi ini maka strategi pemasaran yang dapat digunakan adalahLikuidasi, Disvestasi, dan Penciutan.Item DAMPAK PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA, Ltd. PADA PROGRAM LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT (LED) TERHADAP PERKEMBANGAN AGROINDUSTRI AKAR WANGI(2012-08-13) KARNATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK KARNATI, 2012. DAMPAK PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA, Ltd.PADA PROGRAM LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT (LED) TERHADAP PERKEMBANGAN AGROINDUSTRI AKAR WANGI (Studi Kasus di Pelaku Usaha Binaan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. di Agroindustri Akar Wangi, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut). Di Bawah Bimbingan Trisna InsanNoor. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab suatu organisasi perusahaan atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan yang sifatnya transparan, etis, konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikanharapan para pemangku kepentingan, sesuai dengan hukum yang berlaku, sejalan dengan norma-norma perilaku internasional, dan terintegrasi dalam ketatalaksanaan organisasi perusahaan. Di Indonesia, peraturan mengenai CSR salah satunya terdapat dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Perseroan Terbatas. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. telah melaksanakankegiatan CSR dalam bidang kesehatan, pendidikan, pengembangan ekonomi, lingkungan, dan bidang infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Pada Program Local Economic Development (LED) Terhadap Perkembangan Agroindustri Akar Wangi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dari Chevron Geothermal Indonesia, Ltd., LSM PUPUK, Pelaku Usaha, dan dari sumber-sumber yang terkait. Analisis yang digunakan yaitu analisis agroindustrialisasi Wilkinson dengan aspek yang dikaji diantaranya perkembangan permodalan, penyediaan bahan baku, tenaga kerja, kelembagaan, diversifikasi produk, perubahan teknologi, pewilayahan, dan struktur pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program LED CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.diantaranya pemberian permodalan, pembinaan atau pelatihan, pendampingan, dan pemasaran produk memberikan perubahan dan perkembangan pada agroindustri akar wangi. Berdasarkan hasil analisis agroindustrialisasi menunjukkan bahwa perubahan dan perkembangan agroindustri akar wangi dari tahun 2010 hingga 2012 belum terjadi perubahan dan perkembangan/perubahan dan perkembangannya tetap. Hasil RC ratio pada masing-masing pelaku usaha diantaranya pada agroindustri budidaya akar wangi yang diperoleh dalam jangka waktu 1 tahun sebesar 2,05, agroindustri tenun akar wangi dengan hasil RC ratio yang diperoleh selama 1 bulan sebesar 1,875, dan agroindustri kerajinan akar wangi dengan hasil RC ratio yang diperoleh selama 1bulan sebesar 3. Hasil nilai RC ratio lebih dari 1 maka usaha tersebut memberikan keuntungan sehingga baik untuk dikembangkan di tahun berikutnya.Item Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Fresh Product (Studi Kasus di Carrefour dan Pasar Tradisional Kiaracondong Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat).(2012-08-13) INNA MARLINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK INNA MARLINA. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Fresh Product (Studi Kasus di Carrefour dan Pasar Tradisional Kiaracondong Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat).Di bawah bimbingan: ENDAH DJUWENDAH. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian dan pembelian produk-produk pertanian termasuk fresh product di berbagai tempat perbelanjaan pada setiap periode tertentu. Fresh product umumnya banyak dijual baik di ritel modern maupun ritel tradisional. Fresh product pertanian terdiri dari sayuran, buah-buahan, daging dan ikan. Saat ini, fresh product pertanian banyak diminati oleh para konsumen. Hal tersebut dikarenakan semakinmeningkatnya kesadaran konsumen akan produk sehat dan berkualitas. Penelitian dilakukan di Carrefour dan Pasar Tradisional Kiaracondong Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif dengan metode studi kasus dan pengolahan data menggunakan tabulasi deskriptif. Penentuan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling Terdapat perbedaan faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian fresh product di Carrefour Kiaracondong dan Pasar Kiaracondong. Perbedaan faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian fresh product di Pasar Kiaracondong dengan Carrefour Kiaracondong diantaranya yaitu di Pasar Kiaracondong terdapat faktor mengenai informasi harga produk dan hubungan dengan pelanggan. Sedangkan, di Carrefour Kiaracondong terdapat faktor promosi. Selain itu, sikap konsumen dalam membeli fresh product dapat ditentukan dari keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Kondisi sosial ekonomi konsumen dapat mempengaruhi sikap konsumen dalam membeli fresh product. Konsumen yang berbelanja baik di Pasar Kiaracondong maupun Carrefour Kiaracondong merasa nyaman dengan tempat belanja yang mereka pilih dikarenakan pengalaman maupun pengetahuan mereka mengenai tempat tersebut.Item Manajemen Rantai Pasok Kentang Atlantik Untuk Memenuhi Kebutuhan Agroindustri (Studi Kasus di Kelompok Tani Insani Agrosamesta, di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung)(2012-08-13) SATRIA HARIANTO N; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK SATRIA HARIANTO NUGROHO. 