Televisi dan Film (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item Representasi Adegan Bullying di Sekolah Korea Selatan dalam Serial Animasi Lookism(2024-02-05) ELSIE AUDRIE GINTING; Jimi Narotama Mahameruaji; Aceng AbdullahElsie Audrie Ginting, 210410200007, Skripsi, 2024. “Representasi Adegan Bullying di Sekolah Korea Selatan dalam Serial Animasi Lookism”, pembimbing utama Dr. Aceng Abdullah, M.Si. dan pembimbing pendamping Jimi Narotama Mahameruaji, S.Sos., M.Si., Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Serial animasi Lookism merupakan serial animasi Netflix yang berasal dari Korea Selatan, yang mengisahkan seorang remaja yang menjalani kehidupan ganda dengan bergantian menggunakan dua tubuh. Serial animasi ini juga mengangkat isu bullying yang merupakan permasalahan sosial yang sedang marak terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi adegan bullying di sekolah Korea Selatan dalam serial animasi ini dengan menerapkan metode analisis semiotika John Fiske menggunakan tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan penampilan, gesture, perilaku, hingga cara bicara antara korban dengan pelaku bullying pada level realitas. Pada level representasi menggambarkan bentuk bullying verbal dan fisik merupakan bentuk bullying yang paling banyak digunakan oleh pelaku bullying, serta ruang kelas merupakan tempat yang sering terjadi aksi bullying di sekolah. Pada level ideologi, terdapat ideologi kelas dan individualisme dalam adegan bullying serial animasi Lookism yang ditampilkan melalui perilaku pelaku bullying dan perbedaan kelas sosial antara pelaku dan korban bullying, yang dapat menjadi faktor terjadinya bullying di sekolah.Item Representasi Penanganan Krisis Identitas Pada Karakter Po Dalam Film Kung Fu Panda 3(2024-02-01) RAYMOND VICTOR SETIADI; Lilis Puspitasari; Sri Seti IndrianiRaymond Victor Setiadi, 210410200070, 2023. “Representasi Penanganan Krisis Identitas Pada Karakter Po Dalam Film Kung Fu Panda 3” dengan sub-judul Studi Analisis Naratif Tzvetan Todorov dengan Pendekatan Lacey dan Gillespie Mengenai Krisis Identitas Karakter Po Dalam Film Kung Fu Panda 3. Pembimbing Utama Dr. Sri Seti Indriani, S.IP., M.Si. dan Pembimbing Pendamping Lilis Puspitasari, S.Sos., M.I.Kom. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Kung Fu Panda 3 adalah sebuah film animasi asal Amerika Serikat yang berkolaborasi dengan perusahaan Tiongkok. Film ini bercerita mengenai perjalanan karakter Po dalam menangani krisis identitasnya seiring datangnya tokoh antagonis utama yang mengancam kedamaian desa. Dengan mengangkat isu sosial seperti krisis identitas tersebut, film bergenre animasi, aksi, dan komedi ini dirasa menarik untuk diteliti, karena isu krisis identitas sendiri yang tidak banyak disadari keberadaannya di tengah-tengah masyarakat dengan kalangan usia yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan proses penanganan krisis identitas yang dialami karakter Po sepanjang cerita. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis naratif oleh Tzvetan Todorov dan didukung oleh pendekatan dari Lacey dan Gillespie. Hasil penelitian ini menunjukkan perjalanan karakter Po dalam menangani krisis identitasnya, yang dianalisis sesuai dengan lima tahapan struktur narasi dalam metode analisis naratif Tzvetan Todorov dan pendekatan Lacey dan Gillespie. Adegan-adegan yang terklasifikasi dalam lima tahapan yaitu keseimbangan, gangguan, kesadaran terjadinya gangguan, upaya dalam memperbaiki gangguan, dan pemulihan menuju keseimbangan.Item Analisis Resepsi Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Pada Remaja dalam Film The Social Dilemma(2023-07-20) ALWI JOHAN YOGATAMA; Sri Seti Indriani; Fajar SyuderajatLebih dari setengah penduduk Indonesia menggunakan internet, mayoritas dari mereka menggunakannya untuk media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resepsi khalayak terkait dampak negatif media sosial terkait kesehatan mental pada remaja dalam film The Social Dilemma. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori analisis resepsi Encoding-Decoding dari Stuart Hall. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap tujuh informan yang merupakan siswa SMA Negeri 1 Jatinangor, informan dipilih berdasar tingkat adiksi media sosial. Hasil menunjukkan pembacaan yang bervariasi, terdapat 19 pembacaan posisi dominan, 11 pembacaan negosisasi, dan 5 pembacaan oposisi. Meski media sosial digambarkan sangat berbahaya di film ini, produsen film tidak memasukkan kekuatan individu dalam mengontrol media sosial.Item Representasi Stockholm Syndrome pada Serial Drama Thailand KinnPorsche the Series La Forte(2023-12-05) BENEDICTA AYU INDIWARA WURYANTARI; Sri Seti Indriani; Sandi Jaya SaputraStockholm Syndrome adalah sebuah kondisi psikologis yang menimbulkan ikatan diantara korban dan pelaku kekerasan. Serial drama KinnPorsche the Series La Forte dipilih menjadi subjek penelitian karena adanya asumsi mengenai keberadaan fenomena Stockholm Syndrome yang digambarkan dalam alur cerita melalui karakter second lead couple mereka yaitu Vegas dan Pete. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana fenomena Stockholm Syndrome direpresentasikan dalam serial Drama KinnPorsche the Series La Forte melalui identifikasi pada karakter Vegas dan Pete. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotik berbasis pada ilmu semiotika Christian Metz yakni The Grand Syntagmatique dan Teori Stockholm Syndrome milik Dee. L. R. Graham. Representasi fenomena ini diamati melalui empat kondisi violence relationship dalam mengembangkan Stockholm Syndrome, delapan belas distorsi kognitif yang berasosiasi dengan Stockholm Syndrome dan tiga dimensi Stockholm Syndrome yakni dimensi core stockholm syndrome, dimensi psychological damage dan dimensi love dependence. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memperlihatkan fenomena Stockholm Syndrome yang diidentifikasi sebanyak enam belas segmen. Segmen – segmen ini terbagi menjadi lima segmen sebagai sintagma deskriptif, dua segmen sebagai sintagma alternatif dan sembilan segmen sebagai scene. Melalui tahapan analisis dapat disimpulkan bahwa enam belas segmen dalam subjek penelitian, fenomena Stockholm Syndrome dalam Serial Drama Thailand KinnPorsche the Series La Forte digambarkan dengan empat kondisi violence relationship dalam mengembangkan Stockholm Syndrome dan sembilan dari delapan belas macam distorsi kognitif yang berasosiasi dengan Stockholm Syndrome.Item REPRESENTASI PERLAKUAN DISKRIMINASI PADA PENYINTAS KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM PHOTOCOPIER(2023-10-13) MUHAMMAD RISHAD RAMADHIAN; Lilis Puspitasari; Sri Seti IndrianiFilm Photocopier (2021) yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja menceritakan tentang kesulitan penyintas kekerasan seksual dalam mendapatkan keadilan di instansi pendidikan seperti kampus, yang dikemas dengan berbagai metafora dan simbol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos dari perlakuan diskriminasi pada penyintas kekerasan seksual film “Photocopier”. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan melalui analisis semiotika Roland Barthes. Hasil dan kesimpulan penelitian ini menunjukan makna denotasi melalui mise en scene yang senada hingga dapat merepresentasikan perlakuan diskriminasi bagi korban kekerasan seksual, konotasi berupa pelaku diskriminasi yang dilakukan oleh petinggi instansi, orang tua, dan mahasiswanya juga diperlihatkan begitu mendominasi keadaan sehingga para korban kekerasan seksual mendapatkan tekanan dan berada di posisi yang tidak diuntungkan, dan mitos sebagai berikut; (1) Penyintas kekerasan seksual lebih baik untuk diam dari pada harus bersuara namun mendapatkan perlakuan diskriminasi dan harus menanggung malu, (2) Perintah atau kemauan orang tua terutama seorang bapak meskipun tidak mengarah kepada kebenaran adalah hal yang bersifat mutlak untuk ditaati karena diyakini merupakan seorang pemimpin keluarga. (3) Kekayaan secara materi seperti uang, merupakan hal yang bersifat sangat kuat sehingga dapat mempengaruhi relasi, menentukan keputusan, dan dapat dengan mudah menggiring opini masyarakat.Item Fenomena Urban dalam Film Burning (2018) (Studi Analisis Semiotika Christian Metz terhadap Makna Fenomena Urban dalam Film Burning (2018))(2023-04-10) BETHAVI CAROLINA; Sandi Jaya Saputra; Herlina AgustinBethavi Carolina, 210410190049, 2023. Fenomena Urban dalam Film Burning (Analisis Semiotika Christian Metz terhadap Makna Fenomena Urban dalam Film Burning (2018)). Pembimbing utama: Dr. Herlina Agustin., M.T, Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini membahas mengenai fenomena urban dalam film Burning (2018). Tujuan penelitian mengungkap fenomena urban dalam shot otonom dan sintagma. Metode penelitian yang digunakan merupakan semiotika Metz untuk mengidentifikasi unit analisis pada The Large Syntagma Category oleh Christian Metz. Temuan yang berkaitan dengan tujuan penelitian dianalisis melalui teori konsep diri sebagai tinjauan dari fenomena urban. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 57 sintagma dan 19 shot otonom. Adapun sejumlah shot otonom bukan sebagai unit analisis karena tidak menunjukkan kekuatan konsep diri karakter. Sedangkan sintagma deskriptif dan sintagma scene menunjukkan kekuatan konsep diri. Sebagaimana sintagma deskriptif menggambarkan kekuatan konsep diri mengenai ajaran budaya dan perbandingan sosial. Sintagma scene merepresentasikan konsep diri terkait evaluasi diri yang berkenaan dengan masalah hakikat hidup, dan masalah antar manusia. Walaupun demikian film Burning (2018) belum menempatkan masyarakat marginal untuk unggul dengan kekuatan konsep dirinya ketika menghadapi fenomena urban.Item EKSISTENSI WEB SERIES BAGI GENERASI Z DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI FILM PADA ERA DIGITAL(2022-09-30) IHYA IMANIA; Santi Susanti; Eni MaryaniWeb series Indonesia adalah konten dengan pendekatan baru yang didistribusikan media digital sebagai produk dalam perkembangan industri kreatif untuk menarik khalayak dari generasi Z. Fenomena kehadiran web series diteliti untuk memahami alasan distribusi, sistem seleksi dan sistem distribusi dalam Vidio Dot Com, dan juga melihat penggunaan dan tanggapan generasi Z mengenai web series Indonesia. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Vidio Dot Com memilih melakukan distribusi web series Indonesia untuk menarik pengguna baru dan pengguna lama untuk mengikuti perkembangan industri kreatif saat ini. Dalam seleksi dan distribusi web series Indonesia, Vidio Dot Com selalu berpatokan dengan data-data terkait penggunanya agar dapat memenuhi kepuasan mereka. Generasi Z mengungkap web series Indonesia sebagai konten hiburan yang bisa disaksikan setiap harinya dan dinilai sebagai produk hiburan alternatif menarik yang dapat mereka pilih. Eksistensi web series dalam media digital, Vidio Dot Com, dilihat sebagai konten unggulan yang dapat meningkatkan pengguna dan menjadikan Vidio Dot Com dikenal sebagai media dengan konten berkualitas. Eksistensi web series dari sudut pandang generasi Z dinilai sebagai konten alternatif yang mereka dapatkan untuk menikmati produk Indonesia dengan kuantitas dan kualitas yang baik.Item Analisis Resepsi terhadap Adegan Self-Harming dalam Film 27 Steps of May pada Komunitas Satu Persen(2022-06-20) NURVIDHA QUR`AINI SUHAEMI; Henny Sri Mulyani Rohayati; Putri LimiliaMaraknya media sosial dan media massa terkait dengan konten self-harm pada tahun 2021 memunculkan perbedaan makna dari khalayak yang dalam penelitian ini adalah pada adegan self-harming dalam Film 27 Steps of May. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemaknaan dominan, negosiasi, dan oposisi khalayak mengenai adegan self-harming dalam Film 27 Steps of May. Adegan self-harm dalam Film 27 Steps of May cukup terlihat eksplisit dengan menampilkan silet dan darah yang mengalir. Peneliti memilih metode kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi menggunakan model encoding decoding dari Stuart Hall. Subjek penelitian ini adalah delapan anggota Komunitas Satu Persen di Telegram. Komunitas Satu Persen adalah komunitas yang peduli akan kesehatan mental di Indonesia. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur intrinsik seperti latar tempat dan alur cerita dalam penulisan naskah juga dapat berperan dalam pemaknaan khalayak. Pemaknaan khalayak dalam penelitian juga beragam. Dalam pemaknaan adegan self-harm, terdapat satu informan berada pada posisi dominan dan tujuh informan pada posisi negosiasi. Pemaknaan latar tempat terdapat tiga informan dominan dan lima informan negosiasi. Pemaknaan alur flashback adegan self-harm, seluruh informan berada pada posisi dominan. Tidak ada informan pada pembacaan oposisi dalam pemaknaan adegan self-harm, latar tempat adegan self-harm, dan alur flashback adegan self-harm. Pembacaan para informan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi/orang lain, latar belakang sosial budaya, dan durasi informan menjadi anggota Komunitas Satu Persen.Item Pengalaman Menonton Ulang Film atau Serial: Studi Fenomenologi terhadap Mahasiswa Universitas Padjadjaran dan Universitas Gadjah Mada(2022-09-28) NADIA ALIFA RAHMANIA; Ditha Prasanti; Sri Seti IndrianiMenonton ulang film atau serial yang sudah pernah ditonton ulang sebelumnya ternyata merupakan hal yang biasa dilakukan oleh sebagian orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tema-tema dalam proses menonton ulang film atau serial yang dilakukan oleh mahasiswa dan mengetahui motif mahasiswa menonton ulang film atau serial. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi, penelitian ini melakukan wawancara mendalam terhadap 6 orang yang berasal dari Universitas Padjadjaran dan Universitas Gadjah Mada. Dengan menggunakan teknis analisis data dari Creswell, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman menonton ulang film atau serial tidak sepenuhnya bersifat repetitif. Orang yang menonton ulang film atau serial dengan jenis tertentu, merasakan pengalaman tersebut melalui media, kebersamaan, fokus, durasi, penemuan, dan perasaan yang berbeda. Motif penyebab menonton ulang film atau serial favorit adalah: (1) Perasaan diri sendiri saat sebelum kegiatan dilakukan; (2) Berkaitan dengan aspek yang ada di objek (film/serial); dan (3) Faktor eksternal. Sementara itu, motif tujuan menonton ulang film atau serial favorit adalah: (1) Untuk mencapai perasaan tertentu pada diri sendiri; (2) Untuk mencapai sesuatu yang berasal dari objek (film/serial); dan (3) Untuk menghindari perasaan kecewa jika menonton film/serial baru.Item Pengaruh Music Scoring terhadap Emosi Penonton Film(2023-10-11) ALYA MUTHIA; Henny Sri Mulyani Rohayati; Putri LimiliaPenelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh music scoring terhadap emosi penonton, khususnya pada film Pengabdi Setan. Penelitian berdasar pada paradigma positivistik, menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan eksperimental dan teori Stimulus-Organism-Response. Eksperimen dilakukan kepada 29 mahasiswa Universitas Padjadjaran yang belum pernah menonton film Pengabdi Setan tahun 2017 yang ditentukan melalui accidental sampling. Pengukuran variabel X (music scoring) menggunakan pengklasifikasian pola dinamika suara dari Simon Moncrieff, Chitra Dorai, dan Svetha Venkatesh bernama Dynamic Sound Energy. Pengambilan data eksperimen menggunakan kuesioner dengan skala likert. Analisis data berbentuk inferensial dengan hasil akhir membuat kesimpulan penelitian serta menggunakan statistik non-parametrik Mann Whitney U-Test untuk menguji perbandingan pengaruh music scoring terhadap emosi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil menunjukkan pada setiap sound event nyaris tidak ada perbedaan antara emosi yang dirasakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kecuali pada emosi kaget dari sound event 3 yang punya perbedaan emosi signifikan. Sedangkan pada music scoring secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan emosi yang dirasakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Item PENGARUH TERPAAN MICROFILM ADVERTISING PADA BRAND ATTITUDES MELALUI PRODUCT THOUGHTS(2022-06-16) DEVAN WIDIANANDA RACHMAN; Henny Sri Mulyani Rohayati; Putri LimiliaDevan Widiananda Rachman. 210410180031. 2022 “Pengaruh Terpaan Microfilm Advertising Pada Brand Attitudes Melalui Product Thoughts “. Pembimbing utama Dr. Hj. Henny Sri Mulyani. Pembimbing pendamping Putri Limilia, S.I.Kom, M.Si.. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Strategi promosi digital telah mengalami perubahan yang besar untuk perusahaan maupun UMKM dikarenakan terjadinya shifting dalam promosi periklanan yang semulanya informasi dapat diperoleh melalui hard selling menjadi soft selling. Salah satu teknik soft selling yang sedak naik daun yaitu Microfilm Advertising. Jenis iklan yang menyembunyikan produk ataupun informasi mengenai produknya selama tiga hingga 10 menit durasi video. Microfilm advertising dinilai cukup persuasif dalam menyajikan pesan kepada konsumennya. Salah satu UMKM yang menggunakan teknik ini adalah Riders & Rules yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan produknya melalui media film dan meningkatkan brand attitudes melalui product thoughts yang dihasilkan dari Microfilm Advertising kepada target pasarnya yaitu komunitas motor remaja Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh terpaan microfilm advertising Riders & Rules "The Roaring Frontier" terhadap brand attitudes yang dimediasi oleh Product Thoughts. Teori yang digunakan adalah Cognitive Respond Model yang dikemukakan oleh Belch (2003) dengan menggunakan metode survei kuantitatif dengan penyebaran kuesioner secara online kepada 100 komunitas motor remaja Bandung. Untuk menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik non probability sampling dengan purposive sampling. Pengujian hipotesis menggunakan uji Causal Step dan Uji Sobel Test dengan melihat nilai t-statistik, Uji f, dan nilai signifikansi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) terdapat pengaruh signifikansi antara paparan microfilm advertising terhadap product thoughts. (2) Product Thoughts memiliki pengaruh signifikansi yang besar terhadap brand attitude dan (3) Paparan Microfilm Advertising dapat mempengaruhi brand attitudes secara tidak langsung melalui product thoughts.Item Strategi Distribusi Film Pendek Independen "Lonely Together" di Masa Pandemi COVID-19(2023-06-08) JASMINE AZZAHRA TRIATMOJO; Sri Seti Indriani; Lilis PuspitasariJasmine Azzahra Triatmojo, 21041018008, 2022. “Strategi Distribusi Film Independen “Lonely Together” di Masa Pandemi COVID-19” pembimbing utama Dr. Sri Seti Indriani, M.Si. pembimbing pendamping Lilis Puspitasari, S.Sos. M.Ikom. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Film “Lonely Together” merupakan salah satu film pendek independent yang diproduksi oleh Cinemora Pictures, salah satu rumah produksi di Bandung. Sebagai salah satu film independent yang bergerak selama pandemi COVID-19, ada beberapa hambatan yang harus dilalui dalam proses pembuatan filmnya. Salah satunya ada pada proses distribusinya. Fokus penelitian ini ada pada proses distribusi film Lonely Together beserta strategi distribusinya serta hambatan yang ditemui di dalamnya selama pandemi COVID-19 berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengkaji strategi, proses, serta hambatan distribusi dari film ini di masa pandemi COVID-19. Distribusi film independent memiliki ciri khasnya tersendiri di mana prestisnya festival film menjadi saluran distribusi utama pilihan para sineas, namun dengan kondisi adanya pandemi COVID-19, ada beberapa hal baru yang kemudian menjadi hambatan. Proses adaptasi yang harus dilalui dan banyak manuver yang dilakukan agar film tersebut dapat didistribusikan. Melalui metode studi deskriptif, peneliti menganalisis distribusi film “Lonely Together”, penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan distribusi film “Lonely Together” yang terjadi di lapangan dengan konsep distribusi film dari Smits, Ulin, dan Parks. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dan studi literatur. Peneliti mewawancarai tiga informan, yaitu sutradara, produser, dan juga distributor dari film ini. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa film “Lonely Together” menjalankan prosedur distribusi film yang cukup sesuai dengan konsep strategi distribusi film independent milik Stacey Parks dengan hambatan internal dan eksternal yang terjadi. Terlepas dari hambatan yang ada, banyak solusi yang kemudian dilakukan hingga akhirnya film ini terdistribusikan dengan cukup ke dalam beberapa saluran distribusi film independen, yaitu festival film dan pemutaran film alternatif.Item Strategi IndiCinema Depok dalam Mempertahankan Eksitensinya sebagai Bioskop Alternatif(2022-07-06) RAISYA SANI AQUINO; Putri Limilia; Aceng AbdullahBioskop alternatif merupakan media alternatif menonton film karena dapat menampung film yang tidak tersedia di bioskop seperti film alternatif dan film yang turun layar. Sebagai bioskop alternatif, IndiCinema Depok menjalankan fungsi apresiasi film sesuai UU No. 33 Tahun 2009. Selain itu mereka juga memperpanjang umur film. Namun sayangnya keberlangsungan bioskop alternatif cukup rentan karena kurangnya dukungan moril maupun materiil. Melihat hal ini, tentu bioskop alternatif perlu mempunyai strategi untuk bertahan agar tetap berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui IndiCinema Depok dalam melibatkan komunitas film; (2) Mengetahui pengelolaan aspek finansial yang dilakukan oleh IndiCinema Depok; (3) Mengetahui kegiatan promoai IndiCinema Depok untuk mendapatkan penonton. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) IndiCinema Depok melibatkan komunitas dengan cara kerja sama, yaitu barter SDM, memfasilitasi pemutaran, dan menjadikan komunitas film sebagai narasumber; (2) Pengelolaan aspek finasial untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan mengandalkan investor, dan usaha sendiri yang meliputi penjualan tiket dan membuka coffee shop; (3) Cara mendapatkan penonton melalui penayangan film alternatif dan turun layar, promosi melalui media sosial dan promo penjualan tiket, dan kolaborasi bersama komunitas baik film dan non-film. Melalui strategi yang telah ditempuh, IndiCinema Depok dapat mempertahankan eksistensinya.Item Fenomena Penggemar Film Boys Love Thailand di Indonesia : Studi Fenomenologi tentang Motif Menyukai Film 2gether dan Makna Film Genre Boys Love bagi Para Penggemarnya(2022-07-08) GUSTIANA INTAN WIDURI; Aceng Abdullah; Sri Seti IndrianiGustiana Intan Widuri, 210410180007. “Fenomena Penggemar Film Boys Love Thailand Di Indonesia : Studi Fenomenologi tentang Motif Menyukai Film 2gether dan Makna Film Genre Boys Love bagi Para Penggemarnya”. Dr. Aceng Abdullah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Sri Seti Indriani, S.I.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Film sebagai media komunikasi massa membawa perkembangan budaya berupa tata cara, mode, gaya hidup melalui jalan ceritanya termasuk mengenalkan istilah genre boys love. Boys love merupakan salah satu sebutan bagi karya seni yang mengangkat kisah romansa antara sesama laki-laki. Thailand menjadi negara yang gencar mengenalkan budaya boys love dalam bentuk film ke negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Salah satu film genre boys love Thailand yang meraih popularitas secara global adalah film 2gether yang telah ditonton sebanyak 100 juta kali di Line TV dan 300 juta penayangan di channel Youtube resmi mereka. Di sisi lain, mayoritas masyarakat Indonesia sendiri masih menentang isu LGBT, namun realitanya banyak bermunculan individu maupun komunitas yang menggemari film genre boys love ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif menyukai film 2gether dan mengetahui makna film genre boys love bagi para penggemarnya. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan motif penggemar menyukai film 2gether: (1) Mendapat rekomendasi dari sesama penggemar dan sosial media, (2) Cerita film menyajikan romantisme masa remaja, (3) Menyukai wajah tampan dan pembagian peran karakter film, (4) Tidak banyak menampilkan adegan yang vulgar, (5) Media hiburan untuk menghilangkan stres, (6) Mempelajari budaya Thailand. Adapun makna film genre boys love bagi penggemar: (1) Meningkatkan toleransi terhadap kaum LGBT (2) Sangat ditentang masyarakat di sosial media dan lingkungan sekitar, (3) Media yang menambah pengetahuan mengenai isu LGBT.Item REPRESENTASI KONSTRUKSI KARAKTER REOG PONOROGO DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN MARJAN(2022-10-12) RIZKI ARDIATAMA WIJAYA; Asep Suryana; Fajar SyuderajatRizki Ardiatama Wijaya, 210410180010, 2018. Judul penelitan: “Representasi Konstruksi Karakter Reog Ponorogo Dalam Iklan Produk Minuman Marjan (Analisis Semiotika tentang Representasi Konstruksi Karakter Reog Ponorogo dalam Iklan Marjan Edisi Ramadan 2021 “Rayakan Kemenangan” dengan Semiotika Charles Sanders Peirce)”. Pembimbing utama Dr. Asep Suryana, M.Si. dan pembimbing pendamping Fajar Syuderajat, S.Sos. M.Psi. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilatar belakangi oleh pembawaan iklan Marjan Edisi Ramadan 2021 yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Marjan dikenal selalu menampilkan budaya lokal Indonesia secara eksplisit dalam iklannya, sehingga budaya yang dibawakan sama persis dengan yang asli. Pada tahun 2021, Marjan menggunakan pendekatan yang berbeda. Marjan membawakan Reog Ponorogo namun disajikan dengan cerita fantasi superhero, sehingga Reog Ponorogo secara implisit ditampilkan dalam iklan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui representasi konstruksi karakter Reog Ponorogo dalam iklan Marjan Edisi Ramadan 2021 melalui analisis triadik semiotika Charles Sanders Peirce, antara lain Object, Representament, dan Interpretant. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Peirce. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, representasi konstruksi karakter Reog Ponorogo yang ditampilkan dalam iklan Marjan Edisi Ramadan 2021 terdapat pada tanda-tanda yang ada dalam iklan. Dalam merepresentasikan Reog Ponorogo, iklan Marjan melakukan konstruksi melalui konsep penggabungan atau peleburan budaya tradisional dengan budaya populer yang lebih modern. Hasil peleburan budaya tersebut menghasilkan iklan yang mengkisahkan fantasi superhero, namun tetap membawakan identitas Reog Ponorogo mulai dari karakter, hingga cerita. Konstruksi media tersebut dibangun agar iklan Marjan tetap relevan terhadap target pasar produk Marjan.Item Strategi Manajemen Produksi Film Sisterlillah The Movie pada Production House Teladan Cinema(2023-06-26) HUSNA FADLILAH; Purwanti Hadisiwi; Ditha PrasantiFilm Sisterlillah The Movie mengisahkan tentang perjalanan menggapai impian tiga orang muslimah kakak beradik, yang berjanji untuk saling mendukung satu sama lain dalam menggapai cita dan cintanya. Production house yang memproduksi film ini merupakan PH Teladan Cinema yang di mana masih dalam tahap PH berkembang namun sudah dapat menggaet pemeran papan atas dan mengkonsep jalan ceritanya dengan bagus bahkan diaprasiasi oleh beberapa tokoh Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi manajemen produksi film Sisterlillah The Movie yang meliputi tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus John W. Cresswell. Subjek penelitian ini adalah beberapa crew dan penonton film Sisterlillah The Movie. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diproduksinya film Sisterlillah The Movie dapat memberikan tontonan kepada para penonton dalam hal kebaikan. Film ini memberikan sarana dakwah kepada Muslimah di Indonesia tentang bagaimana perjuangan seorang wanita dalam menjalani kehidupan dan mimpinya dalam hubungan persaudaraan di dalam keluarga juga dalam budaya Indonesia sebelumnya telah menerapkan stigma atau labelling terhadap kaum perempuan. Dengan menekankan kepada pesan yang ingin disampaikan. Proses dibentuk dan manajemen tim produksi berdasarkan pada pengalaman sebelumnya yang sudah memproduksi film box office juga untuk kerja dalam manajemen produksi memiliki berbagai strategi mulai dari tahap pra produksi, produksi, pasca produksi. Penentuan segmentasi film yaitu pada muslimah dengan usia 13 sampai 20 tahun.Item Representasi Perselingkuhan dalam Film Aruna dan Lidahnya(2023-05-24) NURUL HANIFAH ISTIQOMAH; Rangga Saptya Mohamad; Dadang SugianaABSTRAK Nurul Hanifah Istiqomah, 210410170039, 2021. ―Representasi Perselingkuhan dalam Film Aruna dan Lidahnya”. Pembimbing Utama: Dr. Dadang Sugiana., M.Si dan Pembimbing Pendamping: Rangga Saptya Mohamad Permana, S.I.Kom., M.I.Kom. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Film Aruna dan Lidahnya bercerita tentang petualangan empat tokoh yang diberi bumbu korupsi, persahabatan, dan percintaan. Percintaan yang diantaranya terdapat hubungan perselingkuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana wacana perselingkuhan dikonstruksi dalam film. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tema film ini adalah perselingkuhan yang terjadi di kehidupan orang dewasa dan lingkungan kerja. Pada level kognisi sosial, didapati bahwa sutradara mengangkat tema berdasarkan keresahan sosial. Sedangkan pada level konteks sosial, didapati hasil bahwa perselingkuhan merupakan fenomena yang banyak terjadi di masyarakat serta di lingkungan pekerjaan. Perselingkuhan terjadi karena adanya pergeseran budaya yaitu norma sosial. Akibat dari perselingkuhan yang dilakukan, komunikasi antarpribadi terancam putus dan rusak.Item Representasi Shio Ular dan Tikus dalam Film Twivortiare(2022-01-20) MUHAMMAD NADHIF DAMARAFFIF MAHESWARA; Aceng Abdullah; Rangga Saptya MohamadMuhammad Nadhif Damarrafif Maheswara, 210410170035, 2021, “Representasi Shio ular dan Tikus dalam Film Twivortiare” Dr. Aceng Abdullah, M.Si sebagai pembimbing utama dan Rangga Saptya Mohamad Permana, S.I.Kom., M.I.Kom sebagai pembimbing pendamping. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Skripsi ini memiliki tujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos pada identitas shio ular dan tikus dalam manusia yang direpresentasikan dalam film Twivortiare, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes. Hasil dari Skripsi ini menunjukan tahapan denotasi, bagaimana seseorang menyadari bahwa identitas tambahan shio ular dan tikus pada manusia bukanlah patokan dari kesempurnaan dalam keluarga, melainkan hal unik yang mereka miliki. Selanjutnya, pada tahapan konotasi yaitu sebuah penggambaran tentang karakter shio ular dan tikus yang diperankan pada manusia menjadi sebuah kontradiksi yang mereka miliki. Tahapan mitos tersebut yaitu: (1) menjadi seorang perempuan yang berkarir harus perempuan yang memiliki identitas shio tikus, (2) mitos yang kedua Laki-laki pekerja keras dalam berkarir adalah lelaki yang beridentitas bershio ular, (3) Mitos Menjadi pasangan setia tidak harus beridentitas shio yang sama.Item Representasi Nasionalisme Etnis Tionghoa dalam Film Susi Susanti : Love All(2022-08-02) ADIVIAN NUR ZHAFARI PUTRA; Jimi Narotama Mahameruaji; Dadang Rahmat HidayatSkripsi ini berjudul “Representasi Nasionalisme Etnis Tionghoa dalam Film Susi Susanti : Love All” dengan sub-judul Analisis Semiotika Roland Barthes mengenai Representasi Nasionalisme bagi Etnis Tionghoa dalam Film Susi Susanti : Love All. Pembimbing utama Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos., S.H., M.Si., dan pembimbing pendamping Jimi Narotama Mahameruaji, S.Sos., M.Si.. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam film Susi Susanti : Love All dalam merepresentasikan Nasionalisme etnis Tionghoa. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes yang bertujuan untuk mencari makna yang terkandung dalam film pada tataran denotasi, konotasi, mitos, serta ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotasi yang terkandung memiliki dua fokus yaitu visual yang memperlihatkan tanda-tanda nasionalisme dan audio yang merupakan percakapan-percakapan menyangkut problematika kewarganegaraan etnis Tionghoa di Indonesia. Makna konotasi yang terkandung merupakan sosok etnis Tionghoa yang berusaha untuk membuktikan bahwa etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari warga negara Indonesia. Makna mitos yang terkandung yaitu: (1) Tim bulutangkis Indonesia yang berjuang mengharumkan nama bangsa Indonesia hanya keturunan Tionghoa, (2) Keturunan Tionghoa merupakan orang luar dan bukan bagian dari warga Indonesia, (3) Seorang atlet merupakan pahlawan yang berjuang semata-mata untuk bangsa dan negaranya. Makna ideologi yang terkandung dalam film ini adalah nasionalisme yang mengarah pada pluralisme.Item REPRESENTASI MASKULINITAS PEREMPUAN DALAM FILM SERIAL NETFLIX SWEET HOME(2022-02-19) LISA OKTIVIANI TANAGA; Eni Maryani; Ika Merdekawati KusmayadiLisa Oktiviani Tanaga, 210410170031, 2021. “‘Representasi Maskulinitas Perempuan Dalam Film Serial Netflix Sweet Home” pembimbing utama Dr. Eni Maryani, M.Si. dan pembimbing pendamping Evi Rosfiantika, S.Pd., M.Si. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. ‘Sweet Home’ adalah film serial Netflix Korea Selatan yang memunculkan karakter perempuan maskulin secara dominan. Di Korea Selatan, film dengan isu feminisme secara terang-terangan menerima backlash dari pihak yang menentang keras feminisme. Sweet Home justru memperoleh kesuksesan dan karakter perempuan maskulin mendapat berbagai pujian. Tujuan penelitian untuk mengetahui representasi maskulinitas perempuan dalam film serial Netflix Sweet Home, dengan menerapkan metode penelitian kualitatif analisis semiotika John Fiske. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat kode maskulinitas pada perempuan di level realitas. Tokoh perempuan dimaknai sebagai sosok kuat, atletis, aktif, berani, sebagai pemimpin, bekerja sebagai teknisi dan seorang petualang; (2) di level representasi, perempuan diidentifikasi memiliki maskulinitas sebagai subjek yang dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan; (3) jika perempuan diperbolehkan berbicara, bersikap dan berperilaku seperti laki-laki, maka perempuan lebih hebat dibanding laki-laki. Karakter perempuan ini mewakili keyakinan yang menganggap laki-laki adalah lawan. Sehingga, perempuan perlu tampil mengalahkan laki-laki yaitu dikenal dengan feminisme radikal pada level ideologi.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »