Ilmu Sastra (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Sastra (S3) by Author "Cece Sobarna"
Now showing 1 - 17 of 17
Results Per Page
Sort Options
Item Bugis Language of Radio Variety in La Ugi Program(2020-10-19) ANDI SUBHAN; Cece Sobarna; WagiatiThis sociolinguistic study on Bugis language of radio variety in La Ugi Program aims to analyze the language elements and the sociolinguistic phenomena with their accompanying factors in the Bugis language of radio variety in La Ugi program. It focuses on the sociolinguistic exposure of the object of the study (linguistic data of a Bugis-spoken radio program). The design of the study employs a qualitative method, a descriptive analysis, and a sociolinguistic approach supported by some quantitative data presentations in the analysis. The data collection consists of observation (recording) and interview as addition to the previous one based on Sudaryanto (2015: 207 – 208). The data analysis usingMiles and Huberman (1992: 16) involves the classification, reduction, and conclusion/verification. The result of the study shows that Bugis language of radio variety reflects the Bugis language daily spoken by Bugis people, observed through its various changes in relation to the sociolinguistic phenomen a as the effects of the language contact and bilingualism spoken by Bugis individuals. Thelanguage elements aspect indicates that Bugis language has some special characteristics, covering: (1) articulation, particularly its suprasegmental phonemes and strong glottal stop, (2) morpho-phonological constructions, and (3)phrasal, clausal, and sentential constructions considered different from the other languages including Indonesian language. The Bugis sociolinguistic phenomena of radio variety in La Ugi program clearly demonstrate some forms of language mixture in terms of various code-mixing, clausal and sentential code-switching, loanwords/borrowings referring to interference and integration, and some other language variations engaging with the socio-cutural background of the users.Item HIDRONIM PADA NAMA-NAMA DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN CIREBON: KAJIAN TOPONIMI HYDRONYMS ON VILLAGE AND SUB-DISTRICT NAMES IN CIREBON REGENCY: A TOPONYMIC STUDY(2021-07-27) NANI DARHENI; Tajudin Nur; Cece SobarnaPenelitian ini berjudul “Hidronim pada Nama-Nama Desa dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon: Kajian Toponimi”. Penelitian bertujuan mendeskripsikan berbagai bentuk leksikon yang berhubungan dengan hidronim (unsur air dan kemaritiman) pada nama desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon beserta persentasenya; (2) mendeskripsikan konstruksi morfofonologis hidronim; serta (3) merekonstruksi makna dan representasi/filosofis makna hidronim pada nama-nama desa dan kelurahan di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan etnografinya Spreadley (2013) serta teknik eksploratif, simak, catat, wawancara, rekam, serta dokumentasi. Penelitian ini menerapkan kerangkan teori Stanberg (2016)) dalam kehidroniman, Nida (1967) untuk linguistik-morfofonologis, serta representasi makna (Richard-Odgen (tahun) pada pembahasan nama desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon. Sementara itu, sumber data berasal dari hidronim pada nama-nama desa dan kelurahan di Kabupaten Cirebon, berupa (a) sumber lisan (informan), yakni narasumber budayawan, sejarahwan, dan tokoh masyarakat serta (b) sumber tertulis (studi kepustakaan). Instrumen penelitian dengan wawancara, daftar angket deskriptif, lembaran pengamatan struktural, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai leksikon pembentuk kehidroniman pada nama-nama desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon, dikriteriakan menjadi (a) Aliran sungai, (b) Air terlokalisir, (c) Air yang mengucur, (d) Sumber-mata air, dan (e) Arah air, serta (f) Bentukan Ci- dengan bentuk dasar, serta (g) Air berlumpur. Sementara itu, dilihat dari konstruksi morfofonologisnya kehidroniman nama desa/kelurahan dipengaruhi adanya (1) (a) Fonologis: Perubahan fonem (Asimilasi dan Disimilasi); Penambahan Fonem (Protesis, Epentesis, Paragog), c Pengurangan fonem (Apheresis, Sinkope, Apokope), Metatesis, Onomatope; (2) Morfologis: a. Kata, b. Frasa, c. Idiom, d. Afiksasi, e. Abreviasi, Singkatan, dan Akronim, (3) Penggabungan bentuk/komposisi. Selanjutnya, penamaan desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon merepresentasikan kondisi masyarakat pesisir-maritim yang egaliter terhadap perubahan sosial-historis-kultur-religius dengan memiliki representasi makna dan filosofi: (1) Hubungan Manusia dengan Sang Khalik (Tuhan Yang Maha Esa), contohnya Filosofi Ketauhidan; (2) Hubungan Manusia dengan Manusia, seperti filosofi menjaga kerukunan hidup antaretnis, Nasionalisme, Gotong-Royong dan Kerja Keras, Perjuangan Hidup; (3) Hubungan Manusia dengan Alam sekitarnya sehingga terjalin keharmonisan serta hubungan timbal-balik yang terjadi antara lingkungan alam dan bahasa sangat berpengaruh terhadap kehidroniman pada nama-nama desa/kelurahan di wilayah tersebut. Kata Kunci: Hidronim, desa dan kelurahan, Kabupaten Cirebon, kajian toponimiItem KEARIFAN LOKAL DALAM KEPEMIMPINAN PADA CERITA RAKYAT KABUPATEN SUMEDANG(2022-02-17) ECE SUKMANA; Cece Sobarna; Lina Meilinawati RahayuPenelitian ini menganalisis nilai kearifan lokal (local wisdom) dan budaya dari Sasakala Gunung Tampomas, Hanjuang di Kutamaya, Sasakala Cadas Pangeran, dan Sasakala Darmaraja sebagai cerita rakyat di Kabupaten Sumedang. Pemilihan objek didasari pada adanya nilai kepemimpinan yang diungkapkan melalui berbagai tanda. Cerita rakyat dalam penelitian ini ditelaah untuk memeriksa nilai kearifan lokal yang merepresentasikan kepemimpinan masyarakat Sumedang. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini menganalisis objek menggunakan teori analisis naratif Vladimir Propp untuk mengupas struktur cerita dan fungsi cerita, Semiotika Roland Barthes untuk mengupas nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan tanda dan makna, kemudian menggunakan teori Representasi Stuart Hall untuk melihat representasi kepemimpinan. Hasil analisis dari penelitian ini, yaitu: 1) terdapat fungsi cerita situasi awal dan kejahatan atau kekurangan dalam keempat cerita rakyat di Kabupaten Sumedang yang mengandung nilai-nilai kepemimpinan, 2) tanda-tanda dalam cerita rakyat di Kabupaten Sumedang berkaitan dengan nilai kepemimpinan menurut kearifan lokal; dan 3) kebijakan yang dikeluarkan pemimpin Sumedang dalam sejarah kepemimpinan ditampilkan dalam cerita rakyat Kabupaten Sumedang.Item Kendang dalam Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Sunda(2021-02-23) ASEP GANJAR WIRESNA; Gugun Gunardi; Cece SobarnaABSTRAK Instrumen kendang dalam khazanah seni musik tradisi Sunda (karawitan Sunda) memiliki keunikan tersendiri, khususnya dalam hal fakta keberadaan kendang dalam konteks pergelaran yang berkaitan dengan ritual, dinamika, perubahan, perkembangan, dan fungsi yang melibatkan kendang sebagai manifestasi kreativitas, baik yang berkaitan dengan perbedaan lokus maupun dalam konsep kreativitas dalam musik kontemporer. Salah satu dinamika yang menonjol dalam perkembangan kendang Sunda adalah, munculnya fenomena pemain kendang perempuan, dan di saat yang bersamaan muncul istilah “Kendanger” yang secara professional menunjukkan keberadaan musisi pemain kendang atau pengendang. Setiap perkembangan tersebut tidak bisa dipisahkan dengan hal yang lebih luas yaitu dinamika sosial masyarakat-nya itu sendiri sebagai pelaku seni, sekaligus pengguna kendang. Atas dasar fenomena tersebut, desertasi ini mengambil judul “Kendang dalam Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Sunda”. Tujuan penelitian ini spesifik untuk: (1) memaparkan kondisi faktual tentang aspek-aspek kendang dan pengendang di tataran masyarakat sunda (2) mengetahui perkembangan kendang dalam ruang lingkup kesenian masyarakat (3) mengulas mengenai faktor-faktor penyebab perubahan pada struktur kendang dan pengendang dalam dinamika sosial budaya masyarakat Sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi terhadap dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) kendang sebagai identitas dari masyarakat Sunda terhadap kesenian-kesenian di Jawa Barat dipetakkan bukan berdasarkan letak geografis melainkan peta wilayah kebudayaan; (2) variasi dalam pola kebiasaan hidup yang memengaruhi perkembangan kesenian-kesenian di tiap-tiap daerah merupakan kesenian tradisi dan/atau kreasi baru/kontemporer yang tidak dapat dipisahkan dari instrumen Kendang; (3) kendang mengalami perubahan berdasarkan ruang dan waktu untuk menjadikan sebuah sistem yang melegitimasi sebuah identitas daerah.Item KONSTRUKSI MITOS TERORIS MELALUI BITS ARRANGEMENT PADA SENI PERAN DALAM FILM LONG ROAD TO HEAVEN(2023-07-16) SUDIBYO; Cece Sobarna; Tidak ada Data DosenABSTRAK Disertasi yang berjudul, “Konstruksi Mitos Teroris melalui Bits Arrangement pada Seni Peran dalam Film Long Road To Heaven”, untuk menjawab tiga masalah seni peran dalam mengonstruksi mitos teroris, antara lain: 1) Bagaimana bits arrangment mengonstruksi mitos teroris?; 2) Apa faktor penentu yang dapat mengonstruksi mitos teroris?; 3) Mengapa seni peran dalam film Long Road To Heaven dapat mengonstruksi mitos teroris? Sumber data primer adalah acting pada film Long Road To Heaven, sumber data sekunder adalah skenario & sutradara. Filmnya berjudul, ‘Long Road Road To Heaven’ yang diproduksi oleh Teleproductions International (Amerika) bekerja sama dengan Kalyana Shira Films (Indonesia), sutradara Enison Sinaro (Indonesia), skenario oleh Andy Logam Tan dan Wong Wai Leng (Singapura). Film tersebut menceritakan tragedi pengeboman di Club malam Paddy’s Pub dan Sari Club, Jl. Legian, Kuta, Bali, pada 12 oktober 2002. Peristiwa yang dikenal Bom Bali I itu menewaskan 202 jiwa dan 209 orang luka-luka. Untuk menemukan segi-segi yang esensial dalam acting ditempuh prosedur Objective Analysis Method. Sebagai grand theory menggunakan metafisika Aristoteles ‘Hyle-Morphism’; Middle Theory menggunakan Semantic Differential menurut Charles Osgood; Operational Theory menggunakan Bits Arrangement dalam Realistic Acting menurut Konstantin Stanislavski; dan sebagai cultural analysis menggunakan Mythologies menurut Roland Barthes. Adapun hasil yang dicapai antara lain: 1) Faktor-faktor penentu konstruksi mitos teroris. 2) Efektivitas konsep dan metode bits arrangment dalam action. 3) Makna Seni Peran dalam film Long Road To Heaven. Temuan-temuan tersebut membuktikan bahwa konsep bits arrangement dapat dijadikan landasan evaluatif sekaligus menjadi metode penciptaan seni peran demi peningkatkan mutu hidup. ABSTRACT The dissertation entitled, "Construction of Terrorist Myths through Bits Arrangement on Acting in the Film Long Road To Heaven", is to answer three problems of role art in constructing terrorist myths, among others: 1) How is bits arrangment constructing terrorist myths ?; 2) What are the determining factors that can construct a terrorist myth ?; 3) Why the acting in the film Long Road To Heaven can construct a terrorist myth? Primary data sources are acting in the film Long Road To Heaven, secondary data sources are actors & directors. The film is titled, `Long Road Road To Heaven` which is produced by Teleproductions International (America) in collaboration with Kalyana Shira Films (Indonesia), director Enison Sinaro (Indonesia), screenplay by Andy Logam Tan and Wong Wai Leng (Singapore). The film tells of the tragedy of the bombing at Paddy`s Pub and Sari Club, Jl. Legian, Kuta, Bali, on 12 October 2002. The incident known as the Bali Bombing I killed 202 people and injured 209 people. To find essential aspects of acting, the Objective Analysis Method procedure is used. As a grand theory, using Aristotle`s metaphysics `Hyle-Morphism`; Middle Theory uses the Semantic Differential according to Charles Osgood; Operational Theory uses Bits Arrangement in Realistic Acting according to Konstantin Stanislavski; and as a cultural analysis using Mythologies according to Roland Barthes. The results achieved include: 1) Determinants of the construction of the terrorist myth. 2) The effectiveness of bits arrangment concepts and methods in action. 3) The meaning of acting in the film Long Road To Heaven. These findings prove that the concept of bits arrangement can be used as an evaluative basis as well as a method of creating acting in order to improve the quality of lifeItem KONSTRUKSI REFLEKSIF BAHASA JERMAN: SATU KAJIAN SINTAKTIS DAN SEMANTIS(2018-07-30) EDY HIDAYAT; Dian Indira; Cece SobarnaABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mendeskripsikan konstruksi refleksif bahasa Jerman, jenis-jenis verba yang hadir bersama pronomina refleksif, dan peran semantis pronomina refleksif bahasa Jerman secara sintaktis dan semantis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Häussermann (1992), Helbig-Buscha (2005), Schulte (2004), dan Engels & Vikner (2006). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode kajian padan dan kajian distribusional. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. (I) (a). Konstruksi refleksif bahasa Jerman dimarkahi oleh pronomina refleksif. Pronomina refleksif hadir karena tuntutan verbanya, baik verba transitif maupun verba intransitif. (b) Berdasarkan sifat kehadiran pronomina refleksifnya, verba dibedakan menjadi dua, yaitu verba yang harus selalu hadir dengan pronimina refleksif (obligatoris) dan verba yang tidak selalu muncul dengan pronomina refleksif (opsional). (c) Subjek pada konstruksi refleksif dapat berwujud noninsani dan sebagian besar memiliki makna pasif meskipun strukturnya aktif. (d) Konstruksi verba lassen + PR + infinitif dapat membangun konstruksi refleksif dengan makna pasif. (II) (a) Verba refleksif dapat mengisi ketiga jenis verba berdasarkan kriteria semantis, yaitu verba aktivitas, verba proses, dan verba keadaan. Jumlah verba refleksif yang paling banyak ditemukan adalah pada kelompok verba aktivitas. Selanjutnya diikuti oleh verba proses, dan verba keadaan dengan jumlah yang lebih sedikit. (b) Berdasarkan kesamaan makna leksikal dan konseptual verbanya ditemukan hasil sebagai berikut. Label semantis yang ditemukan verba refleksif secara berurutan adalah verba (1) manner of motion, (2) insistence, (3) emotion dan verba perception, (4) communication dan position, (5) quantum change dan existence, (6) support, (7) Propositional attitude, moaning, dan elimination, (8) observation, description, speculation, (9) statement, presentation, production, renovation dan consumption, dan (10) desire, manner of articulation, basic, inference, result dan opening. (III) Pronomina Refleksif dapat mengisi fungsi pelengkap, bersama verba mengisi fungsi predikat, dan keterangan. (IV) Peran semantis yang disandang PR adalah (a) peran patiens, sebagian besar verba ini merupakan verba teilreflexiv. (2) peran benefaktif dengan verba reinreflexiv (obligatoris) dan ada teilreflexiv (opsional). (3) Pronomina refleksif yang tidak memiliki peran semantis ditemukan pada verba-verba reinreflexiv dengan label semantis verba emosi.Item Makian Bahasa Melayu Bengkulu: Kajian Sosiopragmatik(2020-08-16) ELI RUSTINAR; Wahya; Cece SobarnaABSTRAK Disertasi dengan judul ”Makian Bahasa Melayu Bengkulu: Kajian Sosiopragmatik” ini merupakan hasil penelitian dengan fokus kajian yang dititikberatkan pada analisis berikut: (1) bentuk struktur bahasa makian dalam bahasa Melayu Bengkulu; (2) acuan makian secara sosiopragmatik dalam bahasa Melayu Bengkulu; (3) faktor sosial yang memengaruhi penggunaan makian dalam bahasa Melayu Bengkulu. Sosiopragmatik dijadikan kajian untuk menemukan makian dengan kondisi-kondisi setempat atau lokal yang lebih spesifik. Teori eklektis digunakan untuk menganalisis bentuk, acuan, dan faktor sosial yang memengaruhi penggunaan makian dengan tujuan saling melengkapi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, serta teknik rekam dan juga menggunakan metode introspeksi. Metode dan teknik analisis menggunakan metode analisis kontekstual, metode kajian padan, dan metode distribusional. Data penelitian adalah ujaran makian yang bersumber dari penutur bahasa Melayu Bengkulu. Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa makian bahasa Melayu Bengkulu berasal dari kata-kata kasar dan berasal dari makna kontekstual yang memiliki tiga bentuk makian, sembilan acuan makian, dan dua faktor sosial yang memengaruhi penggunaan makian bahasa Melayu Bengkulu. Jenis kelamin dan jarak sosial memengaruhi penggunaan bentuk dan acuan makian dengan adanya kecenderungan penggunaan bentuk majemuk dan pronomina persona orang kedua sebagai indikasi orang Melayu ketika muncul ketidakharmonisan menggunakan sindiran. Kata Kunci : makian, bentuk, acuan, faktor sosial, sosiopragmatik ABSTRACT Dissertation with the title of " Swear in Bengkulu-Malay Language : The Study of Sociopragmatic" was the result of the research that focused on the study in analyzing such as: (1) the form structure of swear in Bengkulu-Malay Language; (2) the reference of swear in Bengkulu-Malay Language sociopragmatically; (3) the social factors that influence the use of swear in Bengkulu- Malay Language. Sociopragmatic was become the study to find the swears with the local conditions in more specific way. The eclectic theory was used to analyze the form, reference, and social factors that influence the use of swears with the aim to complete each other. The research method was the descriptive qualitative. The provision of data that was used were the refer method with the technique of competent free engagements, the note taking technique, the record technique and the introspection methods.The analytical methods and techniques used the contextual analysis methods, the method of equivalent study, and the distribution methods. The research data was the verbal swear from the speaker of Bengkulu-Malay Language. According to the conducted analysis, it shows that the swear in Bengkulu-Malay Language that was from the abusive words and came from the contextual meaning had three forms of swear, nine references of swear, and two social factors that influence the use of swear in Bengkulu-Malay Language. Gender and social distance influenced the use of forms and references of swear with the tendency to use the plural forms and second personal pronouns as indications of Malays when there is disharmony of using satire.. Keywords : swear, form, reference, social factor, sociopragmaticItem Pemertahanan, Inovasi, dan Difusi Leksikal Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar: Kajiangeolinguistik(2020-01-28) JULI YANI; Wagiati; Cece SobarnaThis dissertation is entitled " Riau Malay Lexical Retention, Innovation, And Diffusion In Kampar District: Geolinguistic Study". The research method used is a qualitative method that describes descriptive data. Data collection methods and techniques used are refer to the methods of proficiency and record techniques. The analytical methods and techniques used are the matching method and the comparative relationship technique. This research was conducted at nine observation points in Kampar District. Samples of informants at each point of observation amounted to one person. The research instrument used for the interview was a list of questions containing 441 questions. Based on the overall analysis of the data that the Malay Malay language lexical retention in Kampar District which experienced a form of lexical innovation was 164 gloss with 390 variants, which consisted of full lexical innovation with 66 gloss with 162 variants while maintaining the lexical origin of 66 gloss 66 variant and innovative lexical 66 glos 96 variants. Furthermore, as many as 85 phonetic innovations with 173 variants by maintaining the lexical origin of 85 glos 85 variants and innovative lexical 85 glos 88 variants, and meaning innovations as many as 6 glos with 6 variants by maintaining the original lexical 2 and innovative lexical 4. The original lexical pemertahan looks as much , 66 glossos 66 variants on full lexical innovation, 85 glossaries 85 variants on phonetic innovation, and 2 glossos on meaning innovation. This, it seems, is that this lexical origin only retains its existing form. So this is called passive defense. Furthermore, innovative lexical defense holds 66 glossos 96 variants in full lexical innovation, 85 glossos 88 variants in phonetic innovation, and innovative lexical 4 meaning innovations. This, it seems that this innovative lexical, maintains by adding new elements called innovative elements. So this is called active detention. In total, this study contained 220 maps. The map that contains innovative variants in Riau Malay is only 158 maps. The remaining 62 maps contain variations in geographical diffusion. Based on the observation point, the result of data phenomenon in the field, that which often experiences diffusion is the observation point (1), (2), (3), (8) and geographically, diffusion in the Malay language of Riau moves from west to east, it appears on the phenomenon of data in the field that, gradual geographical distribution at the point of observation, the spread starts from the point of observation (1), gradually to the point of observation (2), gradually to the point of observation (3), and finally the distribution directly to the point of observation (8) , which is observed and seen by distribution based on the scale of the map direction. The observation points (1), (2), (3) are in the westward position while the observation point (8) is in the eastward position.Item Penentuan Pilihan Konstruksi Diatesis oleh Penutur pada Teks Naratif Pribadi Bahasa Jepang: Pendekatan Indeksikal Konteks Konstitutif(2018-09-13) OTSUKA HIROKO; Cece Sobarna; Dadang SugandaPenelitian disertasi yang berjudul Penentuan Pilihan Konstruksi Diatesis oleh Penutur pada Teks Naratif Pribadi Bahasa Jepang : Pendekatan Indeksikal Konteks Konstitutif ini mengkaji penentuan pilihan konstruksi diatesis oleh penutur pada data teks naratif pribadi bahasa Jepang melalui fungsi dan makna indeksikal referensial dan nonreferensial pada konstruksi diatesis bahasa Jepang. Fungsi dan makna konstruksi diatesis bahasa Jepang merupakan makna penentu dalam pilihan konst-ruksi oleh penutur. Mengenai metode, fungsi dan makna konstruksi diatesis dijelaskan dengan menggunakan kerangka indeksikal referensial dan nonreferensial, yaitu konsep yang dikembangkan pada bidang linguistik antropologis dan semiotika sosial. Selain kerangka tersebut digunakan pula teori linguistik kognitif untuk memahami construal penutur secara subjektif dan deiktis. Dalam menganalisis fungsi dan makna indeksikal pada konstruksi pilihan aktual, digunakan metode pengontrasan paradigmatis, yaitu metode yang mengacu pada konsep kunci teori linguisitk fungsional sistemis. Hubungan paradigmatis yang dianalisis di sini ialah hubungan paradigmatis antarkonstruksi yang diasumsikan peneliti disertasi ini melalui pengkajian teoretis dan ditampilkan pada peta jaringan pilihan paradigmatis konstruksi diatesis. Hasil penelitian disertasi ini menunjukkan bahwa dalam pertimbangan konteks konstitutif, penutur memilih makna indeksikal referensial seperti makna keterlibatan penutur dalam peristiwa, direksionalitas tindakan, makna keterpengaruhan, dan kausativitas serta makna penilaian positif atau negatif terhadap peristiwa, dan memilih makna indeksikal nonreferensial stance sosial seperti stance menjaga citra diri, sikap tegas atau lembut dan sebagainya. Terdapat pula makna yang bersifat gradual di antara indeksikal referensial dengan nonreferensial seperti makna status dan kekuasaan sosial, disposisi afektif, dan di antara makna indeksikal referensial dengan nonreferensial terdapat suatu keterkaitan. Makna-makna tersebut berfungsi rekontekstualisasi dan prekontekstualisasi konteks, dan berkontribusi mengonstitut konteks sosial budaya. Kerangka analisis pilihan konstruksi paradigmatis serta pendekatan indeksikalitas referensial dan indeksikal nonreferensial yang diterapkan pada penelitian disertasi ini terbukti efektif dalam memperjelas ihwal penentuan pilihan konstruksi oleh penutur dan sistem diatesis bahasa Jepang yang terbentuk atas pilihan paradigmatis berdasarkan makna konteks konstitutif. Kata kunci: fungsi konteks konstitutif, indeksikal nonreferensial, indeksikal referensial, makna sosial budaya, pilihan paradigmatisItem Peran Kearifan Lokal dalam Pendidikan Lingkungan Hidup : Kajian Adaptasi Budaya Masyarakat Kampung Kuta Kabupaten Ciamis Jawa Barat(2010) IMAN HILMAN; Yati S. Aksa; Cece SobarnaJudul disertasi “Peran Kearifan Lokal dalam Pendidikan Lingkungan Hidup : Kajian Adaptasi Budaya Masyarakat Kampung Kuta Kabupaten Ciamis Jawa Barat”. Penelitian dirahkan pada peranan kearifan lokal masyarakat Kampung Kuta dalam pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman holistik yang dilakukan secara informal pada masyarakat. Kearifan lokal memiliki peranan yang sangat strategis dalam rangka memberikan kontribusi untuk menambah wawasan dan pengetahuan lingkungan pada pendidikan lingkungan hidup sebagai sumber belajar yang terintegrasi. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini mencakup : identifikasi jenis kearifan lokal yang relevan dengan pendidikan lingkungan hidup, peranan kearifan lokal dalam proses pendidikan lingkungan hidup, dan tentang pola integrasi kearifan lokal dalam pendidikan lingkungan hidup. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Sumber data penelitian diperoleh dari informasi yang diberikan secara langsung oleh informan berupa data lisan tentang jenis dan bentuk kearifan lokal serta data tentang berbagai peristiwa budaya. Data dianalisis dan dilakukan uji keabsahan menggunakan teknik triangulasi pada teknik pengumpulan data dan pada sumber data yang diperoleh. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal Kampung Kuta memiliki karakter sangat selektif, memiliki kesantunan, mengutamakan harmoni, dan berorientasi ke masa depan. Bentuk kearifan lokal tersebut terintegrasi dalam pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika. Bentuk kearifan lokal yang relevan dengan pendidikan lingkungan hidup terdapat dalam upaya mereka untuk melindungi hutan keramat, melestarikan sumberdaya air, melestarikan rumah adat, larangan menguburkan mayat dan pembuatan sumur, serta pelaksanaan upacara adat dan kesenian. Kearifan lokal ini mengatasi berbagai permasalahan lingkungan, sehingga sesuai dengan tujuan pendidikan lingkungan untuk memiliki kesadaran, sikap, pengetahuan, keterampilan, partisipasi, evaluasi serta memiliki kepekaan terhadap lingkungan untuk memecahkan masalah lingkungan. Peranan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kampung Kuta dalam pendidikan lingkungan hidup dalam proses adaptasi budaya tercermin dari ketaatan dalam : mentaati pelaksanaan aturan adat, memahami prinsip pengelolaan lingkungan, melakukan pewarisan kebudayaan dan penanaman nilai, melanjutkan sistem budaya masyarakat, mengurangi terjadinya perubahan lingkungan, meningkatkan pemahaman religi, mengelola dan mengendalikan pencemaran, mencegah kerusakan lingkungan, dan memanfaatkan sumberdaya dan konservasi. Pola integrasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat kampung kuta dalam praktik adaptasi budaya pada pendidikan lingkungan hidup dilakukan dengan mengelaborasikan kearifan lokal ke dalam pendidikan berbasis budaya melalui : menanamkan prinsip cinta lingkungan, menjaga dan memelihara kondisi lingkungan, mewariskan tradisi lokal, mengawasi dan melestarikan lingkungan, memanfaatkan sumberdaya alam, menanamkan kebersamaan dan gotong royong, menanamkan kesadaran pentingnya kesehatan lingkungan, menerapkan tabu dalam pelestarian hutan, menerapkan tabu dalam aktivitas kehidupan, melaksanakan upacara-upacara adat, mendirikan rumah, manifestasi praktik adaptasi budayaItem Perilaku Komunitas Wisata Pusaka Terhadap Bangunan Cagar Budaya Kota Bandung(2019-08-29) MARCIELLA ELYANTA; Cece Sobarna; Tidak ada Data DosenJudul dari disertasi ini adalah Perilaku Komunitas Wisata Pusaka terhadap Bangunan Cagar Budaya Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan, sikap dan tindakan komunitas wisata pusaka terhadap bangunan cagar budaya kota Bandung. Teori yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah adalah taksonomi Bloom, Irritation Index Doxey, dan pelestarian bangunan cagar budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini berasal dari wawancara dengan informan (pendiri, koordinator dan anggota Komunitas Aleut dan Komunitas Heritage Lover), observasi lapangan dan penyebaran kuesioner kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari artikel dalam media massa, jurnal, penelitian ilmiah dan situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku komunitas wisata pusaka terhadap bangunan cagar budaya kota Bandung adalah positif. Pengetahuan komunitas wisata pusaka terhadap sejarah bangunan cagar budaya kota Bandung berada pada kategori baik. Tingkatan pengetahuan mereka berada pada tingkat tahu dan memahami karena faktor lama bergabung di komunitas dan pendidikan. Sikap komunitas wisata pusaka terhadap bangunan cagar budaya kota Bandung adalah sangat positif. Sikap mereka terhadap bangunan cagar budaya adalah dalam tahapan euphoria. Tingkatan sikap kedua komunitas wisata pusaka ini berada pada tingkat menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab terhadap bangunan cagar budaya. Tindakan komunitas wisata pusaka terhadap bangunan cagar budaya adalah mendukung upaya pelestarian bangunan cagar budaya kota Bandung dengan cara pelindungan yaitu berupa penyelamatan, pemeliharaan dan publikasi.Item PERSESUAIAN PREDIKAT- SUBJEK DALAM BAHASA ARAB, KONSTRUKSI KALIMAT VERBAL : Analisis Morfosintaksis(2018-02-13) TB. ACE FAHRULLAH; Cece Sobarna; Tajudin NurPenelitian ini berjudul “Persesuaian Predikat-Subjek dalam Bahasa Arab, Konstruksi Kalimat verbal: Analisis Morfosintaksis”. Persesuaian predikat-subjek merupakan persesuaian bentuk kata dalam sebuah kalimat, yakni persesuaian kata dalam fungsional predikat-subjek dengan segala unsur pemarkahnya, hubungan antara satu kata dengan kata yang lain untuk saling mengikat menjadi sebuah konstruksi kalimat yang berbudaya, menarik, baik dan benar. Metode yang digunakan untuk mengkaji persesuaian predikat subjek dalam bahasa Arab, konstruksi kalimat verbal adalah metode deskriptif analistik, untuk mengumpulkan data digunakan metode agih atau metode distribusional, untuk teknik pengumpulan data digunakan metode pemilihan unsur langsung, sedangkan untuk pengkajian hasil analisis data digunakan meotde menyimak dengan teknik padan referensial. Unsur yang tejadi persesuaian predikat-subjek dalam bahasa Arab, ada tiga unsur utama, yaitu: (1) النوع [al-na’u] ’gender’ kategori maskulin dan feminin. (2) العدد [al-‘adad] ’numeralia’ kategori tunggal, dual, dan jamak atau plural, dan (3) الشخص [al-syakhshu] ’persona’ yakni persona ke-1, persona ke-2, dan persona ke-3. Dalam konstruksi kalimat verbal [ فعلية جملة], kelas kata yang terlibat dalam persesuaian predikat-subjek, yaitu kelas kata verba dan kelas kata nomina. Kelas kata verba berfungsi sebagai predikat, dalam istilah bA sebagai مسند . Kelas kata nomina berfungsi sebagai subjek, untuk verba aktif /maklum digunakan istilah dalam bA sebagai fa’l [فاعل] ‘pelaku’ untuk verba pasif/majhūl digunakan istilah naib fa’l [ نائب الفاعل] ’peran pengganti’ atau istilah lain dalam bA sebagai musnad ilayh [اليه مسند ] Persesuaian predikat-subjek dalam kajiannya dibahas kaidah-kaidah morfologi dan sintaksis. Pada bidang morfologi [ الصرف] diungkap kategori verba [فعل] baik verba lampau [ الفعل الماضي] maupun verba kini/akan [الفعل المضارع ] dengan segala aspek perubahan bentuk katanya [konjugasi/ التصريف]. Sedang untuk kelas kata nomina, kelas adjektiva [ نعت ], dan kata kelas pronomina [الضمير ] diungkap pula dengan segala aspek perubahan bentuk kata [derivasi /الاشتقاق]. Pada tataran sintaksis / علم النحو[ilmu nahwu] dibahas meliputi fungsi-fungsi sintaksis وظيفة النحو[wadzifatu al-nahwi], sebagai predikat dan subjek dengan segala bentuk dan pemarkah-pemarkahnyaItem REKONSTRUKSI MUSIK KERONCONG ANAK MUDA DI KOTA BANDUNG(2019-09-05) HERY SUPIARZA; Cece Sobarna; Raden Muhammad MulyadiABSTRAK Disertasi ini mendiskusikan rekonstruksi musik keroncong anak muda di Kota Bandung. Permasalahan yang dikaji meliputi relasi generasi musik keroncong di Kota Bandung masa Tempo Doeloe (1880-1920), keroncong abadi (1920-1959), keroncong modern (1959-2000) dan keroncong milenium (2000-sekarang). Metode etnografi dan studi kasus dengan pendekatan sosialisasi partisipatoris digunakan untuk mengkaji produksi kultural dalam bentuk karya musik, strategi produksi era digital, pengorganisasian, dan untuk mengeksplorasi sejumlah topik khusus untuk memahami rekonstruksi musik keroncong anak muda Kota Bandung, secara langsung dari masyarakat pendukung dan orang-orang yang terkait dengan permasalahan tersebut. Penelitian ini menemukan, pertama rekontruksi musik keroncong anak muda di Kota Bandung berkait dengan relasi sejarah masa lalu yang merupakan habitusnya, kedua rekonstruksi musik keroncong anak muda Kota Bandung memiliki prospek dan masa depan, hal ini dibuktikan secara kuantitatif jumlah grup musik keroncong anak muda semakin banyak, ketiga anak muda Kota Bandung sebagai agen perubahan memiliki sifat liberal, cenderung tidak terpaku pada pakem musik keroncong, sehingga bentuk musiknya dapat bersaing melalui media sosial dengan jumlah penggemar yang signifikan, keempat rekonstruksi musik keroncong anak muda telah memberikan role model bagi masyarakat dan pemegang kekuasaan mengenai metode pengembangan musik keroncong di era global, kelima setiap grup keroncong anak muda di Kota Bandung memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri dari sudut kapital dalam rekonstruksi musik keroncong. Rekonstruksi musik keroncong anak muda masa kini di Kota Bandung menjadikan musik keroncong dapat menempati arena yakni dapat dipahami oleh masyarakat luas, berhasil memposisikan dan mendapatkan disposisi terutama dengan kalangan anak muda. Kata Kunci: Rekonstruksi, Musik Keroncong, Anak Muda Bandung, Agen Perubahan, Relasi Sejarah, EtnografiItem REPRESENTASI IDENTITAS MASYARAKAT CIOMAS DALAM MITOS GOLOK CIOMAS DI KABUPATEN SERANG-BANTEN(2021-02-22) NURHOLIS; Teddi Muhtadin; Cece SobarnaABSTRAK Nurholis, 180130150511, Representasi Identitas Masyarakat Ciomas dalam Mitos Golok Ciomas di Kabupaten Serang. Disertasi, Ilmu-ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Bandung. Kata Kunci; Identitas, Mitos, Representasi, Masyarakat Ciomas Penelitian ini membahas identitas masyarakat Ciomas, Serang, Banten, yang direpresentasikan dalam Golok Ciomas. Penelitian ini bertujuan menguraikan representasi Golok Ciomas dalam membentuk suatu identitas dari masyarakat Ciomas. Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dapat memberikan rincian lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Metode ini bersifat subjektif dalam arti mengeksplorasi objek penelitian sehingga nantinya akan didapatkan pesan dan maksud pada setiap bagian dari objek yang diteliti. Teori semiotika Roland Barthes (1993), serta representasi dan identitas Stuart Hall (1990) digunakan untuk memahami sistem tanda (kode) melalui sistem pemaknaan tingkat pertama atau yang disebut dengan denotasi. Dalam proses analisisnya mengidentifikasi hubungan antara signifier dan signified (content) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal sebagai signifikansi tahap pertama, disebut sebagai denotasi, yang terdapat dalam mitos Golok Ciomas dan digambarkan melalui tanda-tanda yang terbentuk dalam wujud visual Golok Ciomas seperti bentuk, fungsi, makna dan falsafahnya serta text yang dihasilkan dari hasil wawancara dengan narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat identitas masyarakat Ciomas sebagai masyarakat yang Islami dan berbudaya yang dikonstruksi melalui representasi Golok Ciomas. Analisis menunjukkan bahwa identitas masyarakat Ciomas selalu berubah-ubah sesuai dengan posisi dan kepentingan pihak tertentu dan merepresentasikan identitas masyarakat Ciomas yang berbeda-beda. Representasi identitas masyarakat Ciomas dalam mitos Golok Ciomas digambarkan sebagai pelestari budaya Ciomas yang Islami, pemberani, jagoan, jawara, dan juragan, penegak amar ma‟ruf nahi munkar dan penyalur pekerjaan.Item REPRESENTASI JOKO WIDODO DALAM SURAT KABAR ELEKTRONIK SYDNEY MORNING HERALD, Kajian Corpu-Assisted Critical Discourse Analysis(2018-01-17) DANA WASKITA; Cece Sobarna; Nani DarmayantiABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi Presiden Joko Widodo dalam surat kabar versi online Australia, Sydney Morning Herald, melalui pemberitaan pada periode 2014 – 2016. Analisis wacana kritis dengan bantuan linguistik korpus (Corpus-Assisted Critical Discourse Analysis) yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menganalisis kompilasi korpus dengan menerapkan teknik analitis linguistik korpus seperti frekuensi, kata kunci (keyword), klaster, kolokasi, dan konkordansi. Analisis kuantitatif ini dilengkapi analisis kualitatif untuk memberikan interpretasi yang bermakna dari pola bahasa yang digunakan dalam data. Fitur linguistik yang dominan muncul dalam analisis kuantitatif memberikan petunjuk bentuk leksikal yang dominan. Identifikasi bentuk leksikal yang dominan diklasifikasi menurut prosodi semantiknya: positif, negatif, atau netral. Analisis kualitatif dengan fokus pada bentuk leksikon dilakukan terhadap konkordansi dengan konteks yang lebih luas sehingga dapat terungkap dalam konteks bagaimana sosok Jokowi direpresentasikan secara positif atau negatif. Konteks tersebut berupa topik berita atau periode pemberitaan yang meliputi periode pemilihan presiden 2014, kasus vonis hukuman mati warga negara Australia (Bali Duo), kisruh antara KPK dan tersangka Jenderal Polisi Budi Gunawan, penangkapan dan penembakan aktivis Papua Merdeka, pemilihan kepala daerah DKI dan salah satu calonnya yang diduga menista agama (Ahok), dan kunjungan antarkepala negara (Indonesia-Australia). Karena penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kritis van Dijk, data dianalisis berdasarkan analisis sosial, teks yang meliputi leksikal dan koherensi, serta kognisi sosial. Dari analisis data ditemukan bahwa Presiden Joko Widodo direpresentasikan sebagai sosok yang lebih terkenal dengan nama Jokowi. Dalam pemberitaan Sydney Morning Herald periode 2014 -2016 Jokowi direpresentasikan secara berbeda-beda. Dalam konteks tertentu, Jokowi direpresentasikan sebagai sosok yang positif, tetapi dalam konteks yang lain beliau direpresentasikan secara negatif. Ketidakkonsistenan tersebut mengungkapkan keberpihakan SMH yang dilatar belakangi ideologi media tersebut. Kata kunci: representasi, linguistik korpus, analisis wacana kritis, Jokowi ABSTRACT This study aims to reveal the representation of President Joko Widodo in the Australian online newspaper, Sydney Morning Herald, through the news in the period of 2014 - 2016. The critical discourse analysis assisted by corpus linguistic (Corpus Assisted Critical Discourse Analysis) combining quantitative and qualitative approaches is used to analyze corpus compilations by applying analytical techniques of corpus linguistic such as frequency, keyword, cluster, collocation, and concordance. The quantitative analysis was accompanied by qualitative analysis to provide a meaningful interpretation of the language patterns used in the data. The linguistic features that dominantly appear in quantitative analysis provide a hint of the dominant lexical form. The identification of the dominant lexical form is classified according to its semantic prosodies: positive, negative, or neutral. Qualitative analysis with a focus on the lexicon form is done on the concordance with the broader context so it can be revealed in the context of how Jokowi`s figure is represented positively or negatively. The context consists of news topics or periods of news covering the period of 2014 presidential election, the death sentence case of an Australian citizen (Bali Duo), the chaos between the KPK and Police General Budi Gunawan suspects, the arrest and shooting of Papuan Merdeka activists, the election of the head of DKI Jakarta and one of his candidates who was allegedly defamed the religion (Ahok), and mutual visits of state leaders (Indonesia-Australia). Because this study uses the theory of van Dijk’s critical discourse analysis, the data are analyzed based on social analysis, the text covering lexical and coherence, and social cognition. From the data analysis it was found that President Joko Widodo represented as a figure who is more famous by the name Jokowi. In the news of the Sydney Morning Herald period 2014 -2016 Jokowi was represented differently. In certain contexts, Jokowi was represented positively, but in another context he was represented negatively. The inconsistency reveals SMH`s alignment with the background of the media ideology. Keyword: representation, corpus linguistics, critical discourse analysis, JokowiItem SAPAAN DI KALANGAN REMAJA SUNDA KOTA BANDUNG: SATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK(2024-01-07) ASRI SORAYA AFSARI; Cece Sobarna; WahyaPenelitian disertasi ini berjudul Sapaan di Kalangan Remaja Sunda Kota Bandung: Satu Kajian Sosiolinguistik. Penelitian berfokus pada analisis: (1) sapaan dan bentuk sapaan yang digunakan oleh remaja Sunda Kota Bandung; (2) faktor sosial dan dimensi sosial yang memengaruhi pemilihan sapaan di kalangan remaja Sunda Kota Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menerapkan metode kombinasi (mixed methods). Lokasi penelitian berpusat di Kecamatan Bandung Kulon dan Ujungberung. Teori yang mendasari penelitian berkaitan dengan pemahaman kajian sosiolinguistik mengacu pada pandangan Meyerhoff (2006) juga Wargaudh dan Fuller (2015). Pemahaman sapaan yang berhubungan dengan bentuk sapaan dan variasinya mempertimbangkan teori dari Chaika (1982) dan Wargaudh (2002). Teori untuk mengkaji faktor sosial dan dimensi sosial yang memengaruhi pemilihan bentuk sapaan mempertimbangkan teori faktor dan dimensi sosial dari Holmes (2013). Penggunaan ranah sapaan mengacu pada teori ranah yang diajukan oleh Parasher (1980). Data yang dideskripsikan dan dikaji dalam penelitian ini bersumber pada data tulis sebagai data utama yang diperoleh dari kuesioner dengan jumlah responden 256 dan data lisan sebagai data pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk sapaan yang digunakan oleh remaja Sunda pada ranah kekeluargaan sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nomina lain, nama diri, nama panggilan; ranah ketetanggaan sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nama pelesetan, pronomina, nomina lain, dan ragam bahasa gaul; ranah kekariban sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nama pelesetan, pronomina, nomina lain, ejekan, dan ragam bahasa gaul; ranah pendidikan sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, nama diri, nama panggilan, nomina lain, pronomina, dan ragam bahasa gaul; ranah transaksi sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nomina lain, pronomina, ragam bahasa gaul, dan kosong dari sapaan (Ø); ranah lapangan kerja sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nomina lain, pelesetan, profesi, dan ragam bahasa gaul. Faktor sosial dan dimensi sosial yang memengaruhi pemilihan sapaan adalah faktor latar belakang para penutur, pengaruh lingkungan, status pekerjaan, domisili, usia, penghormatan, kebiasaan, skala jarak sosial, skala satus, dan skala formalitas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja Sunda laki-laki lebih banyak menggunakan variasi bentuk sapaan daripada perempuan. Pada petutur lebih tua, remaja Sunda laki-laki kadang-kadang menyapa dengan nama diri sebagai penanda keakraban, sedangkan remaja perempuan lebih memilih istilah kekerabatan sebagai bentuk penghormatan.Item Strategi Persuasif pada Tuturan Cerita Anak Berbahasa Inggris: Kajian Stilistika Pragmatik(2018-09-27) RETNO PURWANI SARI; Nani Darmayanti; Cece SobarnaPenelitian ini memperdebatkan cara bahasa mengontrol tindakan secara persuasif yang dilakukan melalui strategi persuasif dalam wujud gaya berbahasa. Stategi persuasif jenis ini digunakan pula pada cerita anak dengan tujuan menstimulasi dan mengembangkan kematangan moralitas anak. Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mendeskripsikan cara bahasa mengontrol tindakan secara persuasif dengan fokus pada: (1) jenis strategi persuasif yang dipilih dan penanda linguistiknya; (2) bentuk tindak tutur yang digunakan; serta (3) fungsi penggunaan strategi persuasif dan gaya berbahasa pada cerita anak berbahasa Inggris. Untuk membuktikan hipotesis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif analitis; menerapkan teknik BSC untuk mengumpulkan data dan teknik analisis deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena kebahasaan pada data tuturan. Mengadaptasi kajian stilistika pragmatik gagasan Clark (2009), penelitian ini memanfaatkan kaidah-kaidah pragmatik ancangan Searle (1979) untuk analisis stilistika model Leech dan Short (2007), yakni gaya berbahasa dan strategi persuasif Johnstone (1989). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pilihan gaya berbahasa dan pilihan strategi persuasif sebagai wujud tuturan cerita anak berpotensi memotivasi keberhasilan fungsi persuasif cerita anak. Strategi persuasif pada penelitian ini diidentifikasi sebagai strategi kuasilogika, strategi presentasi, dan strategi analogi dengan frekuensi kemunculan tertinggi berada pada strategi presentasi, disusul strategi kuasilogika dan strategi analogi. Sementara itu, pilihan gaya berbahasa ditunjukkan melalui pilihan penanda linguistik yang meliputi pilihan: kategori leksikal, kategori gramatikal, gaya bahasa dan konteks-kohesi, serta pilihan bentuk tindak tutur, yakni tindak tutur ilokusi tak langsung dan tindak tutur ilokusi langsung. Bentuk tindak tutur ilokusi tak langsung mendominasi pilihan bentuk tindak tutur dari tuturan cerita anak berbahasa Inggris. Efektivitas strategi persuasif yang dimanifestasikan melalui pilihan gaya berbahasa memicu proses pengembangan kematangan moralitas anak. Hal ini menawarkan satu cara bagi orang dewasa menstimulasi kematangan anak.