2012. Manajemen Rantai Pasok Kentang Atlantik Untuk Memenuhi Kebutuhan Agroindustri (Studi Kasus di Kelompok Tani Insani Agrosamesta, di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung). Dibawah bimbingan TOMY PERDANA. Kentang Atlantik merupakan salah satu varietas kentang yang memiliki potensi dan prospek pengembangan yang baik. Kentang atlantik merupakan bahan baku utama bagi industri pengolahan makanan. Kelompok Tani Insani Agrosamesta merupakan salah satu kelompok tani yang mengembangkan kentangatlantik di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung yang bekerja sama dengan industri pengolahan makanan. Penelitian dilakukan pada Kelompok Tani Insani Agrosamesta di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen rantai pasok kentang atlantik, mulai dari ketersediaan bibit sampai dikirimkan kepada industri pengolahan makanan dan mengetahui strategi untuk membangun rantai pasok kentang atlantik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study), sedangkan teknik analisis yang digunakan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, pelaku yang terlibat di dalam rantai pasok kentang atlantik adalah petani penangkar, kelompok tani, petani kentang, jasa pengangkutan, dan industry pengolahan makanan. Kelompok tani merupakan pihak yang memiliki peran lebih besar dalam mengelola rantai pasok kentang atlantik. Dan petani penangkar adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas ketersediaan bibit G2 di kelompok tani. Strategi untuk membangun rantai pasok kentang atlantik dibuat berdasarkan penilaian kinerja rantai pasok menggunakan alat analisis Supply Chain Balance Scorecard. Hasilnya adalah pada perspektif pelanggan dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran belum mencapai nilai maksimal. Oleh karena itu, strategi yang dibuat adalah pembuatan rencana pola tanam secara detail, baik di tingkat petani penangkar maupun kelompok tani dan mengadakan pelatihan intensif bagi petani kentang atlantik.Item Strategi Pengadaan Bahan Baku Agroindustri Ubi Jalar untuk Memenuhi Permintaan Pasar (Studi Kasus PT Galih Estetika Indonesia, Desa Bandorasa, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)(2012-08-13) ANNISA WAHYURANI PUTRI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Annisa Wahyurani Putri, 2012. Strategi Pengadaan Bahan Baku Agroindustri Ubi Jalar untuk Memenuhi Permintaan Pasar (Studi Kasus PT Galih Estetika Indonesia, Desa Bandorasa, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, JawaBarat). Di bawah bimbingan: Eti Suminartika. Indonesia merupakan salah satu Negara 5 besar penghasil ubi jalar di dunia. Di Indonesia terdapat salah satu perusahaan agroindustri ubi jalar yaitu PT Galih Estetika Indonesia. Perusahaan ini mengolah ubi jalar ke berbagaijenis produk olahan, seperti menjadi pasta dan tepung. Dalam memenuhi permintaan pasar jaminan persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, namun saat ini justru permasalahan yang dialami perusahaan adalah berkaitan dengan kesulitan akan bahan baku. Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti mengenai strategi pengadaan bahan baku agro industri ubi jalar yang sebaiknyadigunakan perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar. Penelitian dilakukan di PT Galih Estetika Indonesia, Desa Bandorasa, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik studi kasus. Alat analisis yang digunakan untuk menentukan strategi pengadaan bahan baku yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Strategi pengadaan bahan baku yang saat ini digunakan adalah melakukan sistem kontrak dengan petani dan pembelian langsung ke bandar.Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, pembelian langsung ke bandar lebih mendominasi dibandingkan dengan sistem kontrak dengan petani. Hal ini dikarenakan petani banyak yang tidak mematuhi peraturan kontrak yaitu dengan menjual hasil panen tidak sepenuhnya kepada perusahaan. Berdasarkan alat analisis metode AHP ketiga strategi yang bisa digunakan yaitu sistem kontrak, pembelian langsung ke bandar, dan pola kemitraan sistem plasma, didapatkan strategi yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan adalah pola kemitraan sistem plasma. Pola kemitraan sistem plasma menjadi strategi pengadaan bahan baku yang paling baik digunakan oleh perusahaan karena dengan pola ini keterikatan antara perusahaan dengan petani lebih kuat. Hal ini dikarenakan perusa haan memberi bantuan berupa pinjaman modal dan bibit kepada petani serta pengawasan langsung selama masa tanam, sehingga petani lebih mematuhi aturan kontrak dengan menjual seluruh hasil panen ke perusahaan.Item Respon Petani Terhadap Kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (Studi Kasus di Poktan Giri Mukti II Desa Sindanggalih Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat)(2012-08-13) ARIF PRATAMA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Arif Pratama, 2012. Respon Petani Terhadap Kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (Studi Kasus di Poktan Giri Mukti II Desa Sindanggalih Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh Tarya J.Sugarda. Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah dilakukan dengan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah (non Formal) untuk para petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu,sanggup memperbaiki serta meningkatkan usaha taninya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana respon petani terhadap kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah dan untuk mengetahui mekanisme kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif Dari penelitian ini diketahui bahwa respon petani terhadap kegiatan penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II Desa Sindanggalih Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang adalah Baik. Analisis nilai respon petani terhadap kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Persentase dan analisa secara deskriptif. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus. Pengambilan responden dalam penelitian ini adalah dengan cara sensus atau seluruh anggota Poktan Giri Mukti II. Penyuluhan pertanian melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan peningkatan hasil produksi petani. Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru.