Teknik Geologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Teknik Geologi (S1) by Subject "Akuifer"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
Item DELINEASI AKUIFER MEDIA REKAHAN DAN RUANG ANTAR BUTIR BEDASARKAN DATA SUMUR BOR DAN GEOLISTRIK DI DAERAH BANTAENG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN(2020-10-14) MUHAMMAD ROFI AZHAR GHOFIR; Teuku Yan Waliana Muda Iskandarsyah; Febriwan MohamadDaerah penelitian secara geologi tersusun atas geologi kuarter berupa endapan aluvium dan batuan hasil dari Gunungapi Lompobattang. Selain itu daerah penelitian juga dikontrol oleh aktivitas tektonisme Sulawesi yang menghasilkan struktur geologi di daerah penelitian. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi hidrogeologi daerah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan geometri sistem akuifer berdasarkan kondisi geologi dan struktur geologinya. Data litologi sumur bor digunakan untuk menentukan stratigrafi dan peranannya terhadap airtanah. Kemudian data tersebut dikorelasikan dengan data vertical electrical sounding (VES) untuk mengetahui sebarannya secara 3D dengan menggunakan analisis geostatistik inverse distance weighted (IDW). Selain itu data hasil inversi digunakan untuk interpretasi struktur geologi yang berkembang dan dibandingkan dengan data kelokan sungai di daerah penelitian. Dari hasil analisis geolistrik dan korelasi dengan data sumur bor didapatkan tiga kelompok nilai resistivitas, yaitu: kelompok nilai resistivitas rendah (600 Ωm) berasosiasi dengan lava masif. Dari hasil rekonstruksi tersebut didapatkan tiga lapisan akuifer, yaitu Akuifer 1 tersusun atas endapan aluvium, Akuifer 2 terusun atas breksi laharik, dan Akuifer 3 tersusun atas breksi vulkanik dan lava dengan vesikuler dan/atau rekahan. Bredasarkan interpretasi data sebaran resistivitas dan peta kelokan sungai struktur geologi yang berkembang dibagi menjadi dua zona, yaitu zona graben berorientasi baratdaya – timur laut dan zona rekahan berorientasi baratlaut – tenggara. Secara keseluruhan sistem akuifer merupakan sistem porositas ganda dengan media aliran ruang antar butir dan rekahan.Item Hidrogeologi di lereng utara gunung ciremai kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat(2020-01-18) DIKRULAH LIBIANTORO; Nana Sulaksana; Boy Yoseph Cahya Sunan Sakti Syah AlamKondisi Hidrogeologi utara gunung ciremai secara administratitf terletak di kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka Provinsi Jawabarat. Karakteristik litologi Rajagaluh dibagi menjadi 3 satuan litostratigrafi, yaitu : Lava, Breksi Grainsupported, Breksi Matriks Supported. Sistem akuifer yang berkembang di daerah penelitian dibagi menjadi dua, diantaranya sistem aliran antar butir dan sistem aliran melalui ruang antar butir dan Rekahan. Mandala air tanah diwilayah Rajagaluh dibagi menjadi 4zona, yaitu mandala airtanah produk lava lereng curam Rajagaluh, Mandala air tanah breksi grain supported lereng agak curam rajagaluh, mandala air tanah breksi matriks supported lereng agak curam rajagaluh, dan mandala airtanah matriks supported abu-abu kecoklatan lereng landai rajagaluh. bedasarkan analisis hidrogeologi dan geologi, didapatkan tatanan air tanah Rajagaluh yaitu secara menerus dan lokalItem HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI UNTUK SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BATUBARA DAERAH SEBAMBAN, KECAMATAN SUNGAI LOBAN, KABUPATEN TANAH BUMBU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN(2014-07-19) PRIYO DWI IRIYANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian dilaksanakan di area tambang batubara di daerah Sebamban. Secara administratif daerah penelitian berada di daerah Sebamban dan sekitarnya, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis terletak pada koordinat UTM 50 0345000 E - 0341865 E dan 9606350 N - 9612117 N. Dalam perencanaan dan perancangan penambangan batubara pada suatu wilayah, informasi hidrologi dan hidrogeologi sangat diperlukan sebagai informasi yang penting untuk analisis selanjutnya dalam mengantisipasi adanya kemungkinan faktor keairan yang akan menggangu operasi penambangan. Berdasarkan analisis hidrologi, daerah penelitian dibagi menjadi tiga daerah tangkapan air (DTA) yaitu DTA North Pit (3,912 km2), DTA East Pit (3,118 km2), dan DTA Central-South Pit (14,01 km2). Debit aliran sungai sebesar 49,673 liter/detik, nilai infiltrasi sebesar 2,3975 x 10-4 cm/dtk (termasuk ke dalam pasir halus sampai lanau). Melalui analisis neraca air didapatkan dari seluruh curah hujan yang jatuh akan terevapotranspirasi sekitar 49,50 %, terinfiltrasi sekitar 20,64 %, dan yang menjadi limpasan air permukaan sekitar 29,96 %. Iklim di daerah penelitian termasuk ke dalam iklim basah dengan nilai Q sebesar 16,3 %. Analisis statistika hujan rencana menunjukkan bahwa daerah penelitian untuk periode ulang 10 - 25 tahun akan terjadi curah hujan ekstrim sebesar 566,83032 - 657,32973 mm/bulan. Analisis statistika debit banjir rencana menunjukkan bahwa jika umur tambang mencapai 10 - 25 tahun ke depan, maka akan memiliki peluang debit banjir ekstrim sebesar 8,233284548 - 9,547800317 m3/dt (DTA North Pit), 10,44176192 - 12,10888039 m3/dt (DTA East Pit), dan 16,66675976 - 19,32775349 m3/dt (DTA Central-South Pit). Berdasarkan analisis hidrogeologi, daerah penelitian memiliki pola aliran airtanah yang bergerak relatif seragam yaitu relatif berarah timur-barat dan timurlaut-baratdaya. Tipologi sistem akuifer daerah penelitian merupakan tipologi sistem akuifer batuan sedimen dengan lapisan berupa batupasir, batulempung, batulanau, dan batubara. Geometri akuifer memiliki ketebalan ± 25 m dengan karakteristik akuifer berupa batupasir halus. Nilai konduktivitas hidrolika (K) sebesar 0,2425 m/hari dan nilai transmisivitas (T) sebesar 3,0275 m2/hari. Nilai debit aliran airtanah di daerah penelitian sebesar 242,5267 m3/hari. Berdasarkan simulasi perhitungan dimensi saluran, bahwa saluran yang telah ada mampu menampung debit banjir maksimum di daerah penelitian, hanya saja perlu dibangun beberapa dimensi saluran drainase di tiap bagian daerah tangkapan air (DTA). Upaya penirisan tambang sudah cukup dilakukan menggunakan pompa dengan kapasitas debit antara 7 - 13 liter/detik yang mampu menurunkan muka airtanah hingga 103,4544 m.Item KARAKTERISTIK AKUIFER DI KAWASAN KAMPUS UNPAD JATINANGOR BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK(2017-01-03) PUSPA KHAERANI; Undang Mardiana; Aton PatonahPembangunan pendidikan yang semakin pesat menimbulkan efek perubahan lingkungan fisik di Jatinangor baik di permukaan maupun di bawah permukaan. Hal ini juga mempengaruhi ketersediaan pembagian air di Jatinangor yang mengharuskan menambah sumur air tanah sebagai penunjang fasilitas perkuliahan. Akuifer yang banyak dimanfaatkan untuk hal ini menjadi fokus penting dalam penelitian ini. Daerah penelitian difokuskan pada kawasan kampus Unpad Jatinangor pada koordinat 107° 45’ 41.6356" BT – 107° 47’ 12.9746" BT dan 6° 56’ 7.3888" LS – 6° 54’ 23.3834" LS. Penelitian karakteristik akuifer ini menggunakan metode geofisika khususnya geolistrik 2D dan konfigurasi yang dipakai yaitu Konfigurasi Schlumberger menggunakan 32 elektroda di setiap lintasan yang berorientasi barat-timur. Data geologi pun digunakan dari referensi penelitian terdahulu dan pemboran air tanah yang dilakukan di gedung baru Fakultas Teknik Geologi Unpad berupa cutting. Akuifer di daerah penelitian berupa akuifer tidak tertekan – semi tertekan dan akuifer tertekan. Akuifer tertekan dimana lapisan tuf (0 – 35 Ωm) berperan sebagai akuifer, lapisan breksi (35 – 90 Ωm) berperan sebagai akuitar, dan lapisan lava andesit (> 90 Ωm) berperan sebagai akuifug. Pada akuifer tertekan kondisi lapisan tuf berada di bawah lapisan impermeable yang berupa akuifug lapisan lava andesit. Umumnya berada pada bagian ujung utara facies medial dan pada bagian punggungan pada kedalaman 97 – 100 m. Akuifer semi tertekan kondisi lapisan tuf berada di antara lapisan breksi. Umumnya berada di bagian tengah sampai ujung selatan facies medial serta pada facies distal pada kedalaman 5 – 30 m.Item PEMODELAN POTENSI AKUIFER LERENG TIMUR TANGKUBAN PARAHU(2020-01-19) IFAN TRIO SAPUTRA; Yudhi Listiawan; Yuyun YuniardiAir merupakan sumber kebutuhan utama bagi makhluk hidup terutama manusia. Airtanah merupakan salah satu sumber air yang dapat dikonsumsi masyarakat. Namun, seiring bertambahnya jumlah dan taraf hidup masyarakat maka air akan bias berkurang tidak sesuai kebutuhan. Salah satu upaya penyelesaian masalah tersebut adalah dengan mengetahui lokasi keterdapatannya akuifer. Pada penelitian ini akan menggambarkan penampang bawah permukaan yang berisikan jenis-jenis lapisan pembawa airtanah salah satunya adalah akuifer. Data yang didapatkan dari selesainya penelitian ini adalah kondisi geologi permukaan yang didapatkan dari hasil pemetaan geologi permukaan dan kondisi geologi bawah permukaan dari data geolistrik 1 dimensi. Data geolistrik yang didapatkan di lapangan kemudian diolah menggunakan Progress 3.0 untuk memperoleh nilai tahanan jenis sebenarnya yang nantinya akan dijadikan dasar penentuan jenis batuan menggunakan klasifikasi Telford (1974) dan juga ketebalan dari lapisan tersebut. Dari data-data diatas dapat dikorelasikan menjadi sebuah pemampang yang dapat menggambarkan kondisi geologi dan menentukan model jenis-jenis lapisan pembawa air pada lereng Timur Gunung Tangkuban Perahu. Penelitian ini akan dibatasi berdasarkan subDAS yakni pada 2 subDAS, pertama subDAS Cinagara dan kedua subDAS Cipabelah.Item POTENSI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLOGI, HIDROGEOLOGI DAN GEOFISIKA DAERAH SUKAWENING, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT(2017-01-20) EKA FEBRYANSYAH SUNANDA; Mohamad Sapari Dwi Hadian; Febriwan MohamadDaerah penelitian terletak pada koordinat 7 02’ 45.2364” LS – 7 10’ 40.3968” LS dan 107 59’ 2.7636” BT – 108 02’ 38.3208” BT. Secara administratif daerah penelitian berada di Sukawening dan Sekitarnya, Kecamatan Sukawening dan Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan relief morfologi, model fasies strato vulkanik dan litologinya, geomorfologi daerah Sukawening dan Cibatu dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi kaki gunungapi dengan pola pengaliran yang berkembang di daerah penelitian yaitu pola pengaliran radial dan Sub-parallel dengan ketinggian sekitar 700-960 meter dan satuan geomorfologi pedataran gunungapi dengan pola pengaliran yang berkembang Sub-parallel dengan ketinggian 540-700 diatas permukaan laut. Satuan stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi dua satuan yaitu satuan Breksi laharik (Qbl) dan satuan Tuf (Qt). Berdasarkan nilai tahanan jenisnya, persebaran lapisan di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 5 lapisan resistivitas yaitu lapisan resistivitas sangat rendah (40 ohm meter) diperkirakan sebagai lava/intrusi. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui potensi airtanah (akuifer) di bawah permukaan daerah penelitian serta mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan hasil pengukuran geolistrik dengan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger, pemetaan geologi dan pemetaan hidrogeologi. Hasil penelitian adalah berupa nilai resistivitas batuan yang kemudian diinterpretasikan melalui resistivity logging (1D) dan penampang vertikal geolistrik (2D) lalu kemudian dikorelasikan dengan data geologi dan data hidrogeologi.Item Sebaran Akuifer Berdasarkan Data Geolistrik Satu Dimensi (1D) Di Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawabarat(2023-07-13) NAUFAL YAAFI RASENDRIYA; Muhammad Kurniawan Alfadli; Yudhi ListiawanStudi di daerah vulkanik pada sebelah utara Gunung Ciremai di Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sebaran akufier yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi air di daerah tersebut agar mencegah krisis air tanah. Dilakukan dengan melakukan pemetaan permukaan (Geologi) dan pemetaan bawah permukaan (Geofisika) di daerah penelitian. Metode Geofisika yang digunakan adalah metode pengkuruan geolistrik satu dimensi (1D) dengan Konfigurasi Schlumberger untuk mengetahui susunan litologi batuan dibawah permukaan dan dikorelasikan dengan data Geologi serta Hidrogeologi untuk mengetahui pola penyebaran akuifer didaerah penelitian. Berdasarkan analisis bawah permukaan nilai tahanan jenis di daerah penelitian dapat diinterpretasi menjadi 4 kelompok nilai tahanan jenis yaitu; (1) Kelompok tahanan jenis sangat rendah ( 0 – 50 ohm ) yang diinterpretasi litologi sebagai Tuff Halus, (2) Kelompok tahanan jenis rendah ( 50 – 200 ohm ) yang diinterpretasi litologi sebagai Tuff kasar – Breksi, (3) Kelompok tahanan jenis menengah ( 200 – 500 ohm ) yang diinterpterasi litologi sebagai Breksi, (4) Kelompok tahanan jenis tinggi ( > 500 ohm ) yang diinterpretasi litologi sebagai Batuan beku Andesit. Lapisan batuan yang memiliki potensi akuifer pada daerah penelitian ini diinterpretasikan adalah Tuff kasar – breksi karena lapisan batuan tersebut tersingkap pada litologi mata air dipermukaan, selain itu pola distribusi lapisan akuifer ini semakin menipis dari hulu hingga hillir, serta ketebalan lapisan akuifer ini ± 30 m, dan terletak pada kedalaman ± 25 m, Pada lapisan ini terdapat dua jenis litologi yang berbeda karena perbedaan jenis batuan dan komponen batuan tersebut, lapisan batuan ini merupakan lapisan permeabel yang terdapat air tanah didalam ruang antar butir tanah dan mempunyai kemampuan untuk menampung serta mengalirkan air tanah dengan baik, namun terkait sifat fisika dari batuan tersebut diperlukan validasi lebih lanjut, diantaranya porositas maupun permeabilitasnya