Televisi dan Film (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Televisi dan Film (S1) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 56
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Semiotika John Fiske mengenai Representasi Preman dalam Sinetron Preman Pensiun Karya Sutradara Aris Nugraha(2019-07-31) HANIFA YUSLIHA ROHMAH; Aceng Abdullah; Dian Wardiana SjuchroHanifa Yusliha Rohmah, 210410150024, “SKRIPSI”, 2019, Analisis Semiotika John Fiske mengenai Representasi Preman dalam Sinetron ‘Preman Pensiun’ Karya Sutradara Aris Nugraha, pembimbing utama Dr. Dian Wardiana, M.Si., pembimbing pendamping Dr. Aceng Abdullah,M.Si., Prodi Media Televisi dan Film Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Latar belakang penelitian ini adalah, dalam sinetron Preman Pensiun Makna ‘Preman’ dibangun secara berbeda. Preman dikenal sebagai sosok yang kriminal dan kejam, namun sinetron Preman Pensiun mengkonstruksikan preman dari sisi dan karakter yang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana preman direpresentasikan dalam tiga level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotika yang memusatkan pehatian terhadap tanda. Menurut Fiske, semiotika adalah studi tentang pertanda , yaitu bagaimana makna dibangun dalam “teks” media.. Hasil dari penelitian ini yaitu, dalam level realitas penampilan, beberapa preman direpresentasikan dengan pakaian yang urakan, sedangkan Kang Bahar justru terlihat rapih dan casual. Sedangkan dari segi lingkungan dan cara berbicara, kalimat-kalimat ancaman dari seorang preman, digambarkan dalam sinetron ini. Namun, sosok aparat penegak hukum tidak muncul sama sekali di dalam sinetron Preman Pensiun. Lalu, sama seperti kelompok lainnya, ada suatu gesture yang disepakati oleh kelompok Preman dalam sinetron Preman Pensiun. Yang kedua dalam level representasi, alasan seorang preman yang ingin pensiun ditampilkan melalui dialog yang Bahar sampaikan kepada Muslihat. Dalam kode kamera, Pengambilan gambar sebatas sampai medium close up. Dilihat dari segi sound, ciri khas angklung dan suling dalam sinetron ini sangat memorable, dan juga cerita serta pengkarakteran setiap tokoh yang kuat dan bermakna. Sedangkan dalam level ideologi, ada dua ideologi yang diangkat dalam sinetron ini , yaitu ideologi premanisme dan ideologi feminisme. Kata Kunci : Preman, Semiotika, RepresentasiItem PEMBERITAAN FILM A MAN CALLED AHOK DAN FILM 212 THE POWER OF LOVE DI REPUBLIKA ONLINE DAN CNN INDONESIA(2019-08-05) SAFIRA PRATIWI MAULANY; Aceng Abdullah; Dian Wardiana SjuchroFilm A Man Called Ahok dan film 212: The Power of Love terinspirasi dari fenomena besar dimasyarakat dan saling berhubungan dikehidupan nyata serta menarik perhatian media massa untuk memuat pemberitaannya. Pemberitaan media dapat mempengaruhi eksistensi sebuah film, tetapi perbedaan perpektif media menyebabkan perbedaan sudut pandang dalam berita yang ditampilkan. Untuk melihat sejauh mana perbedaan media dalam membingkai pemberitaan mengenai film A Man Called Ahok dan film 212: The Power Of Love digunakan metode analisis framing dari Robert N. Entman yang melihat framing dalam dua dimensi yakni seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu. Hasil penelitian Republika mendefinisikan film 212: The Power of Love sebagai film Islam yang sangat bagus dan patut ditonton karena mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai Islam yang sesungguhnya yang cinta damai, dan dalam memberitakan film 212: The Power of Love Republika cenderung mengarah pada promosi. Sedangkan CNN Indonesia membingkai kegagalan film 212: The Power of Love untuk mencapai 1 juta penonton dan mendefinisikan film A Man Called Ahok sebagai film biografi yang apik baik dari segi cerita maupun teknis film, mengaitkan film dengan isu politik juga dibingkai oleh CNN Indonesia sebagai cerminan polarisasi bangsa.Item Di Balik Branded Web Series Karya Yandy Laurens(2019-09-16) SAFINA ZORA HASSANAH; Dian Wardiana Sjuchro; Jimi Narotama MahameruajiPenelitian ini berusaha mengungkap bagaimana strategi yang dimiliki oleh filmmaker dalam kapasitasnya mengolah cerita naskah branded web series kategori drama fiksi yang memilih beriklan pada media digital. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan brand mau menggunakan konsep filmmaker dengan pendekatan soft-selling, memahami strategi filmmakers dalam menyampaikan pesan brand dengan cara soft-selling, serta memahami peluang branded web series pada masa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu studi kasus eksplanatoris. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sedari awal pihak brand menginginkan untuk tidak melakukan hard-selling pada serial web. Filmmakers dibukakan kebebasan sebesar mungkin dengan tetap mengemban tanggung jawab serta kedewasaan yang telah disepakati, yaitu mengutamakan visi dari market yang diinginkan. Penting bagi filmmakers untuk membuat sebuah ekosistem yang sehat dalam bekerja. Peluang branded web series di ranah digital dalam lima tahun kedepan diproyeksikan masih sangat cerah.Item Hubungan Terpaan Promosi Akun Twitter @netmediatama Terhadap Keputusan Menonton NET. Good People(2019-10-23) TASYALIA BRILIANTI PUTRI; Wina Erwina; Santi SusantiPenelitian ini berjudul Hubungan Promosi Akun Twitter @netmediatama Terhadap Keputusan Menonton NET. Good People. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adakah hubungan antara promosi akun twitter @netmediatama terhadap keputusan menonton NET. good people, yaitu intensitas promosi, isi pesan dan daya tarik pesan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional melalui data primer kuisioner. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik random sampling dari NET. Good People sebanyak 200 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan dengan tingkatan sedang antara intensitas promosi program melalui akun@netmediatama dengan keputusan menonton , adanya tingkatan yang rendah antara isi pesan promosi program melalui akun twitter @netmediatama dengan keputusan menonton dan adanya tingkatan sedang antara daya tarik promosi program melalui akun @netmediatama dengan keputusan menonton yang berupa adanya tindakan feedback yang dilakukan followers dengan cara reply, retweet & love promosi program NET., informasi yang jelas dalam tweet dan penggunaan kata-kata yang menarik dan persuasif antara promosi akun twitter @netmediatama (intensitas promosi, isi pesan & daya tarik) terhadap keputusan menonton NET. good people.Item Interpretasi Anggota Mapala Khaniwata Terhadap Film Dokumenter(2019-11-15) AZHAR ANBAR CHAERUNNISA; Atwar Bajari; Aceng AbdullahHasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku menonton khalayak cukup beragam. Terhadap tiga wacana utama hasil rumusan makna produsen teks, yakni eksploitasi batu bara, para korban eksploitasi batu bara serta oligarki tambang batu bara. Pembacaan khalayak mencakup seluruh jenis pembacaan, dominant-hegemonic, negotiated dan oppositional. Dari penelitian ini, makna produsen teks yang disampaikan sejalan dengan pembacaan khalayak terhadap premis-premis yang ada dalam film dokumenter “Sexy Killers”.Item Representasi Citra Diri Di Instagram Dalam Film Pendek Komersial Lalin(2019-11-18) SHAN BISRY SUJUDI; Nuryah Asri Sjafirah; Ika Merdekawati KusmayadiShan Bisry Sujudi, 210410150034, 2019. Skripsi ini berjudul Representasi Citra Diri di Instagram dalam Film Pendek Komersial Lalin. Pembimbing utama Dr. Hj. Nuryah Asri Sjafirah, S.Sos., M.Si. dan pembimbing pendamping Ika Merdekawati Kusmayadi, S.I.Kom, M.A. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, makna konotasi, dan mitos citra diri di Instagram yang direpresentasikan dalam film pendek komersial Lalin. Metode yang digunakan pada penelitian ini yakni metode penelitian kualitatif dengen pendekatan studi semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan pada tahapan denotasi yaitu bagaimana seseorang dengan citra diri virtual menarik mudah disukai oleh banyak orang lain, pada tahapan konotasi yaitu demi memuaskan keinginan orang lain seseorang rela mengorbankan kebahagian diri sendiri, sedangkan pada tahapan mitos yaitu: (1) orang yang mempunyai wajah rupawan setengah masalah hidupnya sudah terselesaikan, (2) perempuan cantik adalah yang berkulit putih, bersih, dan proporsional, (3) kehidupan dunia maya berbanding lurus dengan dunia nyata. Simpulan penelitian ini adalah bahwa representasi yang ditampilkan dalam film pendek komersial Lalin memberikan pandangan lebih mendalam dan dampak negatif dari realitas sosial yang terjadi di kalangan remaja mengenai citra diri virtual palsu yang diciptakan di sosial media terutama Instagram.Item Penggunaa Youtube oleh NET TV sebagai Platform Alternatif Promosi dan Penyajian program siaran berita NET TV(2020-01-22) CHRISTIAN NATHAEL WIJAYA; Rangga Saptya Mohamad; Aceng AbdullahChristian Nathael Wijaya, 210410150025, 2019. Program Studi Televisi dan Film , Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Judul penelitian: “ Penggunaan YouTube oleh NET TV Sebagai Platform Alternatif Promosi dan Penyajian Program Siaran Berita NET TV”. Pembimbing utama adalah Dr. H. Aceng Abdulah, M.Si., dan pembimbing pendamping adalah Rangga Saptya Mohamad Permana, S.I.Kom., M.I.Kom. NET TV merupakan pelopor dalam menggunakan media digital terutama YouTube diantara stasiun televisi lainnya dengan nama NET news yang menjadi sarana alternatif promosi dan penyajian program. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus intrinsik Robert E.Stake. Hasil dari penelitian ini adalah NET News menggunakan YouTube untuk mempromosikan produk brand lain dan meningkatkan eksistensi brandnya sendiri melalui promosi program- programnya. Jumlah subcriber NET news menjadi salah satu faktor untuk melakukan kegiatan promosi alternatif. Jumlah subcribers yang banyak juga menarik pengiklan untuk mempromosikan produknya di NET News. Selain itu para pengiklan dapat tertarik dengan Youtube NET News dikarenakan kontennya sering masuk kedalam trending topic Indonesia sehingga kontennya dapat menyebar secara luas di Indonesia. Video berita yang disajikan NET News juga cukup banyak sehingga membuat khalayak dapat memilih berita mana yang mau mereka konsumsi dan yang tidak. Hal itu disebabkan oleh target pasarnya adalah generasi Y atau millennial dimana kelompok inilah yang menggunakan media sosial Youtube nomor 1 di Indonesia.Item INOVASI IKLAN TELEVISI PADA MOMEN ASIAN GAMES TAHUN 2018(2020-02-13) ELSATORIA HANIFA; Dandi Supriadi; Rangga Saptya MohamadPenelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui latar belakang pengambilan kebijakan, implementasi, efek dan evaluasi iklan split screen pada program Gelora Asian Games di SCTV tahun 2018. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal berikut. Latar belakang munculnya Split Screen adalah hasil diskusi antara Emtek Group dan OCA lewat Dentsu. Dengan adanya inovasi ini, pengiklan sangat antusias yang mengakibatkan split screen laku dan diminati. Namun, penonton banyak mengirim komentar negatif di ofisial akun Twitter atas penayangan iklan tersebut, sehingga admin Twitter harus melakukan upaya-upaya penanganan krisis. Dalam tahap evaluasi, split screen mendatangkan banyak keuntungan bagi SCTV namun sampai sekarang tidak digunakan lagi dikarenakan banyaknya pihak yang tidak setuju.Item REPRESENTASI PENYANDANG DISABILITAS DALAM FILM WHAT THEY DONT TALK ABOUT WHEN THEY TALK ABOUT LOVE(2020-07-14) IVANY HANIFA RAHMI; Ilham Gemiharto; Putri LimiliaIvany Hanifa Rahmi, 210410160035, 2020. Representasi Penyandang Disabilitas dalam film What They Don’t Talk About When They Talk About Love. Pembimbing utama Dr.Ilham Gemiharto, S.Sos.,M.Si dan pembimbing pendamping Putri Limilia,S.Ikom.,M.Si. Penelitian bertujuan untuk mengetahui representasi penyandang disabilitas dalam film ‘What They Don’t Talk About When They Talk About Love’ melalui identifikasi karakteristik stereotype penyandang disabilitas pada media. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi semiotika struktural sintagma Christian Metz dan analisis representasi penyandang disabilitas Collin Barnes. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam subjek penelitian terdapat lima puluh empat autonomous segment yang merepresentasikan penyandang disabilitas menggunakan cultural pluralism model yang dapat diidentifikasi menggunakan tiga stereotype penggambaran penyandang disabilitas di media yaitu; The Disabled Person as Normal, as Their Own Worst and Only Enemy, dan as Atmosphere. Melalui tahapan analisis unsur-unsur representasi penyandang disabilitas pada media, dapat disimpulkan subjek penelitian telah memenuhi tiga unsur representasi penyandang disabilitas di media dengan menggambarkan penyandang disabilitas secara non-stereotypical dan akurat, menggunakan bahasa dan istilah secara kontekstual, dan memahami pentingnya rekomendasi BCODP dalam menggambarkan penyandang disabilitas dalam beriklan.Item Resepsi Khalayak tentang Kehamilan di Luar Nikah dalam Film "Dua Garis Biru"(2020-09-13) SALSABILA NADHIFA; Herlina Agustin; Rangga Saptya MohamadDua Garis Biru adalah film yang mengangkat isu tentang kehamilan di luar nikah dan hubungannya dengan komunikasi yang berlangsung di dalam keluarga dan pendidikan seks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rumusan makna kreator terkait isu kehamilan di luar nikah dalam Dua Garis Biru, memahami pembacaan khalayak dan mengetahui posisi pembacaan khalayak terhadap isu kehamilan di luar nikah dalam Dua Garis Biru, dan mengetahui kerangka pengetahuan yang mendasari khalayak dalam membaca isu kehamilan di luar nikah dalam Dua Garis Biru. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi terhadap Film Dua Garis Biru, wawancara mendalam dengan 12 informan, serta studi pustaka terkait isu kehamilan di luar nikah. Data dianalisis menggunakan model Encoding/Decoding Stuart Hall. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya tiga tema besar dari isu kehamilan di luar nikah yang diangkat dalam film ini, yaitu komunikasi orang tua dan remaja, kehamilan remaja, dan pernikahan dini. Terdapat keberagaman pembacaan yang dilakukan oleh informan. Pada tema komunikasi orang tua dan remaja dan tema kehamilan remaja, khalayak berada pada posisi dominan, negosiasi, dan oposisi. Sedangkan pada tema pernikahan dini, ke-12 informan berada pada posisi dominan. Yang melatarbelakangi keberagaman pembacaan adalah adanya perbedaan nilai sosio-kultural, nilai agama, lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan latar belakang pendidikan masing-masing informan.Item Representasi Perempuan Dalam Film Ocean`s 8 Sebagai Bentuk Resistensi Terhadap Budaya Patriarki(2020-09-29) REKSA ANGGIA RATMITA; Eni Maryani; Rangga Saptya MohamadReksa Anggia Ratmita, 210410160064, 2020, Skripsi, Representasi Perempuan Dalam Film “Ocean’s 8” Sebagai Bentuk Resistensi Terhadap Budaya Patriarki, Pembimbing Dr. Eni Maryani, M.Si, dan Rangga Satya M.P, S.I.Kom, M.I.Kom, Prodi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Ocean’s 8 merupakan film Hollywood yang menceritakan tentang sebuah kelompok pencuri yang terdiri atas perempuan. Film tersebut merupakan film spin off dari trilogi Ocean’s yang menceritakan tentang pencurian. Ocean’s 8 berbeda dengan film-film dari trilogi Ocean’s lainnya karena karakter utamanya merupakan perempuan dan isu-isu perempuan. Isu-isu perempuan merupakan isu yang erat kaitannya dengan isu kesetaraan gender dan patriarki. Melalui film Ocean’s 8 perempuan digambarkan memiliki peran maskulin sebagai bentuk resistensi dari budaya patriarki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi perempuan dalam film Ocean’s 8 sebagai bentuk resistensi terhadap budaya patriarki. Data-data dianalisis menggunakan teknik analisis semiotika John Fiske yang terbagi menjadi tiga level yaitu level realitas, representasi serta ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pada level realitas, para karakter perempuan dalam film Ocean’s 8 menunjukkan realitas maskulin melalui penampilan, ekpresi, cara berbicara dan gestur; (2) Pada level representasi, karakter perempuan memiliki peran maskulin melalui kode-kode teknis; (3) Ocean’s 8 mengandung ideologi resistensi terhadap budaya patriarki yang dilakukan oleh perempuan; dan (4) Peran maskulin karakter perempuan di Ocean’s 8 berhubungan dengan ideologi resistensi terhadap patriarki dan feminisme.Item Representasi Dampak Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terhadap Lingkungan dalam Film Dokumenter Sexy Killers(2020-12-07) MUHAMMAD ARIQ ANHASDIO FAIZ; Aceng Abdullah; Rangga Saptya MohamadMuhammad Ariq Anhasdio Faiz, 210410160036, 2020. Representasi Dampak Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Terhadap Lingkungan dalam Film Dokumenter Sexy Killers. Pembimbing utama Dr. Aceng Abdullah, M.Si. dan Pembimbing pendamping Rangga Saptya Mohamad Permana, S.I.Kom., M.I.Kom. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Sexy Killers merupakan sebuah film dokumenter mengenai dampak dari penggunaan PLTU dan permasalahan lingkungannya yang dalam 5 hari ditonton lebih dari 14 juta kali. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan PLTU terhadap lingkungan dalam film Sexy Killers, sisi pesan dampak penggunaan PLTU terhadap lingkungan yang direpresentasikan dalam film dokumenter Sexy Killers, tendensi pesan representasi dampak penggunaan PLTU terhadap lingkungan dalam film dokumenter Sexy Killers, fungsi komunikasi lingkungan yang digunakan film dokumenter Sexy Killers dalam merepresentasikan dampak penggunaan PLTU terhadap lingkungan, dan penggunaan critical rhetoric di film dokumenter Sexy Killers dalam merepresentasikan dampak penggunaan PLTU terhadap lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dampak biologis pada unit sosial individu dan dampak lingkungan hidup pada unit sosial masyarakat paling banyak dimunculkan dalam film. Sisi pesan dalam merepresentasikan dampak paling banyak adalah satu sisi pesan. Tendensi pesan dampak yang direpresentasikan paling banyak memiliki kecondongan pesan negatif. Dalam film Sexy Killers terdapat kedua fungsi komunikasi lingkungan yakni pragmatic dan constitutive. Selain itu juga terdapat penggunaan critical rhetoric dalam film dokumenter Sexy Killers ini.Item Peran Indiskop dalam Teraktualisasinya Fungsi Edukasi Komunikasi Massa(2021-03-11) JALU WISESA; Aceng Abdullah; Ilham GemihartoJalu Wisesa. 210410160068. 2020. Peran Indiskop dalam Teraktualisasinya Fungsi Edukasi Komunikasi Massa. Pembimbing utama Dr. Aceng Abdullah, M.Si. Pembimbing Pendamping Dr. Ilham Gemiharto, S.Sos., M.Si. Program Studi Televisi dan Film. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Padjadjaran. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana peran dari Indiskop, sebagai sebuah eksebitor film dalam melaksanakan proses edukasi terhadap khalayak. Indiskop merupakan sebuah ruang eksebisi film komersil yang memfokuskan diri dalam proses edukasi terkait film. Penelitian ini akan membahas proses yang dijalankan oleh Indiskop dalam merencanakan program, hingga program tersebut dapat dilaksanakan. Juga bagaimana pemahaman yang ada terhadap konsep edukasi bagi industri film, serta proses pendekatan yang dilakukan. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan meliputi wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Dari penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa edukasi merupakan hal yang dibutuhkan dalam industri film di Indonesia untuk membentuk khalayak yang ramah dengan film. Dalam operasionalnya, Indiskop menurunkan konsep edukasi menjadi bentuk program tayangan dan non-tayangan. Dalam perancangannya, meliputi pemilihan tema, seleksi film, memperoleh film, penyusunan tayangan film, penyusunan strategi komunikasi, dan publikasi program. Dan dalam pelaksanaannya mereka menemui berbagai hambatan yang terbagi menjadi hambatan yang berkaitan dengan program, khalayak, serta dukungan.Item Representasi Keganasan Giant Snake Pada Film Anacondas : The Hunt For The Blood Orchid(2021-03-23) GINNA SYOFANY; Herlina Agustin; Ilham GemihartoGinna Syofany, 210410150033. Skripsi ini berjudul Representasi Keganasan Giant Snake Pada Film Anacondas : The Hunt For The Blood Orchid, dengan mnggunakan studi analisis wacana kritis Norman Fairclough. Pembimbing utama Dr. Herlina Agustin, MT., dan pembimbing pendamping Ilham Gemiharto, S.Sos., M.Si.. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesalahpahaman penonton dalam memahami film Anacondas : The Hunt For The Blood Orchid terutama pada penggambaran ular anakonda pada film tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana representasi keganasan giant snake pada film Anacondas : The Hunt For The Blood Orchid, yang direpresentasikan dalam level teks, level praktik wacana dan level sosiokultural. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan analisis wacana kritis model Norman Fairclough. Dalam pembahasannya,penelitian ini menggunakan Teori Estetika dan Teori Normatif. Objek dari penelitian ini adalah film Anacondas : The Hunt For The Blood Orchid. Data tambahan diperoleh dari hasil observasi. Hasil penelitian ini adalah dari level teks, penggambaran ular anakonda yang diceritakan dalam film tidak sesuai dengan fakta ular anakonda yang sebenarnya. Dari level praktik wacana, konteks sosial yang dihasilkan dari film adalah memberikan ketakutan kepada penonton terhadap ular anakonda dan mempengaruhi penonton bahwa ular anakonda adalah ular yang sangat berbahaya dan sangat mematikan seperti yang diceritakan di dalam film. Dari level sosiokultural, ideologi yang ditimbulkan adalah ideologi ekonomi. Dan faktanya penonton lebih menyukai film yang membangun suasana tegang. Melalui penelitian ini, penulis menyarankan agar filmmaker lebih memperhatikan sebuah film yang akan di produksi di tinjau dari kegunaannya yaitu untuk pendidikan, untuk informasi, untuk mempegaruhi dan untuk hiburan. Karena film yang baik tentu mengandung keempat unsur tersebut. Dan kepada penonton dan penikmat film, diharapkan lebih kritis dalam mencerna cerita dari sebuah film. Kata Kunci : Film, Analisis Wacana Kritis, Norman Fairclough, Giant Snake, Anakonda.Item Analisis Resepsi Stereotip Etnis Tionghoa pada Film Crazy Rich Asians(2021-03-29) TAZKIA QALBI HAFIFI; Siti Karlinah; Sri Seti IndrianiTazkia Qalbi Hafifi, 210410160006, 2020. Analisis Resepsi Stereotip Etnis Tionghoa dalam Film Crazy Rich Asians. Pembimbing utama Dr. Siti Karlinah, M. Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Sri Seti Indriani, S.Ip., M.Si., Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Film Crazy Rich Asians disebut sebagai dobrakan stigma peran ‘Asian- American’ di Hollywood. Film ini diketahui menjadi film genre komedi-romansa terlaris dalam satu dekade terakhir. Namun, keberhasilannya di Amerika Serikat tidak diikuti keberhasilannya di Tiongkok yang merupakan negara asal budayanya. Beberapa situs berita melansir salah satu penyebab kegagalannya di Tiongkok karena dinilai mengandung unsur stereotip etnis serta tidak merepresentasikan kebudayaan Tionghoa secara tepat. Bagaimanakah representasi stereotip etnis Tionghoa dalam film Crazy Rich Asians? Serta bagaimana posisi pembacaan khalayak terhadap representasi tersebut? Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Tionghoa serta Non Tionghoa Universitas Katolik Parahyangan dan Universitas Kristen Marnatha Kota Bandung. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis resepsi encoding—ecoding Stuart Hall yang menghasilkan tiga kategori posisi pembacaan, yaitu Posisi Pembacaan Dominan, Negosiasi, serta Oposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi stereotip etnis Tionghoa dalam film serta posisi pembacaan khalayak terhadap representasi stereotip tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori tema representasi stereotip etnis Tionghoa yang mendominasi. Ketiga kategori tema tersebut, yakni: “Masyarakat Tionghoa Kaya Raya/Miliarder” dan “Masyarakat Tionghoa Memiliki Pola Asuh Otoritarian” serta tema “Masyarakat Tionghoa Memiliki Kongsi Dagang yang Luas”. Tema pertama dan kedua menunjukan bahwa posisi pembacaan khalayak berada pada posisi mayoritas Pembacaan Dominan, serta tema ketiga menunjukan posisi pembacaan khalayak berada pada posisi imbang Dominan dan Negosiasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa khalayak memiliki pemaknaan yang sama dengan produsen teks. Kata kunci: Stereotip, Etinis Tionghoa, Film Crazy Rich Asians, Analisis ResepsiItem Proses Kreatif Sineas Muda dalam Komunitas Film Independen di Kabupaten Sumedang(2021-04-08) FANNISA MIAWANTI RAFADILAH; Aceng Abdullah; Ika Merdekawati KusmayadiFannisa Miawanti Rafadilah, 210410160034. 2020. �Proses Kreatif Sineas Muda dalam Komunitas Film Independen di Kabupaten Sumedang� dengan pembimbing utama Dr. Aceng Abdullah. M.Si. dan Ika Merdekawati Kusmayadi. S.I.Kom.,MA. selaku pembimbing pendamping. Komunitas film independen di kabupaten Sumedang yang aktif dalam memproduksi film pendek, animasi, eksperimental dan dokumenter, memiliki beragam karya dan prestasi. Dibalik prestasi yang mereka raih, terdapat proses kreatif yang perlu mereka lalui, di mana komunitas film independen di kabupaten Sumedang belum memiliki wadah atau tempat naungan untuk para sineas dan komunitas film independen serta beragam hambatan yang pelru dilalui demi menyajikan sebuah karya kepada penonton. Penelitian dengan judul �Proses Kreatif Sineas Muda dalam Komunitas Film Independen di Kabupaten Sumedang�, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kiprah dalam menumbuhkan proses kreatif, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menumbuhkan proses kreatif, dan solusi dari faktor penghambat dalam menumbuhkan proses kreatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara dan data pendukung lainnya adalah observasi dan dokumentasi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber tidak langsung yaitu sumber yang berasal dari internet. Teori yang digunakan adalah teori konstrutivisme. Hasil penelitian diperoleh dan menyimpulkan bahwa proses kreatif sineas muda dalam komunitas film independen di kabupaten Sumedang dilakukan dengan penemuan ide, pengembangan ide, produksi, dan distribusikan secara mandiri oleh komunitas film independen. Hambatan saat melakukan proses kreatif dirasakan dan dilalui oleh para sineas, hambatan tersebut terdapat pada budget, sumber daya manusia, sumber daya alam, alat, dan wadah. Walau beragam hambatan dihadapi oleh para sineas dan komunitas. Hambatan yang dirasakan oleh sineas dan komunitas film independen dapat diselesaikan dengan solusi dan solusi dari pemerintah kabupaten Sumedang. Kata kunci: Proses Kreatif, Film Independen, Sineas Muda, Komunitas Film Independen, SumedangItem Resepsi Khalayak Mengenai Isu Toxic Relationship dalam Film Posesif(2021-05-20) ALYANI NURUL IFFAH; Jimi Narotama Mahameruaji; Ilham GemihartoAlyani Nurul Iffah, 210410170002, 2021. “Resepsi Khalayak mengenai Isu Toxic Relationship dalam Film Posesif” pembimbing utama Dr. Ilham Gemiharto., M.Si. dan pembimbing pendamping Jimi Narotama, S.Sos., M.Si. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembacaan khalayak mengenai isu toxic relationship dalam Film Posesif karya Edwin. Urgensi dari penelitian ini dikarenakan saat ini isu toxic relationship seperti yanng ada pada Film Poseaif banyak terjadi di lingkungan sosial. Berdasarkan data catatan tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, setidaknya terdapat 1815 kasus aduan kekerasan dala pacaran pada tahun 2019, dimana kekerasan dalam pacaran masuk ke dalam kategori toxic relationship. Film Posesif merupakan film kisah cinta remaja yang mengangkat sebuah isu yang masih jarang dibicarakan yakni mengenai toxic relationship. Keunikan dari isu tersebut menjadikan Film Posesif masuk ke nominasi-nominasi pada penghargaan film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi menggunakan model encoding-decoding dari Stuart Hall. Analisis resepsi menekankan khalayak sebagai khalayak aktif yang dapat menafsirkan makna dari produsen makna. Subjek penelitian ini adalah 10 orang usia remaja dan dewasa yang berdomisili di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumusan makna produsen pada Film Posesif dibagi atas 3 tema besar, yakni pemahaman mengenai isu toxic relationship, faktor penyebab (pelaku melakukan dan korban bertahan) dan juga peran significant other dalam decision making korban keluar dari toxic relationship. Adapun hasil pembacaan informan terhadap ketiga tema tersebut beragam. Sepuluh informan berada posisi dominan pada tema pemahaman mengenai isu toxic relationship, sedangkan pada tema faktor penyebab dan peran significant other dalam decision making sepuluh informan berada posisi dominan, negosiasi dan oposisi. Dari pandangan dan penerimaan sepuluh informan yang beragam menyutujui bahwa isu toxic relationship seperti pada Film Posesif merupakan sebuah isu yang saat ini sudah mulai harus diperhatikan.Item Representasi Freddie Mercury sebagai Rockstar dalam Film Bohemian Rhapsody(2021-06-21) SYIFA AFIATI AMATILLAH; Jimi Narotama Mahameruaji; Dadang SugianaSyifa Afiati Amatillah 210410150027. 2020. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Judul Penelitian: “Representasi Freddie Mercury sebagai Rockstar dalam Film Bohemian Rhapsody”. Pembimbing utama adalah Dr. Dadang Sugiana, M.Si. dan pembimbing pendamping adalah Jimi Narotama Mahameruaji, S.Sos., M.Si. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Representasi Freddie Mercury sebagai Rockstar yang ditampilkan dalam film Bohemian Rhapsody dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes yang menganalisis makna denotasi, makna konotasi, mitos dan ideologi yang terkandung dalam film. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa film Bohemian Rhapsody merepresentasikan Freddie Mercury sebagai rockstar yang berbeda dengan rockstar lain pada dekade 70’an. Freddie Mercury sebagai rockstar direprepresentasikan tidak sepenuhnya sesuai dengan representasi umum rockstar dalam media. Film Bohemian Rhapsody memiliki ideologi liberalisme yang menjunjung tinggi kebebasan personal dan terbuka terhadap ide serta pengalaman baru. Saran dari peneliti untuk produsen film yang ingin membuat film biopik mengenai tokoh musisi agar tidak terlalu banyak mengubah peristiwa demi kesinambungan cerita agar tidak menimbulkan perbedaan antara pemahaman khalayak berdasarkan informasi umum dengan representasi tokoh tersebut dalam film.Item Manajemen Program Hiburan Televisi (Studi Kasus Pada Keberhasilan Program Hiburan Televisi DAcademy dan DStar Indosiar)(2021-10-10) I GUSTI WAYAN ALBAR NUGRAHA; Asep Suryana; Santi SusantiJudul peneletian ini adalah Manajemen Program Hiburan Televisi (Studi Kasus Pada Keberhasilan Program Hiburan Televisi “D’Academy dan D’Star Indosiar”). Latar belakang penelitian ini adalah adanya perbedaan rating/share yang diperoleh oleh program D’Academy dan D’Star Indosiar, padahal keduanya dibuat oleh tim produksi dan berada dibawah stasiun televisi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana proses tujuh aspek keberhasilan program hiburan yang ada pada program hiburan D`Academy dan D`Star Indosiar serta bagaimana perolehan rating/share D’Academy dan D’Star. Metode yang digunakan adalah kualitatif pendekatan studi kasus dengan subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam produksi D’Academy dan D’Star yaitu tim produksi, pengisi acara dan penonton. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa baik D`Academy dan D`Star memenuhi tujuh aspek keberhasilan program hiburan dengan treatment yang hampir serupa dan kedua program memiliki benang merah program yang sama, yaitu program kompetisi dangdut. Serta perolehan rating/share D’Academy lebih tinggi dan mendapat respon lebih baik daripada D’Star karena adanya beberapa perbedaan di antara kedua program, mulai dari konsep yang berhubungan dengan eksklusivitas musik dangdut bagi target khalayak mereka yang merupakan Socio Economic Strata C dan D, keleluasaan konflik yang dibuat oleh tim produksi, tipe konsumen D’Academy yang merupakan orang daerah sedangkan D’Star sudah mencakup fanbase, serta faktor eksternal program yaitu program saingan diluar D’Academy dan D’Star. Hal tersebut kemudian yang membuat D’Academy mendapat respon khayalak lebih baik dari D’Star. Saran dari penelitian ini adalah (1) Keberhasilan D`Academy dan D`Star sudah pada tahap mempertahankan sehingga tim produksi harus memiliki inovasi untuk program D`Academy dan pengembangan programnya karena konsep yang masih begitu-begitu saja. (2) Dalam membuat inovasi, tim produksi hendaknya tetap memperhatikan keinginan khalayak agar bisa mendapat respon yang diinginkan melalui rating/share yang didapatkan.Item REPRESENTASI CO-PARENTING DALAM SERIAL TELEVISI SKY CASTLE(2021-10-27) DINI LARASATI; Jimi Narotama Mahameruaji; Purwanti HadisiwiDini Larasati, 210410150035, Program Studi Media Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini berjudul “Representasi Co-Parenting dalam Serial Televisi Sky Castle” dan sub judul Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Representasi Co-Parenting dalam Serial Televisi Korea Selatan Sky Castle. Pembimbing Utama Dr. Purwanti Hadisiwi, M.Ext.Ed. dan Pembimbing Pendamping Jimi Narotama Mahameruaji, S.Sos., M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, makna konotasi, dan mitos tentang representasi co-parenting. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes. Analisis dua tahap Roland Barthes digunakan untuk meneliti makna dari tanda-tanda denotatif dan konotatif yang kemudian berkembang menjadi mitos. Hasil dari penelitian ini, didapatkan bahwa makna denotasi dari representasi co-parenting dalam Sky Castle adalah berbagai adegan dalam serial ini menunjukkan secara gamblang bagaimana gambaran keluarga Hwang yang mengadopsi co-parenting sebagai cara orang tua mengasuh anak yang digambarkan berupa tanda bukan hanya pada aspek visual tetapi juga audio berupa dialog. Makna konotasi yang didapat berupa keluarga Hwang yang menerapkan co-parenting secara tidak langsung juga menerapkan kesetaraan dalam sebuah keluarga yang tidak membagi peran berdasarkan gender seperti misalnya pekerjaan domestik dan mengurus anak. Kemudian mitos yang ada, yaitu pengadopsian co-parenting pada keluarga Hwang yang kemudian juga merupakan juga menjadi bentuk penerapan kesetaraan dalam sebuah keluarga adalah sebuah kontradiksi dari kepercayaan tradisional Korea Selatan, yaitu Konfusianisme yang menjunjung tinggi laki-laki.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »