Ilmu Konservasi Gigi (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Konservasi Gigi (Sp.) by Author "Arief Cahyanto"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Campuran Nanopartikel Semen Portland Putih Indonesia-ZrO2-UDMA dengan Penambahan Nanosilika sebagai Bahan Pulp Capping(2023-08-14) ALEX KESUMA; Arief Cahyanto; Denny NurdinPulp capping merupakan tindakan aplikasi bahan bioaktif secara direk maupun indirek pada jaringan pulpa yang mengalami pulpitis reversibel, untuk menstimulasi proses dentinogenesis reparatif dan penyembuhan sehingga vitalitas pulpa dapat dipertahankan. Bahan mineral trioxide aggregate (MTA) semakin banyak diminati penggunaannya sebagai bahan pulp capping dibandingkan gold standard kalsium hidroksida (Ca(OH)2) akibat keunggulan sifat bioaktivitas dan biokompatibilitasnya. Semen Portland Putih Indonesia (SPPI) telah diteliti memiliki kesamaan komposisi utama dengan MTA, yaitu trikalsium silikat sehingga berpotensi sebagai alternatif bahan pulp capping yang lebih ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penambahan senyawa nanosilika (SiO2) terhadap sifat bioaktivitas dan biokompatibilitas bahan pulp capping berbasis resin dengan filler nanopartikel SPPI-ZrO2. Kelompok sampel nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA dan SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA disintesis, kemudian dilakukan pengukuran dan analisis nilai pH, pelepasan ion hidroksil dan kalsium, serta nilai sitotoksisitas dan perlekatan sel dalam jangka waktu berbeda. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi pelepasan ion hidroksil dan kalsium pada kelompok SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA lebih tinggi daripada SPPI-ZrO2-UDMA tanpa adanya perbedaan signifikan secara statistik (p-value>0,05). Kelompok SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA menunjukkan persentase viabilitas sel fibroblas NIH/3T3 tertinggi pada masa inkubasi 72 jam (244.0718 ± 22.2519) dengan perbedaan signifikan secara statistik (p-value<0.05) jika dibandingkan dengan kelompok SPPI-ZrO2-UDMA. Peningkatan viabilitas perlekatan sel juga terlihat lebih tinggi pada kelompok SPPI-SiO2-ZrO2-UDMA dibandingkan SPPI-ZrO2-UDMA selama masa waktu inkubasi 24, 48, hingga 72 jam. Simpulan dalam penelitian ini mendukung dilakukannya penambahan nanosilika dalam formulasi nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA sebagai potensi bahan pulp capping kalsium silikat berbasis resin dengan sifat bioaktivitas dan biokompatibilitas yang lebih baik.Item CAMPURAN SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA (SPPI)-ZrO2-UDMA DENGAN PENAMBAHAN NANOSILIKA(2023-09-11) INDRA PRIMATHENA; Arief Cahyanto; YolandaMineral Trioxide Aggregate (MTA) umum digunakan sebagai material perawatan pulp capping. Semen Portland Putih Indonesia (SPPI) memiliki kemiripan dengan MTA. Diperlukan modifikasi SPPI untuk dapat menjadi material pulp capping yang dapat diaplikasikan dengan lebih mudah. Tujuan penelitian ini adalah melakukan sintesis dan karakterisasi dari material pulp capping berupa campuran partikel nano dari SPPI-ZrO2-UDMA yang ditambahkan SiO2. Pembuatan campuran ini menggunakan partikel nano SPPI, ZrO2 dan SiO2 dengan perbandingan 6:1:1, kemudian ditambahkan UDMA sebagai matriks. Metode sintesis yaitu sintesis larutan sederhana menggunakan isopropanol 99,9%. Hasil milling partikel dikarakterisasi menggunakan alat PSA, kemudian hasil akhir sintesis dilakukan karakterisasi radioopasitas, XRF, FT-IR, XRD dan SEM-EDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel SPPI dan SiO2 dapat dibuat menjadi nano partikel melalui teknik wett milling. Karakterisasi radioopasitas menunjukkan bahwa komposisi ZrO2 yang digunakan dapat memenuhi standar ISO 9917-2017 untuk radioopasitas semen base. Hasil karakterisasi XRF, FT-IR dan XRD menunjukkan komposisi, ikatan kimia, gugus fungsi dan fasa kristalin material yang memiliki potensi sebagai material pulp capping. Karakterisasi SEM-EDS menunjukkan bahwa sintesis larutan sederhana mampu menghasilkan campuran unsur yang homogen dan SEM menunjukkan terdapatnya gambaran polimer yang menjadi matriks dalam campuran SPPI-ZrO2-SiO2. Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa SPPI-ZrO2-SiO2-UDMA dapat dibuat dengan komposisi yang telah ditentukan. Material yang disintesis memiliki karakteristik sebagai bahan pulp capping.Item Evaluasi Bioaktivitas Dan Karakterisasi Prototipe Bahan Pulp Capping Dengan Filler Alpha Tricalcium Phosphate(2022-10-14) MUHAMMAD RASYID RIDHA; Arief Cahyanto; Hendra Dian Adhita DharsonoMaterial pulp capping yang ideal harus dapat merangsang perbaikan jaringan keras dengan membentuk dentin reparatif dan mempertahankan vitalitas pulpa. Kalsium hidroksida merupakan gold standard untuk perawatan pulp capping, namun masih memiliki beberapa kekurangan. Material berbahan dasar kalsium fosfat dianggap sebagai inovasi dalam perawatan pulp capping. Alpha Tricalcium Phosphate (α-TCP) dapat menjadi agen pulp capping karena memiliki kemampuan untuk merangsang pembentukan dentin reparatif. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kemampuan diferensiasi sel fibroblas setelah stimulasi dengan prototipe bahan pulp capping yang mengandung filler α-TCP dan menganalisis karakterisasinya menggunakan metode Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Ekspresi gen terkait sel fibroblas yang dilakukan dengan metode Quantitative Real Time Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) setelah memaparkan kultur sel fibroblas ke ekstrak spesimen uji yang tidak mengandung filler, ekstrak spesimen uji yang mengandung α-TCP dan ekstrak spesimen uji yang mengandung tgCaviLiner LC selama 24 dan 48 jam. Karakterisasi dari prototipe bahan pulp capping yang mengandung filler α-TCP dan tgCaviliner LC dilakukan dengan metode Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan GraphPad Prism 9.3.1. Perbedaan signifikansi secara statistik ditentukan dengan One-way ANOVA diikuti dengan uji post hoc t-independent berpasangan. Tingkat signifikansi ditetapkan pada p<0,05. Hasil penelitian qRT-PCR menunjukkan prototipe bahan pulp capping yang mengandung filler α-TCP mengalami peningkatan ekspresi gen RUNX dan BALP yang signifikan (bermakna). Hasil SEM prototipe bahan pulp capping yang mengandung filler α-TCP memperlihatkan morfologi yang tidak rata, padat, dan terdapat pantulan berwarna putih yang menunjukkan adanya material zirconium oxide (ZrO2). Hasil XRD prototipe bahan pulp capping yang mengandung filler α-TCP memperlihatkan puncak intensitas terkuat pada sudut 28,31° dan 31,66°.Item KEMAMPUAN RELEASE ION HIDROKSIL DARI CAMPURAN SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA Bi2O3 UDMA YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAHAN PULP CAPPING(2021-10-15) BEACTRIS LAMRIA BR. SIMANJUNTAK; Rahmi Alma Farah Adang; Arief CahyantoPulp capping merupakan prosedur perawatan pulpa dengan konsep regeneratif endodotik karena dapat menginduksi penyembuhan jaringan dan memicu terjadinya dentinogenesis reparatif. Bioaktivitas dari bahan pulp capping biasanya dikaitkan dengan kemampuannya untuk melepaskan ion hidroksil dan ion kalsium. Pelepasan ion hidroksil berperan penting pada bahan bioaktif karena dapat meningkatkan pH dan menciptakan lingkungan yang bersifat basa. pH basa tersebut menyebabkan bahan dapat bersifat antimikroba dan memicu terbentuknya dentin reparatif. Bahan berbasis kalsium silikat mampu merangsang terbentuknya dentin reparatif, bersifat antimikroba serta memiliki bacteria-tight seal yang baik. Penanganan yang sulit bagi bahan berbasis kalsium silikat mendorong penambahan resin pada bahan tersebut agar lebih praktis digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat campuran SPPI - Bi2O3 yang ditambahkan UDMA dan menganalisis kemampuan bahan dalam melepaskan ion hidroksil dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat unsur-unsur SPPI- Bi2O3 – UDMA di dalam campuran berdasarkan hasil karakterisasi XRF dan campuran SPPI – Bi2O3 – UDMA memiliki pH basa berdasarkan pengukuran pH serta dapat melepas ion hidroksil berdasarkan uji titimetri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa campuran SPPI – Bi2O3 – UDMA dapat terbentuk dan bahan tersebut memiliki kemampuan melepas ion hidroksil.Item Perbandingan kemampuan release ion kalsium dan hidroksil antara campuran nanopartikel semen portland putih indonesia-ZrO2-UDMA dengan semen resin-modified calcium silicate(2022-10-14) RATIH PARAMITA; Arief Cahyanto; Denny NurdinABSTRAK Bioaktivitas bahan pulp capping berkaitan dengan kemampuan melepaskan ion kalsium dan ion hidroksil. Pelepasan ion kalsium dibutuhkan untuk differensiasi dan mineralisasi sel-sel pulpa. Ion hidroksil dapat meningkatkan pH dan menciptakan lingkungan basa yang memicu terbentuknya dentin reparatif. Resin-modified calcium silicate telah digunakan sebagai bahan pulp capping. Pemanfaatan nanoteknologi pada bahan mengandung kalsium silikat menjadi nanopartikel memungkinkan peningkatan sifat bioaktivitas dan mineralisasi. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel SPPI menggunakan metode wet milling. Hasil yang didapat selanjutnya ditambahkan ZrO2 dengan metode sintesis larutan sederhana. Campuran SPPI- ZrO2 selanjutnya ditambahkan UDMA. Evaluasi keberhasilan sintesis menggunakan karakterisasi PSA dan XRF. Pengujian release ion kalsium dilakukan dengan menggunakan AAS sedangkan release ion hidroksil berdasarkan pengukuran pH menggunakan pH meter. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan kemampuan release ion kalsium dan ion hidroksil antara campuran nanopartikel SPPI – ZrO2 – UDMA dan resin-modified calcium silicate. Berdasarkan karakterisasi PSA dan XRF hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran nanopartikel SPPI adalah 88,4 nm dan terdapat unsur-unsur Ca, Si, Mg, Zr, Al di dalam campuran SPPI - ZrO2 - UDMA. Hasil uji release memperlihatkan campuran nanopartikel SPPI – ZrO2 – UDMA dapat melepaskan ion kalsium 3 jam setelah polimerisasi (85,426 mg/kg) yang kemudian meningkat hingga puncaknya pada 336 jam (7435,7708 mg/kg). Setelah mencapai puncaknya di hari ke-14, nilai release ion kalsium kemudian mulai menurun hingga menunjukkan nilai 1314,5302 mg/kg pada 672 jam. Campuran nanopartikel SPPI – ZrO2 – UDMA memiliki pH awal 10,43 sesaat setelah polimerisasi yang kemudian meningkat hingga puncaknya pada 168 jam (pH 11,28). Nilai pH kemudian menurun hingga mencapai 11,14 pada 672 jam. Release ion kalsium campuran nanopartikel SPPI – ZrO2 – UDMA pada awal polimerisasi lebih rendah dari resin-modified calcium silicate (TheraCal LC), tetapi pada 336 jam release ion kalsium sangat tinggi bila dibandingkan TheraCal LC. Release ion hidroksil campuran nanopartikel SPPI – ZrO2 – UDMA berdasarkan pengukuran pH tidak jauh berbeda dengan resin-modified calcium silicate (TheraCal LC). Kata Kunci : nanopartikel Semen Portland Putih Indonesia, TheraCal LC, ion kalsium, ion hidroksil, kemampuan releaseItem Perbedaan Compressive Strength Dan Modulus Elastisitas Antara Campuran Semen Portland Putih Indonesia-Bi2o3-Udma Dan Resin Modified Calcium Silicate Sebagai Bahan Pulp Capping(2021-10-15) ELBERT DWI SUMA PUTRA; Denny Nurdin; Arief CahyantoMineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai bahan pulp capping memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah waktu settingnya yang lama, untuk mengatasi ini dapat dilakukan penambahan resin. Penambahan resin pada MTA sudah pernah dilakukan dan terbukti meningkatkan kemampuan bahan ini dalam hal kekuatan dan juga waktu setting. Kekuatan bahan pulp capping diperlukan untuk menahan gaya saat melakukan restorasi dan pengunyahan, sedangkan waktu setting diperlukan untuk dapat mempersingkat kunjungan. Tujuan dari riset ini untuk membuat campuran semen Portland putih Indonesia, Bi2O3, dan UDMA, menganalisis nilai compressive strength, modulus elastisitas, dan menganilis perbedaannya dengan resin-modified calcium silicate (TheraCal LC) sebagai bahan pulp capping. Pembuatan campuran SPPI-Bi2O3-UDMA dimulai dengan pencampuran semen portland putih Indonesia dengan Bi2O3 menggunakan metode larutan sederhana selanjutnya dilakukan pencampuran UDMA. Hasil dari campuran dan TheraCal LC akan di karakterisasi menggunakan FT-IR kemudian akan dilakukan pengujian compressive strength dan modulus elastisitas memenggunakan UTM sesuai dengan ISO 9971-1. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai compressive strength dan modulus elastisitas dari kedua bahan ini adalah uji anava yang akan dilanjutkan dengan uji t-independent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran SPPI-Bi2O3-UDMA memiliki kesamaan karakterisasi dengan TheraCal LC. Hasil pengujian nilai compressive strength dari K1 110,28 Mpa, K2 118,7 Mpa, K3 122,6 Mpa, K4 117,59 Mpa, K5 112,81 Mpa, K6 95,38 Mpa, K7 88,42 Mpa, dan K8 95,15 Mpa. Hasil pengujian nilai modulus elastisitas dari K1 546,81 Mpa, K2 625,06 Mpa, K3 620,65 Mpa, K4 621,86 Mpa, K5 458,57 Mpa, K6 394,56 Mpa, K7 371,57 Mpa, dan K8 380,1 Mpa. Hasil perhitungan statistik campuran SPPI-Bi2O3-UDMA memiliki nilai compressive strength yang sama dengan TheraCal LC namun memiliki nilai compressive strength yang lebih baik setelah lewat 24 jam. Campuran SPPI-Bi2O3-UDMA memiliki nilai modulus elastisitas yang lebih baik dari pada TheraCal LC. Kandungan monomer utama penyusun dari kedua bahan ini mempengaruhi kekuatan dari bahan ini.Item Perbedaan Daya Antifungi Terhadap Candida Albicans Serta Uji Solubility dan Film Thickness Antara Sealer Berbasis MTA dengan Semen Karbonat Apatit Yang Berpotensi Menjadi Sealer(2021-10-14) IKA PUTRI WIRATAMA; Arief Cahyanto; Diani PrisindaCandida Albicans merupakan mikroorganisme fungi dominan dalam saluran akar. Solubility dan film thickness merupakan sifat fisik sealer yang berpengaruh pada kesuksesan perawatan saluran akar. Sealer berbasis MTA merupakan sealer saluran akar yang biokompatibel dan memiliki daya antimikroba yang baik. Semen karbonat apatit merupakan biokeramik yang mempunyai komposisi calcium oxide dan thymoquinone yang berfungsi sebagai agen antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan daya antifungi terhadap candida albicans, solubility dan film thickness antara sealer berbasis MTA dengan semen karbonat apatit yang berpotensi menjadi sealer. Pengujian solubility dilakukan dengan cara merendam sampel pada akuades dan kemudian dilakukan pengukuran. Uji film thickness dilakukan dengan cara mengukur ketebalan glass plates berisi sampel yang telah diberikan beban dan diukur menggunakan caliper. Pengujian antifungi dilakukan dengan cara mengamati zona hambat yang terbentuk setelah 24 jam dan dilakukan pengukuran. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p0,05) antara sealer berbasis MTA dan semen karbonat apatit menurut analisis t-test. Simpulan penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai film thickness karena adanya perbedaan perbandingan komposisi powder dan liquid. Perbedaan daya antifungi terhadap candida albicans disebabkan penambahan komposisi thymoquinone pada semen karbonat apatit. Pada uji solubility tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sealer berbasis MTA dan semen karbonat apatit, Hal ini disebabkan karena penambahan NaCMC pada komposisi semen karbonat apatit.Item PERBEDAAN EFEKTIVITAS DAYA ANTIFUNGI ANTARA SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA YANG DITAMBAHKAN Bi2O3 DAN MINERAL TRIOXIDE AGGREGGATE TERHADAP Candida albicans(2020-01-10) MAULIDIA INDAH SARI; Rahmi Alma Farah Adang; Arief CahyantoCandida albicans merupakan fungi yang paling dominan ditemukan pada kasus reinfeksi saluran akar. Fungi ini memiliki kemampuan bertahan pada pH yang ekstrim, kadar oksigen yang rendah , nutrisi yang kurang serta dapat berpenetrasi hingga ke dalam tubuli dentin sehingga mampu bertahan terhadap medikamen intrakanal. Semen saluran akar berperan penting untuk mencegah mikroorganisme masuk dan menyebabkan reinfeksi saluran akar. MTA merupakan salah satu semen saluran akar yang banyak digunakan dan memiliki daya antifungi yang baik namun kurang menguntungkan dari segi ekonomis. Semen portland putih Indonesia memiliki komposisi utama yang sama dengan MTA kecuali tidak terdapatnya kandungan Bi2O3 yang berfungsi sebagai radiopacifier pada semen portland putih Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membuat campuran semen portland putih Indonesia dengan Bi2O3 melalui metode larutan sederhana dengan desain deskriptif serta melihat perbedaan efektifitas daya antifungi antara semen portland putih Indonesia yang ditambahkan Bi2O3 dan MTA terhadap Candida albicans dengan desain eksperimental semu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Bi2O3 sudah terkandung di dalam semen portland putih Indonesia serta menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah koloni Candida albicans antara semen portland putih Indonesia yang ditambahkan Bi2O3 dan MTA (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa campuran Bi2O3 pada semen portland putih Indonesia dapat dilakukan melalui metode larutan sederhana serta tidak terdapat perbedaan secara signifikan (p<0,05) efektifitas daya antifungi antara semen portland putih Indonesia yang ditambahkan Bi2O3 dan MTA terhadap Candida albicans.Item PERBEDAAN NILAI pH, CALCIUM RELEASE, DAN KADAR PHOSPHATE PADA PROTOTIPE BAHAN PULP-CAPPING BERBASIS ALPHA TRICALCIUM PHOSPHATE (α-TCP) DENGAN TGCAVILINER LC(2022-10-14) ANINDYA NOVIA PUTRI; Opik Taofik Hidayat; Arief CahyantoPerawatan pulpa vital merupakan terapi yang dilakukan agar pulpa dapat melakukan perbaikan, penyembuhan, dan mempertahankan vitalitasnya melalui penggunaan bahan yang dapat merangsang pembentukan dentin reparatif. Tricalcium phosphate (TCP) [Ca3(PO4)2] merupakan bahan bioaktif potensial dengan komponen calcium dan phosphate yang dibutuhkan dalam proses perbaikan jaringan dentin. Saat ini, prototipe bahan pulp capping berbasis α-TCP dengan metode pengerasan light cure dikembangkan agar dapat digunakan sebagai bahan perlindungan pulpa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai pH, calcium release, dan kadar phosphate pada prototipe bahan pulp capping berbasis α-TCP dengan tgCaviliner LC. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni dengan sampel uji prototipe bahan pulp capping berbasis α-TCP dan sampel kontrol tgCaviliner LC. Sampel direndamkan dalam 10 ml deionized water dan dilakukan pengukuran pH dalam 8 waktu (1, 3, 24, 48, 72, 168, 336, dan 504 jam). Uji calcium release (AAS) dan kadar phosphate (spektrofotometri) dilakukan dalam 4 waktu (1, 3, 72, dan 504 jam). Hasil penelitian menunjukkan nilai pH prototipe bahan pulp capping berbasis α-TCP 6,72-7,97, calcium release 0,317-156 ppm, dan kadar phosphate 0,02-3,48 ppm sedangkan tgCaviliner LC memiliki nilai pH 6,53-7,13, calcium release 0,20-0,42 ppm, dan kadar phosphate 0-2,57 ppm. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa prototipe bahan pulp capping berbasis α-TCP memiliki nilai pH, calcium release, dan kadar phosphate yang lebih tinggi dibandingkan dengan tgCaviliner LC.Item PERBEDAAN NILAI RADIOPASITAS SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA YANG DITAMBAHKAN BISMUTH OXIDE DENGAN YANG DITAMBAHKAN ZIRCONIUM OXIDE YANG BERPOTENSI SEBAGAI SEALER ENDODONTIK(2021-10-15) MARCELINA WIJAYA; Denny Nurdin; Arief CahyantoRadiopasitas merupakan salah satu sifat yang dibutuhkan untuk bahan gigi intraoral. Sealer saluran akar harus memiliki radiopasitas yang cukup agar memberikan perbedaan yang jelas antara bahan dan struktur anatomi sekitarnya dan untuk mengevaluasi kualitas bahan pengisi saluran akar yang hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan radiografi. Salah satu bahan sealer yang paling banyak digunakan adalah MTA. MTA dikenal karena keunggulannya dibandingkan dengan bahan endodontik lainnya, namun harganya yang tidak ekonomis membatasi penggunaannya. Semen Portland telah diteliti memiliki karakteristik yang sama dengan MTA namun tidak terdapatnya Bismuth Oxide pada Semen Portland yang menyebabkan radiopasitasnya rendah. Bahan radiopacifier yang dapat ditambahkan untuk meningkatkan radiopasitas dari Semen Portland Putih Indonesia (SPPI) yaitu Bismuth Oxide (Bi2O3) dan Zirconium Oxide (ZrO2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai radiopasitas dan menganalisis perbedaan nilai radiopasitas dari SPPI yang ditambahkan radiopacifier konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%, mengetahui konsentrasi radiopacifier yang dapat meningkatkan radiopasitas SPPI yang ditambahkan radiopacifier, serta untuk mengetahui radiopacifier mana yang paling baik dalam meningkatkan radiopasitas pada SPPI. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu SPPI, radiopacier Bi2O3 dan ZrO2 konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25% serta ProRoot MTA sebagai kontrol yang dibagi dalam 9 kelompok. Pada tahap pertama penelitian ini dilakukan pembuatan campuran SPPI dengan Bi2O3 dan SPPI dengan ZrO2 melalui metode larutan sederhana. Tahap kedua merupakan pengujian radiopasitas bahan sealer SPPI Bi2O3 dan SPPI ZrO2 konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%. Hasil penelitian ini memperlihatkan nilai radiopasitas rata-rata SPPI Bi2O3 dan SPPI ZrO2 lebih besar daripada nilai radiopasitas rata-rata SPPI, dan bahwa terdapat perbedaan nilai radiopasitas yang signifikan antara kelompok (p<0,05). Uji post hoc nilai radiopsitas yang tertinggi yaitu pada kelompok SPPI Bi2O3 25%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan radiopacifier Bi2O3 dan ZrO2 konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25% dapat meningkatkan nilai radiopasitas SPPI. Radiopacifier yang paling baik dalam meningkatkan radiopasitas SPPI yaitu Bi2O3 25%.Item PERBEDAAN SIFAT FISIK MATERIAL SEMEN KARBONAT APATIT YANG BERPOTENSI MENJADI SEALER ENDODONTIK DENGAN SEALER BIOKERAMIK BERBASIS MTA(2021-10-15) PRIMA DIANIAWATI NUR ANISA; Dudi Aripin; Arief CahyantoSemen karbonat apatit (CO3Ap) adalah suatu bahan yang berpotensi menjadi sealer berbasis biokeramik, yang terbentuk dari CaCO3, CaO, CaHPO4, ZrO2, HAp, Na2HPO4, NaCMC dan thymoquinone. Untuk dapat digolongkan secara fisik sebagai sealer, diperlukan pengujian yang mengacu pada ISO 6876:2012 mengenai uji sifat fisik sealer endodontik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sifat fisik berupa setting time, working time, flow dan radiopasitas dari semen karbonat apatit yang berpotensi menjadi sealer endodontik dan sealer biokeramik berbasis MTA sebagai kontrol yaitu Ceraseal-B. Metode uji setting time dilakukan dengan Vicat apparatus, uji working time dan flow dilakukan dengan menempatkan 0,05 ml sealer diatas glass plate yang diberi beban 120 gram selama 10 menit, uji radiopasitas dilakukan dengan membandingkan densitas sampel yang telah setting dalam bentuk silinder diameter 1 mm tinggi 1 mm dengan densitas aluminium stepwedge. Hasil penelitian sealer karbonat apatit adalah setting time selama 203 menit, working time 10 menit, flow 20,962 mm dan radiopasitas 3,3 mmAl. Hasil penelitian kontrol sealer berbasis MTA adalah setting time selama 239 menit, working time 10 menit, flow 19,541 mm dan radiopasitas 3,2 mmAl. Seluruh hasil uji penelitian memenuhi standar ISO 6876:2012, dengan hasil statistik setting time dan flow sealer karbonat apatit berbeda bermakna atau setting lebih cepat dan diameter flow lebih luas dari nilai kontrol. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan sifat fisik sealer karbonat apatit dengan sealer berbasis MTA serta keduanya memenuhi syarat fisik sebagai sealer endodontik.Item PERBEDAAN STRENGTH DAN ELASTICITY ANTARA CAMPURAN NANOPARTIKEL SPPI-ZrO2-UDMA DAN SEMEN RESIN-MODIFIED CALCIUM SILICATE SEBAGAI BAHAN PULP CAPPING(2022-10-14) FREDERICA DEBY THEDJAKUSUMA; Arief Cahyanto; Ayu Trisna HayatiPulpa yang terinflamasi secara tidak persisten dapat dirawat dengan perawatan pulpa vital, seperti pulp capping untuk mempertahankan vitalitas pulpa. Suatu material pulp capping yang diaplikasikan diantara struktur gigi dan bahan restorasi idealnya memiliki kemampuan untuk menahan tekanan dari restorasi diatasnya. Resistensi material terhadap fraktur berkaitan dengan properti mekanis, termasuk kekuatan dan elastisitas bahan. Komposisi material dan pendekatan nanoteknologi memungkinkan terjadinya peningkatan kekuatan dan elastisitas bahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat material pulp capping berupa campuran nanopartikel semen Portland putih Indonesia (SPPI)-ZrO2-UDMA, menganalisis nilai compressive strength (CS), diametral tensile strength (DTS), flexural strength (FS) dan modulus of elasticity (ME) serta menganalisis perbedaannya dengan resin-modified calcium silicate (Theracal LC). Pembuatan campuran nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA dimulai dengan sintesis nanopartikel SPPI dengan metode top-down wet-milling lalu dicampurkan dengan ZrO2 dengan metode larutan sederhana kemudian dicampurkan dengan UDMA. Hasil sintesis campuran dikarakterisasi dengan FTIR dan dilakukan pengujian CS, DTS, FS dan ME dengan Universal Testing Machine sesuai dengan ISO 9971-1 dan ISO-4049. Analisis statistik dengan uji Anava dan post-hoc independent t-test untuk mengetahui perbedaan kedua bahan. Hasil penelitian menunjukkan puncak absorbansi gugus fungsi grup silika, karbonat dan karbonil yang merepresentasikan trikalsium-silikat, zirkonium dan UDMA. Nilai rata-rata CS tertinggi campuran nanopartikel SPPI-ZrO2-UDMA 158,92 MPa dan TheraCal LC 109,8 MPa. Nilai rata-rata DTS tertinggi SPPI-ZrO2-UDMA 29,37 MPa dan TheraCal LC 23,41 MPa. Nilai rata-rata FS tertinggi SPPI-ZrO2-UDMA 90,95 MPa dan TheraCal LC 31,76 MPa. Nilai rata-rata ME tertinggi SPPI-ZrO2-UDMA 4848,49 MPa dan TheraCal LC 954,41 MPa. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan pada kedua bahan. Modifikasi komposisi bahan dengan penambahan ZrO2 dan monomer resin UDMA serta penggunaan nanopartikel mempengaruhi kekuatan dari bahan yang digunakan dalam penelitian ini.Item perbedaanPERBEDAAN MECHANICAL PROPERTIES CAMPURAN NANOPARTIKEL SEMEN PORTLAND PUTIH INDONESIA-ZrO2-UDMA DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN NANOSILIKA SEBAGAI BAHAN PULP CAPPING(2023-09-05) SHYNTIA DEWI ARYANI; Denny Nurdin; Arief CahyantoVital pulp therapy such as pulp capping can be an option in maintaining pulp vitality by preventing bacterial infiltration and stimulating tertiary dentin formation. Pulp capping materials must have good mechanical properties to withstand the masticatory forces on the tooth and the restoration material above, such as compressive strength, flexural strength and modulus of elasticity. Indonesian white Portland cement (SPPI) has the same composition with MTA material use as a pulp capping material. The purpose of this research is to make pulp capping materials with a mixture of SPPI-ZrO2-UDMA nanoparticles with and without the addition of nanosilica to analyze the compressive strength, flexural strength, and modulus of elasticity values. The preparation of SPPI-ZrO2-UDMA nanoparticle mixture samples with and without the addition of nanosilica begins through the process of synthesizing SPPI nanoparticles then mixed with ZrO2, mixed with UDMA and nanosilica. Compressive strength, flexural strength, and modulus of elasticity testing were carried out using Universal Testing Machine (UTM) in accordance with ISO 9971-1 and ISO 4049. Data analysis used ANOVA test and Post-hoc Independent t-test to determine the value of the difference between the two. The results showed that the highest mean compressive strength value of SPPI-ZrO2-UDMA nanoparticle with the addition of nanosilica was 115.52 MPa and SPPI-ZrO2-UDMA without nanosilica was 105.60 MPa. The highest mean flexural strength value of SPPI-ZrO2-UDMA nanoparticle with the addition of nanosilica is 61.39 MPa and SPPI-ZrO2-UDMA without nanosilica is 83.53 MPa. The highest mean value of modulus of elasticity of SPPI-ZrO2-UDMA nanoparticle with the addition of nanosilica is 7552.82 MPa and SPPI-ZrO2-UDMA without nanosilica is 7191.08 MPa. The results of statistical analysis showed significant differences in the two materials.Item SINTESIS DAN KARAKTERISASI SEALER BERBASIS KARBONAT APATIT SEBAGAI BAHAN PENGISI SALURAN AKAR(2018-04-04) ELFIRA MEGASARI; R. Moch. Richata Fadil; Arief CahyantoKarbonat apatit (CO3Ap) merupakan konstituen dari tulang dan gigi, mengandung 3-5% ion karbonat. Semen CO3Ap dipakai secara luas sebagai bahan substitusi jaringan tulang dan merupakan salah satu biokeramik dengan osteokonduktivitas dan biokompatibilitas terbaik. Sealer berbasis biokeramik telah mulai dipergunakan dalam bidang endodontik, namun sealer berbasis CO3Ap sendiri belum pernah dibuat dan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi terbaik, mensintesis, dan mengkarakterisasi sealer berbasis CO3Ap. Grup sampel terbagi menjadi 5 dengan perbedaan di komposisi dicalcium phosphate anhydrous (DCPA; CaHPO4), Vaterite dan kalsium hidroksida [Ca(OH)2] pada powdernya, sementara larutan yang digunakan adalah 0.2mol/L Na2HPO4 dengan 1% sodium karboksimetilselulosa (NaCMC) dan 32µg thymoquinone, dengan rasio larutan/bubuk 0.6 Uji DTS menunjukan bahwa sampel grup 2 yang memiliki hasil uji DTS paling tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya. Hasil analisa XRD menunjukkan bahwa CO3Ap berhasil terbentuk dan seluruh komponen bereaksi. Kepadatan pada sampel grup 2 terlihat paling tinggi berdasarkan morfologi gambar SEM. Setting time dari seluruh grup memiliki rata-rata sekitar 21 menit. Sealer berbasis semen CO3Ap telah berhasil dibuat dengan komposisi terbaik 60% DCPA, 30% Vaterite dan 10% Ca(OH)2.Item Uji In Vitro Sel Fibroblast Terhadap Filler Alpha Tricalcium Phosphate dan Karakterisasi FTIR sebagai Prototipe Bahan Pulp Capping(2022-10-14) AGUSTIN HUSADA; Arief Cahyanto; Hendra Dian Adhita DharsonoPulp capping adalah suatu perawatan perlindungan pulpa vital yang terinfeksi akibat proses karies, mekanis ataupun trauma. Alpha Tricalcium phosphate (-TCP) sebagai prototipe bahan pulp capping merupakan bahan biokeramik yang dapat di serap oleh jaringan, biokompatibel, dan terdegradasi yang selanjutnya akan menginduksi jaringan keras untuk mengantikan tulang. Bahan -TCP menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi dari sel osteoblast dan osteoprogenitor sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pulp capping. Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi sel fibroblast terhadap prototipe bahan pulp capping -TCP sehingga dilakuakan penelitian viabilitas sel, perlekatan sel dan karakterisasi. Sampel prototipe bahan pulp capping -TCP dibuat dan di uji sitotoksisitas, perlekatan sel. Dilakukan uji statistik dengan uji Anova dan dilanjutkan dengan pengujian post hoc menggunakan uji t-independen. Hasil penelitian wst-1 assay setelah 24 jam, menunjukkan ekstraksi prototipe bahan pulp capping -TCP dan tanpa filler pada 24 jam dan 96 jam serta ekstraksi TgCaviliner pada 24 jam meningkatkan viabilitas sel secara signifikan dibandingkan dengan kontrol (P<0.05). Setelah 48 jam, ekstraksi Alpha tricalcium phosphate, tanpa filler alpha tricalcium phosphate serta TgCaviliner pada 24 jam dan 96 jam dapat menginduksi proliferasi fibroblast dibandingkan dengan kontrol. Setelah 72 jam, ekstraksi Alpha tricalcium phosphate, tanpa filler alpha tricalcium phosphate serta TgCaviliner 24 jam dan 96 jam menginduksi proliferasi fibroblast dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian attachment assay menunjukkan setelah 24 jam prototipe bahan pulp capping Alpha tricalcium phosphate memiliki perlekatan sedangkan bahan TgCaviliner tidak memiliki perlekatan pada sel fibroblast. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pulp capping prototipe alpha tricalcium phosphate memiliki kesamaan karakterisasi dengan TgCaviliner. Bahan pulp capping prototipe alpha tricalcium phosphate tidak memiliki efek sitotoksik, memilik perlekatan sel, dan memiliki gugus fungsi hidroksil, fosfat dan kalsium.