Browsing by Author "Ristina Mirwanti"
Now showing 1 - 20 of 57
Results Per Page
Sort Options
Item BEBAN FAMILY CAREGIVER PASIEN PALIATIF DI RUMAH TEDUH SAHABAT IIN BANDUNG(2020-07-12) HESTY ADHA; Ristina Mirwanti; Tuti PahriaKeluarga yang merawat pasien paliatif berisiko mengalami beban caregiver. Beban yang dialami caregiver disebabkan oleh kebutuhan perawatan pasien paliatif sangat kompleks. Beban caregiver yang paling sering disebutkan oleh caregiver sebagai masalah adalah kesehatan caregiver, kesehatan psikologis, finansial, kehidupan sosial dan hubungan antara caregiver dengan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran beban family caregiver pada pasien paliatif di Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah keluarga pasien paliatif di Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung yang berjumlah 120 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling (n=120). Beban keluarga diukur menggunakan kuesioner Zarit Burden Interview (ZBI). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan 30% responden memiliki sedikit atau tidak ada beban, 53,3% memiliki beban ringan sampai sedang, 14,2% memiliki beban sedang sampai berat, dan 2,5% memiliki beban berat. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden memiliki beban ringan sampai sedang. Namun, masih terdapat responden yang memiliki beban berat. Keluarga pasien paliatif dapat berbagi tanggung jawab perawatan sehingga beban yang dirasakan dapat berkurang. Tenaga kesehatan dapat bekerja sama dengan pihak Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung untuk meningkatkan pengetahuan dalam merawat dan menangani pasien paliatif.Item Beban Kerja Mental Perawat Ruang Kritis dan IGD RSUD Kota Bandung(2019-01-23) TIA DWI APRILIA; Irman Somantri; Ristina MirwantiPerawat ruangan intensif dan gawat darurat memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Perawat intensif dan gawat darurat dituntut melaksanakan pelayanan keperawatan dengan tepat dan cepat serta memiliki beban kerja yang tergolong berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja mental yang dialami oleh perawat di ruang kritis dan IGD RSUD Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik total sampling yang melibatkan 63 perawat yang bekerja di ICU, PICU/NICU, dan IGD. Instrumen penelitian yang digunakan adalah NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index). Analisa data menggunakan analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi dan mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang memiliki beban kerja mental tinggi adalah perawat ruang IGD sebanyak 42,9%. Pada ruang PICU/NICU sebanyak 33,3% dan ICU sebanyak 23,8% keduanya termasuk dalam kategori beban kerja mental sedang. Kategori responden dalam penelitian ini seperti jenis kelamin, usia, dan lama bekerja dapat menjadi penyebab beban kerja mental tinggi. Dimensi yang memiliki nilai mean tertinggi hingga terendah adalah dimensi kebutuhan mental (x̄= 16,72), tingkat usaha (x̄= 15,68), kebutuhan waktu (x̄= 12,59), kebutuhan fisik (x̄= 12,48), performansi (x̄= 12,25) dan tingkat frustasi (x̄= 10,17). Nilai mean yang lebih besar yaitu dimensi kebutuhan mental menandakan bahwa dimensi tersebut berpengaruh besar dalam beban kerja mental tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perawat ruang kritis dan IGD mampu menyeimbangkan waktu bekerja dengan rekreasi, serta memenuhi kebutuhan istirahat. Hasil penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan mengkaji upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan beban kerja mental perawat. Kata kunci: Beban Kerja Perawat, Beban Kerja Mental, Perawat Ruang Kritis, Perawat Ruang Gawat Darurat Kepustakaan : 69, 1988-2017Item Dampak Kekerasan Seksual pada Anak Sebagai Korban: Studi Literatur(2022-07-11) DINA ANJELINA; Ristina Mirwanti; Tetti SolehatiSetiap tahun, kasus kekerasan seksual anak terus meningkat, namun penelitian mengenai dampak kekerasan seksual hanya berfokus pada dampak yang spesifik dan informasi tentang dampak yang bersifat komprehensif masih terbatas penelitiannya, serta dilakukan pada penelitian terdahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kekerasan seksual pada anak sebagai korban. Metode yang digunakan adalah studi literatur berupa narrative review. Pencarian artikel penelitian dilakukan melalui database Pubmed, EBSCOhost, serta search engine Google Scholar dengan kata kunci berbahasa Inggris “Child” OR ‘Children” OR “Youth” OR “Childhood” OR “Teenager” OR “Adolescent” AND “Impact” OR “Effect” AND “Sexual Abuse” OR “Sexual Violence” OR “Sexual Assault” OR “Sexual Offense” OR “Sexual Harassment”, dan kata kunci berbahasa Indonesia “Anak” ATAU “Remaja” DAN “Dampak” ATAU “Pengaruh” DAN “Kekerasan Seksual" ATAU “Pelecehan Seksual” ATAU “Pelanggaran Seksual” ATAU “Penyerangan Seksual”. Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan penulis yaitu artikel relevan dengan topik, full text, berbahasa Inggris dan Indonesia serta maksimal terbit 10 tahun terakhir (2013-2022). Sedangkan kriteria eksklusinya adalah artikel penelitian dengan metode studi literatur. Terdapat sembilan artikel yang dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang dirasakan pada anak akan berbeda tergantung tahapan perkembangannya. Dampak yang dialami oleh anak pada masa early childhood belum banyak dirasakan karena anak belum merasakan dampaknya lebih mendalam dan baru akan menyadarinya ketika pada usia remaja. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan peneliti lainnya untuk mengkaji lebih dalam mengenai dampak perubahan perilaku dan dampak terhadap keluarga karena masih kurangnya penelitian yang membahas mengenai kedua dampak tersebut. Kata kunci : anak, dampak, kekerasan seksual Kepustakaan : 69, 1988-2021Item Faktor yang Mempengaruhi Depresi pada Mahasiswa Kesehatan: Scoping Review(2023-10-05) SYAHRIZAL; Ristina Mirwanti; Efri WidiantiSaat menjadi seorang mahasiswa berbagai tekanan dapat dirasakan semasa perkuliahan, seperti: beban serta jumlah tugas yang diberikan dosen, praktikum, jadwal perkuliahan yang padat, dan tugas akhir. Saat memasuki fase tingkat akhir, mahasiswa memiliki tanggung jawab lebih dalam menyelesaikan skripsi secara tepat waktu atau sesuai dengan peraturan universitas. Sehingga kewajiban untuk belajar secara mandiri lebih besar, apabila mahasiswa tidak pandai dalam mengatur waktu serta pikirannya dengan baik, dapat menyebabkan depresi pada dirinya sendiri. Adanya penelitian ini bertujuan untuk mengkaji serta mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab depresi pada mahasiswa kesehatan berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Peneliti menggunakan metode scoping review dengan pencarian melalui EBSCO, PubMed, Scopus, dan Google Scholar. Adapun kata kunci yang peneliti gunakan yaitu “Mahasiswa Kesehatan”, dan “Faktor yang mempengaruhi depresi”, dan “Depresi” dan "Medical Student” and “Depression” and “Depression Factors”. Berbagai tekanan dapat menyebabkan depresi pada mahasiswa kesehatan, baik secara internal maupun eksternal. Adapun beberapa faktor depresi yang peneliti temukan secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 kategori. Yaitu faktor biologi, faktor psikologis, serta faktor lingkungan. Perlu adanya peran tenaga pendidik, teman-teman, serta orang tua dalam memfasilitasi mahasiswa. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi, guna mencegah dan meminimalisir terjadinya depresi khususnya pada mahasiswa kesehatan. Kata kunci: Depresi, Faktor yang mempengaruhi, Mahasiswa KesehatanItem FAKTORYANGBERHUBUNGANDENGANKEPATUHAN PENGGUNAANAPDPADAPEKERJAINDUSTRI: LITERATUREREVIEW(2021-07-13) RIZAL SHIDIQ; Ristina Mirwanti; Setiawan. ABSTRAK Kecelakaan kerja merupakan kejadian tidak terduga yang terjadi pada saat bekerjaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya ketidak patuhan dalam menggunakan APD. Tersandung, terpeleset, cedera kepala bahkan sampai kematian dapat terjadi akibat tidak patuhnya dalam menggunakan APD. Pentingnya patuhdalam menggunakan APD dapat didasari oleh beberapa faktor yang beragam. Maka dari itu, harus ada informasi yang memuat beragam faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam menggunakan APD pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi ketidak patuhan penggunaan APD pada pekerja. Metode penelitian ini ialah narrative review denga menggunakan data base Googlescholar, Pubmed, dansciencedirect. Didapatkan sebanyak 1693 artikel yang sesuai kata kunci kemudian artikel tersebut disaring kembali berdasarkan kriteria inklusi yaitu artikel fulltext, Sampel dari atikel sesuai artikel yang dianalisis yaitu faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan penggunaan APD padapekerja industry, tahun terbit artikel maksimal 10 tahun terakhir, serta Kemudian didapatkan 20 artikel yang sesuai dan selanjutnya dianalisis menggunakan SANRA dan didapatkan 12 artikel yang sesuai. Hasil dari penelitian ini didapatkan 12 artikel yang memuat faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam penggunaan APD pada pekerja yaitu faktor internal (pendidikan, pengetahuan, sikap, motivasi, kenyamanan,danusia), dan faktor eksternal (rekankerja,ketersediaan APD, pengawasan, masakerja, penghargaan dan dukungan pimpinan). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kebaharuan dibidang kesehatan dalam memberikan edukasi. Keyword:Kecelakaankerja,Kepatuhan,Penggunaan APDItem Gambaran Evaluasi Pembelajaran Simulasi Bencana Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran(2020-10-13) SRI UTAMI DEWI; Etika Emaliyawati; Ristina MirwantiMetode pembelajaran simulasi bencana dapat meningkatkan kepuasan dan percaya diri mahasiswa melakukan penanganan kepada para korban. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran cenderung kurang berpartisipasi aktif melakukan simulasi bencana ataupun dalam sesi tanya jawab. Kurangnya partisipasi aktif mahasiswa dipengaruhi oleh desain pembelajaran yang diterapkan dan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran penting dilakukan evaluasi, untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran yang telah diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pembelajaran simulasi bencana mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program sarjana angkatan 2016 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor dan Pangandaran yang berjumlah 151 orang, dengan jumlah responden sebanyak 144 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengan response rate 95,4 %. Pengumpulan data penelitian menggunakan instrumen evaluasi simulasi bencana, yang merupakan hasil modifikasi dan penggabungan instrumen EPQ dan SSS. Instrumen EPQ untuk mengukur proses pembelajaran simulasi bencana dan instrumen SSS untuk mengukur kepuasan dan percaya diri mahasiswa. Hasil penelitian menunjukan pembelajaran simulasi bencana di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor dan Pangandaran secara keseluruhan cenderung baik dengan skor mean (4,09). Berdasarkan dimensinya menunjukan skor mean berbeda-beda, skor mean terendah yaitu dimensi belajar secara aktif (3,79) dan skor mean tertinggi yaitu dimensi kolaborasi (4,33). Berdasarkan hasil tersebut Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang digunakan dalam simulasi bencana, dalam upaya meningkatkan keaktifan mahasiswa melakukan simulasi bencana atau pun sesi tanya jawab.Item Gambaran Kejadian Burnout Syndrome pada Perawat ICU dan IGD RSUD dr. Slamet Garut(2022-08-29) APRILIA AULIA ARDIANTI; Ristina Mirwanti; Yanny Trisyani WahyuningsihBurnout merupakan suatu kondisi kelelahan secara fisik dan psikis yang berkepanjangan akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi. Perawat ICU dan IGD berisiko lebih tinggi terkena burnout dibandingkan dengan posisi profesional lainnya. Burnout apabila tidak dicegah dan diatasi dengan baik dapat berdampak terhadap kesehatan bahkan kinerja perawat ICU dan IGD dalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran burnout pada perawat ICU dan IGD RSUD dr. Slamet Garut. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan populasi penelitian perawat (N=90). Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dan diperoleh sampel sebanyak 90 yang terdiri dari 32 perawat ICU dan 58 perawat IGD dengan respon rate 100%. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory Human Service Survey (MBI-HSS) yang terdiri dari 22 item pernyataan. Hasil data kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat, disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil perawat ICU maupun IGD (13,33%) mengalami burnout, kurang dari setengah responden (47,8%) tidak mengalami burnout (engagaded), sebagian kecil responden (7,8%) mengalami overextended (tingginya kelelahan emosional), sebagian kecil responden (2,2%) mengalami disangaded (tingginya depersonalisasi), sebagian kecil responden (23,3%) mengalami ineffective (rendahnnya pencapaian pribadi), dan sebagian kecil respon (5,6%) mengalami kondisi dua dimensi yang tinggi (emotional exhaustion dan personal accomplishment). Simpulan dari penelitian ini yaitu adanya perawat ICU dan IGD yang mengalami burnout. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan untuk pihak manajemen rumah sakit mengadakan penyesuaian beban kerja dan mengadakan pelatihan efikasi diri untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuannya dan personal accomplishment perawat.Item GAMBARAN KEPUASAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM PENGGUNAAN E-MODULE KONSEP PERAWATAN LUKA DIABETES MELITUS(2023-07-11) NOVIANTI MAHARANI; Iqbal Pramukti; Ristina MirwantiDunia pendidikan tidak luput dari perkembangan teknologi. E-Module merupakan salah satu contoh pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan yang sudah digunakan selama satu dekade terakhir dalam dunia pendidikan keperawatan. Belum banyak penelitian yang membahas gambaran kepuasan mahasiswa keperawatan dalam penggunaan e-module, khususnya e-module konsep perawatan luka diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan mahasiswa keperawatan dalam penggunaan e-module konsep perawatan luka diabetes melitus. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode cross sectional one group posttest. Populasi penelitian merupakan mahasiswa keperawatan angkatan 2021, 2020 dan 2019 kelas Jatinangor dan Pangandaran yang sudah mendapatkan materi perawatan luka. Penelitian ini menggunakan instrumen Satisfaction of E-Module. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling dengan jumlah sampel total sebanyak 162 responden. Data yang terkumpul dianalisa secara univariat dan ditabulasi silang berdasarkan beberapa karakterisitik. Data disajikan dalam bentuk persentase. Setelah dilakukan analisa didapatkan hasil lebih dari setengah responden merasa sangat puas menggunakan e-module konsep perawatan luka diabetes melitus (56,19%). Tidap terdapat perbedaan tingkat kepuasan pada responden berdasarkan karakteristik angkatan, usia, riwayat penggunaan e-module, jenis kelamin, dan wilayah kampus. Terdapat tiga aspek e-module dengan tingkat kepuasan tinggi, yaitu aspek kemudahan akses e-module, kemudahan membaca tulisan/font yang digunakan serta kemudahan memahami gambar/tabel/ilustrasi yang disajikan. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui e-module dapat direkomendasikan sebagai media pembelajaran pilihan selama proses pembelajaran keperawatan. E-module dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan peserta didik serta disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.Item GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG(2019-07-28) MUHAMMAD MUKHLIS ABDUR ROSYID; Kusman Ibrahim; Ristina MirwantiHuman Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyebabkan berbagai dampak pada penderitanya diantaranya adalah perubahan aspek spiritual. Aspek ini penting untuk dipenuhi kebutuhannya karena secara tidak langsung akan memengaruhi kadar CD4+. Penelitian terkait kesehatan spiritual di Indonesia saat ini masih berfokus pada aspek agama dan bersifat kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan spiritual pada pasien dengan HIV/AIDS di RSUD Kota Bandung. Penelitian ini berjenis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan crosssectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah 437 pasien dengan HIV/AIDS di RSUD Kota Bandung dan didapatkan 89 responden melalui teknik nonprobability dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner The short-form WHOQOL-SRPB BREF yang berisi 32 pertanyaan. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kesehatan spiritual yang tinggi dengan jumlah 85 responden (95,5%) dan 4 responden (4,5%) memiliki kesehatan spiritual rendah. Domain hubungan dengan Tuhan 96,6% tinggi, makna dan tujuan hidup 96,6% tinggi, rasa kagum dan takjub 96,6% tinggi, keutuhan dan integrasi 94,4% tinggi, kekuatan spiritual 94,4% tinggi, kedamaian batin 92,1% tinggi, harapan dan optimisme 96,5% tinggi, keimanan/keyakinan 100% sekaligus domain dengan nilai tertinggi. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar ODHA memiliki kesehatan spiritual yang tinggi, namun masih ada 4 orang dengan kesehatan spiritual rendah, dan ketenangan batin merupakan domain dengan ODHA nilai rendah terbanyak. Peneliti menyarankan kepada pihak rumah sakit dan perawat agar membantu meningkatkan kesehatan spiritual dan ketenangan batin ODHA yang masih rendah.Item Gambaran Kesiapan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Angkatan 2017 dalam Memberikan Bantuan Hidup Dasar setelah Pembelajaran Daring(2021-08-19) SAYYIDATI ISNI MAULANI; Ristina Mirwanti; Etika EmaliyawatiKesiapan merupakan elemen penting dalam pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dapat mempengaruhi tingkat survival korban. Mahasiswa keperawatan yang belajar BHD dengan sistem daring dapat belajar mengenai BHD secara komprehensif namun tidak dapat mempraktikkan BHD secara langsung kepada panthom. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesiapan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran angkatan 2017 dalam memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) setelah pembelajaran daring. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran angkatan 2017 yang telah mengikuti pembelajaran BHD secara daring. Penarikan sampel menggunakan Total Sampling (n=235), didapatkan 191 responden (response rate 81,27%). Penelitian menggunakan kuisioner online dengan instrumen dari penelitian sebelumnya yang dimodifikasi sesuai dengan AHA 2015. Data dianalisis menggunakan deskriptif univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran angkatan 2017 memiliki kesiapan yang baik dalam memberikan Bantuan Hidup Dasar n=129 (67,5%). Dari hasil penelitian diharapkan adanya usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan kesiapan BHD. Menggunakan lagu untuk membantu menyesuaikan tempo kompresi dada , berlatih secara mandiri dengan aplikasi edukasi BHD maupun menonton video BHD dan penggunaan AED secara berulang dapat dilakukan mahasiswa. Instansi juga dapat melakukan pendidikan kesehatan dan pelatihan mengenai BHD termasuk penggunaan AED kepada mahasiswa. Kata Kunci : Bantuan Hidup Dasar, Kesiapan, Mahasiswa Keperawatan, Pembelajaran BHDItem Gambaran Kesiapan Menolong dalam Pemberian Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran(2020-10-14) DANANFI WANDA; Ristina Mirwanti; Cecep Eli KosasihKecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi akibat KLL bergantung oleh pertolongan pertama yang diberikan oleh mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat. Pemberian pertolongan pertama dipengaruhi oleh kesiapan menolong yang mencakupi kesadaran, tanggung jawab, dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesiapan menolong dalam pemberian pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas pada mahasiswa Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif pada 470 mahasiswa aktif Universitas Padjadjaran yang dipilih melalui teknik probability sampling dengan proportional sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner Bystander Readiness to Help (BRH) Scale. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantiatif dengan menyajikan skor mean dan SD. Hasil penelitian menujukkan kesiapan menolong mahasiswa Unpad dalam pemberian pertolongan pertama KLL keseluruhan cenderung positif (3,44). Kesiapan menolong paling cenderung positif ditunjukkan pada Fakultas Keperawatan (3,82) dan paling cenderung negatif pada Fakultas Psikologi (3,05). Berdasarkan aspek kesiapan menolong, didapatkan skor mean kesadaran (3,95), tanggung jawab (4,04), dan tindakan (1,84). Pada aspek tindakan, mahasiswa cenderung paling negatif dalam meluangkan waktunya dalam program pertolongan pertama (1,72). Untuk meningkatkan kesiapan menolong pada mahasiswa Universitas Padjadjaran, perlu dilakukan pelatihan dan penyuluhan edukatif yang bersifat kontinyu terkait pemberian pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas guna mempertahankan serta meningkatkan kesiapan menolong mahasiswa Universitas Padjadjaran, khususnya pada Fakultas dengan kesiapan menolong yang cenderung negatifItem Gambaran Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Guru dan Tenaga Kependidikan di SLB Negeri B Garut(2023-09-11) DINYATUL ARBA RAMDHONA; Ristina Mirwanti; Nina SumarniKesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagian guru dan tenaga kependidikan di SLB Negeri B Garut telah mengikuti pelatihan mengenai kesiapsiagaan bencana, namun belum diketahui tingkat kesiapsiagaan bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan bencana banjir pada guru dan tenaga kependidikan di SLB Negeri B Garut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru dan tenaga kependidikan di SLB Negeri B Garut. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 72 orang. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner kesiapsiagaan yang dimodifikasi dari LIPI dengan skala Guttman. Analisa data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif univariat. Hasil uji validitas menunjukkan r hitung senilai 0,451 – 0,7 dan hasil reliabilitas menunjukkan nilai 0,75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,9% merupakan guru dan 35,1% merupakan tenaga kependidikan, 81,9% pernah mengikuti pelatihan/simulasi tentang bencana banjir, dan 81,9% pernah mengalami bencana banjir. Sebanyak 55,6% responden memiliki kesiapsiagaan bencana banjir dalam kategori sangat siap. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesiapsiagaan bencana banjir pada sebagian besar guru di SLB Negeri B Garut termasuk dalam kategori sangat siap. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesiapsiagaan perlu dilakukan upaya pelatihan dan simulasi berkala serta menyediakan sistem peringatan bencana yang belum ada.Item Gambaran Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Guru di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung(2019-07-28) ADE SURYA DWIYANTI; Etika Emaliyawati; Ristina MirwantiAnak disabilitas merupakan salah satu golongan kelompok rentan yaitu kelompok dengan tingkat survival rendah dalam bencana khususnya gempa bumi. Untuk menghadapi hal tersebut, perlunya upaya pengurangan risiko bencana pada anak disabilitas dengan meningkatkan kesiapsiagaan bencana pada orang terdekat dari anak, yang salah satunya adalah guru di sekolah. Tingkat kesiapsiagaan pada guru di sekolah menjadi salah satu hal yang mempengaruhi dampak bencana pada anak disabilitas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada guru sekolah luar biasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantatif dengan jumlah sampel 37 guru di SLB Negeri Cileunyi dan teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Pengukuran kesiapsiagaan pada guru SLB menggunakan instrumen kesiapsiagaan yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86,5% guru dikategorikan ‘siap’. Parameter kesiapsiagaan yang paling baik adalah parameter pengetahuan tentang bencana, sedangkan parameter yang paling rendah adalah peringatan bencana. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SLB dikategorikan siap dalam menghadapi bencana gempa bumi. Namun upaya peningkatan aspek peringatan bencana diharapkan dapat dilakukan agar guru SLB dapat mengenali tanda peringatan bencana serta penyediaan alat peringatan bencana khususnya untuk anak disabilitas.Item Gambaran Kesiapsiagaan Remaja Terhadap Bencana Banjir di Desa Haurpanggung Kabupaten Garut(2023-07-02) AULIYAURRAHMAH NURAZIZAH; Yanny Trisyani Wahyuningsih; Ristina MirwantiKesiapsiagaan menjadi salah satu bagian dari tahap siklus manajemen bencana. Desa Haurpanggung Kabupaten Garut merupakan desa yang sering terkena banjir. Salah satu kelompok usia yang dapat ikut berpartisipasi dalam kesiapsiagaan adalah remaja. Remaja merupakan tahap saat individu sudah mulai mampu berpikir kritis dan kreatif, serta pertumbuhan fisik yang cepat. Hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian besar remaja di Desa Haurpanggung pernah mengalami kejadian banjir bandang dan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan komunitas belum terdapat sistem peringatan dini yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan remaja terhadap bencana banjir di Desa Haurpanggung Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di SMP dan SMA PGRI Kabupaten Garut yang terletak di Desa Haurpanggung. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 80 orang. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner kesiapsiagaan yang dimodifikasi dari LIPI (2011) dengan skala Guttman berupa pernyataan ya-tidak-tidak tahu. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan persentase kesiapsigaan remaja menunjukkan 93,8% dalam kategori siap. Pada parameter pengetahuan menunjukkan 96,3% siap dan 3,7% tidak siap. Kemudian pada parameter rencana kegiatan menunjukkan 85% dalam kategori siap dan 15% tidak siap. Sementara pada parameter sistem peringatan bencana 46,3% siap dan 53,8% tidak siap. Lalu pada parameter kemampuan mempersiapkan sumber daya menunjukkan 63,7% siap dan 36,3% tidak siap. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesiapsiagaan remaja di Desa Haurpanggung sebagian besar termasuk dalam kategori siap. Akan tetapi pada parameter sistem peringatan bencana menunjukkan sebagian besar tidak siap. Untuk mempertahankan ataupun meningkatkan kesiapsiagaan remaja, pihak sekolah dan pembuat kebijakan diharapkan dapat meningkatkan sistem peringatan dini dan simulasi bencana baik di lingkungan sekolah maupun komunitas.Item Gambaran Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Telah Menjalani PCI: Scoping Review(2021-08-20) FAIZAL MUSTHOFA; Yanny Trisyani Wahyuningsih; Ristina MirwantiLatar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan gangguan perfusi pada pembuluh darah koroner yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Salah satu intervensi dalam mengembalikan gangguan pada perfusi pembuluh darah koroner adalah Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Bukti menunjukkan PCI pada kualitas hidup berhasil meningkatkan kualitas hidup, namun bukti lain menunjukan kecenderungan kualitas hidup menurun pada beberapa bulan berikutnya, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner yang telah menjalani PCI. Metode: Penelitian yang dilakukan menggunakan metode scoping review dengan pendekatan content analysis. Pencarian penelitian yang telah dipublikasikan dengan rentang tahun 2010-2020 dalam bahasa Inggris, menggunakan database elektronik yaitu CINAHL, Science direct dan Pubmed. Hasil: Hasil pencarian yang teridentifikasi didapatkan 451 studi, setelah dilakukan seleksi studi didapatkan 22 sumber dengan hasil temuan didapatkan sebagian besar bukti literatur menunjukkan peningkatan yang signifikan kualitas hidup pada pasien PJK yang telah menjalani PCI, tetapi kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi demografi, variabel klinis, keparahan PJK, dan penyakit komorbid. Kualitas hidup pasien PJK yang telah menjalani PCI meningkat optimal pada bulan pertama dan menurun pada bulan berikutnya. Kesimpulan: Pasien PJK yang telah menjalani PCI menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang optimal pada bulan pertama dan kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perawat dan tenaga kesehatan lain perlu mempertimbangkan untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat untuk mengoptimalkan kualitas hidup pasien PJK yang telah menjalani PCI.Item Gambaran Motivasi Berolahraga pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Padjadjaran(2020-10-13) ASTRIANI NUR AFIFAH; Ristina Mirwanti; Atlastieka PraptiwiAktivitas fisik yang tidak memadai menjadi faktor risiko berbagai penyakit tidak menular. Untuk mencapai aktivitas fisik yang direkomendasikan maka diperlukan aktivitas fisik yang terstruktur dan terencana, yaitu olahraga. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki skor aktivitas fisik yang berada di bawah rata-rata. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran motivasi berolahraga pada mahasiswa keperawatan Universitas Padjadjaran. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan populasi penelitian adalah mahasiswa keperawatan berstatus aktif di Universitas Padjadjaran (N=964). Teknik sampling menggunakan accidental sampling dengan response rate sebesar 48% (n=464). Data dikumpulkan menggunakan Intrinsic Motivation Inventory versi Bahasa Indonesia yang dilakukan secara online. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif nilai rerata dan standar deviasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tiga dari empat subvariabel IMI berada di atas rata-rata (Mean=4,30 SD=1,32), yaitu minat dan kesenangan (Mean=4,80 SD=1,25), persepsi kompetensi (Mean=4.56 SD=1,32) dan usaha atau kepentingan (Mean=4,36 SD=1,37), sedangkan subvariabel tekanan atau ketegangan memiliki skor di bawah rata-rata (Mean=3,50 SD=1,34). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan Universitas Padjadjaran memiliki motivasi berolahraga yang cenderung bersifat lebih intrinsik. Berdasarkan hasil tersebut maka instansi dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai jenis-jenis olahraga beserta tujuan dan manfaatnya, sehingga motivasi berolahraga yang telah mereka miliki dapat terus terpelihara.Item Gambaran Pelaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia dengan Hipertensi di Satuan Pelayanan RSLU Garut(2019-09-05) JAKAH AMINI; Ristina Mirwanti; SetiawanSalah satu masalah yang sering dialami oleh lansia adalah hipertensi. Selain menggunakan terapi farmakologi, terapi komplementer juga digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Terapi relaksasi otot terbukti dapat menurunkan tekanan darah, akan tetapi pelaksanaan yang kurang tepat dapat mengurangi efek dari terapi relaksasi otot progresif tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif pada lansia dengan hipertensi di Satuan Pelayanan RSLU Garut. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dan didapatkan jumlah sampel 30 sampel. Penelitian ini menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 16 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Data diolah kemudian akan dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian pada gambaran pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif di Satuan Pelayanan RSLU Garut didapatkan bahwa hasil penelitian terdapat hampir seluruh responden berusia >60 tahun sebanyak 90%, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56,7%, dan sebagian besar responden berada pada klasifikasi hipertensi stage 1 yaitu sebanyak 73,3%. Responden mendapatkan informasi terkait terapi relaksasi otot progresif dari petugas panti dan dilakukan 1x/minggu. Hasil dari pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif, hampir seluruh responden melakukan gerakan dengan tepat dengan jangka waktu yang tepat yaitu selama 5 detik dan melakukan pengulangan dengan tepat, akan tetapi seluruh responden belum melakukan rileksasi di setiap gerakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aspek yang masih kurang dalam pelaksanaan yaitu pada tahap relaksasi, sehingga disarankan pihak panti agar mengajarkan kembali terkait relaksasi di setiap gerakan.Item Gambaran Penanganan Gejala (Symptom Management) pada Kasus Paliatif di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2019-02-08) TIFFANY KHOIRUNNISA; Ayu Prawesti Priambodo; Ristina MirwantiMeningkatnya kasus paliatif dapat meningkatkan juga angka kunjungan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang disebabkan oleh adanya gejala akut yang tidak dapat dikontrol sehingga diperlukan adanya penanganan gejala (symptom management) pada kasus paliatif di IGD. Di Indonesia belum ditemukan penelitian mengenai penanganan gejala pada kasus paliatif di IGD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis gejala, penatalaksanaan, dan menilai kondisi pasien paliatif setelah ditangani. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi observasi, wawancara, dan studi dokumentasi pada 41 pasien yang dipilih menggunakan consecutive sampling dengan kriteria pasien paliatif berdasarkan skor penapisan pasien paliatif ≥ 4. Penelitian ini menggunakan instrumen Penapisan Pasien Palliative Care dan lembar observasi yang dianalisis menggunakan rumus distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan gejala sesak napas (60,9%) ditangani dengan pemberian oksigen (76%); nyeri (29,3%) ditangani dengan pemberian obat (41,7%); batuk (21,9%) ditangani dengan nonfarmakologi. Rata-rata pasien tidak mengalami perbaikan kondisi (60,7%) sehingga perlu dirawat inap (64,4%) untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sesak napas, nyeri, dan batuk merupakan tiga gejala tertinggi. Penanganan yang diberikan berupa terapi oksigen, pemberian obat-obatan, dan tindakan nonfarmakologi. Sebagian besar pasien tidak mengalami perbaikan kondisi dan harus di rawat inap. Tenaga medis IGD perlu mempertimbangkan penggunakan obat-obatan dalam menangani gejala pasien paliatif di IGD.Item Gambaran Pengetahuan dan Self Efficacy Anggota Padjadjaran Nursing Corps dalam Pemberian Pertolongan Pertama(2018-07-16) NADIYA MIFTAH KARIMA; Aan Nur'aeni; Ristina MirwantiPadjadjaran Nursing Corps (PNC) merupakan unit kegiatan mahasiswa fakultas yang memiliki tugas dalam melakukan pemberian pertolongan pertama. Pemberian pertolongan pertama dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan akan kemampuan diri (self efficacy) oleh penolonganya. Sampai saat ini, belum ada data yang menunjukkan bagaimana self efficacy anggota PNC dalam memberikan pertolongan pertama. Tujuan penelitian ini adalah melihat bagaimana gambaran pengetahuan dan self efficacy anggota PNC dalam pemberian pertolongan pertama. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 65 orang anggota PNC angkatan 10, 11, dan 12 yang dipilih melalui teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Pengetahuan Pertolongan Pertama dan Wildernsess First Aid Self Efficacy Scale. Data dianalisis dengan analisa deskriptif kuantitatif yaitu mean dan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57 responden (87,7%) memiliki pengetahuan yang kurang dengan aspek pengetahuan kurang terbanyak pada masalah kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan dan 62 responden (95,5%) memiliki self efficacy yang tinggi dengan self efficacy tinggi terbanyak pada kemampuan menilai tanda-tanda vital dan self efficacy terendah pada kemampuan melakukan pengkajian tulang belakang. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan anggota Padjadjaran Nursing Corps (PNC) berada pada kategori pengetahuan kurang dengan self efficacy yang tinggi. Hal ini memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pemberian pertolongan pertama. Untuk itu, dibutuhkan pemberian materi dan metode pembelajaran lain disamping ceramah dan praktik seperti pembelajaran eksperimental dan simulasi. Selain itu, anggota PNC perlu didorong untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan melakukan pengulangan terhadap materi yang telah diberikan dengan harapan pengetahuan mengalami peningkatan seiring dengan tingkat self efficacy yang sudah tinggi.Item GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA REMAJA DI SMAN 17 GARUT(2020-10-13) SELLY AMALIA NURHASANAH; Sandra Pebrianti; Ristina MirwantiKasus HIV di Indonesia banyak terjadi pada usia remaja. Sampai saat ini belum ada vaksin yang bisa mencegah terjadinya HIV. Pencegahan bisa dilakukan dengan perubahan perilaku yang baik. Banyak orang tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya HIV, salah satu penyebabnya karena kurangnya pengetahuan yang baik tentang HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang HIV pada remaja. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang HIV. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMAN 17 Garut. Pengambilan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan jumlah sampel yaitu 277 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner HIV-KQ 45 yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk persentase. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2020. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 5 responden (1,8%) berada di kategori baik, sebanyak 105 responden (37,9%) berada di kategori cukup, dan 167 responden (60,3%) berada di kategori kurang baik. Kesimpulan dari hasil menunjukan bahwa gambaran pengetahuan tentang HIV pada remaja berada pada kategori kurang baik, untuk mengantisipasi meningkatnya penyebaran HIV pada remaja dapat dilakukan dengan cara pencegahan untuk mengurangi penyebaran HIV dengan dilakukannya kolaborasi antara guru dan tenaga kesehatan seperti perawat untuk menyampaikan informasi berupa penyuluhan baik secara langsung maupun melalui media sosial.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »